Anda di halaman 1dari 15

Makalah hematologi

HEMOSTASIS

DISUSUN OLEH :

1. Allevia fabyanti
2. ARIF HIDAYAT
3. ELSHA APRILIA
4. GRISELA AMANDA
5. SARAH AADIIBAH

SMK Analis Kesehatan Tunas Medika


Jln setu raya-pinang no.67 kel. Cipayung kec. Cipayung Jakarta timur

1
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 4

2.1 Pengertian Hemostasis ............................................................................. 4

2.2 Tahapan Hemostasis ................................................................................ 5

2.3 Komponen – komponen Hemostasis ....................................................... 5

2.4 Pembekuanm Darah (koagulasi) .............................................................. 6

2.5 Faktor faktor Pembekuan Darah .............................................................. 7

2.6 Penyakit Akibat Hemostasis .................................................................... 7

2.7 Pemeriksaan Laboratorium Penunjang Hemostasis ................................. 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13

3.2 Saran ......................................................................................................... 13

Daftar pustaka ............................................................................................................. 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hemostasis adalah penghentian perdarahan oleh sifat fisiologis vasokonstriksi


dan koagulasi atau secara bedah (Dorland, 2002). Perdarahan merupakan suatu gejala
umum yang dapat menunjukkan suatu manifestasi klinis penyakit tertentu. Namun,
penyebab perdarahan yang paling sering adalah hilangnya integritas pembuluh darah
akibat trauma. Sebagai respon, tubuh melaksanakan mekanisme hemostasis, yang salah
satunya disusun oleh trombosit.

Dengan adanya pembekuan darah atau hemostatis maka pada saat terjadi luka
atau pendarahan dapat terhambat sehingga menyebabkan aliran darah tidak mengalir
terus menerus,selain itu pembekuan darah khusunya sel darah putih dapat menghambat
masuknya organisme yang berbahaya pada luka.

Hemostatis terdapat empat fase, fase pertama adalah konstriksi pembukuh darah
yang rusak untuk mengurangi aliran darah distal terhadap luka. Fase kedua terdiri dari
pembentukan sumbatan trombosit yang longgar atau thrombus putih,pada tempat luka
bekerja sebagai respon terhadap kolagen pengikat trombosit. Fase ketiga adalah
pembekuan thromus merah (bekuan darah). Fase keempat adalah disolusi(pelarutan)
sebagian atau seluruh bekuan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan hemostasis ?


2. Bagaimana tahap hemostatis ?
3. Apakah komponen-komponen dalam hemostasis ?
4. Faktor-faktor pembekuan apa ajakah yang membantu proses hemostasis ?
5. Apakah gangguan-gangguan hemostasis atau pembekuan darah ?
6. Apa saja pemeriksaan laboratorium penunjang hemostasis

1.3. Tujuan

1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan hemostasis.


2. Dapat mengetahui tahap-tahapan dalam hemostasis.
3. Dapat mengetahui komponen-komponen yang ada dalam hemostasis.
4. Dapat mengetahui faktor-faktor yang ada dalam proses hemostasis.
5. Dapat mengetahui gangguan-gangguan pada hemostasis.
6. Dapat mengetahui pemeriksaan laboratorium penunjang hemostasis

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hemostatis

Hemostasis atau haemostasis berasal dari bahasa Yunani:aimóstasis yang


terdiri dari dua kata yaitu aíma yang berarti “darah" dan stásis yang berarti
"stagnasi".
Hemostasis adalah suatu fungsi yang bertujuan untuk mempertahankan
keenceran darah sehingga darah tetap dalam pembulu darah dan menutup
kerusakan dinding pembulu darah.
Selain itu pendapat lain mengatakan bahwa Hemostasis merupakan pristiwa
penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah. Proses
ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah,
agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun yang melarutkan bekuan.

Hemostatisis adalah Kemampuan proses fisiologis tubuh dalam


mempertahankan keseimbangan dan kecenderungan semua jaringan hidup guna
memelihara dan mempertahankan kondisi setimbang atau ekuilibrium.
Hemostasis adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan atau terhadap
lingkungan internal atau eksternal yang senantiasa berubah sebagai suatu kunci
keberhasilan, bertahan dan tetap hidup, atau suatu keadaan seimbang yang
sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian
atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan.

4
Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam
biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme homeostasis
pengaturan dalam organisme.
Proses hemostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga
tubuh secara alamiyah akan melakukam mekanisme pertahanan diri untuk
menjaga kondisisi nyang seimbang.emostatis yang terdapat dalam tubuh
manusia dapat dikendalikan oleh suatu system endokrim dan saraf otonom.
Secara alamiah proses homeostasis dapat terjadi dalam tubuh manusia.

2.2 Tahapan Hemostatis

1. Hemostasis primer

Jika terjadi luka keci pada pembuluh darah akan terjadi hemostasis primer.
Hemostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit
untuk mengkompensasi luka,namun ini bersifat tidak cukup atau tidak tahan lama.
Maka akan berlanjut menuju hemostasis sekunder.

2. Hemostasis sekunder

Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah akan melibatkan trombosit dan
faktor koagulasi dalam pembentukan jaringan-jaringan fibrin agar ikatan-ikatan
fibrin ini benar-benar kuat dalam hemostasis. Dan in bersifat long-term response.
Kalau proses ini suadah cukup menutup luka maka proses berlanjut ke hemostasis
tersier.

3. Hemostasis tersier

Hemostasis tersier bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak


berlebihan. Hemostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.

2.3 Komponen-komponen Hemostasis

1. Konstriks pembuluh darah ( fase vaskular )

Setelah pembuluh darah ruptur,dinding pembuluh darah yang rusak


menyebabkan otot polos dinding pembuluh berkontraksi sehingga aliran darah
dari pembuluh yang ruptur akan berkurang. Kontraksi terjadi sebagai akibat dari
spasme niogenik lokal,faktor autakoid lokal yang berasal dari jaringan yang
terkena trauma dan platelet darah,serta refleks saraf.

5
Refleks saraf dicetukan oleh implus saraf nyeri atau implus-implus
sensorik lain dari pembuluh yang rusak atau dari jaringan yang berdekatan.
Vasokonstriksi dari kontraksi miogenik pada pembuluh darah terjadi karena
kerusakan pada dinding pembuluh darah. Untuk pembuluh darah yang kecil
platelet mengakibatkan vasokonstriksi dengan melepaskan sebuah substansi
vasokonstriktor (Tromboksan A2).

Semakin besar kerusakan yang terjadi semakin hebat spasmenya.


Spasme pembuluh darah ini dapat berlangsung beberapa menit bahkan beberapa
jam, dan selama itu berlangsung proses pembentukan sumbat platelet dan
pembekuan darah.

2. Pembentukan sumbat platelet (Fase Platelet/trombosit)

Pada saat terjadinya pengecilan lumen kapiler (vasokontriksi) dan extra


vasasi ada darah yang melalui permukaan asar (jaringan kolagen) dengan
akibatnya trombosit. Akibat dari bertemunya trombosit dengan permukaan
kasar maka trombosit tersebut akan mengalami adhesi serta agregasi.

Setelah terjadinya adhesi maka dengan pengaruh ATP akan terjadilah


agregasi yaitu saling melekat dan desintegrasi sehingga terbentuklah suatu
massa yang melekat. Peristiwa trombosit yang mulai pecah/lepas- lepas
hingga menjadi suatu massa yang melekat disebut Viscous metamorphosis.
Akibat dari terjadinya semua proses ini maka terjadilah gumpalan plug
(sumbatan) baru kemudian terjadi fase yang ketiga.

2.4 Pembekuan Darah ( koagulasi)

Pembekuan darah terjadi melalui tiga langkah utama yaitu :

a) Sebagai respon terhadap repturnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu
sendiri.

b) Rangkaian reaksi kimiawi yang kompleksterjadi dalam darah yang melibatkan


lebih dari selusin faktor pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya
suatu kompleks substansi teraktivasi yang secara kolektif disebut aktivator
protrombin.

c) Aktivator protrombinmengatalis perubahan menjadi trombin.

d) Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang


fibrinyang merangkai trombisit sel darah dan plasma

6
2.5 Faktor-faktor pembekuan darah dalam proses hemostasis

 Faktor I = fibrinogen
 Faktor II = Prhotrombine
 Faktor III = Fakotr jaringan
 Faktor IV = Ion kalsium
 Faktor V = Proaccelerin
 Faktor VI = Accelerine
 Faktor VII=Prokonvertin
 Faktor VIII = A.H.G (Anti Haemphilly Globulin)
 Faktor IX = Christmas factor
 Faktor X = Stuart factor
 Faktor XI = Plasma thromboplastin antecedent
 Faktor XII = Hagemen factor
 Faktor XIII = Fibrine stabilizing factor (fibrinase).

2.6 Penyakit Akibat Hemostatis

Gangguan-gangguan pada hemostasis

1. Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan kekurangan eritrosit (Hemoglobin).


Kekurangan hemoglobin menyebabkan suplai oksigen ke jaringan menurun
sehingga dapat mengganggu fungsi kerja sel. Gejala anemia antara lain di tandai
dengan muka pucat, cepat lelah, sakit kepala, timbulnya titik-titik hitam pada mata,
jantung berdebar-debar, dan bertambahnya kecepatan denyut nadi di pergelangan
tangan.

2. Talasemia

Talasemia merupakan suatu kelainan pada eritrosit yang berakibat sel tersebut
mudah rapuh dan cepat rusak. Talasemia termasuk penyakit keturunan yang dapat
terjadi pada perempuan maupun laki-laki

3. Polisitemia

Polisitemia merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan adanya kelebihan


produksi eritrosit. Dalam hal ini darah menjadi kental sehingga memperlambat

7
aliran darah di dalam pembuluh atau dapat juga membentuk gumpalan di dalam
pembuluh darah. Gumpalan tersebut dapat menyebabkan ganggren (kematian
jaringan) dan bila terjadi pada jantung dapat berakibat kematian. Gejala yang di
timbulkannya dapat berupa sakit kepala dan pusing.

4. Leukemia

Leukemia atau kanker darah merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh
kelebihan produksi leukosit. Leukemia terjadi akibat sumsum tulang atau jaringan
limpa bekerja secara tidak normal sehingga produksi leukosit menjadi berlipat
ganda, sedangkan produksi eritrosit dan trombosit menurun. Pada saat demikian,
jumlah leukosit dapat mencapai 500.000 sel per mm3.

5. Agranulositosis

Agranulositosis merupakan kebalikan dari leukemia yang berakibat pada


menurunnya daya tahan terhadap penyakit. Penyakit ini dapat menyebabkan
seorang pasien meninggal karena infeksi yang tidak dapat ia lawan.

6. Trombositopenia

Trombositopenia merupakan suatu penyaki t yang di tandai dengan sedikitnya


kandungan keping darah di dalam darah

7. Hemofilia

Hemofilia merupakan suatu penyakit yang berakibat sukarnya darah membeku


ketika terjadi pendarahan. Hemofilia termasuk penyakit keturunan yang terjadi
hampir pada semua keturunan berjenis kelamin laki-laki.

8. Hipertrofi

Hipertrofi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan menebalnya otot-otot


jantung. Kelainan ini terjadi akibat katup-katup jantung tidak berfungsi secara
wajar sehingga jantung tidak bekerja secara esktra agar darah terus mengalir. Pada
waktu tertentu, jantung tidak dapat lagi memberi cukup oksigen kepada jaringan.

8
2.7. Pemeriksaan laboratorium penunjang hemostatis

I. PT (Masa Protrombin plasma )


PT Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor
tidak aktif dalam proses pembekuan. Protrombin (F II) dikonversi
menjadi thrombin oleh tromboplastin untuk membentuk bekuan darah.
Pemeriksaan PT digunakan untuk menilai kemampuan faktor koagulasi
jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II
(prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan
faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan
memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal.

PT diukur dalam detik. Dilakukan dengan cara menambahkan


campuran kalsium dan tromboplastin pada plasma. Tromboplastin dapat
dibuat dengan berbagai metoda sehingga menimbulkan variasi kepekaan
terhadap penurunan faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
dan menyebabkan pengukuran waktu protrombin yang sama sering
mencerminkan ambang efek antikoagulan yang berbeda. Usaha untuk
mengatasi variasi kepekaan ini dilakukan dengan menggunakan sistem
INR (International Normalized Ratio). International Committee for
Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan tromboplastin
jaringan yang digunakan harus distandardisasi dengan tromboplastin
rujukan dari WHO dimana tromboplastin yang digunakan dikalibrasi
terhadap sediaan baku atas dasar hubungan linier antara log rasio waktu
protrombin dari sediaan baku dengan dari tromboplastin lokal.

Prinsip pengukuran PT adalah menilai terbentuknya


bekuan bila ke dalam plasma yang telah diinkubasi ditambahkan
campuran tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Reagen yang
digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin
jaringan dalam larutan(CaCl2). Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah sampel darah
membeku, membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu
kamar selama beberapa jam, diet tinggi lemak (pemendekan PT)
dan penggunaan alkohol (pemanjangan PT).

9
II. INR
INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan
nilai PT normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah
International Sensitivity Index. Jadi INR adalah rasio PT yang
mencerminkan hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku WHO
yang digunakan, sedangkan ISI merupakan ukuran kepekaan sediaan
tromboplastin terhadap penurunan faktor koagulasi yang bergantung
pada vitamin K. Sediaan baku yang pertama mempunyai ISI = 1,0
( tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI > 1,0). Dengan
demikian cara paling efektif untuk standardisasi pelaporan PT adalah
kombinasi sistim INR dengan pemakaian konsisten tromboplastin yang
peka yang mempunyai nilai ISI sama.

INR digunakan untuk monitoring terapi warfarin (Coumadin)


pada pasien jantung, stroke, deep vein thrombosis (DVT), katup jantung
buatan, terapi jangka pendek setelah operasi misal knee replacements.
INR hanya boleh digunakan setelah respons pasien stabil terhadap
warfarin, yaitu minimal satu minggu terapi. Standar INR tidak boleh
digunakan jika pasien baru memulai terapi warfarin untuk menghindari
hasil yang salah pada uji. Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan
nilai INR nya 2-3 , bila terdapat resiko tinggi terbentuk bekuan,
iperluakn INR sekitar 2,5 – 3,5.

III. APTT

Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial


thromboplastin time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai
aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor
XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma
tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor
VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V
(proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Tes ini
untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating anticoagulant.
APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan
bersama jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka hasil
pemeriksaan itu dianggap abnormal.

10
III. FIBRINONGEN

Pemeriksaan fibrinogen berguna untuk mengetahui adanya


kelainan pembekuan darah, mengetahui adanya resiko terjadinya
pembekuan darah (peningkatan resiko terjadinya Penyaikt Jantung
Koroner (PJK) dan Stoke) dan mengetahui adanya gangguan fungsi
hati.Fibrinogen adalah glikoprotein dengan berat molekul mencapai
340.000 dalton. Fibrinogen disintesis di hati (1,7-5 g/hari) dan oleh
megakariosit. Di dalam plasma kadarnya sekitar 200-400 mg/dl. Waktu
paruh fibrinogen sekitar 3-5 hari.

Fibrinogen tersusun atas 6 rantai, yaitu : 2 rantai Aα, 2 rantai


Bβ dan 2 rantai γ. Trombin (FIIa) memecah molekul fibrinogen menjadi
2 fibrinopeptide A (FPA) dari rantai Aα dan 2 fibrinopeptide B (FPB)
dari rantai Bβ. Fibrin monomer yang dihasilkan dari reaksi ini kemudian
berlekatan membentuk fibrin, yang selanjutnya distabilkan oleh factor
XIIIa. Tahap pertama stabilisasi terdiri atas ikatan dua rantai γ dari dua
fibrin monomer. Ikatan ini adalah asal dari D-Dimer, produk degradasi
fibrin spesifik. Fibrinogen dapat didegradasi oleh plasmin.

Penetapan Pengukuran kadar fibrinogen dapat dilakukan secara


manual (visual), foto optik atau elektro mekanik. Pemeriksaan ini
menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma yang diencerkan
ditambahkan thrombin. Waktu pembekuan dari plasma terdilusi
berbanding terbalik dengan kadar fibrinogen.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan
antikoagulan trisodium sitrat 3.2%.

IV. BLEEDING TIME

Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku


setelah adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan
dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Prinsip
pemeriksaannya adalah mengukur lamanya waktu perdarahan setelah
insisi standart pada lengan bawah atau cuping telinga. Bleeding time
digunakan untuk pemeriksaan penyaring hemostasis primer atau
interaksi antara trombosit dan pembuluh darah dalam membentuk
sumbat hemostatik, pasien dengan perdarahan yang memanjang setelah
luka, pasien dengan riwayat keluarga gangguan perdarahan.

11
Pemeriksaan BT dapat dilakukan dengan metoda Ivy , yaitu
dilakukan insisi dengan lanset sepanjang 10 mm dan kedalaman 1 mm di
lengan bawah kemudian setiap 30 detik darah dihapus dengan kertas
filter sampai perdarahan berhenti, atau dengan metoda Duke dengan cara
yang sama insisi di lokasi cuping telinga sedalam 3-4 mm.
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium
untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat
trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur
hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas :
ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi
pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pemeriksaan ini terutama
mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi pada
jaringan subendotel dan membentuk agregasi.

Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan


sejak terjadi luka kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam
kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik
Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6
menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan
lengan bawah untuk insisi merupakan teknik yang paling terkenal.
Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu perdarahan. Uji ini
tidak boleh dilakukan jika penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan
atau aspirin; pengobatan harus ditangguhkan dulu selama 3 – 7 hari.

V. CLOTTING TIME

Clotting time :-waktu yg dibituhkan bagi darah untuk membekukan


dirinya secara in vitro dgn menggunakan SUATU STANDART. yg
dinamakan CLOTTING TIME. "clot" sendiri apa sih ? clot adalah suatu
lapisan seperti liln/jelly yg ada didarah yg sebabkan berhentinya suatu
pendarahn pada luka. yg dipengaruhi oleh faktor intriok dan ekstrinsik.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hemostasis adalah proses penghentian atau pembekuan darah pada saat terjadi
luka,atau pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh
darah. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh
darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun yang melarutkan bekuan.

Tanpa adanya hemostasis maka pada saat terluka seseorang tidak dapat
menghentikan aliran darahnya maka ini dapat menyebabkan darah terus mengalir dan
kemungkinan dapat menyebabkan kematian karena kehabisan darah.

Secara garis besar proses hemostasis berfungsi sebagai Mencegah keluarnya


darah dari pembuluh darah yang utuh, dan Menghentikan perdarahan dari pembuluh
darah yang terluka.

3.2 Saran

Untuk kesempurnaan makalah ini maka kami sebagai penulis sangat


mengharapkan komentar dan saran dari pembaca. Adapun kesalahan kata maupun
materi yang berlawanan dengan sumber lain kami mohon maa

13
DAFTAR PUSTAKA

Dinar., A. 2009. Hematologi.


file:///E:/My%20File%20Student/materi%20hemostatis/Hematologi%20_
%20Lifelong%20Learning%20Journey.html Diakses pada tanggal 20
september 2015.

Fahmi.,dkk. 2009. Hematologi atau pembekuan darah.


file:///E:/My%20File%20Student/materi%20hemostatis/Hemostasis
%20%28Pembekuan%20Darah%29%20_%204uliedz's%20Blog.html Diakses
pada tanggal 20 september 2015.

Rahman., S. Kelainan pada sistem peredaran darah.


file:///D:/tugasq/Kelainan%20pada%20sistem%20Peredaran%20Darah
%20Manusia%20_%20Keer-Tech.html Diakses pada tanggal 20 september
2015.

Elisabeth. 2014. Makalah hemostasis.


file:///E:/My%20File%20Student/materi%20hemostatis/ELIS'S
%20BLOGGER%20%20February%202014.html Diakses tanggal 20
september 2015

14
xv

Anda mungkin juga menyukai