Anda di halaman 1dari 7

Spektrofotometri Emisi Atom

SPEKTROFOTOMETRI EMISI ATOM


(AES)

Pendahuluan
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan spektrofotometer.
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.Spektofotometer adalah
alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan sumber eksitasi
selain nyala api seperti busur listrik atau bunga api. Belakangan ini sumber eksitasi yang sering
digunakan adalah plasma argon. Metode ini bersifat spesifik dan peka. Metode memerlukan
persiapan sampel yang minimum, seperti sampel dapat langsung diletakkan pada sumber eksitasi.
Gangguan unsur-unsur lain pada temperatur eksitasi lebih tinggi, namun semuanya tidak berarti.
Karena pada saat yang sama dapat diambil spektrum dari dua unsur atau lebih. Keterbatasannya
adalah perekaman yang dilakukan pada kertas fotografi, yang perlu dicetak dan diinterprestasi.
Intensitas radiasi tidak selalu reprodusibel dan kesalahan relatif melebihi 1-2% (Khopkar, 1990).
Sumber eksitasi sangat berpengaruh terhadap bentuk dan intensitas emisi. Selain
menyediakan energi yang cukup untuk menguapkan sampel, sumber juga menyebabkan eksitasi
elektronik partikel-partiekl elementer dalam gas. Garis spektrum kejadiannnya yang terakhir inilah
berguna untuk analisis spektroskopi emisi. Molekul tereksitasi pada fase gas mengemisi spektrum,
yaitu akibat transisi dari suatu energi tereksitasi (E2) ke suatu tingkat energi yang lebih rendah (E1)
dengan pemancaran (emisi) foton dengan energi hv.
hv = E2  – E1
Pada masing-masing tingkat elektronik suatu molekul, terdapat sejumlah subtingkat vibrasi, rotasi
dengan energi yang berbeda, sehingga radiasi molekul tereksitasi meliputi sejumlah frekuensi yang
terkumpul dalam pita-pita; masing-masing pita sesuai dengan suatu transisi dari suatu tingkat
tereksitasi ke tingkat energi elektronik lain yang lebih rendah. Sedangkan atom tereksitasi atau ion
monoatom pada fase gas mengemisikan spektrum garis. Pada spektrum suatu spesies monoatomik
tidak dijumpai struktur halus (fine structure) vibrasi dan rotasi, sehingga spektrum emisi merupakan
suatu deret frekuensi individual myang sesuai dengan transisi antara berbagai tingkat energi
elektronik. Suatu garis spektrum mempunyai ketebalan spesifik. Spektrum emisi, absorpsi atau
pendar-fluor partikel atom terdiri dari garis-garis sempit tertentu tempatnya yang berasal dari transisi
elektronik elektron terluar (Khopkar, 1990).
Pengukuran dengan spektroskopi emisi dapat dimungkinkan karena masing-masing atom
mempunyai tingkat energi tertentu yang sesuai dengan posisi elektron. Pada keadaan normal,
elektron-elektron ini berada pada tingkat dasar dengan energi terendah. Penambahan energi baik
secara termal maupun elektrikal, menyebabkan satu atau lebih elektron diletakkan pada tingkat
energi lebih tinggi, menjauh dari inti. Elektron tereksitasi ternyata lebih suka kembali ke tingkat dasar
dan pada proses ini kelebihan energi dipancarkan dalam bentuk energi radiasi foton. Jika energi
eksitasinya semakin besar, maka energi emisinya juga semakin besar. Absorpsi sendiri (self
absorpsion) kadangkala menurunkan intensitas emisi.  (Khopkar, 1990).

Orbital-orbital yang terlihat dalam transisi elektronik


Tidak semua transisi dari orbital terisi ke orbital tak terisi terjadi. Di mana transisi adalah
“forbidden”, maka kebolehjadian terjadinya transisi adalah rendah dan intensitas jalur serapnyapun
rendah.
Karena elektron dalam molekul memiliki tenaga yang tak sama, maka tenaga yang diserap
dalam proses eksitasi dapat menyebabkan terjadinya 1 atau lebih transisi tergantung pada jenis
elektron yang terlihat.

Instrumentasi
Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik
sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut “spectrometer” atau spektrofotometer.
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkam sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diarbsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Materi akan diuji juga bertindak sebagai elektroda bila materi tersebut tahan temperature
tinggi. Selain itu sampel diletakkan dalam suatu bintik kecil pada elektroda grafit atau karbon.
Elektroda yang lebih rendah biasanya adalah elektroda positif. Medium pengurai sinarnya dalam
spektrograf dapat berupa prisma, grafiting ataupun celah sempit (slit). Slit harus lurus dan bersih.
Suatu plat fotografi dapat merekam daerah spectrum 200-800 nm. Susunan prisma dapat beupa tipae
cornu atau tipe littrow. Beberapa peralatan menggunakan tipe grating  dengan liputan spectrum 220-
780 nm. Proses fotografi utnuk merekam intensitas garis masih sering dilakukan.
Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari
sinar putih dapt lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun
celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan
berbagai filter dengan berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-
benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengarbsorbsi untuk larutan sample dan blangko ataupun
pembanding.
Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi radiasi, energi kimia,
dan energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang karakteristik untuk setiap unsur (atau
persenyawaan), dan besarnya perubahan yang terjadi biasanya sebanding dengan jumlah unsur atau
persenyawaan yang terdapat di dalamnya. Di dalam kimia analisis yang mendasarkan pada proses
interaksi itu antara lain cara analisis spektrofotometri atom yang bisa berupa cara emisi dan absorbsi
(serapan) (Sudjadi, 2007).
Pada cara emisi, interaksi dengan enegi menyebabkan eksitasi atom yang mana keadaan ini tidak
berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian atau akan
kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian atau seluruh energi eksitasinya dalam
bentuk radiasi. Frekuensi radiasi yang dipancarkan bersifat karakteristik untuk setiap unsur dan
intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi dan yang mengalami proses deeksitasi.
Pemberian energi dalam bentuk nyala merupakan salah satu cara untuk eksitasi atom ke tingkat yang
lebih tinggi. Cara tersebut dikenal dengan nama spektrofotometri emisi nyala. (Sudjadi, 2007).
Pada absorbsi, jika pada populasi atom yang berada pada tingkat dasar dilewatkan suatu berkas
radiasi maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom tersebut. Frekuensi radiasi yang
paling banyak diserap adalah frekuensi radiasi resonan dan bersifat karakteristik untuk tiap unsur.
Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat dasar (Sudjadi,
2007).

Proses Pengukuran
Sebagian besar metode spektroskopi dibedakan sebagai atom atau molekul didasarkan pada
apakah digunakan atau tidak untuk atom atau molekul. Seiring dengan perbedaan
itu, keduanya dapat diklasifikasikan pada sifat interaksi sebagai berikut :
Ø  Penyerapan spektroskopi menggunakan kisaran spektrum elektromagnetik di mana suatu zat
menyerap. Ini termasukspektroskopi serapan atom dan molekul berbagai teknik,
seperti inframerah, ultraviolet-tampak dan spektroskopi gelombang mikro .
Ø  Emisi spektroskopi menggunakan berbagai spektrum elektromagnetik substansi yang
dapat memancar. Zat yang pertama harus menyerap energi. Energi ini bisa dari berbagai sumber,
yang menentukan nama emisi berikutnya, seperti luminescence.Luminescence teknik molekuler
termasuk spectrofluorimetry .
Spektroskopi Emisi Atom (AES)
Spektroskopi emisi atom (AES) adalah metode analisis kimia yang menggunakan intensitas
cahaya yang dipancarkan dari api, plasma , atau percikan pada panjang gelombang tertentu untuk
menentukan jumlah suatu unsur dalam sampel. Panjang gelombang dari garis spektral atom
memberikan identitas elemen sedangkan intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan
jumlah atomunsur.
AES menyerap  cahaya menggunakan atom bebas. AES  adalah instrumen yang
menggunakan prinsip ini, bertujuan untuk menganalisis konsentrasi logam dalam larutan. Zat dalam
suatu larutan mengalami penguapan, dan dipecah menjadi atom terfragmentasi menjadi nyala atau
plasma.
Dalam emisi atom, sampel terkena energi tinggi, lingkungan termal untuk menghasilkan atom
keadaan tereksitasi, yang mampu memancarkan cahaya. Sumber energi bisa menjadi busur listrik,
api, atau lebih baru-baru ini, sebuah plasma. Spektrum emisi dari elemen terkena seperti sumber
energi terdiri dari kumpulan panjang gelombang emisi yang diijinkan, biasanya disebut garis emisi,
karena sifat diskrit dari panjang gelombang dipancarkan. Spektrum emisi ini dapat digunakan sebagai
karakteristik yang unik untuk identifikasi kualitatif elemen. Atom emisi dengan menggunakan busur
listrik telah banyak digunakan dalam teknik analisis. Emission kualitatif juga dapat digunakan untuk
menentukan berapa banyak elemen hadir dalam sampel. Untuk analisis “kuantitatif”, intensitas
cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang elemen yang akan ditentukan diukur. Intensitas
emisi pada panjang gelombang ini akan lebih besar sebagai nomor atom dari unsur analit meningkat.
Teknik fotometri nyala api adalah sebuah aplikasi dari emisi atom untuk analisis kuantitatif.
Elektroda yang biasa digunakan untuk berbagai bentuk AES adalah  grafit. Grafit merupakan
pilihan yang baik untuk bahan elektroda karena konduktif.  Logam yang digunakan sebagai elektroda
akan dpakai selama pemakaian dan logam yang dipakai tentunya tidak boleh mengganggu proses.
Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan panjang gelombang garis intens dari
sampel elemen telah diketahui. Pada umumnya setidaknya ada  tiga baris intens sampel yang harus
cocok dengan elemen sudah diketahui untuk menyimpulkan bahwa sampel mengandung elemen-
elemen tersebut.

 Gambar 1. Skema Percobaan AAS

Cara Kerja
Seperti dalam spektroskopi AAS, sampel harus dikonversi menjadi atom bebas, biasanya dalam suhu
eksitasi sumber yang tinggi. Sampel cair adalah nebulasi dan dibawa ke sumber eksitasi oleh gas
yang mengalir. sampel padat dapat diperkenalkan ke sumber oleh lumpur atau ablasi laser dari
sampel solid di dalam aliran gas. Zat padat juga dapat langsung menguap oleh percikan antara
elektroda. Sumber eksitasi harus dilarutkan, memisahkan menjadi atom.
Spektrum emisi dapat digunakan untuk menentukan komposisi material, karena berbeda
untuk setiap elemen dari tabel periodik . Karakteristik spektrum emisi dari beberapa elemen secara
jelas terlihat dengan mata telanjang ketika elemen-elemen yang dipanaskan. Sebagai contoh, ketika
kawat platina dicelupkan ke dalam strontium nitrat dan kemudian dimasukkan ke dalam api, atom
strontium memancarkan warna merah. Demikian pula, ketika tembaga dimasukkan ke dalam api, api
menjadi hijau. Karakteristik ini pasti memungkinkan elemen yang akan diidentifikasi dengan spektrum
emisi atom mereka. Tidak semua lampu yang dipancarkan oleh spektrum dapat dilihat dengan mata
telanjang, juga termasuk sinar ultra violet dan infra merah lampu, emisi yang terbentuk ketika gas
bersemangat dilihat secara langsung meskipun suatu spektroskop.
Metode ini menggunakan eksitasi nyala api; di mana atom bebas dengan panas api untuk
memancarkan cahaya. This method commonly uses a total consumption burner with a round burning
outlet. Metode ini biasanya menggunakan burner konsumsi total dengan outlet terbakar bulat. A
higher temperature flame than atomic absorption spectroscopy (AA) is typically used to produce
excitation of analyte atoms. Sebuah api suhu yang lebih tinggi daripada spektroskopi serapan atom
(AAS) biasanya digunakan untuk menghasilkan eksitasi atom analit. Since analyte atoms are excited
by the heat of the flame, no special elemental lamps to shine into the flame are needed.  Karena atom
analit sangat sensitif oleh panas api, tidak ada lampu elemen khusus untuk bersinar ke dalam api
diperlukan. A high resolution can be used to produce an emission intensity vs. spectrum over a range
of wavelengths showing multiple element excitation lines, meaning multiple elements can be detected
in one run. Sebuah resolusi tinggi polikromator dapat digunakan untuk menghasilkan intensitas emisi
vs panjang gelombang spektrum memiliki rentang panjang gelombang eksitasi unsur yang
menunjukkan jalur ganda, yang berarti beberapa elemen dapat dideteksi dalam satu
kali. Alternatively, a can be set at one wavelength to concentrate on analysis of a single element at a
certain emission line. Cara lainnya, monokromator dapat diatur pada satu panjang gelombang untuk
berkonsentrasi pada analisis elemen tunggal pada garis emisi tertentu. Plasma emission
spectroscopy is a more modern version of this method. Plasma spektroskopi emisi adalah versi lebih
modern dari metode ini.

Gambar 3. Alat ICP-AES


See for more details.ICP-AES  adalah salah satu spektroskopi atom dengan beberapa teknik analisis
yang tersedia. ICP-AES memanfaatkan plasma sebagai atomisasi dan sumber eksitasi. Plasma
adalah suatu elektrik netral, terionisasi menjadi gas yang terdiri dari ion, elektron, dan atom. Matahari,
petir, dan aurora borealis adalah contoh plasma yang ditemukan di alam.
Sumber emisi atom yang sempurna akan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Lengkap dengan penghapusan sampel dari dalam matriks aslinya rangka dengan
meminimalkan interferensi.
2.      Adanya  proses atomisasi tetapi minimum dalam proses ionisasi dari semua elemen yang
akan dianalisis.
3.      Terdapat sebuah sumber energi untuk mengontrosl eksitasi, yang memungkinkan energi yang
tepat diperlukan untuk merangsang semua elemen tanpa ionisasi yang cukup.
4.      Terdapat suatu lingkungan kimia yang inert, yang menahan pembentukan molekul yang tidak
diinginkan yang mempengaruhi keakuratan pengukuran.
5.      Terdapat suatu sumber yang dapat menangani berbagai pelarut, baik organik maupun  anorganik
di alam.
6.      Memiliki sebuah sumber yang disesuaikan untuk menangani zat padat, cairan, atau gas.
7.      Murah untuk membelinya dan pemeliharaannya.
8.      Mudah dioperasikan.
 Dalam spektroskopi optik, energi diserap untuk memindahkan elektron ke tingkat  energi
yang lebih besar  atau energi yang dipancarkan sebagai elektron bergerak dari tingkat yang lebih
besar energinya ke  kurang  dalam bentuk foton.  Panjang gelombang dari energi radiasi yang
dipancarkan secara langsung berkaitan dengan transisi elektronik yang telah terjadi. Karena setiap
elemen struktur elektronik adalah unik, panjang gelombang cahaya yang dipancarkan adalah properti
unik dari setiap elemen individu.  Sebagai konfigurasi orbit dari atom besar mungkin rumit, ada
banyak transisi elektronik yang dapat terjadi, setiap transisi mengakibatkan emisi panjang gelombang
karakteristik cahaya.
Dalam emisi atom, sampel dikondisikan pada energi tinggi, lingkungan termal untuk
menghasilkan atom dalam keadaan tereksitasi, yang mampu memancarkan cahaya. Sumber energi
dapat menjadi busur listrik, api, atau lebih baru-baru ini, plasma. Spektrum emisi adalah elemen
terpapar seperti sumber energi terdiri dari kumpulan panjang gelombang emisi yang diijinkan,
biasanya disebut garis emisi, karena sifat diskrit panjang gelombang yang dipancarkan. Spektrum
emisi ini dapat digunakan sebagai karakteristik yang unik untuk identifikasi kualitatif elemen. Atom
emisi yang menggunakan busur listrik telah banyak digunakan dalam teknik analisis. Emisi kualitatif
juga dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak elemen ada dalam sampel. Untuk kuantitatif 
"analisis", intensitas cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang dari elemen harus
ditentukan dan diukur. Intensitas emisi pada panjang gelombang ini akan bertambah besar sebagai
jumlah atom pada analit yang meningkat.. Teknik flame photometry adalah aplikasi dari emisi atom
untuk analisis kuantitatif.

Metode Eksitasi
Nyala, busur api arus bolak-balik (AC arc), busur api arus searah (DC arc) dan bunga api
arus bolak-balik (AC spark) merupakan metode-metode lazim untuk eksitasi. Masing-masing metode
meliuti pemasukan sampel ke dalam sumber dalam bentuk teruapkan dan eksitasi elektron ke tingkat
energy lebih tinggi. Eksitasi nyala sebaiknya didiskusikan pada fotometri nyala.
Pada DC arc, dengan tegangan 50-300 volt dihasilkan temperature 4000-8000 0K. Emisinya
adalah akibat atom netral. Arus yang digunakan berkisar antara 1-300 ampere. Busur api DC timbul di
antra elektroda karbon, grafit, elektroda kadangkala dapat diamati kerlap-kerlip busur api tersebut
antara elektroda. Penguapan selektif dapat saja terjadi. Busur api adalah sumber sensitif, terutama
untuk deteksi konsentrasi rendah. Kepekaan busur api DC dapat dinaikan dengan suatu alat
pendukung. Busur api AC menggunakan beda potensial 1000 bolt atau lebih. Elektroda api diberi
jarak antara 0,5-3 mm. Untuk mendapatkan hasil reprodusibel, jarak pemisahan antara dua elektroda,
tegangan dan arus harus benar-benar dikendalikan. Busur api AC lebih stabil dibandingkan busur api
dc lebih besar daripada  busur api ac, menghasilkan energy eksitasi lebih tinggi. Transfer tegangan
tinggi 10-50 kV antara dua elektroda menghasillkan api. Bunga api lebih baik daripada busur api bila
yang dikehendaki adalah presisi yang tinggi. Transfer tegangan tinggi 10-50 kV antara dua elektroda
menghasilkan api. Bunga api lebih baik daripada busur api bila yang dikehendaki adalah presisi yang
tinggi. Sedangkan busur api lebih baik bila dikehendaki kepekaan yang tinggi. Bunga api
mengeksitasikan jumlah spektrum ion. Bersifat reprodisibel, jarak pemisahan antara dua elektroda
menghasilkan api. Bunga api  mengeksitasikan jumlah spectrum ion. Bersifat reprodisibel, stabil dan
dengan sampel berjumlah sedikit. Larutan berkonsentrasi tinggi dapat digunakan tetapi efek
pemanasannya berkurang. Ia berguna untuk analisis dengan titik leleh rendah. Pita sianogen tidak
mengganggu pengukuran. Kelemahannya metode tersebut ialah dapat memberikan indikasi yang
tidak representative dari suatu konsentrasi zat.

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif dengan Spektroskopi Emisi


Unsur  yang terdapat dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan membandingkan
spectrum sampel dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan membandingkan spectrum sampel
dengan spectrum zat murni atau degnan mengukur panjang gelombang garis dan memperhatikan
unsur elemen yang bersesuaian dalam tabel. Jika tiga atau lebih garis-garis suatu unsure yang
bersesuaian dalam tabel. Jika tiga atau lebih garis-garis suatu unsure teridentifikasi, maka ini sudah
cukup untuk suatu identifikasi. Garis-garis RU (rares ultimates) dan RU powder adalah garis dari
masing-masing unsur yang hilang terakhir kali apabila konsentrasi unsur-unsur berkurang secara
bertahap. Ini adalah garis-garis yang persisten. Garis-garis ini berguna untuk mendeteksi konsentrasi
yang rendah. Bubuk dari 50 unsur-unsur menunjukan RU (rares ultimates) sehingga disebut juga
RU powder. Garis ini dapat digunakan sebagai penolong tambahan untuk mengidentifikasi unsur-
unsur.
Dalam analisis kuantitatif, umumnya metode standar dalam digunakan. Dengan metode ini kondisi
seperti waktu penyinaran  tidaklah perlu terlalu dikendalikan. Pada cara stnadar dalam, intensitas
sampel diukur dan dibandingkan dengan garis standar dalam. Ini dapt berupa salah satu garis yang
sama, yang bersal dari berbaagi zat yang sengaja ditambahkan dengan perbnadingan konsentrasi
teentu ke dalam sampel . Perbandingan intensitas garis tersebut terhadap intensitas garis dari
standar dalam tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi analisis. Intensitas kedua garis akan berubh
dengan perbandingan yangsama bila terjadi kondisi. Namun kadangkala perubahannya tidak
sebanding, pada keadaan ini, maka garis-garis tersebut dikenal sebagai pasangan fiksasi sedangkan
bila perubahannya sebanding disebut pasangan homolog. Cara yang sangat berguna utnuk
memandingkan intensitas garis sampel dari standar dalam adalah dengan mengukur kerapatan
kedua garis pada film atau lempeng degnan mempergunakan densitometer. Untuk perhitungan,
dibuat suatu kurva antara perbandingan kerapatan-kerapatannya dan log konsentrasi.
Terdapat dua metode penyinaran sampel, yakni metode sector log dan sector step. Kedua
sector ini diletakkan sebelum slit(celah) selama penyinaran. Garis yang dihasilkan melalui sector yang
berbeda menghasilkan panjang yang berbeda pula. Yang lebih kuat akan lebih panjan, sedangkan
yang lemah akan lebih pendek karena pencahayaan yang lebih sedikit. Jika C konsentrasi; D
kerapatan; P intensitas  garis tersebut; keudian h tinggi garis bayingan mak karena tinggi garis
sebanding degan intensitas yang diketahui, kita akan mendapatkan log C sebanding log P dan log h
sebanding log P, berarti  log h sebanding log C. Biasanya kita mengalurkan grafik antara perbedaan
tinggi standar dalam sampel  yang ada terhadap log konsentrasi di mana akan menghasilkan garis
lurus.

Metode Emisi Nyala


Salah satu langkah dalam prosedur emisi nyala atau fotometri nyala melibatkan
penyemprotan sampel ke nyala. Radiasi dari sumber akan diuraikan untuk mendapatkan daerah
spectrum yang diinginkan. Intensitas dari radiasi spektrum tersebut diukur. Dengan system
penyemprotan diharapkan distribusi yagn seragam dari sampel masuk ke nyala sehingga masalah-
masalah yang berhubungan degan busur api dan bunga api dapat dihindarkan.
Fotometer nyala tersusun dari pengatur tekanan, pengukur aliran untuk gas bakar, atomizer,
pembakaran, sistem optic dari detector fotosensitif dan pencatat.
1.      Pengaturan tekanana dan pengukur aliran gas yang diinginkan. Diperlukan tekanan bahan bakar
sbersar 10 pon dan 25 pon untuk oksigen. Diafragma ganda dan jarum penunjuk diinginkan untuk
mengawasi aliran gas, pengukur putaran (rotatometer diatur dengan kecepatan aliran gas 2-10
ft/jam).
2.      Atomiser diguanakan untuk memasukan cairan sampel ke nyala dengan kecepatan tetap. Atomiser
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu yang menyemprotkan sampel ke tempat pengkondensasi untuk
menghilangkan partikel-partikel yang besar dan tipe yang lainnya adalah yang menyemprotkan
sampel langsung ke nyala. Yang pertama memerlukan + 4-25 ml sampel per menit di mana 5 % yang
sampel ke nyala. Pada metode yang kedua diguankan bubuk kental .
3.      Pelarut gliserin dapat digunakan. Pembakaran haruslah menghasilkan nyala yang baik.
Pembakaran meker baik digunakan untuk suhu rendah. Suatu kisi logam pada bagian mulut
pembakar berguna menghindarkan samburan api ke dalam. Suatu kombinasi pembakar dan
penghisap mempertemukan sampel secara langsung dengan nyala.
4.      Sistem optik. Berfungsi untuk mengumpulkan dan membuat cahaya monok romatis serta
memfokuskan detector dengan mengatur cermin cekung dari nyala. Filter absorbs ataupun filter
interferensi memisahkan radiasi tertentu, tetapi pemisahan yang lebih baik dapat diperoleh dengan
monokromatis. Celah yang baik diperlukan mempersempit cahaya.
5.      Detektor fotosensitif seperti sel lapisan barrier kurang baik,sebab responnya tidak dapat
dilipatgandakan. Fotometer filter nyala baik sebagai detector tetapi suhunya harus diawasi. Fotometer
filter nyala baik sebagai detector tetapi suhunya harus diawasi. Fotometer nyala di mana lebar pita
dari energy radiasi yang sampai ke detector kecil menggunakan fototube dan amplifier.

Prinsip Dasar Fotometri Nyala


Secara umum nyala mengubah padatan atau cairan ke bentuk uap dan memecahkanny ke
bentuk molekul atu atom-atom yang sederhana. Mereka akhirnya mengeksitasi   partikel-partikel
tersebut sehingga menghasilkan emisi cahaya. Pada nyala ini, air atau pelarut diuapkan dan garam-
garam kering tinggal dalam nyala. JIka pemanasan diteruskan pada suhu yang lebih tinggi, garam-
garam tersebut diuapkan dn molekul terdisosiasi menjadi atom-atom netral dimana akan menunjuakn
emisi. Uap atom logam atau molekul yang mengandung atom-atom yang diinginkan dieksitasi oleh
energy termal dri nyala. Dari tingkat tereksitasi, elektron cenderung untuk kembali ke keadaan dasar
dengan radiasi meisi. Suatu unsure akan memperlihatkan sifat-sifat spectrum yang khas. Biasanya
spectrum garis diperoleh dari atom sedangkan molekul menghasilkan spectrum pita ataupun pita
kontinu. Eksitasi menyebabkan elektron naik ke tingkat energy yang lebih tinggi. Kembalinya elektron
ke tingkat dasr disertai dengan energy radiasi. Radiasi emisi untuk tingkat energy E 1 dan E2 dari 2
keadaan dinyatakan dengan persamaan : (hv=(E 1-E2). Elektron mungkin kembali tidak langsung ke
keadaaan dasar, tetapi melalui tahap-tahap yang menghasilkan beerapa spektrumgaris. Seperti
digambarkan sebelumnya, diagram tingkat energy berbentuk sederhana untuk molekul mono atau
diatomic seperti Na atau Mg,  tetapi lebih rumit utnuk unsure-unsur transsi dan golongan utama
seperti Al. Dalam semua hal garis-garis tersebut disebabkan transisi elektron antara keadaan dasar.
Transisi yang terjadi untuk logam-logam alkali adalah seperti: Li (671 nm) ; Na (590nm); K (767,5)
Ca(423nm) .Transisi tingkat energy dapat diatut dengan mengawasi temperature nyala. Transisi dari
keadaan energi   eksitasi terendah dari ion atam ke keadaan dasar lebih disukai. Biasanya atom –
atom netral mengemisi gari-garis tertentu, tetapi untuk unsure-unsur golongan ke dua , blok S, garis
daapt juga dihasilkan dari ionisasi atom pada suhu tinggi. Seperti dibicarakan sebelumnya, spectrum
ioin tidaklah sampai dengan atom netral. Biasanya spektrum atomnya mirip dengan ion-ion yang
mempunyai nomer atom berikutnya, misalnya:spekturm ion AI, mirip dengan unsur Mg. Molekul
menghasilkan spektrum pita sebab mempunyai eksitasi rotasi dalam, vibrasi dan elektron. Ini
menyebabkan distribusi eksitasi, sehingga spektrum pita dihasilkan, bukan garis.
Nyala dari latar belakan seringkai harus diperhitungkan. Nyala hydrogen menghasilkan
pergandingan sinyal sampel logam terhadap latar belakang dengan paling baik. Pengukuran
intensitas spektrum garis tergantung pada jumlah garam-garam yang ada dalam nyala; jumlah
disoiasinya; ionisasi; atom-atom tereksitasi; kesempatan melakukan transisi dari keadaan tereksitasi
ke keadaan dasar dan absorbs diri. Setelah disosiasi, variasi intensitas emisi terhadap temperature
diatur dengan energi  eksitasinya . Ionisasi akan mengurangi konsentrasi dari atom netral yang ada
dalam nyal, sehingga mengurangi intensitas dari emisi. Besarnya energi untuk disoiasi dri logam ke
atom-atom  nya adalah mendekati potensial ionisasi atau energies ionisasi atom.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan variasi intensitas emisi dlam nyala, misalnya
disebabkan oleh pembentukan hidroksida dari dalam nyala, misalnya disebabkan oleh pembentukan
oelh pembentukan hidroksida dari logam-logam alkali. Osigen-asetilen menyediakan lingkungan yang
sesuai untuk terbentuknya atom-atom bebasdari unsur yang senang membentuk molekul monoksida .
Biasanya zat dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon, Intensitas emisi akan bertambah dengan
menggunakan pelarut organic atau campurang pelarut organic-air. Teknik ekstraksi pelarut dapat
dimanfaatkan utnuk tercapainya pemisahan analitik kemudian fase organiknya dapat langsung
disedot kea rah nyala untuk menaikan intensitas emisi. Pelaksanaan ekstraksi dan fotometri nyala
secara serentak memberikan hasil yang baik.

Anda mungkin juga menyukai