Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

MODUL VIIII
KOLOID

NAMA : NUR ADLIATY


KELAS : 02FARE003(2C)
NIM : 191040400114
MODUL VIII
KOLOID
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu membedakan koloid dari tampilan fisik (kenampakannya) serta beberapa
sifatnya secara umum.

II. TEORI UMUM


Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar
antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).
Contoh: Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat
adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari
sifat larutan atau suspensi.Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik
padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan
tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti
adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga
merupakan sistem koloid.Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-
hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan
benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah
setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
– Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
– Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :

Fase Pendispersi Nama koloid Contoh


Terdispers
i

Gas Gas Bukan koloid, karena gas bercampur secara


homogeny

Gas Cair Busa Buih, sabun, ombak, krim


kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung, kasur busa

Cair Gas Aerosol cair Obat semprot, kabut, hair spray


di udara

Cair Cair Emulsi Air santan, air susu, mayones

Cair Padat Gel Mentega, agar-agar

Padat Gas Aerosol padat Debu, gas knalpot, asap

Padat Cair Sol Cat, tinta

Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca, lumpur

Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana
jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan
sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit
berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat
jika ada sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena
gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi
digunakan dalam proses: Pemutihan gula tebu, Norit, Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya
muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-
partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH– dalam larutan sehingga akan bermuatan – dan
tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Karena partikel
koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid
dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak
menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan
dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan
tujuan untuk menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya
berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi.
 Perubahan suhu.
 Pengadukan.
 Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
 Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.
- Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil,
cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian
medium pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam
koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
- Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk
penggunaannya.Contoh: es krim, tinta, cat.Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat
membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid
pelindung.Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
- Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai
emulgator dari emulsi minyak dan air.
i. Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan
koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong
yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion
saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid. Contoh: kertas perkamen, selopan atau
kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion
dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam
kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang
disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses
dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani
“cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan
penyaring ultra.

Penggunaan Sistem Koloid :


 Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
 Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
 Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
 Industri : tinta, cat.
Beberapa Macam Koloid :
1. Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh: aerosol padat: debu, asap. Aerosol cair: kabut, awan.Bahan pendingin dan
pendorong yang sering digunakan adalah Kloro Fluoro Karbon (CFC).
2. Emulsi adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang
tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak
ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi.Untuk
membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang dapat tertarik
oleh kedua zat cair tersebut.Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air. Kasein
sebagai emulgator pada susu.
3. Sol adalah suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam zat cair.
4. Gel/Jel adalah koloid liofil setengah kaku. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk
menata rambut.
5. Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. Contoh: sabun,
detergen, protein. Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil
alkohol.

III. KEGIATAN PERCOBAAN


a. Mahasiswa mampu melakukan percobaan efek tyndall pada koloid.
b. Mahasiswa mampu melakukan percobaan uji sifat alir pada koloid.
c. Mahasiswa mampu melakukan percobaan pengaruh elektrolit pada koloid.
d. Mahasiswa mampu melakukan percobaan pengaruh alcohol pada koloid.
e. Mahasiswa mampu melakukan percobaan uji reversibilitas pada koloid.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Alat : beaker glass, senter, stopwatch, buret, tabung reaksi, gelas ukur,pipet kaca, cawan
porselen, batang pengaduk, hotplate.
Bahan : ethanol, AgNO3, gelatin, FeCL3, NaCL,PGA, sodium alginate.
a. efek tyndall pada koloid.
1. Masukkaan larutan NaCL kedalam beaker glass lalu dilewatkan/diberikan cahaya.
2. Masukkan larutan FeCL3 kedalam beaker glass, lalu dilewatkan/diberikan cahaya.
3. Masukkan larutan gelatin kedalam beaker glass, lalu dilewatkan/diberikan cahaya.
b. Uji sifat alir pada koloid.
1. Masukkan larutan sodium alginate kedalam buret sebanyak 25ml kemudian
dialirkan secara penuh. Lalu ukur waktunya.
2. Masukkan larutan gelatin kedalam buret sebanyak 25ml, kemudian dialirkan
secara penuh. Lalu ukur waktunya.27dtl
c. Pengaruh elektrolit pada koloid.
1. Masukkan larutan AgNO3 sebanyak 5ml kedalam tabung reaksi, lalu masukka
NaCl dengan pipet sedikit demi sedikit hingga terbentuk endapan. Kemudian ukur
NaCl yang terpakai.0,2ml endapan
2. Masukkan laarutan gelatin sebanyak 5ml ke dalam tabung reksi, lalu masukkan
NaCl menggunakan pipet sedikit demi sediki hingga terbentuk endapan.
Kemudain ukur NaCl yang terpakai.8,4ml
d. Pengaruh alcohol terhadap koloid.
1. Masukkan larutan 5ml PGA kedalam tabung reaksi. Lalu masukkan alkohol
sedikit demi sedikit menggunakan pipet hingga terbentuk endapan.lalu ukur
ethanol yang terpakai. 3,6ml
2. Masukkan FeCl3 sebanyak 5ml kedalam tabung reaksi. Lalu masukkan alcohol
sedikit demi sedikit menggunakan pipet hingga terbentuk endapan. Kemudian
ukur alcohol yang terpakai 9ml.
e. Uji reversibilitas pada koloid.
1. Masukan FeCl3 sebanyak 5ml kemudian tuang kedalam cawan porselen yang
sudah dipanaskan. Kemudian tunggu hingga pelarutnya menguap. Masukkan 5ml
aquadest lalu aduk. Jika larutan tsb menyatu kembali maka disebut reversible, jika
larutan tsb tidak menyatu maka disebut irreversibel
2. Masukkan Pga sebanyak 5ml kemudian tuang kedalam cawan perselen yang sudaj
dipanaskan. Kemudian tunggu hingga pelarutnya menguap. Masukkan 5ml
aquadest lalu aduk. Jika larutan tsb menyatu kembali maka disebut reversible, jika
larutan tsb tidak menyatu maka disebut irreversible

V. HASIL PERCOBAAN
a) efek tyndall pada koloid
1. Pada larutan NaCl ini tidak menunjukkan efek tyndall karena NaCl merupakan
larutan bukan koloid.
2. Pada larutan FeCl3 ini terbentuk seberkas cahaya yang melewati koloid pada
beakerglass. Ini yang disebut efek tyndall.
3. Pada larutan gelaitin ini terbentuk seberkas cahaya yang melewati koloid pada beaker
glass walaupun gelatin terlihat jernih.ini disebut efek tyndall
b) Uji sifat alir pada koloid.
1. Waktu alir yang didapat pada larutan sodium alginate dengan volume 25ml adalah 24
detik.
2. Waktu alir yang didapat pada larutan gelatin dengan volume 25ml adalah 27 detik
c) Pengaruh elektrolit terhadap koloid.
1. Pada larutan AgNO3 + NaCl terbentuk endapan putih. Volume NaCl yang terpakai
adalah 0,2ml.
2. Pada larutan gelatin + NaCl terbentuk endapan putih. Volume NaCl yang terpakai
adalah 8,4 ml.
d) Pengaruh alcohol pada koloid.
1. Pada larutan PGA + alcohol terbentuk endapan putih keruh. Volume alcohol yang
terpakai adalah 3,6ml
2. Pada larutan FeCl3 + alcohol terbentuk endapan warna keruh/ terbentuk 2 fase
dengan perbedaan warna. Itu berarrti alcohol sudah berpengaruh terhadap koloid.
Volume alcohol yang terpakai adalah 9ml.
e). uji reversibilitas pada koloid.
1. Pada larutan FeCl3 yang sudah mongering lalu ditambahkan 5ml aquadest tidak bisa
menyatu dengan aquadest(pelarutnya) terdapat endapan hitam. Larutan ini disebut
irreversible.
2. Pada larutan PGA yang sudah mongering lalu ditambahkan 5ml aquadest dapat
menyatu. Larutan koloid ini disebut reversible.

VI. PEMBAHASAN.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar
antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).
Contoh: Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat
adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari
sifat larutan atau suspensi.Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik
padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan
tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti
adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga
merupakan sistem koloid.Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-
hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan
benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Pada percobaan pada efek tyndall mendapatkan hasil : Pada larutan NaCl ini tidak
menunjukkan efek tyndall karena NaCl merupakan larutan bukan koloid. Pada larutan FeCl3
ini terbentuk seberkas cahaya yang melewati koloid pada beakerglass. Ini yang disebut efek
tyndall. Pada larutan gelaitin ini terbentuk seberkas cahaya yang melewati koloid pada
beaker glass walaupun gelatin terlihat jernih.ini disebut efek tyndall
Pada percobaan uji sifat alir pada koloid mendapatkan hasil : Waktu alir yang didapat
pada larutan sodium alginate dengan volume 25ml adalah 24 detik. Waktu alir yang didapat
pada larutan gelatin dengan volume 25ml adalah 27 detik
Pada percobaanPengaruh elektrolit terhadap koloid mendapatkan hasil : Pada larutan
AgNO3 + NaCl terbentuk endapan putih. Volume NaCl yang terpakai adalah 0,2ml. Pada
larutan gelatin + NaCl terbentuk endapan putih. Volume NaCl yang terpakai adalah 8,4 ml.
Pada percobaan Pengaruh alcohol pada koloid mendapatkan hasil : Pada larutan PGA +
alcohol terbentuk endapan putih keruh. Volume alcohol yang terpakai adalah 3,6ml. Pada
larutan FeCl3 + alcohol terbentuk endapan warna keruh/ terbentuk 2 fase dengan perbedaan
warna. Itu berarrti alcohol sudah berpengaruh terhadap koloid. Volume alcohol yang terpakai
adalah 9ml.
Pada percobaan uji reversibilitas pada koloidmendapatkan hasil : Pada larutan FeCl3
yang sudah mongering lalu ditambahkan 5ml aquadest tidak bisa menyatu dengan
aquadest(pelarutnya) terdapat endapan hitam. Larutan ini disebut irreversible. Pada larutan
PGA yang sudah mongering lalu ditambahkan 5ml aquadest dapat menyatu. Larutan koloid
ini disebut reversible.

VII. DAFTAR PUSTAKA


https://rindhapermata.wordpress.com/materidasar-teori-koloid/ (diakses tgl 07/06/2020
pukul 16.03)
https://migahetty.blogspot.com/2017/09/laporan-praktikum-kimia-sistem-koloid.html
(diakses tgl 07/06/2020 pukul 14.32)
https://youtu.be/VlB9OmvLx2I (diakses tgl 07/06/2020 pukul 16.08)

Anda mungkin juga menyukai