Anda di halaman 1dari 14

BAB II

MANUSIA , AGAMA DAN ISLAM

A. MANUSIA

1. Asal Usul Manusia.

Asal usul penciptaan manusia tidak terlepas dari figur Nabi Adam, AS
sebagai manusia pertama ciptaan Allah SWT (QS.Al-Baqarah, 2; 30-33). Proses
penciptaan manusia ada dua yaitu :

a). Dari tanah, kemudian Allah SWT meniupkan ruhnya.

Penciptaan manusia pada awalnya dari tanah. Nabi Adam, AS sebagai


manusia pertama diciptakan Allah SWT dari unsur tanah (QS.Al-Hijr,15; 26 &
28, Al-An’am, 6;2 dan Al-Mu‘minun, 23; 12). " Yang membuat segala sesuatu
yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari
tanah". (QS. 32:7) "Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu
ditentukan ajal (kematianmu), ...." (QS. 6:2). "Hai manusia, kamu dalam
keraguan tentang kebangkitan (dari kubur); maka (ketahuilah) sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan
air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah" (QS. 22:5) Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

7
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik. (QS. 23:12-14)

b). Setetes nutfah

"Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)".
(QS. 32:8). "Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam
(tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur" (QS. 32:9)". Dia
diciptakan dari air yang terpancar,yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki
dan tulang dada perempuan". (QS. 86:6-7)". kemudian Kami letakkan dia dalam
tempat yang kokoh (rahim),sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan
(bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan". (QS. 77 (al-
Mursalaat):20-23) ".

Dalam Alqur’anul Karim manusia diartikan sebagai makhluk biologis,


psikologis dan makhluk social. Sebagaimana yang terdapat pada kalimat dibawah
ini, yaitu:

1. Basyar (37 kali), manusia sebagai basyar (makhluk biologis) yang tunduk pada
takdir Allah sama dengan makhluk lain. Allah SWT yang maha kuasa memiliki
kekuasaan terhadap seluruh alam dan isinya. Manusia sebagai makhuk ciptaan
Allah SWT, harus tunduk terhadap semua ketentuanNya.

2. Insan (65 kali), manusia sebagai insan (makhluk psikologis). Manusia sebagai
insan dibekali oleh Allah SWT dengan akal. Akal membedakan manusia dari
makhluk lain. Manusia yang menggunakan akalnya dengan baik akan
membawa kemaslahatan bagi kehidupannya, demikian juga sebaliknya.

3. An- nas (240 kali), manusia sebagai an- nas (makhluk sosial), bertalian dengan
hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk
atau menentang takdir Allah. Akan tetapi tentu saja setiap pilihan mengandung
resiko (QS. At-Thur, 52; 21). Manusia sebagai makhluk sosial juga dimaknai

8
sebagai yang membutuhkan makhluk lain. Manusia terdiri dari fisik dan ruh.
Di samping tubuh manusia yang memiliki potensi yang bersifat fisik. Ruh
manusia juga memiliki sifat potensial berupa akal, qalb (rasa) dan nafsu.
Manusia ideal adalah yg mampu menjaga fitrahnya, dan mampu mengelola
potensi akal, qalb dan nafsunya secara harmonis.

2. Hakikat Manusia

Setiap manusia harus mengetahui hakikat hidupnya, karena seseorang


yang mengetahui hakikat hidupnya, hidupnya akan lebih terarah. Pertanyaan
adalah: siapakah saya? Apakah hakikat hidup diri saya? Ini adalah pertanyaan
yang sangat penting untuk kita ketahui. Jawaban dari pertanyaan ini akan
menentukan sikap kita dalam menjalani kehidupan. Manusia adalah makhluk yang
diciptakan oleh Allah untuk menyembah kepada-Nya peranannya sebagai
Khalifah dibumi. Apakah kita mengakui bahwa kita ini makhluk ?. Ada yang
tidak setuju terhadap masalah ini. TEORI DARWIN atau orang atheis yang
meyakini bahwa kita ada secara kebetulan (tidak disengaja) atau ada dengan
sendirinya, kemudian berevolusi sebagaimana kera, na’udzubillah. Kalau kita
sadar bahwa kita ini makhluk, maka kita akan tunduk kepada sang Pencipta kita .
Kalau tidak, maka wajar kalau manusia berbuat seenaknya, seperti halnya
binatang (Qs: 47:12).

3. Potensi Manusia

Potensi manusia yang terdiri dari pendengaran, penglihatan dan hati (akal)
merupakan instrumen yang diberikan oleh Allah SWT untuk dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawab yang dibebankanNya. Sebab dengan semuanya itu
manusia dapat memperoleh kelebihan-kelebihan sehingga dapat menjalankan
amanah : beribadah dan manjalankan fungsi kekhilafahan. Sebagai khalifah,
manusia mendayagunakan potensinya tersebut untuk membimbing alam. Bagi
mereka yang khianat terhadap segenap potensi yang diberikan, ia akan mendapat
kerugian dan Allah SWT memberi julukan kepada mereka : bagaikan hewan

9
ternak, seperti anjing, seperti monyet, babi, kayu, batu, laba-laba dan seperti
keledai.

Manusia dengan segenap potensi dan kelebihan-kelebihan harus bertanggung


jawab dan menyadari perannya. Tugas/amanah yang dibebankan sebagai refleksi
atas potensi dan kelebihan-kelebihan yang telah diterimanya itu adalah beribadah,
tetapi tidak semua manusia bersedia menerima amanah ini dan sebagian
menolaknya. Dengan ketiga potensi dan kelebihan-kelebihan lainnya manusia
mendapat amanah yaitu:

a. Beribadah kepadaNya

       * Beribadah (QS. : 51 :


56)
Artinya : Tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.
Bagi manusia yang menyadari potensi yang telah diberikan dan digunakan untuk
beribadah kepada Allah (berislam) maka status khilafah disandangnya (QS. 24 :
55, 48 : 29).

b. Sebagai khalifah (2 : 30)


          
         
         

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan


kehendak Sang Pemilik Alam dan tidak menentangNya. Makna khilafah bukan
berarti pemilik asal, tetapi hanya pemelihara (QS. 35 : 13, 40 : 24-25, 53) dan
mendayagunakan alam. Menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan

10
kehendak Sang Pemilik Alam (QS. 76 : 30, 26 : 68), dengan tidak menentang
terhadap aturanNya (QS. 100 : 6-11).

Manusia yang lalai tidak menyadari potensi yang telah diberikan kepadanya dan
tidak bertanggung jawab, akan mendapatkan kerugian yang amat besar, bahkan
dianggap setara dengan makhluq yang lebih rendah derajatnya; tidak bernilai di
sisi Allah SWT. Ketika manusia lalai dari kewajiban yang diberikan kepadanya,
mereka berkhianat, maka mereka seperti hewan ternak bahkan lebih rendah
daripadanya (QS. 7 : 179, 45 : 2, 25 : 43-44), anjing (QS. 7 : 176), monyet (QS.
5 : 60), babi (QS. 63 : 4), kayu (QS. 2 : 74), batu (QS. 29 : 41), laba-laba (QS. 62
: 5), keledai.

4. Sifat-sifat Manusia adalah:

1).Memiliki Fitrah

            
          
 

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;


(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS 30 : 30).

Fitrah Allah : maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai


naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid hanyalah lantaran
pengaruh lingkungan. Dalam hadits nabi juga disebutkan :

ْ ِ‫ُكلُّ َموْ لُو ٍد يُولَ ُد َعلَى ْالف‬


‫ط َر ِة فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه أَوْ يُنَصِّ َرانِ ِه أَوْ يُ َم ِّج َسانِ ِه‬

Artinya: Setiap anak yang lahir dalam keadan Fitrah, bapak ibunyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Abu Hurairah).

11
Selain memiliki fitrah, beberapa sifat manusia yang disebutkan dalam Al Qur’an
adalah :

2). Lemah, keluh kesah (4:28/ 70:19/30:54) .3). Bodoh (33:72, 17:85) 4). Fakir
(35:15)

5). Kikir (35 :15) 6). Melampaui batas (96:6). 7). Tergesa-gesa (17:11/21:37.

8). Putus asa (17:83). 9). Enggan bersyukur (41:51/42:48/100:6-7). 10).

10). Merasa cukup (96:6-7). 11). Sombong (17:83). 12). Hanif (30:30).

13). Mengabdi (2:165/51:56). 14). Memilih (2:256/10:99). 15). Cinta


(2:165/3:14).

16). Berjamah (49:13).

Meskipun Allah SWT menciptakan manusia itu lemah dan bodoh, namun
dimuliakan dari makhluk yang lain, sehingga layak diberikan amanah. Manusia
adalah satu-satunya makhluk Allah yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk
yang lain (17:70). Di sini disebutkan “dimuliakan”, bukan mulia dengan
sendirinya. Ada tiga kemuliaan yang Allah SWT berikan kepada manusia yaitu :

(1). Ditiupkan ruh (32:9).

Malaikat hanya ruh sahaja, Binatang dan tumbuhan tidak diberi ruh

(2). Diberikan keistimewaan (17:70).

Diberi kendaraan darat dan laut. Diberi rizki (makanan yang beraneka).
Diberi kelebihan akal.

(3). Alam semesta ditundukkan bagi manusia (16:14).

Kesimpulannya: Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari dua unsur
( jasmani dan rohani) yang dimuliakan oleh Allah SWT atas makhluk yang lain
karena diberi aqal yang dengannya manusia bebas memilih beriman atau kafir,

12
dengan tujuan penciptaan yang jelas yaitu untuk beribadah hanya pada Allah SWT
(QS 51 : 56) dan menjadi khalifah dimuka bumi (QS. 2:30 ).

B. AGAMA

Pengertian Agama (Din) dalam bahasa Arab artinya Uud/ hukum. Din juga
bermakna kekuasaan/ menguasai, menundukkan, patuh, balasan dan kebiasaan.
Religi dari bahasa Inggris yang berarti: kepercayaan/ penyembahan. Agama
berasal dari bahasa sangsekerta. Artinya : A = Tidak, Gama artinya: kacau / kocar
kacir/ bercerai berai. Buya Hamka mengibaratkan, bahwa Agama itu ibarat tali
kekang pada bendi, atau ibarat rel pada kereta api. Kesimpulannya, agama adalah
ajaran yg berasal dari tuhan / hasil renungan manusia yang terkandung dalam
kitab suci yang turun temurun di wariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan
tujuan untuk memberikan tuntunan dan pedoman hidup manusia agar mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.

1. Pilar-Pilar Dinul-Islam

Secara gais besar ada 3 unsur utama dalam ajaran Islam yakni akidah, syariah dan
akhlak.

a. Akidah atau keimanan: yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan.

b. Syariah atau aspek norma: yaitu ajaran yang mengatur perilaku seorang
pemeluk agama Islam, termasuk perilaku tuntunan dalam mengerjakan ibadah.

c. Akhlak atau aspek behavioral: gambaran tentang perilaku yang seyogyanya


dimiliki seorang muslim.

Akidah, syariah dan akhlak adalah tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dari pribadi
seorang muslim, karena akidah adalah dasar keyakinan yang mendorong
penerimaan syariat Islam secara utuh. Jika syariat telah dilaksanakan berdasarkan
akidah, akan lahir bentuk-bentuk tingkah laku yang baik (akhlakul karimah).

13
2. Hajat kebutuhan manusia terhadap agama

1). Karena Fitrah, QS: Arrum: 30

2). Karena kelemahan dan kekurangan manusia, QS: Al- Qomar: 49

3). Tantangan Manusia baik internal seperti nafsu maupun eksternal seperti
Syaithan dan musuh agama lainnya seperti Yahudi dan Nasrani ( Qs. 2:120)

3. Fungsi Agama

1). Sumber pedoman hidup manusia.

2). Sebagai bimbingan dan tuntun untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat

C. ISLAM

1. Pengertian Islam secara etimologis memiliki makna :

 Menundukkan wajah (QS. 4 : 125)

 Berserah diri (QS. 3 : 83)

 Suci, bersih (QS. 26 : 89)

 Selamat, sejahtera (QS. 6 : 54)

 Perdamaian (QS 47 :35)

Dengan pengertian secara etimologis ini dapat disimpulkan bahwa Islam


adalah tunduk, patuh, pasrah, taat, berserah diri kepada Allah,baik lahir maupun
bathin. Manakala kalimat Islam didalam Al Qur’an disebut sebagai diin (QS. 3 :
19, 85) yang berarti suatu manhaj, sistem dan aturan hidup yang menyeluruh dan
lengkap. Dengan demikian, kalimat Islam adalah ketundukkan, wahyu ilahi (QS.
53 :4, 21 :7), diin keselamatan dunia-akhirat. Kesimpulan dari makna-makna
tersebut : Islam adalah panduan hidup yang lengkap bagi manusia, dengan
berserah diri dan tunduk maka ia akan mendapatkan kebahagiaan dan

14
kedamaian dunia dan akhirat. Akhirnya, Rasulullah bersabda bahwa Islam itu
tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya. Islam itu tinggi dan akan
dimenangkan di atas semua agama, kepercayaan dan ideologi (QS. 48 : 28, 9 :
33).

2. Ciri Khas Dinul Islam

Sebagai sebuah sistim, Islam mempunyai karakteristik yang membedakannya


sengan sistim-sistim yang lain. Karakteristik adalah ciri-ciri umum yang menjadi
bingkai dari keseluruhan ajaran Islam, cara pandang Islam terhadap berbagai
permasalahan eksistensial seperti Tuhan, alam, manusia dan kehidupan, serta
interpretasinya terhadap berbagai peristiwa selamanya akan berada dalam bingkai
ciri-ciri umum tersebut. Karakteristik ini pula yang kemudian menjadi letak
keunggulan Islam terhadap sistim-sistim lainnya. Ciri-ciri umum tersebut adalah:

1). Robbaniyyah

Robbaniyyah adalah nisbat kepada kata Rabb yang berarti Tuhan.


Robbaniyyah sumbernya, maksudnya adalah bahwa Islam bersumber dari Allah
SWT bukan dari manusia. Ia bukan kreasi manusia, juga bukan kreasi Nabi yang
membawanya. Maka Islam adalah jalan Allah. Tugas para Nabi adalah menerima
dan menyampaikan ajaran itu kepada umat manusia.
"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya". (QS : As-Syuura:13)

Sumber ajaran merupakan titik perbedaan paling signifikan antara berbagai


ideologi. Sumber ajaran Islam adalah Allah SWT, Tuhan semesta alam, Tuhan
yang menciptakan manusia dan yang paling mengetahui hakikat manusia serta apa
saja yang dibutuhkannya; kebutuhan fisik, ruh dan akalnya. Ia adalah sumber
yang terpercaya yang memiliki semua hak dan kelayakan untuk mengatur
manusia. Kekuatan sumber itu melahirkan rasa aman untuk menerima kebenaran

15
dan menghilangkan keraguan. Ia bukan saja membawa kebenaran mutlak, tapi
juga terjaga validitasnya sepanjang masa.

"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu". (QS.Al-Baqaroh : 147). "Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya".
(QS. Al-Hijr : 9)

Semua ideologi lain memiliki kelemahan mendasar karena sumbernya adalah


manusia yang tidak pernah bisa membebaskan diri dari hawa nafsu, keterbatasan,
kelemahan dan ketidakberdayaan. Ideologi manusia tidak pernah sanggup
melampaui hambatan ruang dan waktu dan dengan mudah usang dan dibuang
kemasa lalu oleh ketidaksesuaian. Robbaniyyah tujuannya, maksudnya adalah
tujuan pertama dan terakhir dien Islam adalah agar manusia menyembah Allah.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku". (QS: Adz- Dzariyaat :56)

2). Insaniyyah `Alamiyyah (Kemanusiaan yang universal)

Yang dimaksud dengan kemanusiaan yang universal adalah bahwa Islam


diturunkan sebagai petunjuk untuk seluruh manusia bukan khusus suatu kaum
atau golongan.

"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam." (QS: Al-Anbiyaa':107). "Dan Kami tidak mengutus kamu,
melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira
dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebayakan manusia tidak mengetahui."
(QS: Saba' :28)

3). Syamil dan Mutakkamil ( lengkap dan mencakup seluruh aspek kehidupan)

Yang dimaksud syamil adalah bahwa hukum dan ajaran Islam mencakup
seluruh aspek kehidupan. Tidak ada suatu pekerjaan, baik yang kecil maupun
yang besar sekalipun, kecuali Islam telah menerangkan hukumnya.

16
"Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan." (QS: Al-An'am:38)

"(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat manusia, Dan Kami turunkan kepadamu Al-
Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."(QS: An-Nahl:89).

4). Al Basathoh (mudah)

Yang dimaksud mudah adalah bahwa ajaran Islam mudah untuk


dikerjakan, tak ada kesulitan sedikitpun, sebab Islam tidak membebankan manusia
suatu kewajiban kecuali sebatas kemampuannya.

"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan". (QS: Al-Hajj: 78)

"Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu
dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (QS: Al-
Maidah :6)

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."


(QS: Al-Baqorah:286).

5). Al 'Adalah (Keadilan yang mutlak)

Maksudnya, tujuan Islam adalah menegakan keadilan mutlak dan


mewujudkan persaudaraan dan persaudaraan ditengah kehidupan manusia serta
memelihara darah, kehormatan, harta, keturunan dan dien mereka.

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adaillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan". (QS: Al-Maidah :8)

17
"Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga ia sampai masa usia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar kemampuannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah.
Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. ( QS: Al-
An'aam :152)

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar


penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapak dan karib kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata)
atau enggan menjdai saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan. ( QS: An-Nisaa':135)

6). Tawazun (Keseimbangan)

Yaitu Islam dan seluruh ajarannya menjaga keseimbangan antara


kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara jasad dan ruh, antara dunia
dan akhirat.

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS:
Al-Qashash:77).

Sebagai contoh diantara ajaran Islam adalah "Apabila maslahat pribadi


berbenturan dengan kepentingan umum maka yang didahulukan adalah
kepentingan umum.

Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah:


"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (QS: Al-Baqorah:215)

18
Dalam hal keseimbangan antara kebutuhan ruhiyah dan jasadiyah Nabi SAW
bersabda,
"Sesungguhnya badanmu memililki hak atasmu, jiwamu memiliki hak atasmu dan
ke!uargamu juga memiliki hak atasmu, maka berikanlah hak pada setiap yang
punya hak".
7). Perpaduan antara Tsabat (tidak berubah) dan Murunah (menerima
perubahan)

Diantara ciri khas dien Islam adalah perpaduan antara tsabat dan murunah.
Tsabat (tetap) pada pokok-pokok dan tujuannya, murunah pada cabang, sarana
dan cara-caranya sehingga dengan sifat murunahnya Islam dapat menyesuaikan
diri dan dapat menghadapi perkembangan zaman serta sesuai dengan segala
keadaan yang timbul. Dan dengan sifat tsabat pada pokok-pokok dan tujuannya
Islam tidak dapat larut dan tunduk terhadap persoalan zaman dan perputaran
waktu.

3. Syumuliatul Islam (Kesempurnaan Islam)

Islam merupakan agama yang syumul (sempurna) berarti lengkap,


menyeluruh dan mencakup segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup
manusia. Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz zamaan
(sepanjang masa), syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) dan syumuliyatul
makan (semua tempat). Islam sebagai syumuliyatul zamaan (sepanjang masa)
dibuktikan dengan ciri risalah nabi Muhammad saw sebagai kesatuan risalah dan
nabi pentutup. Islam yang dibawa nabi Muhammad saw dilaksanakan sepanjang
masa hingga hari kiamat.Islam sebagai syumuliyatul minhaj (mencakup
semuanya) mencakup semua aspek kehidupan dalam Islam itu sendiri, misalnya
jihad dan da’wah (sebagai penopang), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan
Islam) dan aqidah (sebagai asas Islam) sosial budaya, politik,ekonomi, seni,
pendidikan ,undang-undang, dsb. Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan
Islam sebagai agama.

19
Islam sebagai syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah menciptakan
manusia dan alam semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam ini hanya
Allah saja. Karena berasal dari satu pencipta, maka semua dapat dikenakan aturan
dan ketentuan kepadaNya.
Ringkasan Dalil Syumuliatul Islam (QS. 2 : 208) :
 Syumuliyatuz zamaan (QS. 2 : 208):
 Risalah yang satu (QS. 29 : 90, 34 : 28, 21 : 107)
 Penutup para nabi (QS. 33 : 42)
 Syumuliyatul minhaj :
 asas aqidah (syahadatain dan rukun iman)
 bangunan Islam : ibadah, rukun islam (sholat, shiyam, zakat haji), akhlaq
 penyokong/penguat : jihad (QS. 29 : 6,69, 47 : 31) atau amar ma’ruf nahi
munkar (QS. 3 : 104, 7 : 99, 9 : 112) dan da’wah (QS. 16 : 125, 41 : 33)
 Syumuliyatul makan (QS. 22 : 40)
 kesatuan pencipta (QS. 2 : 163-164)
 kesatuan alam (QS. 2 : 29, 67 : 15)

Kepustakaan

1. Furqon Syarief Hidayatulloh, S.Ag, M.Pd ( Buku Teks Pendidikn Agama


Islam), Penerbit IPB Press. 2012
2. Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992
3. Irwan Prayitno, DR. Kepribadian Muslim. Jakarta Tarbiyatuna 2003
4. Zulfahman Siregar, MA, (Buku Teks Agama Islam STKIP Adzkia), Padang,
PT Jasa Surya 2015

20

Anda mungkin juga menyukai