Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai
dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang
ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal
tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Pada usia lanjut
terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit
pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut
pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga
secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh
status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial
ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. 
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia >65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 %
populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International
Diabetik Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang
pasien DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang
tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan
mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut
berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64
tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau
DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin)

1
atau DM tipe 2. Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang
terdiri 3.820 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan
7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2
(Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis tertarik membuat rumusan masalah tentang
“Asuhan keperawatan gerontik pada Ny. T dengan gangguan sistem endokrin :
Diabetes Melitus”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu membuat asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
endokrin : diabetes melitus secara profesional dan dengan menggunakan
pendekatan keperawatan
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga gerontik pada Ny. T
dengan diabetes mellitus.
b. Menganalisa masalah kesehatan keluarga Ny. T dengan diabetes
mellitus.
c. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga
Ny. T dengan diabetes mellitus.
d. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga Ny. T
dengan diabetes mellitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga
Ny. T dengan diabetes mellitus.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya
di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang
tidak proforsional (Nugroho, 2008).
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia
apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Sedangkan
Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia
lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun ( Kushariyadi,
2010; Indriana, 2012; Wallnce, 2007).

2. Batasan Umur Lanjut Usia


Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari
pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :
a. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1
ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun keatas”
b. Menurut WHO:
1) Usia pertengahan : 45-59 tahun

3
2) Lanjut usia : 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun 9
4) Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).

3. Faktor Terjadinya Menua


Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui
proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa
faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya,
proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga
faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang
tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan
polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain
seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan
peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).

4. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia


Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa
perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan
fisik,intlektual, dan keagamaan.
a. Perubahan fisik
1) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam
tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran
lebuh besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu
dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
beekurang.
2) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia
akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca
indra. Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan
pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada
telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan

4
pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya
lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon
terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada
indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan
otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang.
3) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya
selara makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi
air liur(Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.
4) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami
pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.
5) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan
cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek,
persendian kaku dan tendon mengerut.
6) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami
pompa darah yang menurun , ukuran jantung secara kesuruhan
menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung
menurun , katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku
akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat
pada lansia kerana hilangnya distensibility arteri. Tekanan
darah diastolic tetap sama atau meningkat.
b. Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah
(2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada
kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ)
yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan
masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.
Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk
menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga
kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

5
c. Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya
lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal
tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan
meninggalkan kehidupan dunia.

B. Konsep Penyakit dalam Pendekatan Geriatri


1. Perubahan lansia pada sistemendokrin
Sekitar 50% lansia menunju intoleransi glukosa, dengan kadar gula
puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini
adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan.
Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari
jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan
“apatheicthyrotoxicosis”.
Diabetes militus adalah suatu keadaan didapatkan peningkatan
kadar gula darah yang kronik sebagai akibat dari gangguan pada
metabolism karbohidrat, lemak, dan protein karena kekurangan
hormone insulin. Masalah utama pada penderita DM ialah terjadi
komplikasi, khususnya komplikasi DM kronik yang merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian penderita DM (Surkesda,
2008). DM adalah suatu sindrom kronik gangguan metabolism
karbohidrat, protein, dan lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin
atau resistensi pada jaringan yang dituju (Dorland, 2005).
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
endokrin akibat proses menua:
a. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini
adalahglukosadarah puasa140mg/dLdianggap normal.
b. Ambangbatas ginjaluntukglukosameningkat. Implikasidari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap
normal.

6
c. Residu urin didalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal
ini adalah pemantauan glukosaurin tidak dapat diandalkan.
d. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit
menurun, dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal
ini adalah serumT3 dan T4 tetap stabil.

2. Etiologi
Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit DM disebabkankan oleh
beberapa hal, yaitu :
a. Pola makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori
yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini
disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel pancreas mempunyai
kapasitas maksimum untuk disekresikan.
b. Obesitas
Orang yang gemuk dengan BB melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk terserang penyakit DM disbanding
dengan orang kurus.
c. Factor genetic
Seorang dapat diwarisi gen penyebab DM dari anggota
keluarganya.
d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang dapat
menyebabkan radang pankreas.
e. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi
pankreas sehingga menyebabkan radang pankres. Hal ini
disebabkan sel pada pancreas tidak bekerja secara optimal dalam
mensekresi insulin.

7
3. Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan
Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang
melibatkan berbagai sistem fisiologi, yang paling kritis adalah
melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi vaskular, renal, neurologis
dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat terganggu
dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi
pada jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley,
Mickey, 2006)
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk
mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan.
Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak
mampu untuk memproduksi insulin endigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh
orang yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin
(Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe
II, adalah bentuk yang paling sering pada penyakit ini. Antara 85-90 %
orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih dekat
dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk
memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia,
adalah ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan.
Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan
fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih
menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan
akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik,
suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi
hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang
terjadi lebih sering di antara lansia (Stanley, Mickey, 2006).

8
4. Pathway

9
5. Gejala klinis
Gejala klinis yang klasik :
1) Mual-mual
2) Polifagi
3) Poliuri
4) Polidipsi
5) Lemah badan
6) Kesemutan
7) Kaku otot
8) Penurunan kemampuan seksual
9) Sakit sendi

6. Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia


Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang
terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin
merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi
dan penyimpanannya (American Diabetes Assosiation, 2004 dalam
Smeltzer&Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
DM tipe 1 disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat
proses autoimun sedangkan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-
95% dari seluruh kasus diabetes) yang umumnya mempunyai latar
belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin (American Council
on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung
lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang

10
dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas,
poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).

7. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan.
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%
protein, dan 75% karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak
hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas
reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah
diabetes. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak
rendah, merupakan permulaan yang sanga baik untuk para pemula.
b. Pencegahan sekunder
1) Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai
komponen dari penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala
ringan yang lain tidak dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan.
Tes toleransi glukosa oral pada umumnya dianggap lebih
sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan
daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk
menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley,
Mickey, 2006).
2) Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan
makan dapat mengambil kesempatan untuk memberikan
pendidikan kepada klien tentang prinsip umum nutrisi yang
baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang membaca label
untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber

11
makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang
adekuat dalam diet mereka (Stanley, Mickey, 2006).
3) Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara
langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi
kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun berenang dan
berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik
untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-
sama bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan
manfaat paling banyak. Seseorang dengan NIDDM harus
melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari (Stanley,
Mickey, 2006).
4) Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam
memodifikasi kadar gula darah dan gejala-gejala, terapi agens
oral dan insulin akan diperlukan untuk menambah suplai dari
tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
8. Pengkajian
1) Keluhan utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, penglihatan
yang kabur.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya
penyakit, serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin.
4) Riwayat kesehtan keluarga

12
Riwayat atau adanya factor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pancreatitis kronik.
5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaat head to toe
9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1) Nyeri akut
2) Hiperglikemia
3) Perfusi jaringan perifer tidak efektif
4) Defisit volume cairan
5) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Nama Pengkaji : Siti Sumiati
Tanggal Pengkajian : Rabu, 23 Oktober 2019
Tempat Pengkajian : Sampang

1. IndentitasKlien
Nama : Ny. T
Alamat : Desa Mbrani, Sampang
Telepon :-
Tempat tgl lahir : 20 Januari 1949
Umur : 70 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda
Pendidikan : SD
Orang yg bertanggung jawab : -
Alamat / telepon :-

2. Status Kesehatan Saat ini


klien mengatakan gula darahnya naik turun, tekanan darahnya juga tinggi
3. Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien mengatakan memiliki diabetes sejak 1 tahun yang lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang
sama seperti dirinya , tidak ada penyakut menurun ataupun menular.

14
5. Keadaan Umum :
a. Tingkat Kesadaran : Composmentis
1) GCS : Eye 4 Verbal 5 Motorik 6 : 15
2) TTV : 140/80 mmHg
3) BB & TB : BB: 50 KG, TB: 150 cm
4) Indeks Masa Tubuh : 22,22
BMI : BB (kg) : TB (cm)2

Normal :

Wanita (18,7 – 23,8); Pria (20,1 – 25)

Klasifikasi Nilai :

Kurang : < 18,5; Normal : 18,5 -24,9; Overweight : 25-29,9;


Obesitas : >30

5) Postur tulang belakang : Tegap

6. Tinjauan Fisik dan Sistem


a. Kebutuhan Umum
Klien mengatakan tidak ada kelelahan, tidak ada perubahan berat badan,
tidak ada perubahan nafsu makan, tidak ada demam, ada keringat malam,
tidak ada kesulitan tidur, tidak sering pilek ataupun infeksi, klien
mengatakan apabila dirinya merasa tidak enak badan langsung membawa
ke dokter terdekat, aktivitas bisa melakukan secara mandiri

b. Head To Toe
1. Kepala: kepala bersih, rambut beruban, rambut tidak rontok, tidak ada
sakit kepala, tidak ada trauma masa lalu, tidak pusing, tidak ada gatal
kulit kepala.
2. Mata: bentuk mata simetris, konjungtiva an anemis, sclera an ikterik,
tidak strabismus, penglihatan tidak kabur, tidak menggunakan kaca
mata, tidak ada peradangan di mata, tidak ada nyeri, air mata tidak

15
berlebihan,di area mata tidak ada pembengkakan, serta tidak memiliki
riwayat infeksi.
3. Hidung dan sinus: bentuk hidung simetris, tidak ada peradangan,
tidak ada gangguan penciuman, tidak ada nyeri sinus, tidak ada alergi
serta tidak ada riwayat infeksi.
4. Telinga: tidak ada perubahan pendengaraan, tidak ada tinnitus,
pendengaran masih berfungsi dengan baik, tidak ada riwayatv infeksi.
5. Mulut dan tenggorokan : mulut bersih, muokosa lembab, tidak ada
peradangan, tidak ada stomatitis, gigi sudah ompong, tidak ada radang
gusi, tidak ada kesulitan mengunyah, tidak kesulitan menelan, tidak
ada perubahan suara, tidak ada perdarahan gusi, tidak menggunkan alat
protesa, serta tidak ada riwayat infeksi.
6. Leher: bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
kaku kuduk, tidak ada kekakuan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
atau benjolan, tidak ada keterbatasan gerak.
7. Dada dan payudara: bentuk dada normal chest, tidak ada retraksi
dinding dada, suara nafas vesikuler, tidak ada suara jantung tambahan,
tidak ada masa atau benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak bengkak,
tidak adaa cairan yang keluar dari putting susu, tidak ada perubahan
pada puting susu, pasien mengatakan tidak pernah melalukan
pemeriksaan payudara sendiri.
8. Abdomen: bentuknya flat, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung, ada
bising usus, 8x/menit, tidak ada massa.
9. Genetalia : genetalia bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada hernia.
10. Ekstremitas: kekuatan otot 5, rentang gerak maksimal, tidak ada
deformitas, tidak tremor, tidak ada edema, tidak adam alat bantu jalan,
tidak ada nyeri persendian, dan tidak paralysis.
11. Kulit: kebersihan kulit tejaga dengan baik, warna sawo matang tidak
pucat, kulit lembab, tidak ada luka, tidak ada gangguan pada kulit.

16
c. Pengkajian Sistem
1) Pernapasan: klien mengatakan tidak ada masalah dalam system
pernafasan, tidak batuk, tidak sesak nafas, tidak hemoptysis, tidak ada
sputum, tidak mengi,tidak ada asma ataupun alergi pernafasan.
2) Gastrointestinal: klien mengatakan tidak ada gangguan pada
menelan, tidak ada gangguan pada pencernaan, tidak ada ada nyeri di
ulu hati, tidak mual/ muntah, tidak ada hematemesis, tidak ada
perubahan nafsu makan, tidak ada ulks, tidak ada nyeri, tidak ada
benjolan, tidak ada perubahan kebiasaan defekasi, tidak diare, tidak
konstipasi, tidak ada melena, tidak ada perdarahan rectum.
3) Homepoetik: tidak ada perdarahan, tidak ada pmbengkakan kelenjar
limfe, tidak ada anemia.
4) Kardiovaskuler: tidak ada nyeri dada, tidak sesak nafas, tidak ada
dispneu saat aktifitas, tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada
parestesia, tidak ada perubahan warna kaki.
5) Musculoskeletal : tidak ada nyeri sendi, tidak ada kekakuan, tidak
ada pembengkakan sendi, tidak adaa spasme, tidak kram, tidak ada
kelemhan otot, tidak ada masalah berjalan, tidak ada nyeri punggung.
6) Perkemihan: tidak ada disuria, BAK 5x sehari, menetes secara
lancer, tidak anyang-anyang, tidak ada nyeri saat berkemih.
7) Integumen: kulit tidak ada luka, tidak ada memar
8) Genitoreproduksi wanita: tidak ada lesi, tidak ada penyakit kelamin,
tidak ada infeksi,pertama haid pada usia 13 tahun dan menopause
pada usia 50 tahun.
9) System saraf pusat: tidak ada sakit kepala, tidak ada kejang,tidak ada
cedera kepala.
10) Sistem endokrin: polifagi, polidipsi, poliuri.

d. Pengkajian Psikosoisal
Klien mengatakan tidak cemas, tidak depresi, tidak insomnia, tidak sering
menangis, tidak ugup, tidak takut, tidak merasa kesepian, tidak ada

17
masalah dalam mengambil keputusan, tidak kesulitan untuk konsentrasi,
serta tidak masalah tentang kematian.
e. Pengkajian Status Fungsional/ Intelektual, Kognitif, Afektif dan
Psikologis
1) Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks
Barthel) skor 100 termasuk mandiri.
2) Pengkajian Nutrisi Mini Nutritional Asessment (MNA): 13 status gizi
normal
3) Pengkajian Psikososial, Spiritual, dan emosional
Kiln mengatakan sering mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat.
Masalah Emosional Negatif (-), Pasien mengatakan selalu melakukan
ibadah ke mushola.
4) Pengkajian Fungsional Klien (KATZ Indeks): masuk kategori A
yaitu Mandiri dalam makan, inkontinensia (BAB, BAK),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
5) Pengkajian Status Mental Gerontik
a) Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan
menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam): hasil 30 tidak
ada gangguan kognitif
b) Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan Short
Portable mental Status Questioner (SPMSQ) hasil 1 funsi
intelektual utuh
c) Pengkajian Depresi Lansia (The Geriatric Depresion Scale
(Yesavage & brink, 1983 ) tidak ada tanda depresi
d) Inventaris Depresi Beck untuk mengetahui tingkat depresi
lansia dari Beck dan Deck (1972) hasil 2 depresi tidak ada
e) Pengkajian Keseimbangan untuk Klien Lansia hasil 0 resiko
jatuh rendah.
6) Pemeriksaan Diagnostik
Pasien mengatakan rutin mengecek gula darah saat acara prolanis

18
7) Daftar pengobatan sekarang (diresepkan) -

B. Analisa Data

Data etiologi problem


Ds: pasien mengatakan sejak1 tahun Manajemen Risiko
yang lalu gula darahnya selalu naik diet yang tidak ketidakstabilan
turun tepat kadar glukosa
darah
Do: Dari hasil pemeriksan fisik di
dapatkan hasil GDS: 369 mgdl

Ds: pasien mengatakan tekanan Peningkatan Penurunan curah


darahnya tinggi, terkadang leher terasa afterload jantung
kaku jika darahnya naik.

Do: Dari hasil pemeriksaan fisik di


dapatkan hasil TD 140/80 mmHg
Ds: Pasien mengatakan ingin sembuh Kesiapan
dari sakitnya, sering cek kesehatan ke meningkatkan
dokter terdekat, mengurangi makanan manajemen
dan minuman yang dapat meningkatkan kesehatan
timbulnya gejala dan mengikuti
kegiatan posyandu lansia di desanya.

Do: pasien tampak ada keinginan untuk


sembuh, terlihat ada kesungguhan di
raut wajahnya

19
C. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah bd Manajemen diet yang
tidak tepat
2. Penurunan curah jantung bd Peningkatan afterload
3. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

D. Intervensi

Hari DX NOC NIC Ttd


/Tgl
Rabu, 1. Risiko Setelah diberikan asuhan Manajemen
23 ketidakstab keperawatan selama 3xpertemuan hiperglikemi
Oktobe ilan kadar diharapkan pasien dapat 1. Monitor kadar
r 2019 glukosa menurunkan kadar glukosa darah glukossa darah
darah bd ke kisaran normal dengan kriteria 2. Monitor tanda dan
Manajeme hasil: gejala poliuri,
n diet yang Keparahan hiperglikemia polidipsi, polifagi
tidak tepat indikator awal tuj akhir 3. Review riwayat kadar
Peningkata 3 4 glukosa darah
n haus pasien/keluarga
Kelelahan 3 4
Peningkata 2 4 4. Dorong pemantauan
n glukosa diri kadar glukosa
darah darah
Keterangan: 5. Tes kadar glukosa
1: berat darah anggota
2: besar keluarga.
3:sedang
4:ringan 1.
5:tidak ada
Rabu, 2. Penurunan Setelah diberikan asuhan Monitor tanda-tanda
23 curah keperawatan selama 3x pertemuan vital

20
Oktobe jantung bd diharapkan tanda tanda vital 1. Monitor tekanan
r 2019 Peningkata berada pada kisaran normal darah, nadi, suhu dan
n afterload dengan kriteria hasil: status pernafasan
Tanda-tanda vital 2. Monitor irama dan
Indicator awal tuj Akhir laju pernafasan
Tekanan 3 4 3. Monitor keberadaan
darah dan kualitasa nadi
sistolik 4. Monitor warna kulit,
Tekanan 3 4
suhu dan kelembaban
darah
5. Anjurkan untuk tidur
diastolic
Keterangan: yang cukup dan
1: deviasi berat dari kisaran merileksasi pikiran.
normal 6. Atur pola diit yang
2: deviasi yang cukup besar dari tepat
kisaran normal
3: deviasi sedang dari kisaran
normal
4: deviasi ringan dari kisaran
normal
5: tidak ada deviasi dari kisaran
normal

Rabu, 3. Kesiapan Setelah diberikan asuhan Fasiliasi pembelajaran


23 meningkat keperawatan selama 3x pertemuan 1. Berikan informasi
Oktobe kan diharapkan pasien dapat sesuai tingkat
r 2019 manajemen meningkatkan pemahaman perkembangan pasien
kesehatan tentang diabetes, pengobatan dan 2. Buat isi penkes sesuai
pencegahan komplikasi dengan kemampuan kognitif,
kriteria hasil: pengetahuan : psikomotor dan afektif
manajemen Diabetes pasien
Indicator Awal tuj Akhir 3. Berikan informasi

21
Tanda dan 2 4 dengan cara yang
gejala awal mudah di pahami
penyakit 4. Gunakan bahasa yang
Peran diet 2 4 umum digunakan
dalam 5. Gunakan kata-kata
mengontro yang mudah di ingat
l kadar 6. Berikan media yang
gula darah tepat agar pasien
Peran 2 4
mampu menggingat.
olahraga
dalam
mengontro
l kadar
gula darah
Keterangan:
1:tidak ada pengetahuan
2:pengetahuan terbatas
3:pengetahuan sedang
4:pengetahuan banyak
5:pengetahuan sangat banyak

E. Implementasi

Hr/ Diagnose kep Implementasi TTd


Tgl
DX: Risiko ketidakstabilan kadar 1. Melakukan pengkajian awal
Rabu, 23 glukosa darah bd Manajemen diet terkait kondisi pasien
oktober 2019 yang tidak tepat 2. Memonitor kadar glukossa
darah
3. Memonitor tanda dan gejala
poliuri, polidipsi, polifagi
4. Mereview riwayat kadar

22
glukosa darah pasien/keluarga

Sabtu, 26 1. Menanyakan diet pasien


oktober 2019 2. Memonitor kadar glukossa
darah
3. Menganjurkan pasien untuk
mengurangi konsumsi
makanan manis

Rabu, 30 1. Menanyakan diet pasien


oktober 2019 2. Memonitor kadar glukossa
darah
3. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang diabetes
mellitus dan senam diabetik

Rabu, 23 Dx: Penurunan curah jantung bd 1. Melakukan pengkajian terkait


oktober 2019 Peningkatan afterload kondisi pasien
2. Memonitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernafasan
3. Menanyakan diet pasien

Sabtu, 26 1. Memonitor tekanan darah,


oktober 2019 nadi, suhu dan status
pernafasan
2. Memonitor irama dan laju
pernafasan
3. Memonitor keberadaan dan
kualitasa nadi
4. Meonitor warna kulit, suhu
dan kelembaban

23
5. Menanyakan diet pasien
6. Menganjurkan untuk tidur
yang cukup dan merileksasi
pikiran.
Rabu, 30 1. Memonitor tekanan darah,
oktober 2019 nadi, suhu dan status
pernafasan
2. Memonitor irama dan laju
pernafasan
3. Memonitor keberadaan dan
kualitasa nadi
4. Memonitor warna kulit, suhu
dan kelembaban
5. Menganjurkan untuk tidur
yang cukup dan merileksasi
pikiran.
6. Memberikan pengetahuan
tentang diit untuk hipertensi

Rabu, 23 Dx: Kesiapan meningkatkan 1. Melakukan pengkajian tentang


oktober 2019 manajemen kesehatan pengetahuan pasien terhadap
penyakit yang di alami
2. Menanyakan kebiasaan hidup
sehari-hari pasien
3. Menanyakan kesediaan untuk
menerima informasi terkait
penyakit dan kesehatannya
4. Menanyakan tingkat
pengetahuan terkait
kesehatannya

Sabtu, 26 1. Memberikan pengetahuan

24
oktober 2019 terkait kondisinya dengan
bahasa yang mudah dipahami
2. Melakukan komunikasi yang
menyenangkan
3. Melibatkan pasien untuk
menceritakan masalah
kesehatannya serta cara-cara
yang biasa dilakukannya

Rabu, 30 1. Menanyakan keadaan pasien


oktober 2019 2. Melakukan pendidikan
kesehatan
3. Memberikan kesempatan
pasien untuk bertanya
4. Meyakinkan bahwa informasi
yang diberikan merupakan
sesuatu yang dapat di
pertanggungjawabkan
kebenarannya.
5. Menganjurkan agar pasien
sering mengontrol kesehatan
dan mengikuti kegiatan lansia
yang ada di desanya

F. Evaluasi
Hari/tgl DX kep Evaluasi TTd
Rabu, 30 1. Risiko S: Pasien mengatakan merasa senang karena
oktober 2019 ketidakstabilan kadar glukosa darahnya turun.
kadar glukosa O: dari hasil pemeriksaan di dapatkan hasil
darah bd GDP 140mg/dl
Manajemen diet A: masalah belum teratasi
yang tidak tepat Indicator Awal tuj Akhir

25
Peningkata 3 4 3
n haus
Kelelahan 3 4 3
Peningkata 2 4 3
n glukosa
darah

P: lanjutkan intervensi
1. Monitor kadar glukossa darah

Rabu, 30 2. Penurunan curah S: pasien mengatakan ada sedikit pegel-pegel


oktober 2019 jantung bd di leher karena kurang tidur
Peningkatan O: dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan
afterload hasil 150/80
A: masalah belum teratasi

Indicator Awa tuj Akhir


l
Tekanan 3 4 3
darah
sistolik
Tekanan 3 4 3
darah
diastolic
P: lanjutkan intervensi
1. Anjurkan untuk tidur yang cukup dan
merileksasi pikiran.
2. Atur pola diit yang tepat
Rabu, 30 3. Kesiapan S: pasien mengatakan sudah sedikit mengerti
oktober 2019 meningkatkan tentang diit diabetes mellitus
manajemen O: pasien dapat menyebutkan makanan yang
kesehatan di anjurkan bagi penderita diabetes mellitus
A: masalah belum teratasi

26
Indicator Awal tuj Akhir
Tanda dan 2 4 3
gejala awal
penyakit
Peran diet 2 4 3
dalam
mengontro
l kadar
gula darah
Peran 2 4 3
olahraga
dalam
mengontro
l kadar
gula darah

P:lanjutkan intervensi
1. Berikan informasi dengan cara yang
mudah di pahami
2. Gunakan bahasa yang umum digunakan
3. Gunakan kata-kata yang mudah di ingat

27
BAB IV
PENUTUP

A. kesimpulan
Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena
pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan
dan sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun
meningkat. Pendidikan kesehatan pada lansia diperlukan agar lansia dapat
menjalani masa tuanya dengan bahagia.

B. Saran
Berhati-hati dalam menjaga pla hidup. Sering berolahraga dan istirahat
yang cukup, jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,at al. 2013. Nursing Intervention Classification. ( NIC) . Indonesia:


Elseiver

Heardman & Kamitsuru. 2018. NANDA I Diagnosa keperawatan definisi dan


klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

http://eprints.umpo.ac.id. Tentang diabetes Melitus di akses tanggal 29 Oktober


2019.

Moorhead,at al. 2013. Nursing Outcomes Classification. ( NOC) . Indonesia:


Elseiver

Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose


medis &Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: mediAction.

29

Anda mungkin juga menyukai