Sistem Pernapasan
1) Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pencium. Bentuk dan struktur
hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya pada Prosesus palatinus maksilaris dan Horozontal osis palatum.
Struktur hidung terdiri dari tulang rawan epitelium dan lamina propia keduanya saling berkaitan, di anggap sebagai bagaian
fungsional mukosa terbanyak yang berasal dari rongga hidung. Lamia propia mengandung banyak arteri, vena, dan kapiler
darah yang membawa nutrisi dan air yang di keluarkan oleh sel. Fungsi hidung dalam proses pernapasan meliputi:
a) Udara dihangatkan di permukaan hidung dan septum nasalis sampai suhu kurang lebih 36oC.
b) Udara dilembabkan sejumlah besar udara yang melewati hidung bila mencapai faring kelembapannya kurang lebih 75%
c) Udara disaring udara yang masuk ke dalam hidung membawa kotoran yang akan mengalami proses penyaringan oleh
d) Penciuman. Dalam menghirup udara, 20% udara pernapasan melalui celah Olfaktori (Syaifuddin, 2012).
2) Faring
Faring adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis Kranii dan Vertebrae servikalis VI. Faring di
a) Nasofaring
Bagian faring yang terdapat di Dorsal kavumnasi berhubungan dengan Kavumnasi melalui dinding lateral.
b) Orofaring
Lubang yang merupakan batas antara laring dan faring, terdapat satu lipatan antara faring dan Epiglotis yang merupakan
c) Laringofaring
Mempunya hubungan dengan laring melalui mulut laring yaitu Aditus laringues (Syaifuddin, 2012).
3) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang di lengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan
Ligamentum. Sebelah atas pintu masuk laring membentuk tepi Epiglotis, lipatan dari epiglotis Aritenoid, pita Interaritenoid,
dan tepi sebelah bawah Kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian
atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis (Syaifuddin, 2012).
4) Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang di bentuk oleh tulang-tulang rawan yang di sempurnakan oleh
selaput, terletak di antara Vertebra servikalis VI sampai ketepi bawah Kartilago vertebra torakalis V. Panjang sekitar 13cm
dan diameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding Fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok Hialin
yang mempertahankan trakea tetap terbuka. Kartilago antara Trakea dan Esofagus lapisannya berubah menjadi elastis pada
saat proses menelan sehingga membuka jalan makanan dan makanan masuk ke lambung. Rangsangan saraf simpatis
memperlebar diameter trakea dan mengubah besar volume saat terjadinya proses pernapasan (Syaifuddin, 2012).
5) Bronkus
Bronkus terdapat pada ketinggian Vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunya struktur sama dengan Trakea dan di
lapisi oleh sejenis sel dan berjalan ke bawah ke arah paru-paru. Bagian bawah Trakea mempunya dua cabang yaitu kiri dan
kanan. Setiap perjalanan cabang tenggorokan tersebut mengarah ke sebuah lekuk yang panjang di tengah permukaan paru
(Syaifuddin, 2012).
Paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru dan dinding dada di bawah tekanan atmosfer.
Paru meregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir (Syaifuddin, 2012).
Pada waktu menarik napas dalam, otot-otot berkontraksi tetapi pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Diafragma
menutup ketika penarikan napas, rongga dada kembali memperbesar paru, dinding badan bergerak, diafragma dan tulang dada
menutup ke posisi semula. Aktifitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk ketika bernapas dalam dan volume
Pada waktu inspirasi udara melewati hidung dan faring. Udara dihangatkan dan di ambil uap airnya. Udara melewati trakea,
bronkus, bronkiolus, dan duktus alveolaris ke alveoli. Alveoli di kelilingi oleh kapiler-kapiler. Terdapat kira-kira 300 juta alveoli.
Luas total dinding paru yang bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua paru-paru kira-kira 70m2 (Syaifuddin, 2012).
Inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot inspirasi yang menaikan volume intratoraks. Selama bernapas tenang tekanan
intrapleura kira-kira 2,5mmHg. Pada permulaan inspirasi menurun sampai -6mmHg dan paru ditarik ke arah posisi yang lebih
mengembang. Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru
bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan pernapasan, volume sebuah paru berkurang karena naiknya
tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan (Syaifuddin, 2012).
Ekspirasi adalah pernapasan tenang bersifat pasif tidak ada otot-otot yang menurunkan volume untuk toraks berkontraksi.
Permulaan kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan rekoil dan melambatkan ekspirasi. Inspirasi yang kuat
berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai serendah 30 mmHg, ini menimbulkan pengembangan paru dengan derajat yang
lebih besar. Bila ventilasi meningkat, luasnya permukaan paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernapasan, yang merupakan