HEMOSTASIS
DISUSUN OLEH :
1. Allevia fabyanti
2. ARIF HIDAYAT
3. ELSHA APRILIA
4. GRISELA AMANDA
5. SARAH AADIIBAH
1
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan adanya pembekuan darah atau hemostatis maka pada saat terjadi luka
atau pendarahan dapat terhambat sehingga menyebabkan aliran darah tidak mengalir
terus menerus,selain itu pembekuan darah khusunya sel darah putih dapat menghambat
masuknya organisme yang berbahaya pada luka.
Hemostatis terdapat empat fase, fase pertama adalah konstriksi pembukuh darah
yang rusak untuk mengurangi aliran darah distal terhadap luka. Fase kedua terdiri dari
pembentukan sumbatan trombosit yang longgar atau thrombus putih,pada tempat luka
bekerja sebagai respon terhadap kolagen pengikat trombosit. Fase ketiga adalah
pembekuan thromus merah (bekuan darah). Fase keempat adalah disolusi(pelarutan)
sebagian atau seluruh bekuan.
1.3. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam
biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme homeostasis
pengaturan dalam organisme.
Proses hemostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga
tubuh secara alamiyah akan melakukam mekanisme pertahanan diri untuk
menjaga kondisisi nyang seimbang.emostatis yang terdapat dalam tubuh
manusia dapat dikendalikan oleh suatu system endokrim dan saraf otonom.
Secara alamiah proses homeostasis dapat terjadi dalam tubuh manusia.
1. Hemostasis primer
Jika terjadi luka keci pada pembuluh darah akan terjadi hemostasis primer.
Hemostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit
untuk mengkompensasi luka,namun ini bersifat tidak cukup atau tidak tahan lama.
Maka akan berlanjut menuju hemostasis sekunder.
2. Hemostasis sekunder
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah akan melibatkan trombosit dan
faktor koagulasi dalam pembentukan jaringan-jaringan fibrin agar ikatan-ikatan
fibrin ini benar-benar kuat dalam hemostasis. Dan in bersifat long-term response.
Kalau proses ini suadah cukup menutup luka maka proses berlanjut ke hemostasis
tersier.
3. Hemostasis tersier
5
Refleks saraf dicetukan oleh implus saraf nyeri atau implus-implus
sensorik lain dari pembuluh yang rusak atau dari jaringan yang berdekatan.
Vasokonstriksi dari kontraksi miogenik pada pembuluh darah terjadi karena
kerusakan pada dinding pembuluh darah. Untuk pembuluh darah yang kecil
platelet mengakibatkan vasokonstriksi dengan melepaskan sebuah substansi
vasokonstriktor (Tromboksan A2).
a) Sebagai respon terhadap repturnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu
sendiri.
6
2.5 Faktor-faktor pembekuan darah dalam proses hemostasis
Faktor I = fibrinogen
Faktor II = Prhotrombine
Faktor III = Fakotr jaringan
Faktor IV = Ion kalsium
Faktor V = Proaccelerin
Faktor VI = Accelerine
Faktor VII=Prokonvertin
Faktor VIII = A.H.G (Anti Haemphilly Globulin)
Faktor IX = Christmas factor
Faktor X = Stuart factor
Faktor XI = Plasma thromboplastin antecedent
Faktor XII = Hagemen factor
Faktor XIII = Fibrine stabilizing factor (fibrinase).
1. Anemia
2. Talasemia
Talasemia merupakan suatu kelainan pada eritrosit yang berakibat sel tersebut
mudah rapuh dan cepat rusak. Talasemia termasuk penyakit keturunan yang dapat
terjadi pada perempuan maupun laki-laki
3. Polisitemia
7
aliran darah di dalam pembuluh atau dapat juga membentuk gumpalan di dalam
pembuluh darah. Gumpalan tersebut dapat menyebabkan ganggren (kematian
jaringan) dan bila terjadi pada jantung dapat berakibat kematian. Gejala yang di
timbulkannya dapat berupa sakit kepala dan pusing.
4. Leukemia
Leukemia atau kanker darah merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh
kelebihan produksi leukosit. Leukemia terjadi akibat sumsum tulang atau jaringan
limpa bekerja secara tidak normal sehingga produksi leukosit menjadi berlipat
ganda, sedangkan produksi eritrosit dan trombosit menurun. Pada saat demikian,
jumlah leukosit dapat mencapai 500.000 sel per mm3.
5. Agranulositosis
6. Trombositopenia
7. Hemofilia
8. Hipertrofi
8
2.7. Pemeriksaan laboratorium penunjang hemostatis
9
II. INR
INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan
nilai PT normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah
International Sensitivity Index. Jadi INR adalah rasio PT yang
mencerminkan hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku WHO
yang digunakan, sedangkan ISI merupakan ukuran kepekaan sediaan
tromboplastin terhadap penurunan faktor koagulasi yang bergantung
pada vitamin K. Sediaan baku yang pertama mempunyai ISI = 1,0
( tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI > 1,0). Dengan
demikian cara paling efektif untuk standardisasi pelaporan PT adalah
kombinasi sistim INR dengan pemakaian konsisten tromboplastin yang
peka yang mempunyai nilai ISI sama.
III. APTT
10
III. FIBRINONGEN
11
Pemeriksaan BT dapat dilakukan dengan metoda Ivy , yaitu
dilakukan insisi dengan lanset sepanjang 10 mm dan kedalaman 1 mm di
lengan bawah kemudian setiap 30 detik darah dihapus dengan kertas
filter sampai perdarahan berhenti, atau dengan metoda Duke dengan cara
yang sama insisi di lokasi cuping telinga sedalam 3-4 mm.
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium
untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat
trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur
hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas :
ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi
pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama
mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada
jaringan subendotel dan membentuk agregasi.
V. CLOTTING TIME
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemostasis adalah proses penghentian atau pembekuan darah pada saat terjadi
luka,atau pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh
darah. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh
darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun yang melarutkan bekuan.
Tanpa adanya hemostasis maka pada saat terluka seseorang tidak dapat
menghentikan aliran darahnya maka ini dapat menyebabkan darah terus mengalir dan
kemungkinan dapat menyebabkan kematian karena kehabisan darah.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
xv