Anda di halaman 1dari 13

1

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI


MODUL IX
KECEPATAN DISOLUSI

NAMA : NUR ADLIATY


KELAS : 02FARE003(2C)
NIM : 191040400114
2

MODUL IX
KECEPATAN DISOLUSI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini :
a. Mahasiswa diharapkan mampu menentukan kecepatan disolusi suatu zat.
b. Mahasiswa diharapkan mampu mengoprasikan alat uji disolusi.
c. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan factor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat.

II. TEORI UMUM


Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu
zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan waktu. Suatu hubungan yang
umum menggambarkan proses disolusi zat padat telah dikembangkan oleh
Noyes dan Whitney dalam bentuk persamaan berikut :

Keterangan : dM.dt = kecepatan disolusi


D = koefisien difusi
S = luas permukaan zat
Cs = kelarutan zat padat
C = konsentrasi zat dalam larutan pada waktu
H = tebal lapisan difusi.
Dalam teori disolusi atau perpindahan massa, diasumsikan bahwa selama
proses disolusi berlangsung pada permukaan padatan terbentuk suatu lapisan
difusi air atau lapisan tipis cairan yang stagnan dengan ketebalan h. Bila
konsentrasi zat terlarut di dalam larutan (C) jauh lebih kecil daripada kelarutan
zat tersebut (Cs) sehingga dapat diabaikan, maka harga (Cs-C) dianggap sama
dengan Cs.
Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat, yaitu:
1. Suhu.
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu
zat yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi
zat. Menurut Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut (Astuti,2008)
kT
D=
6ŋr
Keterangan : D = koefisien difusi
r = jari-jari molekul
k = konstanta Boltzman
ή = viskosita pelarut
T = suhu
3

2. Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi
suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga
menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi
(Astuti,2008).
3. pH Pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang
bersifat asam atau basa lemah.
- Untuk asam lemah = Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan
zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga
meningkat.
- Untuk basa lemah = Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan
zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi juga
meningkat (Astuti,2008).
4. Pengadukan.
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi
(h). jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan
cepat berkurang (Astuti,2008).
5. Ukuran Partikel
Jika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif
menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat (Astuti,2008).
6. Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya
polimorfisme.Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan
tingkat kelarutan yang berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya
lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan
disolusinya besar (Astuti,2008).
7. Sifat Permukaan Zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat
hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan
4

permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga


zat mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya bertambah.
III. KEGIATAN PERCOBAAN
- Mahasiswa ditugaskan untuk membuat kurva kalibrasi
paracetamol.
- Mahasiswa ditugaskan untuk menentukan kecepatan disolusi tablet
paracetamol.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


- Alat percobaan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi disolution

tester, spektrofotometer UV-Vis, kuvet, pipet tetes, pipet ukur, labu ukur,

dan push ball.

- Bahan percobaan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air dan sampel

tablet parasetamol.

a. Pembuatan Baku Induk 1000 ppm


1) Ditimbang baku parasetamol sebanyak 100 mg
2) Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
3) Ditambahkan dengan aquades sebanyak 50 mL diaduk sampai larut
4) Ditambah dengan aquades sampai tanda batas, lalu dikocok sampai
homogeny
b. Pembuatan Baku Seri 10; 15; 20; 25; dan 30 ppm
1) Dipipet 0,1 mL; 0,15 mL; 0,2 mL; 0,25 mL; 0,3 mL dari baku seri 1000
ppm
2) Dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL
3) Ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas, lalu dikocok hingga
homogeny
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi Baku
5

1) Dipipet larutan baku seri 10; 15; 20; 25; dan 30 ppm ke dalam
kuvet
2) Diukur absorbansi baku seri pada panjang gelombang maksimum
d. Uji disolusi tablet
1) Bak mantel (tempat labu disolusi) dimasukkan, diisi dengan air,
atur pada suhu 37o + 0,5oC
2) Isi labu disolusi dengan media disolusi. Volume larutan disolusi

yaitu 900 mL

3) Dimasukkan tablet ke dalam keranjang bila suhu telah mencapai

37oC

4) Dinyalakan pengaduk dengan kecepatan 100 rpm

5) Diambil media disolusi secukupnya dengan pipet volume pada

menit ke 5; 10; dan 15. Media disolusi dicukupkan kembali hingga

volumenya 900 mL pada tiap pengambilan.

6) Ditentukan kadarnya dengan menggunakan spektrofotometri UV-

Vis pada panjang gelombang (λ) 243 nm. Dibandingkan dengan

kurva kalibrasi dan dilakukan dengan perhitungan kadar.

V. HASIL PERCOBAAN

a. Hasil absorbansi baku seri dengan berbagai konsentrasi

Konsentrasi (ppm) Absorbansi


10 0,540
15 0,822
20 1,152
25 1,355
30 1,831

b. Hasil absorbansi sampel pada menit dan vessel yang berbeda

Menit Ke- Absorbansi


6

Vessel Kiri Vessel Tengah Vessel Kanan


10 1,886 1,882 1,86
20 1,882 1,882 1,890
30 1,884 1,886 1,84

c. Kurva kalibrasi baku parasetamol

Kurva Kalibrasi Baku Parasetamol


2
1.8
1.6 f(x) = 0.06 x − 0.11
R² = 0.99
1.4
Absorbansi

1.2
1
0.8 Linear ()
0.6
0.4
0.2
0
5 10 15 20 25 30 35

Konsentrasi (ppm)

Perhitungan :

Persamaan grafik :

Y = bx + a

Y = 0,0623 x – 0,11
7

 Menit ke 10 vesel kiri 1,886 Presentasi disolusi paracetamol

dalam

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :

1,886 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 32,0385 mcg/ml

1,886 + 0,11 = 0,0623 x = 28834,65 mcg = 288,3465 mg

1,996 = 0,0623 x = % terdisolusi = (288,3465 : 500)

X = 32,0385 mcg/mL x 100 % = 57,66 %

 Menit ke 10 vesel tengah 1,882 presentasi disolusi paracetamol

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :

1,882 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 31, 9743 mcg/ml

1,882 + 0,11 = 0,0623 x = 28776,886mcg = 287,768 mg

1,992 = 0,0623 x = % terdisolusi = (287,768 : 500)

X = 31,9743 mcg/mL x 100 % = 57,55 %

 Menit ke 10 vesel kanan 1,86 presentasi disolusi paracetamol

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :

1,86 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 31, 621 mcg/ml

1,86 + 0,11 = 0,0623 x = 28459,069 mcg = 284,59 mg

1,97 = 0,0623 x = % terdisolusi = (284,59 : 500)

X = 31,621 mcg/mL x 100 % = 56,91 %

 Menit ke 20 vesel kiri 1,882 presentasi disolusi paracetamol

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :

1,882 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 31, 9743 mcg/ml

1,882 + 0,11 = 0,0623 x = 28776,886mcg = 287,768 mg


8

1,992 = 0,0623 x = % terdisolusi = (287,768 : 500)

X = 31,9743 mcg/mL x 100 % = 57,55 %

 Menit ke 20 vesel tengah 1,882 presentasi disolusi paracetamol

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :

1,882 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 31, 9743 mcg/ml

1,882 + 0,11 = 0,0623 x = 28776,886mcg = 287,768 mg

1,992 = 0,0623 x = % terdisolusi = (287,768 : 500)

X = 31,9743 mcg/mL x 100 % = 57,55 %

 Menit ke 10 vesel kanan 1,890 presentasi disolusi paracetamol

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :

1,890 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 32,10 mcg/ml

1,890 + 0,11 = 0,0623 x = 28890 mcg = 288,9 mg

2 = 0,0623 x = % terdisolusi = (288,9 : 500)

X = 32, 10 mcg/mL x 100 % = 57,78 %

 Menit ke 30 vesel kiri 1,884 presentasi disolusi paracetamol

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :

1,884 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 32, 006 mcg/ml

1,884 + 0,11 = 0,0623 x = 28805,77 mcg = 288,057 mg

1,994 = 0,0623 x = % terdisolusi = (288,057 : 500)

X = 32,006 mcg/mL x 100 % = 57,61 %

 Menit ke 30 vesel tengah 1,886 Presentasi disolusi paracetamol

dalam

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :


9

1,886 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 32,0385 mcg/ml

1,886 + 0,11 = 0,0623 x = 28834,65 mcg = 288,3465 mg

1,996 = 0,0623 x = % terdisolusi = (288,3465 : 500)

X = 32,0385 mcg/mL x 100 % = 57,66 %

 Menit ke 30 vesel kanan 1,84 Presentasi disolusi paracetamol

dalam

Y = 0,0623 x – 0,11 dalam 900 ml :

1,84 = 0,0623 x – 0,11 = 900 ml x 31,30 mcg/ml

1,84 + 0,11 = 0,0623 x = 28170,144 mcg = 281,701 mg

1,95 = 0,0623 x = % terdisolusi = (281,701 : 500)

X = 31,30 mcg/mL x 100 % = 56, 34 %

d. Hasil uji disolusi sampel tablet parasetamol

Kadar (%)
Menit Ke-
Vessel Kiri Vessel Tengah Vessel Kanan
10 57,66 % 57,55 % 56,91 %
20 57,55 % 57,55 % 57,78 %
30 57,61 % 57,66 % 56,34 %

VI. PEMBAHASAN

Parasetamol merupakan derivat p – aminofenol yang mempunyai sifat

analgesik antipiretik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan


10

mekanismenya diduga efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat

menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.

Praktikum uji disolusi tablet parasetamol bertujuan untuk mengetahui

kadar dari parasetamol, serta jumlah zat aktif yang terlarut dalam media air

dengan volume, wakti dan alat tertentu apakah memenuhi persyaratan disolusi

yang tertera pada monografi. Sampel tablet berbentuk tablet tidak bersalut

dengan persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut kurang dari 80 % dari

etiket. Pengujian disolusi tablet parasetamol dilakukan dengan pembuatan

kurva oleh larutan baku seri. Konsentrasi larutan baku induk 1000 ppm

dilarutkan menjadi beberapa larutan baku seri yaitu 10; 15, 20; 25; dan 30

ppm.

Pemilihan interval baku seri menyesuaikan absorbansi yang dapat

diinterpretasikan oleh spektrofotometer. Kurva baku menghasilkan garis linear

regresi y = 0,0623x – 0,11 dengan ketelitian sebesar 98,53%. Garis linear

regresi dari kiri bawah menuju ke kanan atas menunjukkan bahwa semakin

besar konsentrasi larutan baku seri maka semakin besar pula absorbansi yang

dihasilkan.

Perhitungan hasil kadar tablet parasetamol yang dilakukan pada uji

disolusi secara spektrofotometri yang dilakukan terhadap 3 tablet dengan

perlakuan pengambilan cuplikan media disolusi pada menit ke 10; 20; dan 30.

Ditentukan harga Ab (Absorbansi Baku) mendekati harga absorbansi uji. Hasil

kadar tablet parasetamol diperoleh sebesar 57,66; 57,56; 57,61; 57,56; 57,56;

57,66; 57,66; 57,78; dan 57,61 %. Kadar zat aktif yang terlarut tersebut tidak
11

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi

IV, dimana kadar tidak kurang dari Q + 5 % (Q = 80%). Hal ini menunjukkan

bahwa zat aktif tablet parasetamol tidak dapat melarut dengan baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kadar tersebut antara lain tablet

yang digunakan, media, spektrofotometer, praktikan. Sampel yang digunakan

yaitu tablet parasetamol yang sudah kadaluarsa, ditinjau dari data uji

kekerasan yang kurang memenuhi persyaratan sehingga diduga tablet terlalu

keras sehingga sulit untuk melarut. Media yang digunakan yaitu air. Hal ini

tidak sesuai dengan monografi yang seharusnya menggunakan media disolusi

dapar fosfat pH 5,8. Spektrofotometer yang digunakan kurang sensitif

terhadap sampel yang diuji dan perlu dikalibrasi kembali. Pada monografi

tertera pengujian spektrofotometri dengan panjang gelombang 243 nm,

kemampuan spektrofotometer hanya dalam panjang gelombang 250 nm.

Faktor praktikan yang melakukan praktikum dapat mempengaruhi hasil

analisa, diduga praktikan kurang menjaga kebersihan alat sehingga adanya

pengotor dan galat yang mengganggu hasil analisa.

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum uji disolusi tablet dapat disimpulkan bahwa tablet

parasetamol tersebut tidak memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi

Ke Empat, dimana persyaratan kadar uji disolusi tiap unit sediaan adalah tidak

kurang dari Q + 5% (Q = 80%).

VIII. SARAN
12

Untuk pratikum selanjutnya disarankan agar dapat memformula sediaan

tablet dengan bahan dan konsentrasi yang baik, tepat dan ketelitian

penimbangan sebelum percetakan tablet, juga diperlukan ketelitian dalam

melakukan evaluasi tablet karena hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui

apakah tablet yang telah dibuat memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia

atau tidak.

IX. DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30238329/LAPORAN_PRATIKUM_PENGUJIA

N_MUTU_FISIK_TABLET_UJI_DISOLUSI_TABLET_Oleh_Kelompok_2_

Program_Studi_DIII_Analis_Farmasi_dan_Makanan ( diakses tgl 07/06/2020

pukul 01. 16)

http://dianasyam67.blogspot.com/2014/01/disolusi-obat.html?m=1 ( diakses

tgl 07/06/2020 pukul 01.27)

modul praktikum fisika farmasi


13

Anda mungkin juga menyukai