Disusun Oleh :
ANJAR PRAYOGO
DINI RISMALA DEWI
DOTA ARDA SAS
SEFTIYANI
TITIK PURDIANTI
Puji syukur kehadiran allah swt,kami dari kelompok satu membuat makalah ini
bertujuan untuk memberitahu kepada pembaca tentang asuhan keperawatan
dengan hydrosepalus yang kami ketahui. Semoga bagi rekan-rekan yang membaca
dapat medapatkan ilmu yang bermanfaat dari makala yang kami buat. Kami
membuat makalah ini juga bertujuan agar mendapat nilai yang memuaskan dari
dosen pembimbing kami, semoga dosen pembimbing kami dapat menenerima
makalah yang kami buat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
menyempurnakanmalakah ini dimasa yang akan datang agar lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................1
D. Manfaat Penulisan........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................3
B. Epidemiologi ................................................................................4
C. Etiologi ........................................................................................4
D. Klasifikasi.....................................................................................6
E. Patofisiologi dan Patogenesis.......................................................9
F. Manifestasi Klinis.......................................................................10
G. Pemeriksaan diagnostik..............................................................13
H. Penatalaksanaan..........................................................................15
I. Komplikasi..................................................................................18
J. Prognosis.....................................................................................18
BAB I PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................28
B. Saran...........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak.
Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga
tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai
kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian
hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan
pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari
semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia
persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan
menjadi masalah pediatri sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang hidrosefalus?
2. Bagimana asuhan keperawatan Hydrocephalus?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan
Hydrocephalus.
1
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus
b. Mampu menjelaskan tentang epidemiologi dari hidrosefalus
c. Mampu menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus
d. Mampu menjelaskan tentang klasifikasi Hydrocephalus
e. Mampu menjelaskan tentang patofisiologi dan pathogenesis
Hydrocephalus
f. Mampu menjelaskan tentang manifestasi Klinis Hydrocephalus
g. Mampu menjelaskan tentang pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus
h. Mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan Hydrocephalus
i. Mampu menjelaskan tentang komplikasi hidrosefalus
j. Mampu menjelaskan tentang prognosis hidrosefalus
k. Mampu menjelaskan tentang Web of Cause Hydrocephalus
l. Mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan Hydrocephalus
D. Manfaat Penulisan
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan
Hydrocephalus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro"
yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering
dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu
menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
3
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang
tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam
sistem Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan
cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).
B. Epidemiologi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43%
disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna
insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih
sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah
akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Darsono,
2005:211).
C. Etiologi
Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam
ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang
subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan
perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary).
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali
ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis
terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada
orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140
ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan
yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005).
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke
ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke
ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang
4
subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis
menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito
EE et al, 2007:32)
5
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
D. Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan :
6
1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan
hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non
komunikans.
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan,
sehingga :
a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan
intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang
otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi
kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat
7
terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid
dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
b. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel
sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan
yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal
sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
8
pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping
lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai
akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan
jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system
ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada
anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya
tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP
dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
9
1. Kompresi sistem serebrovaskuler.
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
3. Perubahan mekanis dari otak.
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
5. Hilangnya jaringan otak.
6. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
F. Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi
intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus Terjadi Pada Masa Neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya
adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah
selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah,
tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari
10
biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-
tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala
tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah,
gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah
lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler
(bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)
11
kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak
mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran
vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim
ventrikel .
12
b. Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1) Nyeri kepala
2) Muntah
3) Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4) Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10
tahun
5) Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6) Strabismus
7) Perubahan pupil
G. Pemeriksaan diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan
fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama
3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih
lebar 1-2 cm.
13
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara
dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu.
Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan
oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk
ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan
terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang
besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras
dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis.
Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di
rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah
ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat
lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata
tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal
ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi
sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
14
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel
IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena
terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan.
H. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
15
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti
sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya
infeksi sekunder dan sepsis.
g. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan
dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari
luar.
h. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
16
e) Ventrikulo-Peritoneal, CSS d ialirkan ke rongga
peritoneum.
2) “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secaraperkutan.
Teknik Shunting:
a) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu
oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi
foramen Monroe.
b) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk
dilakukan analisis.
c) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik
yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma
(Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal
dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka
pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
d) Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke
dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna
(dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
e) Ventriculo-Peritneal Shunt
1) Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
2) Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun
badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi,
hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah,
ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
17
I. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan
malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan
didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus ( jaringan /eksudat ) atau ujung
distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt
sering menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK
yang lebih sering diikuti dengan status neurologis buruk.
J. Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada
atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari
hidrosefalus yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata).
Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak
dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan
meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40%
bayi yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf
dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui
masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat
intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan
meningomilokel lebih buruk.
18
meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh
karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested
hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan
H. Ropper, 2005).
Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi
sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami
retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat
tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono,
2005)
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HYDROSEPALUS
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan
perifer.
c. Riwayat Penyakit dahulu
2. Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
3. Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
4. Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
a. Riwayat penyakit keluarga
b. Pengkajian persistem
1) B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
2) B2 (Blood) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah,
penurunan nadi
3) B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak
dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
4) B4 ( Bladder ) : Oliguria
5) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
6) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot
ekstrimitas
5. Observasi tanda – tanda vital :
a. Peningkatan systole tekanan darah
b. Penurunan nadi / bradikardia
c. Peningkatan frekuensi pernapasan
20
B. Diagnosa , Intervensi dan Rasional Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Potensial Tidak terjadi Kesadaran - Observasi ketat - Untuk mengetahui secara dini
komplikasi peningkatan Komposmetis - tanda-tanda peningkatan peningkatan TIK
peningkatan TIK Tidak terjadi nyeri TIK (Nyeri kepala, - Penurunan keasadaran
tekanan intrakranial kepala muntah, lethargi, lelah, menandakakan adanya
berhubungan TTV norma apatis, perubahan peningkatan TIK
dengan akumulasi tampak rileks, personalitas, ketegangan - Untuk mengetahui kondisi aliran
cairan tidak meringis dari sutura cranial dapat darah dan aliran oksigen ke otak
serebrospinal. kesakitan terlihat pada anak - Dengan dilakukan pembedahan,
berumur 10 tahun, diharapkan cairan cerebrospinal
penglihatan ganda, berkurang, sehingga TIK
kontruksi penglihatan menurun, tidak terjadi penekanan
perifer strabismus, pada lobus oksipitalis dan tidak
Perubahan pupil) terjadi pembesaran pada kepala
- Pantau terus tingkat - Membantu dalam mengevaluasi
kesadaran anak rasa nyeri.
- Pantau terus adanya - Pujian yang diberikan akan
21
perubahan TTV meningkatkan kepercayaan diri
- Berkolaborasi dengan anak untuk mengatasi nyeri dan
dokter untuk melakukan kontinuitas anak untuk terus
pembedahan, untuk berusaha menangani nyerinya
mengurangi peningkatan dengan baik.
- Kaji pengalaman nyeri
pada anak, minta anak
menunjukkan area yang
sakit dan menentukan
peringkat nyeri dengan
skala nyeri 0-5 (0 = tidak
nyeri, 5 = nyeri sekali)
Rasional : Membantu
dalam mengevaluasi rasa
nyeri.
- Bantu anak mengatasi
nyeri seperti dengan
memberikan pujian
kepada anak untuk
22
ketahanan dan
memperlihatkan bahwa
nyeri telah ditangani
dengan baik.
2. Gangguan persepsi Tidak terjadi Penurunan a. Mempertahankan visus - Ketidakmampuan dalam
sensori disorientasi visus tidak agar tidak terjadi penglihatan tidak bertambah
berhubungan pada anak bertambah penurunan visus yang parah, klien tidak mengalami
dengan penekanan lebih parah lebih parah disorientasi tempat, Klien merasa
lobus oksipitalis Anak bisa a. Membantu ADL pasien nyaman dan aman
karena mengenali b. Membantu orientasi - Klien tidak banyak bergantung
meningkatnya TIK lingkungan tempat pada orang lain
sekitarnya c. Berikan tempat yang
nyaman dan aman
( pencahayaan terang,
bed plang dll dipasang
agar tidak cedera )
- Membantu pasien untuk
mengenali sesuatu dengan
kondisi penglihatan yang
23
terganggu
3. Kurang Meningkatka Kecemasan - Beri kesempatan orang tua - Keluarga dapat mengemukakan
pengetahuan orang n orang tua pada untuk mengekspresikan perasaannya sehinnga perasaan
tua berhubungan pengetahuan kondisi kesedihannya orang tua dapat lebih lega
dengan penyakit orang tua kesehatan - Beri kesempatan orang tua - Pengetahuan orang tua bertambah
yang di derita oleh mengenai anaknya dapat untuk bertanya mengenai mengenai penyakit yang di derita
anaknya penyakit yang berkurang kondisi anaknya oleh anaknya sehinnga
diderita ü Orang tua - Jelaskan tentang kondisi kecemasan orang tua dapat
anaknya mengungkapka penderita, prosedur, terapi berkurang
n pemahaman dan prognosanya. - Pengetahuan kelurga bertambah
tentang - Ulangi penjelasan tersebut dan dapat mempersiapkan
penyakit, bila perlu dengan contoh keluarga dalam merawat klien
pengobatan bila keluarga belum post operasi
dan perubahan mengerti - Keluarga dapat menerima seluruh
pola hidup informasi agar tidak
yang menimbulkan salah persepsi
dibutuhkan
4. Resiko Jalan nafas Anak tidak - Posisikan klien posisi - Klien merasa nyaman dan tidak
ketidakefektifan tetap efektif sesak napas semifowler merasa sesak napas
24
pola nafas yang Tidak terdapat - Pemberian oksigen - Suplai oksigen klien dapat
berhubungan ronchi - Observasi pola dan tercukupi sehingga klien tidak
dengan penurunan Tidak retraksi frekuensi napas mengalami hipoksia
refleks batuk otot bantu - Auskultasi suara napas - Untuk mengetahui ada tidaknya
pernapasan ketidakefektifan pola napas
Pernapasan - Untuk mengetahui adanya
teratur, RR kelainan suara
dalam batas
normal
5. Gangguan Klien tidak Pertumbuhan - Memberikan diet nutrisi - Mempertahankan berat badan
pertumbuhan dan mengalami dan untuk pertumbuhan (asuh) agar tetap stabil
perkembangan gangguan perkembangan - Memberikan stimulasi - Agar perkembangan klien tetap
berhubungan pertumbuhan klien tidak atau rangsangan untuk optimal
pembesaran kepala dan mengalami perkembangan kepada - Memenuhi kebutuhan psikologis
perkembanga keterlambatan anak (asah)
n dan sesuai - Memberikan kasih sayang
dengan tahapan ( asih )
usia
6. Resiko tinggi Tidak TD dalam - Pantau tanda-tanda infeksi - Mengetahui penyebab terjadinya
25
infeksi terdapat batas normal (letargi, nafsu makan in
berhubungan tanda-tanda Tidak terdapat menurun, ketidakstabilan, feksi
dengan infeksi ( 3 x perdarahan perubahan warna kulit) - Mencegah timbulnya ifeksi
pemasangan 24 jam ) Tidak terdapat - Lakukan rawat luka - Asupan nutrisi dapat membantu
drain/shunt kemerahan - Pantau asupan nutrisi menyembuhkan luka
- Kolaborasi dalam - Antibiotik dapat mencegah
pemberian antibiotik timbulnya infeksi
7. Ketidakseimbangan Setelah tidak terjadi - Pertahankan kebersihan - Mulut yang tidak bersih dapat
nutrisi kurang dari dilaksakan penurunan berat badan mulut dengan baik mempengaruhi rasa makanan dan
kebutuhan tubuh asuhan sebesar 10% dari berat sebelum dan sesudah meninbulkan mual
yang berhubungan keperawatan awal, tidak adanya mengunyah makanan. - Makan dalam porsi kecil tetapi
dengan muntah diharapkan mual-muntah. - Tawarkan makanan porsi sering dapat mengurangi beban
sekunder akibat ketidakseimb kecil tetapi sering untuk saluran pencernaan. Saluran
kompresi serebral angan nutrisi mengurangi perasaan pencernaan ini dapat mengalami
dan iritabilitas. kurang dari tegang pada lambung gangguan akibat hidrocefalus
kebutuhan - Atur agar mendapatkan - Agar asupan nutrisi dan kalori
tubuh teratasi nutrien yang berprotein/ klien adeakuat
dengan kalori yang disajikan pada - Menimbang berat badan saat baru
saat individu ingin makan bangun dan setelah berkemih
26
- Timbang berat badan untuk mengetahui berat badan
pasien saat ia bangun dari mula-mula sebelum mendapatkan
tidur dan setelah berkemih nutrient
pertama. - - Konsultasi ini dilakukan
- Konsultasikan dengan ahli agar klien mendapatkan nutrisi
gizi mengenai kebutuhan sesuai indikasi dan kebutuhan
kalori harian yang realistis kalorinya.
dan adekuat.
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada
sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF
hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
Hidrochepalus komunikan
Hidrochepalus non-komunikan
Hidrochepalus bertekanan normal
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-
masing rumah sakit.
B. Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang
yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka
tindakan terapeutik semacan ini perlu.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diaks
es tanggal 23 Oktober 2010
29