Anda di halaman 1dari 76

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Setiap pendirian perusahaan tentu bermaksud untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Bagi perusahaan yang profit oriented, tujuan utamanya

adalah untuk mendapatkan laba yang optimal dan juga diharapkan dapat

mencapai efisiensi dan efektivitas dalam melakukan kegiatan usahanya.

Manajemen mempunyai tugas untuk mewujudkan tujuan perusahaan melalui

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa yang

dihasilkan perusahaan. Pemenuhan kebutuhan tersebut menuntut kemampuan

manajemen perusahaan untuk mengorganisasikan dan memanfaatkan secara

maksimal segala sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efisien dan

efektif.

Setiap perusahaan selalu berusaha agar dapat bersaing di pasaran, maka

mutlak diperlukan adanya peningkatan mutu hasil produksi, peningkatan

produktivitas dan efektivitas pada berbagai bidang kerja.

Sudah barang tentu keberhasilan suatu perusahaan dalam pencapaian

tujuan sangat tergantung pada keberadaan dan kinerja pribadi para

pekerjanya, karena produktivitas suatu pekerjaan sebagain besar tergantung

kepada kemauan para pekerja untuk menghasilkan sesuatu. Untuk itu pekerja

harus dirangsang dan diarahkan oleh pemimpin dan dikoreksi jika

menyimpang dari tujuan perusahaan.

1
2

Didalam perusahaan, masalah laten yang sering dihadapi adalah

mengapa beberapa pekerja bekerja lebih baik dari pada pekerja lain,

merupakan suatu pertanyaan yang terus menerus muncul dan selalu dihadapi

para manajer. Walaupun beberapa variabel lain telah digunakan untuk

menjelaskan perbedaan kinerja para pekerja. Misalnya, variabel-variabel

seperti kemampuan, naluri, imbalan intrinsik dan ekstrinsik, tingkat aspirasi

dan latar belakang orang menjelaskan mengapa beberapa pekerja berprestasi

baik dan yang lain tidak.

Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, maka tugas seorang manajer

menjadi semakin komples, karena di samping harus mempertahankan suasana

kerja yang kondusif juga harus mempertahankan dan meningkatkan

produktivitas pekerja.

Secara konvesional, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas

pekerja dapat dilakukan dengan memberikan perangsang seperti bonus

maupun tingkat gaji yang menarik. Akan tetepi karena seorang pekerja juga

seorang manusia yang memiliki kebutuhan dan keinginan, serta tujuan yang

berbeda dalam melakukan pekerjaan, maka memotivasi dengan cara tersebut

dipandang bukan sebagai satu-satunya teknik yang efektif dalam rangka

meningkatkan produktivitas pekerja.

Hal tersebut didasarkan pada suatu dugaan, bahwa seorang pekerja

tidak selalu bekerja dengan latar belakang mendapatkan gaji, di mana oleh

Maslow diindentifikasikan adanya lima jenjang kebutuhan manusia, yaitu

seseorang akan berusaha untuk memenuhi jenjang kehidupan yang lebih

tinggi apabila jenjang lebih rendah sudah terpenuhi. Tidak dapat dipungkiri
3

bahwa seseorang pekerja pada awalnya tertarik pada besarnya gaji maupun

bonus yang ditawarkan. Namun hal ini tidak akan berlangsung secara terus

menerus, karena pada saat tertentu, perhatian utamanya bukan lagi bertumpu

pada besarnya gaji, melainkan pada Job Content yang ditanganinya. Dengan

demikian masalah gaji dan upah bergeser peringkatnya menjadi kebutuhan

sekunder.

Pada sisi lain, ada anggapan bahwa gaji atau bonus hanyalah

merupakan faktor hygiene yang membuat seseorang bersedia untuk bekerja

namun bukan atas dasar kebutuhan untuk berprestasi. Motivasi untuk

berprestasi sebenarnya merupakan fungsi dari faktor-faktor di luar gaji, yaitu

faktor pekerjaan itu sendiri, kemungkinan untuk mengembangkan diri,

tanggung jawab yang diemban dan pengakuan atas perolehan perkembangan

dalam hal karier disepanjang masa kerjanya.Dari definisi di atas dapat di

simpulkan bahwa :

Kepemimpinan Menurut Toha (2010:259) kepemimpinan adalah

pelaksanaan aktivitas dan pembuatan keputusan. Sedangkan menurut

Muchlas (2008:314) kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam

setiap organisasi karena kepemimpinan inilah yang akan menentukan

sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Muchlas menyatakan salah satu

elemen pokok yang menjadi perhatian setiap organisasi adalah

bagaimana caranya untuk menarik, melatih, dan mempertahankan orang-

orang yang akan menjadi pemimpin-pemimpin yang efektif.

Kepemimpinan transaksional Bernard M. Bass mengemukakan

kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan di mana pemimpin


4

menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat

mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar

memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut Gaji menurut

Garry Dasler(2009:46) Gaji adalah bentuk pembayaran yang diberikan

kepada karyawan dan muncul dari pekerjaan mereka.

Agus Dharma(2008:1) mendefinisikan kinerja sebagai “ sesuatu yang

dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang

kepada sekolompok orang”.L. Mulyana(2008:32) juga mengemukakan bahwa

kinerja adalah hasil dari kemampuan serta usaha. Lebih lanjut dikemukakan

pula hubungan kinerja dengan kemampuan usaha, bahwa “ seseorang yang

sangat mampu mungkin hanya membutuhkan usaha sangat sedikit untuk

mencapai kinerja yang tinggi, sedang orang lain dengan kemampuan rendah

mungkin harus berusaha keras untuk menghasilkan tingkat keluaran rata-rata

sekalipun”.

Kinerja merupakan perilaku yang ditampakkan oleh individu atau

kelompok, yang menurut Sondang P. Siagian (2008:136) dikatakan bahwa “

ditinjau dari segi keprilakuan, kepribadian seseorang sering menampakkan

dirinya dalam berbagai bentuk sikap, cara berpikir dan terus bertindak

berbagai hal yang mempengaruhi kepribadian seseorang manusia

organisasional yang tercermin dalam perilakunya, yang pada gilirannya akan

berpengaruh pada kinerjanya.

Mengingat problem yang terjadi pada kepemimpinan, sehingga peneliti

merasa tertarik untuk melakukan penelitian masalah tersebut, karena diduga


5

adanya beberapa masalah pada kepemimpinan sehingga mendorong peneliti

untuk mengadakan penelitian yang berjudul:

“PENGARUH KEPEMIMPINAN TRASAKSIONAL DAN GAJI

TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

UD.BINTANG MAS MADURAN-LAMONGAN’’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan tersebut sebagai berikut :

1. Apakah kepemimpinan transaksional dan gaji secara parsial berpengaruh

terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada UD Bintang Mas?

2. Apakah kepemimpinan transaksional dan gaji secara simultan berpengaruh

kinerja karyawan bagian produksi pada UD Bintang Mas?

3. Diantara kedua variabel tersebut (kepemimpinan transaksional dan gaji)

variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja

karyawan bagian produksi pada UD Bintang Mas?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui variabel kepemimpinan dan gaji berpengaruh

secaraparsial terhadap kinerja karyawan bagian produksi UD Bintang

Mas.

2. Untuk mengetahui variabel kepemimpinan dan gaji berpengaruh secara

simultan terhadap kinerja karyawan bagian produksi UD Bintang Mas.


6

3. Untuk mengetahui dari kedua variabel (kepemimpinan transaksional dan

gaji) variabel manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap

kinerja karyawan bagian produksi UD Bintang Mas.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a) Bagi almamater,sebagai salah satu referensi yang diharapkan menjadi

bahan bacaan dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi

Manajeman Universitas Islam Lamongan sehingga dapat dijadikan

referensi untuk penelitian selanjutnya

b) Bagi peneliti,penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

informasi pendahuluan bagi penelitian serupa di masa mendatang

atau sebagai informasi pembanding bagi peneliti serupa di masa lalu

meskipun dari sudut pandang yang berbeda, khususnya yang

menyangkut perilaku individu dalam organisasi.

2. Secara Praktis

a) Bagi peneliti,penelitian ini diharapakan dapat dipergunakan sebagai

bahan pertimbangan bagi pemimpin organisasi dalam membuat

kebijakan yang menyangkut perlaku individu dalam organisasi.

b) Bagi perusahaan,diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan untuk pembuatan kebijakan, peraturan serta penegelolaan

karyawan selanjutnya khususnya masalah kepemimpinan

transaksional, gaji dan kinerja karyawan di UD Bintang Mas.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayat, Sudirja dan Kohar

(2018) dengan judul penelitian “Analisa Pengaruh Gaya Kepemimpina

Terhadap Kinerja Pegawai pada Suku Dinas Kebersihan Kota Administrasi

Jakarta Timur”.Berdasarkan dari hasil perhitungan menggunakan SPSS 20.0

diperoleh R Square sebesar 0,673. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sebesar 67,3

% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Sementara dalam persamaan

regresinya adalah Y = 20,445 + 0,486X, Artinya jika X = 0 atau tanpa ada

motivasi kerja maka kinerja pegawai sebesar 20,445 dan jika X naik 1 angka

atau setiap kenaikan gaya kepemimpinan sebesar 1 maka akan menaikkan

kinerja pegawai sebesar 20,931. Di mana dari hasil output SPSS 20.0

diperoleh nilai signifikansi 0,000<0,05, Hasil dari penelitian ini, menunjukan

terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan berpengaruh

terhadap kinerja pegawai pada Suku Dinas Kebesihan Kota Administarsi

Jakarta Timur.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Krisna, Bagia dan

Yulianthini (2015) dengan judul “Pengaruh Gaya kepemimpinan

Transformasional dan Gaji terhadap Kinerja Pegawai Pramu Bakti”. Temuan

hasil penelitian ini membahas bahwa gaya kepemimpinan transformasional

dan gaji berpengaruh secara simultan terhadap kinerja. Hasil penelitian ini

7
8

terlihat bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan gaji memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja, Hasil ini sesuai dengan

hasil penelitian terdahulu dari Billy Sandy (2012), Sedana Yasa (2005), dan

Tria Mondiani (2012) dengan hasil penilitian bahwa gaya kepemimpinan

transformasional dan gaji berpengaruh secara simultan terhadap kinerja di

Lingkungan Undiksha Singaraja. Yang di tunjukan dengan nilai t hitung

=7,584 dan P value = 0,000. Nilai P value 0,000 lebih kecil dari α =

0,05.Menunjukan bahwa variabel kepemimpinan (X1) mempunyai pengaruh

yang segnifikan terhadap kinerja karyawan (Y) terhadap Kinerja Pegawai

Pramu Bakti koefisien regensi variabel kepemimpinan(X1) menghasilkan b2

=0,515 yang bernilai positif.

Penelitian lain yang sejenis juga dilakukan oleh Arianty, Nel (2015)

dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan”. Hasil

penelitian menggunakan uji T diperoleh t hitung sebesar 7,419 lebih besar

dari t tabel sebesar 2,008 dengan sig. 0,000 dimana signifikan t lebih kecil

dari α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan (X) berpengaruh

signifikan terhadap kinerja (Y) pada taraf signifikan 0,05 nilai koefisien

korelasi sederhana antara kepemimpinan dan terhadap kinerja diperoleh Rxy

= 0,717, berarti pengaruh antara kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

adalah kuat berada disekitar interval 0,80 – 1,00. Nilai R-Square yang

diperoleh adalah sebesar 0,514 menunjukkan sekitar 51,4%. Variabel Y

(kinerja karyawan) dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan (X). Atau

secara praktis dapat dikatakan bahwa kontribusi kepemimpinan (X) terhadap


9

variabel Y (kinerja karyawan) adalah 51,4%. Sisanya (100% - 51,4% =

48,6%) dipengaruhi oleh variabel lain

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Alat Analisis Hasil


Penelitian Penelitian
1 Hidayat, Analisa Variabel Bebas - Uji Hasil dari
Sudirja Pengaruh Gaya 1. Gaya Validitas penelitian ini,
dan Kepemimpinan Kepeminpinan - Uji menunjukan
Kohar Terhadap (X) Reliabilitas terdapat
(2018) Kinerja - Uji pengaruh yang
Pegawai pada Variabel Terikat Normalitas signifikan
Suku Dinas 1. Kinerja Pegawai
- Analisa antara gaya
Kebersihan (Y) Linier kepemimpinan
Kota - Uji berpengaruh
Administrasi Koefisien terhadap
Jakarta Timur Korelasi kinerja
- Uji pegawai pada
Koefisien Suku Dinas
Determinasi Kebesihan
- Hipotesis Kota
Uji t dan Administarsi
Uji F Jakarta Timur.
- Regresi
linier
sederhana
2 Krisna, Pengaruh Gaya Variabel Bebas - Uji Ada pengaruh
Bagia kepemimpinan 1. Gaya Validitas secara simultan
dan Transformasi Kepemimpinan - Uji dari gaya
Yulianthi onaldan Gaji Transformasio Reabilitas kepemimpinan
ni (2015) terhadap nal (X1) - Uji transformasion
Kinerja 2. Gaji (X2) Normalitas al dan gaji
Pegawai - Analisa terhadap
Pramu Bakti Variabel Terikat Linier kinerja
1. Kinerja Pegawai - Uji Pegawai
(Y) Koefisien Pramu Bakti di
Korelasi Lingkungan
- Uji Undiksha, ada
Koefisien pengaruh
Determinasi positif dan
- Hipotesis signifikan
Uji t dan Uji secara parsial
F dari gaya
- Regresi kepemimpinan
10

linier transformasio
sederhana nal terhadap
kinerja
Pegawai
Pramu Bakti di
Lingkungan
Undiksha, dan
ada pengaruh
positif dan
signifikan
secara parsial
dari gaji
terhadap
kinerja
Pegawai
Pramu Bakti
Di Lingkungan
Undiksha
3 Arianty, Pengaruh Variabel Bebas - Uji Kepemimpinan
Nel Kepemimpinan 1. Kepemimpinan Validitas (X)
(2015) Terhadap (X) - Uji berpengaruh
Kinerja Reabilitas signifikan
Karyawan Variabel Terikat - Uji terhadap
1. Kinerja Normalitas kinerja (Y)
Karyawan (Y) - Analisa
Linier
- Uji
Koefisien
Korelasi
- Uji
Koefisien
Determinasi
- Hipotesis
Uji t dan Uji
F
- Regresi
linier
sederhana
4. Muham Pengaruh Variabel Bebas - Uji
mad Kepemimpinan 1. Kepemimpinan Validitas
Hanif Transaksional (X1) - Uji
(2019) dan Gaji 2. Gaji (X2) Reliabilitas
Terhadap - Uji linier
Kinerja Variabel Terikat - Uji
Karyawan 1. Kinerja (Y) Koefisien
Bagian Korelasi
Produksi UD. - Uji
BINTANG Koefisien
11

MAS Determinasi
MADURAN - Uji t
LAMONGAN - Uji f
- Uji regresi
Linier
Berganda

Dari beberapa penelitian sebelumnya terdapat persamaan dan perbedaan

sebagai berikut :

Persamaan : persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

Hidayat, Sudirja dan Kohar (2018) yaitu sama-sama menggunakan variabel

bebas gaya kepemimpinan (secara umum) dan variabel terikat kinerja

karyawan.

Perbedaan : perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

Hidayat, Sudirja, dan Kohar (2018) yaitu menggunakan satu variabel bebas

yaitu gaya kepemimpinan (secara umum) sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan dua variabel bebas yaitu kepemimpinan transaksional (lebih

spesifik) dan gaji serta objek penelitian dan perode penelitian yang berbeda

yaitu pada penelitian Hidayat, Sudirja dan Kohar (2018) dilakukan di Suku

Dinas Kebersihan Kota Adminisitrasi Jakarta Timur di tahun 2018 sedangkan

pada penelitian ini dilakukan di UD Bintang Mas Lamongan di tahun 2019.

2.2 Landasan Teori

2.1.1Gaya kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Robbins (2006:6) kepemimpinan merupakan kemampuan

motivasi karyawan,mengatur aktivitas individu lain,memilih saluran

komunikasi yang paling efektif atau menyelesaikan konflik diantara


12

anggotanya .Sedangkan menurut P.Robbins dan Marry Coutler

menyampaikan bahwa Kepemimpinan adalah apa yangng pemimpin

lakukan itu adalah sebuah proses, pemimpin kelompok dan

mempengaruhinya untuk mencapai tujuan.

Dalam buku the art of leadership,Ordway tead menyatakan bahwa

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang agar mereka mau

bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Kartini Kartono,

2011:57).

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahawa

kepemimpinan yang baik dalam suatu perusahaan sangatlah penting

karena pemimpin yang mampu menciptakan visi,memotivasi,

menciptakan lingkungan kerja yang baik ,bijaksana dan komunisasi

yang baik antara karyawan agar terciptanya tujuan perusahaan.

b. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Menurut Robbins (2006) gaya kepemimpinan adalah cara

digunakan seseorang untuk mempengaruhi kelompok menuju

tercapainya sasaran.

Menurut Nawawi (2007:115) gaya kepemimpinan adalah perilaku

atau cara yang dipilih dan digunakan pemimpin dalam mempengaruhi

pikiran ,perasaan, sikap,dan perilaku para anggota organisasi

bawahannya.

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pola tingkah

laku atau cara seseorang dalam memimpin suatu perusahaan untuk


13

memotivasi dan berkomunikasi yang baik dengan bawahan agar

karyawan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan.

c. Teori-teori kepemimpinan

Menurut Robins (2006:314) membagi teori-teori kepemimpinan sebagai

berikut:

1. Teori sifat

Teori sifat adalah teori yang memcari sifat-sifat atau ciri-ciri

keperibadian sosial, fisik atau intelektual yang membedakan

pemimpin dari bukan pemimpin. Teori ini menyebutkan setidaknya

enam sifat dari seorang pemimpin yang membedakannya dari bukan

pemimipin yaitu, ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin,

kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, dan

pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan

2. Teori prilaku kepemimpinan

Teori prilaku kepemimpinan adalah teori yang mengemukakan

bahwa prilaku-prilaku yang spesifik membedakan pemimpin dari

bukan pemimpin. Teori-teori yang termasuk kedalam teori perilaku

pemimpin sebagai berikut:

a) Teori Universitas Negeri Ohiyo

Teori ini membagi perilaku pemimpin kedalam 2 dimensi yaitu:

1) Struktul awal: sejauh mana seorang pemipin

berkemungkinan mendefinisikan dan menstruktur peran

mereka dan peran bawahan dalam upaya mencapai tujuan.


14

2) Pertimbangan: sejauh mana seorang pemimpin

berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang

dicirikan saling percaya, menghargai gagasan bawahan,

dan memperhatikan perasaan mereka.

b) Telah Universitas Michigen

Telah ini juga membagi perilaku pemimpin kedalam dua

dimensi

1) Pemimpin beorientasi produksi: pemimpin yang

menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan.

2) Pemimpin berorientasi karyawaan: pemimpin yang

menekankan antara hubungan pribadi.

c) Studi Skandanavia (Skandanavia studies)

Premis dasar dari studi ini adalah bahwa dalam suatu dunia

yang berubah , pemimpin yang efektif akan menampakkan

perilaku yang berorientasiakan perkembangan.Pemimpin yang

berorientasikan perkembangan adalah pemimpin yang

menghargai eksperimentasi mengusahakan gagasan baru dan

menimbulkan serta melaksanakan perubahan .

3. Teori Kontigensi atau situasiaonal

Teori Kontigensi atau situasional adalah suatu pendekatan

terhadap kepemimpinan yang menganjurkan pemimpin untuk

memahami prilaku mereka, prilaku awaan dan situasi sebelum

enggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini


15

menghendaki pemimpin untuk memiliki kemampuan diagnose

dalam hubungan antara manusia.

d. Gaya Kempemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional merupakan model gaya

kepemimpinan dengan cara memusatkan pada pencapaian tujuan atau

sasaran, namun tidak berupaya mengembangkan tanggung jawab dan

wewenang bawahan demi kemajuan bawahan (Ismail, et al., 2011).

Menurut pendapat Robbins (2010:27) Gaya kepemimpinan

transaksional adalah pemimpin yang memadu atau memotivasi pengikut

mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran

dan tujuan tugas.

e. Karakteristik kepemimpinan transaksional

Menurut pendapat Robins (2010:30): karakteristik gaya

kepemimpinan transaksional sebagai berikut:

a. Imbalan kondisional: mengkontrakkan pertukaran imbalan atas

upaya, menjanjikan imbalan untuk kinerja yang baik, mengakui

prestasi.

b. Menajemen dengan pengecualian (aktif): menjaga dan mencari

penyimpangan dari aturan dan standar mengambil tindakan koreksi.

c. Menurut dengan pengecualian (pasif): hanya ikut campur jika

standar tidak dipenuhi

d. Laisez-faire: melepaskan tanggung jawab, menghindari

pengambilan keputusan.
16

f. Indikator Kepemimpinan Transaksional

Indikator kepemimpinan transaksional menurut Bass (Mamesah

Kusmaningtyas, 2009:41) sebagai berikut:

a. Imbalan Kontingen (Contingent Reward)

Faktor ini dimaksudkan bahwa bawahan memperoleh

pengarahan dari pemimpin mengenai prosedur pelaksanaan tugas

dan target-target yang harus dicapai. Bawaan akan menerima

imbalan dari pemimpin sesuai dengan kemampuannya dalam

mematuhi prosedur tugas dan keberhasilannya mencapai target-

target yang telah ditentukan.

b. Manajemen eksepsi aktif (active management by exception).

Faktor ini menjelaskan tingkah laku pemimpin yang selalu

melakukan pengawasan secara direktif terhadap bawahannya.

Pengawasan direktif yang dimaksud adalah mengawasi proses

pelaksanaan tugas bawahan secara langsung. Hal ini bertujuan

untuk mengantisipasi dan meminimalkan tingkat kesalahan yang

timbul selama proses kerja berlangsung. Seorang pemimpin

transaksional tidak segan mengoreksi dan mengevaluasi langsung

kinerja bawahan meskipun proses kerja belum selesai.Tindakan

tersebut dimaksud agar bawahan mampu bekeja sesuai dengan

standar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan.

c. Manajemen eksepsi pasif (passive management by exception)


17

Seorangpemimpin transaksional akan memberikan

peringatan dan sanksi kepada bawahannya apabila terjadi kesalahan

dalam proses yang dilakukan oleh bawahan yang bersangkutan.

Namun apabila proses kerja yang dilaksanakan masih berjalan

sesuai standar dan prosedur, maka pemimpin transaksional tidak

memberikan evaluasi apapun kepada bawahan.

2.1.2 Teori gaji karyawan

Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan

tetap serta mempunyai jaminan yang pasti.Pernyataan diatas telah didukung

oleh UU NO 40 pasal 1 ayat 30 Tahun 2004 SJSN.Gaji atau upah adalah

hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

imbalan dari pemberian gaji kepada pekerja diteteapkan dan dibayar

menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan aturan atau peraturan

perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas

suatu pekerjaan dan / atas jasa yang telah atau telah dilakukan .Sedangkan

menurut Gary Dessler (2009:46) gaji adalah bentuk pembayaran yang

diberikan pada karyawan dan muncul dari pekerjaan mereka.

Berdasarkan pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa gaji merupakan

salah satu bentuk kompensasi yang diberikan kepada karyawan

secaraperiodik sebagai bentuk pembayaran atas pekerjaan yang mereka

lakukan.

1. Tujuan Penggajian

Tujuan penggajian antara lain:

1) Ikatan kerjasama
18

Ikatan kerjasama formal antara majikan dan karyawan dapat

tercipta melalui pemberian gaji yang sesuai.Karyawan wajib

menjalankan tugas-tugas yang diberikan dengan penuh

tanggungjawab dan kewajiban dari majikan adalah memberikan hak

karyawan yang berupa gaji yang telah disepakati.

2) Kepuasan kerja

Balas jasa yang diberikan perusahaan akan membuat karyawan

mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik ,status sosial dan

egoistiknya sehingga kepuasan kerja dari jabatannya dapat

diperoleh

3) Pengadaanefektif

Jika program gaji ditetapkan cukup besar pengadaan karyawan

yang qualified untuk perusahaan akan mudah.

4) Motivasi

Jika balas jasa yang diberikan cukup besar ,manajer akan

mudahmemotivasi bawahannya.

5) Stabilitas karyawan

Program kompensasi atas prinsip adail dan layak atas eksternal

konsistensi yang kompetitif makastabilitas karyawan lebih terjamin

karna turn over relatif kecil.

6) Disiplin
19

Pemberian balasjasa yang besar maka disiplin karyawan

semakin baik.Karyawan akan menyadari serta mentaati peraturan-

peraturan yang berlaku

7) Pengaruh serikat buruh

Program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat

dihindari dan karyawan akan berkonsentrasi dengan pekerjaannya.

8) Pengaruh Pemerintah

Jika program gaji sesuai dengan undang-undang yang berlaku

(seperti batas gaji minimum) maka intervensi pemerintah dapat

dihindarkan.

2. Prinsip Penggajian

Mangkunegara(2007:86) mengemukakan bahwa prinsip gaji dapat

dikelompokan dalam beberapa cara yaitu:

1) Tingkat bayaran dapat diberikan tinggi, rata-rata atau rendah

bergantung pada kondisi perusahaan, yang artinya tingkat

pembayaran jasa pembayaran bergantung pada kondisi perusahaan

dalam melakukan kegiatan produksi

2) Struktur pembayaran berhubungan dengan rata-rata bayaran, tingkat

pembayaran dan klasifikasi jabatan perusahaan.

3) Penentuan bayaran individu perlu didasarkan pada rata-rata tingkat

bayaran, tingkat pendidikan, masa kerja dan prestasi kerja

karyawan.
20

4) Metode pembayaran, terdapat dua metode pembayaran,yaitu metode

pembayaran yang di dasarkan pada waktu dan metode pembayaran

yang didasarkan pada kuantitas produksi.

5) Kontrol pembayaran,merupakan pengendalian secara langsung dan

tak langsung dari biaya kerja. Pengendaliaan biaya merupakan

factor utama dalam administrasi gaji,adapun tugas mengontrol

pembayaran terdiri dari mengembangkan standar kompensasi dan

meningkatkan fungsinya, mengukur hasil yang bertentangan dengan

standar yang tetap dan meluruskan perubahan standar pembayaran

gaji.

Pada UD.Bintang Mas sistem gaji yang diterapkan adalah sistem

gaji pokok dengan tunjangan dan bonus.Sejak awal berdiri

UD.Bintang Mas menggunakan sistem penggajian ini namun pada

awal tahun 2010 sistem ini dirubah menjadi penggajian yang sesuai

dengan upah minimum regional karyawan dan sistem kekeluargaan

dengan harapan melalui peningkatan kemakmuran karyawan dapat

berdampak positif pada etos kerja karyawan dan nantinya tercermin

dalam kepuasan konsumen yang semakin besar.

3. Indikator Gaji

Menurut Septiana (2011) indiaktor gaji adalah sebagai berikut :

a) Kelayakan gaji

Pembayaran gaji untuk bidang tertentu dalam organisasi dimana

prestasinya dapat diukur dengan mengaitkan secara langsung

antaragaji dengan prestasi masing-masing pekerja.


21

b) Gaji yang diperoleh tiap bulan

Pembayaran gaji dilakukan setiap satu bulan sekali dimana

karyawan menerima gaji berdasarkan tingkat jabatan, golongan,

dankontribusinya bagi perusahaan.

c) Pemenuhan kebutuhan primer

Kesesuaian gaji yang diterima dengan pemenuhan kebutuhan hidup

utama.

d) Pemenuhan kebutuhan sekunder

Kesesuaian gaji yang diterima dengan pemenuhan kebutuhan hidup

tambahan.

e) Kepuasan terhadap gaji

Pembayaran gaji yang merupakan wujud kompensasi langsung yang

diharapkan mampu mewujudkan usaha dalam mempertahankan dan

memotivasi karyawan agar bersemangat dalam bekerja sehingga

tujuan perusahaan tercapai.

2.1.3 Kinerja Karyawan

a. Kinerja Karyawan

Dalam kinerja karyawan (Job Performance) tercakup sejumlah

hasil yang tidak lain merupakan manifestasi kerja yang dilakukan oleh

karyawan atau organisasi yang biasanya digunakan sebagai dasar

penilaian atas pekerjaan atau organisasi kerja.

Agus Dharma(2008:1) mendefinisikan kinerja sebagai “ sesuatu

yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh


22

seseorang kepada sekolompok orang”. L. Mulyana (2008:32) juga

mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil dari kemampuan serta usaha.

Lebih lanjut dikemukakan pula hubungan kinerja dengan kemampuan

usaha, bahwa “ seseorang yang sangat mampu mungkin hanya

membutuhkan usaha sangat sedikit untuk mencapai kinerja yang tinggi,

sedang orang lain dengan kemampuan rendah mungkin harus berusaha

keras untuk menghasilkan tingkat keluaran rata-rata sekalipun”.

Kinerja merupakan perilaku yang ditampakkan oleh individu atau

kelompok, yang menurut Sondang P. Siagian (2008:136) dikatakan

bahwa “ ditinjau dari segi keprilakuan, kepribadian seseorang sering

menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk sikap, cara berpikir dan

terus bertindak berbagai hal yang mempengaruhi kepribadian seseorang

manusia organisasional yang tercermin dalam perilakunya, yang pada

gilirannya akan berpengaruh pada kinerjanya.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja yang berbeda antara karyawan satu dengan karyawan lain

menurut Moh. Mar’at (2008:5) secara garis besar dipengaruhi oleh dua

hal yaitu : (1) faktor individu dan (2) faktor situasi. Dijelaskan bahwa

kinerja yang dihasilkan antara para karyawan tersebut berbeda karena

adanya faktor-faktor individu yang berbeda seperti misalnya adanya

perbedaan kemampuan, fisik, motivasi dan faktor-faktor individual lain.

Faktor-faktor situasi juga berpengaruh terhadap tingkat kinerja yang


23

dicapai seseorang, situasi yang mendukung misalnya adanya kondisi

sarana yang baik, ruangan yang tenang, pengakuan atas pendapat rekan

kerja yang lain, pemimpin yang mengerti kebutuhan karyawan dan tidak

otoriter tetapi demokratis. Sistem kerja yang akan mendorong

pencapaian kinerja yang tinggi daripada kondisi kerja yang tidak

mendukung di mana terdapat pemimpin yang otoriter, pelayanan yang

kurang memuaskan, tekanan terhadap peranan, tentu akan menimbulkan

kinerja karyawan yang rendah.

Kinerja berarti harus mempunyai daya tahan terhadap

tekanan.Setiap anggota organisasi selalu mendapat tekanan baik dari

dalam diri maupun ddari luar. Sehingga perlu menemukan cara yang

efektif untuk meningkatkan daya tahan anggota organisasi untuk

menghadapi dan mengatasi tekanan yang timbul.

Menurut Sondang P. Siagian(2008:138) kinerja seseorang

dipengaruhi oleh kondisi fisiknya. Seseorang yang memiliki kondisi

yang baik mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi yang pada

gilirannya tercermin pada keputusan bekerja dengan tingkat

produktivitas yang tinggi, dan sebaliknya.

Di samping itu kinerja individu juga berhubungan dengan

kemampuan yang harus dimiliki oleh individu agar ia berperan dalam

organisasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Gibson et. al (2009:52)

memberikan gambaran variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja,

dengan sketsa seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1
24

Beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku

Variabel Perilaku Variabel


Fisiologis Individu Psikologis

Kemampuan Fisik Persepsi, sika


Kemampuan kepribadian, belajar
Mental motivasi

Variabel
Lingkungan

Keluarga,
Kebudayaan, dan
Kelas Sosial
Berdasarkan model tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja tidak

timbul dengan sendirinya, disamping adanya usaha dan kemampuan,

kinerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Kinerja berhubungan dengan sikap seseorang terhadap obyek

psikologik tertentu, seperti yang dikatakan oleh Herhert

Theodore(2009:430) bahwa , “Attitude are importants consideration of

work performance. They accupy central position in the process of

transforming work requirement in effort.”

Dilihat dari sudut motivasi, khususnya ganjaran yang akan

diperoleh sehubungan dengan adanya kinerja di mana orang akan

melihat bahwa kinerja merupakan jalan yang memuaskan kebutuhan.

Sesuai yang diungkapkan oleh Gibson et.al,bahwa “kebutuhan (needs)

berhubungan dengan kekurangan yagn dialami oleh seseorang pada

waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai pembangkit, penguat atau

penggerak perilaku, artinya apabila terdapat kekurangan kebutuhan


25

maka orang lebih peka terhadap usaha motivasi dari manajer”. (Lihat

dalam Djoerban Wahid, 2009:88).

Pokok-pokok yang membuat pekerjaan lebih mau berprestasi. Dan

ini akan bermanfaat dalam pertimbangan suatu sistem penilaian, antara

lain : (1) Karyawan akan bekerja keras apabila merasa bahwa mereka

diperlukan di dalam organisasi, (2) Karyawan akan bekerja lebih baik

apabila mereka jelas mengenai apa yang diharapkan dari mereka dan

apabila sesekali mereka berwenang mengubah harapan-harapan itu, (3)

Karyawan akan bekerja lebih baik apabila mereka merasa bahwa

organisasi menyediakan peluang bagi prestasi mereka untuk dihargai

dan diberi ganjaran, (4) Karyawan akan bekerja lebih baik apabila

mereka mengetahui bahwa organisasi memberi mereka peluang untuk

berkembang dan sejauh mungkin mempergunakan kemampuan mereka,

dan (5) Karyawan akan bekerja lebih baik apabila mereka dipercayakan

dan diperlakukan dengan hormat.

Hasil pekerjaan dapat bersifat instrinsik maupun ekstrinsik.

Perbedaan antara hasil instrinsik dan hasil ekstrinsik penting untuk

memahami reaksi apra karyawan terhadap pekerjaan mereka. Secara

umum hasil instrinsik adalah obyek atau kejadian yang timbuldari usaha

karyawan itu sendiri, dan tidsak menuntut keterlibatan orang lain.

Secaralebih sederhana, ia adalah hasil yang jelas berhubungan dengan

tindakan yang dilakukan karyawan (Lihat Arthur P. Brief dan Ramon J.

Aldag (2009:496-500). Hasil semacam itu dianggap khas yang hanya

ada pada pekerjaan profesional dan teknis; namun pada dasarnya semua
26

pekerjaan dapat menimbulkan hasil instrinsik, yang melibatkan perasaan

tanggung jawab, tantangan dan pengakuan serta merupakan hasil dari

ciri khas kerja seperti keragaman, otonomi indentitas dan arti.

Sebaliknya, hasil ekstrinsik merupakan obyek atau kejadian yang

mengikuti usaha karyawan sendiri sehubungan dengan faktor-faktor lain

yang tidak terlibat secara langsung dalam pekerjaan itu sendiri.Potongan

harga, bonus, kondisi kerja, rekan kerja dan bahkan penyelia ialah ciri

khas tempat kerja yang merupakan bagian fundamental dari pekerjaan

itu sendiri.

Kepuasan kerja tergantung pada tingkat hasil instrinsik dan hasil

ekstrinsik serta bagaimana persepsi pemegang pekerjaan

terhadapnya.Semua hasil ini mempunyai nilai yang berlainan bagi orang

yang berbeda.Untuk sebagian orang, tanggung jawab dan pekerjaan

yang penuh tantangan mungkin mempunyai nilai netral dan bahkan

negatif. Untuk mengetahui kinerja karyawan perlu diadakan penilaian

kinerja karyawan.

c. Penilaian Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja karyawan tidak hanya terbatas pada segi kuantitas

dan kualitas kerja saja tapi lebih dari itu karena meliputi faktor-faktor

yang berhubungan dengan pekerjaan seperti : (1) disiplin, (2) tanggung

jawab, (3) kerja sama, dan (4) inisiatif dalam menyelesaikan tugas.

Heidjrachman Ranupandojo (2008:11).

Dalam hal ini, penilaian dilakukan oleh atasan langsung dari

karyawan tersebut mengingat yang mengetahui pekerjaan bawahan


27

sehari-hari adalah atasan langsungnya.Namun demikian ada yang

berkeberatan kalau penilaian hanya dilakukan oleh atasan lansung saja,

karena dikhawatirkan adanya unsur subyektivitas yang tinggi.Karena itu

ada yang menggunakan beberapa orang untuk menggunakan beberapa

orang untuk menilai kinerja bawahan.Heidjrachman Ranupandoj

(2008:12). Tetapi dalam kenyataannya hal ini sulit dilakukan dalam

perusahaan,maka cara lain yang sering ditempuh adalah menilai kembali

dari hasil penilaian seorang atasan dalam suatu departemen, dan pihak

yang melakukan penilaian kembali adalah pihak Personalia atau atasan

lebih lanjut. Ada pula cara yaitu berdasarkan pendekatan Behaviour

yakni mengajak para bawahan sendiri untuk melakukan penilaian

terhadap diri mereka. Kelemahannya adalah kemungkinan penilaian

yang terlalu baik baik diri sendiri dibanding dengan pelaksanaan

atasan.Namun untuk mengatasi kemungkinan tersebut adalah

pelaksanaan penilaian tidak perlu diselesaikan dalam waktu satu haru

agar tidak memberi beban karyawan terlalu berat dan kemungkinan

penilaian yang subyetif dapat dihindari.

d. Indikator Kinerja Karyawan

Fadel (2009:195) mengemukakan beberapa indikator yang

digunakan untuk mengukur kinerja pegawai yaitu :

a) Pemahaman atas tupoksi

Dalam menjalankan tupoksi, bawahan harus terlebih dahulu paham

tentang tugas pokok dan fungsi masing-masing serta mengerjakan

tugas sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya.


28

b) Inovasi

Memiliki inovasi yang positif dan menyampaikan pada atasan

serta mendiskusikanya pada rekan kerja tentang pekerjaan.

c) Kecepatan kerja

Dalam menjalankan tugas kecepatan kerja harus diperhatikan

dengan menggunakan mengikuti metode kerja yang ada.

d) Keakuratan kerja

Tidak hanya cepat, namun dalam menyelesaikan tugas karyawan

juga harus disiplin dalam mengerjakan tugas dengan teliti dalam

bekerja dan melakukan pengecekan ulang.

e) Kerjasama

Kemampuan dalam bekerjasama dengan rekan kerja lainya

seperti bisa menerima dan menghargai pendapat orang lain.

2.1.4 Hubungan Antar Variabel

1. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan menurut

Hasibuan (2010:203) kinerja karyawan banyak dipengaruhi pimpinan

dalam kepemimpinannya.kepemimpinan partisipasi memberikan

karyawan ikut aktif dalam memberikan pendapatnya untuk menentukan

kebijaksanaan perusahaan dalam kinerja karyawannya. Kepemimpinan

otoriter mengakibatkan kinerja karyawan tidak berjalan dengan

baik.Kepemimpinan yang efektif akan memberikan kinerja karyawan

akan lebih baik karna pemimpin dapat memimpin perusahaan dengan


29

baik dan juga dapat membantu karyawan menyelesaikan pekerjaan

dengan baik.

2. Pengaruh gaji terhadap kinerja karyawan

Menurut Rivai dan sagala (2010:741) Gaji adalah balas jasa yang

dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai

jaminan yang pasti.Dengan pemberian gaji ini kinerja karyawan

akanberjalan dengan baik dan akan melakukan pekerjaan itu sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh pimpinan.

2.2 Kerangka Berfikir

Menurut uma sekaran dalam sugiyono (2011:60) mengemukakan bahwa

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai hal

yang penting. Jadi dengan demikian maka kerangka berfikir adalah sebuah

pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah

pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi dalam setiap

pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang

akan dilakukan.

Gambar 2.2
Kerangka Berfikir

UD. Bintang
Mas
Alat Analisis
 Uji Validitas
 Uji Reliabilitas
SDM (X)  Regeresi Linier
Berganda
 UjiKorelasi
 Koefisien
Determinasi
 Uji t
 Uji F
30

Kepemimpinan Gaji (X2)


Transaksional
(X1)

Kinerja
Karyawan (Y)

Keterangan

UD Bintang Mas merupakan usaha dagang, dimana dalam operasi

usaha pasti terdapat Sumber Daya Manusia (SDM) yang saling bekerjasama

untuk mencapai tujuan usaha dagang tersebut. Sumber daya manusia adalah

suatu faktor utama yang penting dalam proses perusahaan maupun organisasi.

Sumber daya manusia memberi pengaruh yang bermanfaat sehingga harus

diatur dan dijaga.

Dalam perusahaan, kinerja sumber daya manusia (kinerja karyawan)

banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu

gayakepemimpinan dan gaji. Tetapi dengan gaya kepemimpinan yang

berbeda akan memberikan efek yang berbeda pula.

Dengan gaya kepemimpinan transaksional yaitu dapat meningkatkan

kinerja karyawan secara individu serta dengan pemberian gaji yang baik dan

layak juga dapat meningkatkan kinerja karyawan, jika kinerja karyawan

meningkat maka proses produksi dalam organisasi atau perusahaan juga akan

meningkat sehingga tujuan organisasi atau perusahaan akan tercapai.


31

2.3 Hipotesis

Menurut Dantes (2012), hipotesis diartikan sebagai praduga atau asumsi

yang harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh dengan jalan

penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat di tarik suatu

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Diduga variabel kepemimpinan transaksional dan gaji pegawai secara

parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai bagian produksi.

2. Diduga variabel kepemimpinan transaksional dan gaji pegawai secara

simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai bagian produksi.

3. Diduga variabel gaji pegawai yang berpengaruh lebih dominan terhadap

kinerja pegawaibagian produksi.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018 sampai dengan Mei

2019 yang berlokasi di UD.Bintang Mas yang bertempat di Desa Parengan

Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

3.1 Jenis Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan dan memahami

pembahasan penelitian maka penulis menggunakan pendekatan penelitian

yang berkaitan dengan metedeologi penelitian yaitu penelitian kuantitatif


32

deskriptif. Menurut Sugiono (2014:8) metode penelitian kuantitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrument tertentu, analisis data bersifat

kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk mendapatkan hipotesis yang

sudah didapatkan.

Adapun penyusunan rancangan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan

penelitian analistis ekspalanatif disamping itu penelitian ini memperhatikan

jenis penelitian obsevasi yang merupakan penelitian kuantitatif

deskriptif.Kegunaan dari rancangan penelitian adalah sebagai alat untuk

memperoleh jawaban atas research question atau untuk mencapai tujuan

penelitian dan sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian.

3.3 Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini adalah meliputi


31 populasi dan sample sebagaimana

berikut:

a. Populasi

Populasi menurut Suharsimi (2013:130) merupakan keseluruhan

subjek penelitian.Definisi populasi secara rinci adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono (2014:61).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua karyawan

bagian produksi yang berlokasi di UD.Bintang Mas yang bertempat di


33

Desa Parengan Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan, dengan

karyawan yang berjumlah 40 orang.

b. Sampel

Definisi sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang

diteliti”.Arikunto (2013:174) .Sampling adalah kumpulan data jika yang

diteliti adalah sampel dari suatu populasi.Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah dengan cara pengambilan sampel dengan tujuan atau

masalah dengan peneliti.

Sampel di dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian

produksi yang berjumlah 40 orang, hal ini di karenakan jumlah populasi

kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil seluruh populasi yang

ada sehingga sampel di dalam penelitian ini adalah sampel populasi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah peninjauan

langsung ke lokasi penelitian dengan tujuan memperoleh data yang dapat

dipercaya. Untuk mendapatkan data baik primer maupun data sekunder,

penulis mengumpulkan data melalaui cara sebagai berikut :

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder.

a) Data Primer

Menurut Sugiyono (2011:137), data primer adalah data yang

langsung memberikan data pada pengumpul data. Data primer yang


34

digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil

penyebaran kuesioner kepada seluruh pegawai bagianproduksi pada

UD Bintang Mas.

b) Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2011:137), Data sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Wawancara (Interview)

Menurut Arikunto (2010:198), Interview atau wawancara adalah

sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi dari terwawancara.

b) Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:199).

c) Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010:274), Dokumentasi adalah

pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.

3. Skala Likert
35

Menurut Sugiyono (2011:93) Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indicator

variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi

skor, misalnya :

Tabel 3.1
Instrumen Skala Likert

No Keterangan Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Cukup Setuju 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2011:94)

3.5 Operasional Variabel

Pengertian variabel didalam penelitian merupakan suatu atribut dari

sekelompok objek yang diteliti,mempunyai variasi antara satu dengan yang

lainnya dalam kelompok tersebut.Suharsimi (2013:118) mengungkapkan

bahwa variabel penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Dalam hal ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel

terikat (Y) dan variabel bebas (X) yang meliputi:

1. Variabel Bebas /Variabel Independen Variabel (X)


36

Menurut Sugiyono (2011:39), variabel bebas adalah merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a. Kepemimpinan transaksional (X1)

Kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang memandu

atau memotivasi para pengikut mereka menuju ke sasaran yang

ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas

(Robbins, 2008:472).

Dengan indikator kepemimpinan transaksional menurut Bass

(Mamesah Kusmaningtyas,2009:41) sebagai berikut:

a) Imbalan Kontingen (Contingent Reward)

b) Manajemen eksepsi aktif (active management by exception).

c) Manajemen eksepsi pasif (passive management by exception)

b. Gaji (X2)

Sadili Samsudin (2010:189) mengemukakan pengertian gaji

adalah sesuatu yang berkaitan dengan uang yang diberikan kepada

pegawai atau karyawan.

Menurut Septiana (2011) indiaktor gaji adalah sebagai berikut :

a) Kelayakangaji

b) Gaji yang diperoleh tiap bulan.

c) Pemenuhan kebutuhan primer


37

d) Pemenuhan kebutuhan sekunder

e) Kepuasan terhadap gaji

2. Variabel Terikat/Dependent Variabel (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain

(Firdaus,2011:14).Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kinerja

karyawan (Y).

Kinerja dapat diartikan sebagai “thing done” yaitu suatu hasil yang

telah dikerjakan.Kinerja karyawan merupakan suatu hasil kerja yang

dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standart dan kriteria yang

telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu. Karena,kinerja

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan

mengalokasikan sumber dayanya maka kinerja menjadi hal penting yang

harus dicapai setiap perusahaan.

Fadel (2009:195) mengemukakan beberapa indikator yang

digunakan untuk mengukur kinerja pegawai yaitu :

1) Pemahaman atas tupoksi

2) Inovasi

3) Kecepatan kerja

4) Keakuratan kerja

5) Kerjasama

3.6 Metode Analisis Data

Analisisi data adalah mengelompokkan dan berdasarkan variabel dan

jenis reponden,mata bulasi dan berdasarkan variabel dari seluruh


38

responden,menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti,melakukan

penghitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2014:4).

1. Uji Validitas

Validitas merupakan derajat ketetapan anatara data yang

sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan

oleh peneliti (Sugiyono 2011:267). Dengan demikian bahwa data yang

valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh

peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.

Untuk menguji validitas instrumen dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Menyampaikan uji coba keseluruhan responden

b. Mengelmpokkan item-item dari jawaban kedalam butir dan jumlah

skor total yang diperoleh dari masing-masing responden

c. Mari skor yang diperoleh kemudian dibuat table perhitungan validitas

d. Mengkorelasikan tiap-tiap butir skor dengan menggunakan rumus

produk momen. Dengan rumus :

n ( XY )−( X ) (Y )
r¿
{n X −(X )2 }{n Y 2−(Y )2 }
2

Sumber : Sugiyono (2011:183)

Dimana

R = item soal

n = jumlah sampel atau responden

X = jumlah skor item dari setiap responden


39

Y = jumlah total skor item dari keseluruhan

c. Uji signifikan dilakukan dengan membagikan nilai r hitung dengan r

table untuk degree of freedom (df) = n-k adalah jumlah sampel. Pada

penampilan output SPSS pada cronbach alpha dikolom correlated

item total correlation,jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai

positif. Maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan

valid atau layak digunakan dalam pengambilan data.

Setelah dilakukan perhitungan kemudian dibagikan dengan tabel nilai

kriteria dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jika rhitung positif rhitung > rtabel ,maka variabel valid

b) Jika rhitung positif dan rhitung< rtabel,maka variabel tersebut tidak

valid

2. Uji Reliabilitas

Berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan

(Sugiyono, 2011:268). Suatu data dinyatakan reable apabila dua atau lebih

peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama,atau

peneliti sama dalam waktu berbeda memnghasilkan data yang sama,atau

sekelompok data bla dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak

berbeda. Rumus yang dapat digunakan adalah rumus Alpha sebagai

berikut :

∝2b
ri=[ ][
k
k−1
1− 2
∝t ]
Sumber : Sugiyono (2011:132)

Keterangan :
40

r1 = reliabilitas intern seluruh instrumen

k = banyaknya butiran pertanyaan

2
∝b = jumlah varians butir

∝2t = varians total

Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat reliabilitas adalah

kalau r atau croubach alpha>0,60 . Jadi korelasi antar butir dengan skor

total kurang dari 0,60, maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan

tidak reliable.

3. Analisis Regresi Berganda

Model regresi digunakan untuk mengamsusikan seberapa besar

terdapat hubungan linier antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Adapun model persamaan regresi yang dapat diperoleh dalam analisis ini

adalah :

Y = a+b1X1+b2X2

Sumber : Firdaus (2011:67)

Keterangan :

Y = Kinerja Karyawan

a = Konstanta

b1b2 = Koefisien Regresi

X1 = Kepemimpinan Transaksional

X2 = Gaji

Pada dasarnya analisis regresi adalah untuk memperoleh

persamaan regresi dengan cara memasukan perubahan satu demi


41

satu,sehingga dapat diketahui pengaruh yang paling kuta sampai dengan

yang paling lemah.

4. Analisi Korelasi

Menurut Arikunto (2010:313), koefisien korelasi adalah suatu alat

statistic, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran

dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara

variabel-variabel ini.

n ( XY )−(X )(Y )
r= 2 2 2 2
√ {n X −( X ) }{n Y −( Y ) }

Dimana :

r = koefisien korelasi

n = jumlah sampel atau responden

X = variabel bebas (Kepemimpinan Transaksional dan Gaji)

Y = variabel terikat (Kinerja Karyawan)

Tabel 3.2
Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2011:184)
42

5. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi merupakan ukuran-ukuran untuk mengetahui

kesesuaian atau ketepatan antara nilai dengan gari regresi dengan data

sampel. Menurut Andi Supanggat (2006:350) dalam Nurinda (2004.35)

Koefisien Determinasi adalah merupakan ukuran (besaran) untuk

menyatakan tingkat kekuatan hubungan dalam bentuk persen (%),besaran

ini dinyatakan dengan notasi R2.. Jadi untuk mengetahui besarnya persen

hubungan antara kepimpinan transaksional dan gaji terhadap kinerja

karyawan maka menggunakan analisis Koefisien Determinasi yang

diperoleh dengan menguadratkan korelaisnya,atau dapat dirumuskan

sebagai Berikut :

Kd = r2 x 100%

Sumber : Sugiyono (2008:257)

Dimana :

Kd = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

6. Penguji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas mana

yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat secara

dominan dengan rumus :


43

r √n−2
thitung =
√ 1−r 2
Sumber : Sugiyono (2011:184)

Keterangan

t = uji korelasi (nilai thitung)

r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah data pengamat (sampel)

(1) Ha : b1 = b2 = 0 (tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel

bebas terhadap variabel terikat)

Hi : b1 b2 0 (ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas

terhadap variabel berikut)

(2) Tingkat signifikasi () yang digunakan 0,5% = 0,05

(3) Kriteria yang dipakai dalam Uji t adalah

a) Apabila thitung > ttabel atau - thitung< ttabel maka H0 ditolak dan Hi

diterima, berarti hipotesis diterima

b) Apabila thitung< ttabel maka H0 diterima dan Hi ditolak, berarti

hipotesis ditolak

Gambar 3.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan (Uji-t)
44

-t hitung 0 t hitung

b. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersama-

sama (simultan).

R2 /k
Fhitung =
(1−R 2)/( n−k−1)

Sumber : Sugiyono (2011:192)

Dimana :

Fhitung = F hasil perhitungan

R2 = Koefisien regresi yang telah ditemukan

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

1) H0 = b1 = b2 = 0 (tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel

bebas terhadap variabel berikut)

Hi = b1 = b2 0 (ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas

terhadap variabel terikat)

2) Nilai kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikasi () 5%

= 0,5

3) Kriteria pengujian yang dipakai Uji F adalah :


45

a. Apabila Fhitung> Ftabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya variabel independen secara simultan mempunyai

pengaruh yang nyata terhadap variabel dependen

b. Apabila Fhitung< Ftabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak,

artinya variabel independen secara simultan tidak

mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel

independen.

Gambar 3.2
Daerah penerimaan dan penolakan H0 (Uji F)

0 F tabel F hitung
46

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Usaha Dagang Bintang Mas Maduran

UD. Bintang Mas Maduran didirikan pada tahun 1975 yang berlokasi

di Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Perusahaan ini adalah perusahaan perseorangan dan dipimpin atau dipegang

oleh Nur Fahmi Romadhon.

UD. Bintang Mas pada awalnya dirintis oleh bapak H. Farchan (Alm),

yaitu dengan membuka industri kecil-kecilan, dengan bermodalkan tiga

mesin tenun dari kayu jati dan modal sendiri sebesar Rp. 250.000,00 beliau

dapat melakukan proses produksi. Setiap minggunya bapak H. Farchan (Alm)

mengirimkan hasil produksinya ke toko-toko langganannya di Gresik dan

Surabaya, produk yang dihasilkan tiap minggunya adalah 2 kodi.

Lama-kelamaan keluarga bapak H. Farchan (Alm) membuka usaha

tenun dan selanjutnya diikuti oleh para tetangga sekitar yang memiliki modal,

karena membuka usaha dalam bidang ini keuntungan yang diperoleh cukup

besar dan prospeknya cukup besar, sehingga sampai sekarang produksi

sarung tenun yang berada di Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Kabupaten

Lamongan, Jawa Timur sudah berkembang dengan pesat.

4.2 Lokasi Usaha Dagang Bintang Mas Maduran

Penentuan lokasi perusahaan secara tepat dan terencana akan sangat

membantu kelancaran usaha perusahaan. Seperti halnya UD. Bintang Mas

Maduran yang didirkan dan ditempatkan di Jalan Raya Parengan, Desa

45
47

Parengan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur yaitu

tempat didekat jalan raya dan tempat keramaian, yaitu sekolah Yayasan

Wachid Hasyim Parengan, Maduran. Selain itu ada beberapa alasan

ditempatkannya UD.Bintang Mas di Jalan Raya Parengan.

a. Aman karena dekat dengan perumahan warga.

b. Memudahkan dalam proses penerimaan dan pendistribusian bahan

bakukarena akses yang mudah dijangkau distributor.

c. Memudahkan proses jual beli karena lokasi mudah ditemukan dan sekat

dengan jalan raya.

d. Tempat yang luas dan nyaman, serta pelayanan yang ramah.

4.3 Visi dan Misi Usaha Dagang Bintang Mas Maduran

Usaha Dagang Bintang Mas Maduran memiliki beberapa visi dan misi

untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu :

 Visi

Melestarikan dan menumbuhkan tradisi tenun sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat, dengan menjadi

perusahaan penghasil serta pengelolah tenun yang dapat bersaing secara

sehat serta dikenal oleh masyarakat dalam negeri dan luar negeri.

 Misi

1. Meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap kain

tenun.

2. Mendorong potensi dan prtisipasi masyarakat menjadi lebih kreatif.


48

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara melakukan

pendidikan dan pelatihan untuk menciptakan tenaga-tenaga terampil

dan produktif.

4.4 Struktur Organisasi Usaha Dagang Bintang Mas Maduran

Menurut Hasibuan (2011), struktur organisasi adalah suatu gambar

yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi kedudukan

dan jenis wewenang dan penjabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis

perintah dan tanggungjawab, rentang kendali dan system pimpian organisasi.

Keberadaan struktur organisasi dalam setiap perusahaan sangat

dibutuhkan sebagai arahan tugas dan tanggungjawab dari masing-masing

bagian yang ada agar tidak terjadi tumpang tindih.

Dalam setiap perusahaan selalu memiliki struktur organisasi.Dalam hal

ini di maksudkan agar perusahaan mendapat efektifitas di dalam mencapai

tujuan. Sedangkan pembuatan struktur organisasi antara perusahaan yang satu

dengan perusahaan yang lainnya tidaklah sama, hal ini dikarenakan adanya

perbedaan, misalnya: bentuk perusahaan, luas perusahaan dan makin

banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

Adapun bentuk organisasi yang digunakan oleh Perusahaan sarung

tenun UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan adalah berbentuk organisasi lini

(garis) yaitu suatu bentuk organisasi dimana kepala eksekutif di pandang

sebagai sumber wewenang tunggal, segala keputusan atau kebijaksanaan dan

tanggung jawab ada pada satu tangan, sehingga kekuasaan mengalir dari atas

ke bawah secara vertikal. Masing-masing bawahan hanya mempunyai satu

orang atasan.Sistim ini menganut asas kesatuan komando (unity of comand),


49

sehingga dapat menjamin disiplin yang kuat, koordinasi relatif mudah

dilaksanakan. Pengawasan secara ketat terhadap kegiatan para pegawai

bawahan dapat dilaksanakan dengan mudah dan juga tidak menyebabkan

simpang siurnya bawahan kepada siapa nantinya akan mempertanggung

jawabkan tindakannya.

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Perusahaan sarung tenun

UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Tetapi terlebih dahulu penulis akan menguraikan mengenai wewenang dan

tanggung jawab pimpinan maupun masing-masing bagian sebagai berikut :

a. Pimpinan Perusahaan.

Tugas dan tanggung jawab, antara lain :

 Menentukan rencana jalannya perusahaan secara keseluruhan/global

 Mengawasi jalannya perusahaan

 Memutuskan soal-soal yang bersifat prinsipil

 Bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan

b. Bagian Administrasi

Tugas dan tanggung jawab, antara lain :

 Memberikan laporan keuangan kepada wakil pimpinan perusahaan

secara periodic

 Memberikan instruksi dan mengatur administrasi keuangan,

pembukuan dan tata usaha

 Mengawasi penerimaan dan pengeluaran keuangan perusahaan

 Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan


50

c. Bagian Produksi

Tugas dan tanggung jawab, antara lain :

 Mengawasi jalannya proses produksi

 Menentukan berapa jumlah yang harus di produksi sesuai dengan

perusahaan secara keseluruhan

 Menentukan desain dan model dari segala jenis produknya

 Bertanggung jawab pada pimpinan perusahaan

d. Karyawan

 Menjalankan tugas sesuai bagian karyawan masing-masing, seperti

satpam menjaga keamanan, kasir menangani transaksi, karyawan

persediaan menjaga persediaan toko dll.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi


Perusahaan sarung tenun Bintang Mas Maduran-Lamongan

PIMPINAN

Bagian Administrasi Bagian Produksi

Karyawan Karyawan Karyawan

Gambar : Struktur Organisasi Perusahaan sarung tenun UD.Bintang Mas

Maduran-Lamongan
51

4.5 Personalitas

1. Jumlah Karyawan

Jumlah tenaga kerja pada UD. Bintang Maduran-Lamongan

memilik 40 karyawan

Tabel 4.1
Data Jumlah Karyawan
UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan

No Susunan Pegawai Jumlah Karyawan


1 Pimpinan 1 orang
2 Bagian Administrasi 3 orang
3 Bagian Produksi 6 orang
4 Karyawan 30 orang
Total 40 orang
Sumber : data internal UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dalam UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan

yaitu :

Tabel 4.2
Data Jumlah Tigkat Pendidikan
UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1 Sarjana 6 orang
2 SMA/SMK 15 orang
3 SMP 9 orang
4 SD 10orang
  Total 40 orang
Sumber : Data internal UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan

3. Jaminan Sosial

Selain gaji,UD.Bintang MasMaduran-Lamongan,Juga memberikan

tunjungan (jaminan sosial) antara lain :

1) Tunjungan hari raya (THR)

2) Tunjungan kesehatan dan kccelakan kerja


52

3) Jika ada karyawan yang meninggal dunia,mendapat sumbangan

kematian

4) Disediakan tempat tinggal bagi karyawan dari luar daerah

4. Jam Kerja

Jam kerja karyawan UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan yaitu :

Tabel 4.3
Jam Kerja Karyawan
UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan

Hari Jam Kerja Jam Istirahat


Senin s/d Kamis 08.00 s/d 16.00 12.00 s/d 13.00
Jum’at 08.00 s/d 16.00 11.00 s/d 13.00
Sabtu 08.00 s/d 12.00 -
Sumber : Data internal UD.Bintang Mas Maduran-Lamongan
53

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyebaran kuesioner

Sesuai dengan penetapan sampel,maka penulis menyebarkan kuesioner

pada 40 responden. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada seluruh karyawan

UD. Bintang Mas Maduran Lamongan. Jumlah penyebaran dan pengumpulan

kuesioner serta jumlah jawaban kuesioner yang diolah dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 5.1
Distribusi kuesioner dan pengumpulan data

Uraian Keterangan
Sampel terpilih 40
Jumlah kuesioner yang disebar 40
Jumlah kuesioner yang 40
dikumpul
Pengisian tidak lengkap 0
Jumlah kuesioner yang diolah 40
Persentase 100%
Sumber data diolah

5.2 Karakteristik Responden

Setelah diadakan penyebaran kuesioner kepada masing-masing

responden,maka diperoleh gambaran tentang karakteristik dari 40 responden

tersebut yang dikemukakan berdasarkan klasifikasi dan pengelompokan

responden. Deskripsi umum tentang responden ini dipandang penting untuk

dikemukakan karena diasumsikan bahwa perbedaan setiap responden terhadap

item-item yang diberikan berkaitan dengan perbedaan latar belakang dari

52
54

masing-masing responden,baik menyangkut jenis kelamin,usia,dan tingat

pendidikan.

5.3 Deskriptif Data

Salah satu langkah dalam rangkah analisa data adalah menyajikan

penyajian data hasil yang sesuai dengan variabel penelitian.Penyajian data

hasil penelitian ini bertujuan untuk mempermudah penelitian dalam mencari

hubungan di antara variabel penelitian.

1. Deskriptif Responden

a. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin dapat menunjukan kondisi fisik dari sesesorang

.Analisis jenis kelamin diolah berdasarkan jawaban pertanyaan dari

data pertama, dari data identitas responden yang di berikan kepada

responden. Dari 40 responden dapat di ketahui jumlah responden pada

tabel berikut ini:

Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuesi (Orang) Presentase(%)


1 Laki-laki 40 100%
2 Perempuan - -
Jumlah 40 100%
Sumber:Data diolah

Berdasarkan tabel 5.2 dapat di ketahui bahwa semua responden

dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu 40 Orang

100%.

b. Usia Responden
55

Analisis usia di olah berdasarkan jawaban responden terhadap

pertanyaan kedua dari data identitas responden yang diberikan kepada

responden. Dari 40 responden dapat di ketahui jumlah responden pada

tabel berikut ini:

Tabel 5.3
Karakteristik responden berdasarkan usia

N0 Jenis Usia Frekuensi Presentase


(orang) (%)
1. 17-24 tahun 2 5%
2. 25-30 tahun 6 13%
3. 31-35 tahun 2 5%
4. Diatas 35 30 75%
tahun
Jumlah 40 100%
Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa komposisi

responden yang berumur 17 sampai 24 tahun yaitu 2 orang atau (5%)

berumur 31-35 tahun,sedangkan diatas 35 tahun sebanyak 30 orang

atau (75%). Dari data tersebut terlihat bahwa responden yang paling

banyak berumur diatas 35 tahun.

c. Tingkat pendidikan responden

Analisis tingkat pendidikan diolah berdasarkan jawaban

responden terhadap pertanyaan ketiga dari data karakateristik

responden. Dari 40 orang responden dapat diketahui komposisi tingkat

pendidikan responden pada tabel berikut ini :

Tabel 5.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Frekuensi Presentase


Pendidikan (orang) (%)
1. Sarjana 6 15%
56

2. SMA/SMK 15 37%
3. SMP 9 23%
4. SD 10 25%
Jumlah 40 100%
Sumber: data diolah, 2019

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa komposisi

responden dengan tingakat pendidikan sarjan 6 orang atau (15%),15

orang atau (37%) dengan tingkat pendidikan SMA/SMK, 9 orang atau

(23%) dengan tingakt pendidikan SMP,dan 10 orang atau (25%)

dengan tingkat pendidikan SD. Dari data tersebut terlihat bahwa

responden dengan tingkat pendidikan SMA atau SMK yang paling

banyak.

2. Rekapitulasi Tanggapan Responden

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, maka peneliti

memperoleh rekap tanggapan responden terhadap variabel-variabel

penelitian. Data yang disajikan adalah data berupa total skor jawaban dari

masing-masing variabel. Adapun variabel yang ditetapkan dalam

penenelitian ini meliputi :

 Variabel bebas (X1) yaitu Kepemimpinan

 Variabel bebas (X2) yaitu Gaji

 Variabel terikat (Y) yaitu Kinerja Karyawan

Selanjutnya untuk memudahkan pengukuran variabel yang terbagi

dalam beberapa indikator dengan memberikan nilai skor dalam masing-

masing item yang tersaji digunakan ukuran sebagai berikut:

Tabel 5.5
Nilai Skor

No Keterangan Skor
57

1. SangatSetuju 5
2. Setuju 4
3. Cukup Setuju 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiono(2011:94)

Agar lebih jelas akan kami bahas hasil tanggapan tiap-tiap variabel

yang ada dibawah ini :

a. Variabel bebas (X1) Yaitu kepemimpinan

hasil tanggapan terhadap variabel kepemimpinan disajikan

sebagai berikut ini :

Tabel 5.6
Tanggapan Responden tentang variabel X1 (kepemimpinan)
Jawaban responden
Pertanyaa SS S CS TS STS
n ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
52.5 1 32.5
X1.1 21 % 3 % 6 15% - - - -
X1.2 28 70% 8 20% 4 10% - - - -
17,5 1 37.5 10
X1.3 7 % 5 % 14 35% 4 % - -
Sumber : data diperoleh, 2019

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat diketahui pada pertanyaan

X1.1 menujukkan bahwa responden yang sangat setuju berjumlah 21

responden, yang setuju berjumlah 13 responden, ragu-ragu bejumlah 6

responden, sedangkan yang tidak setuju berjumlah 0 responden dan

yang sangat tidak setuju berjumlah 0 responden.

Pada pertanyaan X1.2 menujukkan bahwa responden yang

sangat setuju berjumlah 28 responden, yang setuju berjumlah 8

responden, ragu-ragu bejumlah 4 responden, sedangkan yang tidak

setuju berjumlah 0 responden dan yang sangat tidak setuju berjumlah

0 responden.
58

Pada pertanyaan X1.3 menujukkan bahwa responden yang

sangat setuju berjumlah 7 responden, yang setuju berjumlah 15

responden, ragu-ragu bejumlah 14, sedangkan yang tidak setuju

berjumlah 4 responden dan yang sangat tidak setuju berjumlah 0

responden.

b. Variabel Bebas (X2) Yaitu Gaji

Hasil tanggapan terhadap variabel gaji disajikan sebagai berikut

ini :

Tabel 5.7
Tanggapan Responde tentang variabel X2 (Gaji)
Jawaban responden
SS S CS TS STS
Pertanyaan ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
12,5
X2.1 30 75% 3 7,5% 5 % 2 5% - -
X2.2 24 60% 10 25% 4 10% 2 5% - --
17,5
X2.3 25 62,5% 7 17,5% 7 % 1 2,5% - -
X2.4 23 57,5% 10 25% 3 7,5% 4 10% - -
X2.5 26 65% 12 30% 2 5% - -- - -
Sumber: data diolah,2009

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat diketahui pada pertanyaan

X2.1 menujukkan bahwa responden yang sangat setuju berjumlah 30

responden, yang setuju berjumlah 3 responden, ragu-ragu bejumlah 5

responden, sedangkan yang tidak setuju berjumlah 2 responden dan

yang sangat tidak setuju berjumlah 0 responden.

Pada pertanyaan X2.2 menujukkan bahwa responden yang

sangat setuju berjumlah 24 responden, yang setuju berjumlah 10

responden, ragu-ragu bejumlah 4 responden, sedangkan yang tidak

setuju berjumlah 2 responden, dan yang sangat tidak setuju berjumlah

0 responden.
59

Pada pertanyaan X2.3 menujukkan bahwa responden yang

sangat setuju berjumlah 25 bresponden, yang setuju berjumlah 7

responden, ragu-ragu bejumlah 7 responden, sedangkan yang tidak

setuju berjumlah 1 responden dan yang sangat tidak setuju berjumlah

0 responden.

Pada pertanyaan X2.4 menujukkan bahwa responden yang

sangat setuju berjumlah 23 responden, yang setuju berjumlah 10

responden, ragu-ragu bejumlah 3 responden sedangkan yang tidak

setuju berjumlah 4 responden dan yang sangat tidak setuju berjumlah

0 responden.

Pada pertanyaan X2.5 menujukkan bahwa responden yang

sangat setuju berjumlah 25 responden, yang setuju berjumlah 12

responden, ragu-ragu berjumlah 2 responden sedangkan yang tidak

setuju berjumlah 0 responden dan yang sangat tidak setuju berjumlah

0 responden.

c. Variabel Terikat (Y) Yaitu Kinerja Karyawan

Hasil tanggapan terhadap variabel kinerja karyawan disajikan

sebagai berikut ini :

Tabel 5.8
Tanggapan Responden tentang variabel Y
(Kinerja Karyawan)

Jawaban responden
Pertanyaa SS S CS TS STS
n ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
2
Y1 8 70% 8 20% 4 10% - -
2 52,5 1
Y2 1 % 3 32,5% 6 15% - --
Y3 2 70% 8 20% 4 10% - -
60

8
3 77,5
Y4 1 % 5 12,5% 4 10% - -
2 1 2,5
Y5 8 70% 1 27,5% 1 % - -- - -
Sumber: data diolah,2009

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat diketahui pada pertanyaan

Y1 menujukkan bahwa responden yang sangat setuju berjumlah 28

responden, yang setuju berjumlah 8 responden, ragu-ragu bejumlah 4

responden, sedangkan yang tidak setuju berjumlah 0 responden dan

yang sangat tidak setuju berjumlah 0 responden.

Pada pertanyaan Y2 menujukkan bahwa responden yang sangat

setuju berjumlah 21 responden, yang setuju berjumlah 13 responden,

ragu-ragu bejumlah 6 responden, sedangkan yang tidak setuju

berjumlah 0 responden, dan yang sangat tidak setuju berjumlah 0

responden.

Pada pertanyaan Y3 menujukkan bahwa responden yang sangat

setuju berjumlah 28 beresponden, yang setuju berjumlah 8 responden,

ragu-ragu bejumlah 4 responden, sedangkan yang tidak setuju

berjumlah 0 responden dan yang sangat tidak setuju berjumlah 0

responden.

Pada pertanyaan Y4 menujukkan bahwa responden yang sangat

setuju berjumlah 31 responden, yang setuju berjumlah 5 responden,

ragu-ragu bejumlah 4 responden sedangkan yang tidak setuju

berjumlah 0 responden dan yang sangat tidak setuju berjumlah 0

responden.
61

Pada pertanyaan Y5 menujukkan bahwa responden yang sangat

setuju berjumlah 28 responden, yang setuju berjumlah 11 responden,

ragu-ragu berjumlah 1 responden sedangkan yang tidak setuju

berjumlah 0 responden dan yang sangat tidak setuju berjumlah 0

responden

5.4 Analisis Data

Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan

kebenerannya, maka dari itu perlu diadakan hipotesis agar dapat diketahui

sampai dimana kebenaran hipotesa tersebut. Adapun hasil dari perhitungan

statistika sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Uji signifikan dilakukan dnga membandingakan nilai


r r
hitung dengan tabel. Pengujian validitas digunakan product moment dengan

melihat nilai sig = 5%. Butiran pertanyaan dikatakan valid, jika skor item

berkolerasi secara signifikan dengan total skor yang ditunjukkan dari nilai
r r
hitung > tabel.

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

komputer program SPSS 20 for windows,adapun hasil penghitungan pada

tabel berikut ini :

Tabel 5.9
Hasil Uji Validitas
62

Variabel No. r hitung r tabel Keteranga


Soal n
Kepemimpinan X1.1 0,555 0,312 Valid
(X1) X1.2 0,754 0,312 Valid
X1.3 0,649 0,312 Valid
Gaji (X2) X2.1 0,798 0,312 Valid
X2.2 0,736 0,312 Valid
X2.3 0,847 0,312 Valid
X2.4 0,900 0,312 Valid
X2.5 0,775 0,312 Valid
Kinerja Karyawan Y1 0,872 0,312 Valid
(Y) Y2 0,603 0,312 Valid
Y3 0,872 0,312 Valid
Y4 0,829 0,312 Valid
Y5 0,835 0,312 Valid

Table 5.9 menunjukkan pada semua indikator yang digunakan untuk

mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

mempunyai koefisien korelasi lebih besar dari rtabel.(0,3120). Artinya semua

indikator sebagai pengukur dari masing-masing varibel tersebut adalah

valid (lihat pada tabel 5.9).

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh manakah alat

ukur digunakan cukup akurat, stabil atau konsisten.Uji Reliabilitas

dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas > 0.60. Uji Reliabilitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kompoter program SPPS 20

for windows, adapun hasil perhitungan pada tabel berikut ini :

Tabel 5.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Kepemimpinan (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,732 4
63

Sumber : Data diolah SPSS 20

Tabel 5.11
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Gaji (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,808 6
Sumber :Data diolah SPPS 20

Tabel 5.12
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Kinerja Karyawan (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,794 6
Sumber :Data diolah SPPS 20

Tabel 5.13
Rekapitulasi Hasil Uji Reabilitas
No Variabel Nilai Batas Keterangan
Alpha cronbach
alpha
1 Kepemimpinan¿) 0,732 0,60 Reliabel
2 X
Gaji ( 2 ) 0,808 0,60 Reliabel
3 Kinerja Karyawan 0,794 0,60 Reliabel
(Y)
Sumber : Data diolah SPSS 20.0

Tabel 5.10 diatas menunjukkan nilai alpa pada semua variabel bebas

(kepemimpinan, gaji) dan variabel terikat (kinerja karyawan) lebih besar

dari standart reliabilitas (0,60) dengan tingkat signifikan a=5%, sehingga

dapat disimpulakan bahwa instrument dalam variabel bebas dan terikat

adalah reliabel.

3. Regresi Linier Berganda


64

Analisis regresi liner berganda digunakan untuk mengansumsikan

bahwa terdapat hubungan linier antara variabel kinerja karyawan dan

variabel kepemimpinan dan gaji.

Tabel 5.14
Hasil Regresi Liner Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 5,423 1,980 2,739 ,009
1jumlah_x1 1,083 ,177 ,667 6,114 ,000
jumlah_x2 ,176 ,077 ,250 2,289 ,028
a. Dependent Variable: jumlah_y
Sumber : Data diolah SPSS 20.0

Dari tabel 5.13 koefisien diatas diperoleh konstanta a =5,423 , b 1

=1,083, b 2 =0,176. Sehingga persamaan regresi linier berganda adalah:

1 +0,176X 2
Y= 5,423+1,083X

Persamaan regresi dapat di jelaskan sebagai berikut :

a = 5,423 merupakan konstanta yang berarti bahwa apabila variabel

bebas dalam penelitian (kepemimpinan) pengaruhnya sama

dengan 0, maka hasil yang diperoleh dari Kinerja Karyawan yaitu

5,423

b 1 = 1,083 artinya untuk variabel kepeimpinan (b 1 ) menunjukkan

nilai 1,083 yang berarti apabila variabel kepemimpinan

mengalami kenaikan 1% maka akan dapat meningkatkan Kinerja

Karyawan 1,083 pada saat variabel bebas yang lain sama dengan

nol.
65

b 2 = 0,176, artinya untuk variabel gaji (b 2 ) menunjukkan nilai

0,176 yang berarti apabila variabel Gaji mengalami kenaikan 1%

maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan 0,176 pada saat

variabel bebas yang lain sama dengan nol.

4. Korelasi Berganda

Menurut Sugiyono (2013 : 231) Korelasi berganda merupakan angka

yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel secara

bersama-sama atau lebih dengan variabel yang lain. Pedoman untuk

memberikan interpretasi koefesien korelasi sebagai berikut :

Tabel 5.15
Interpretasi Koefesien Korelasi

INTERVAL KOEFESIEN TINGKAT HUBUNGAN


0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,200 - 0,3999 Rendah
0,400 - 0,599 Sedang
0,600 - 0,799 Kuat
0.800 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2014 : 184)

Hasil uji korelasi berganda pada penelitian ini dapat dilihat pada

hasil program SPSS 20

Tabel 5.16
Hasil Uji Korelasi Berganda

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 ,826a ,683 ,666 1,407
a. Predictors: (Constant), jumlah_x2, jumlah_x1
Sumber : Data diolah SPSS 20

Dari tabel diatas diketahui bahwa koefisien korelasi antara variabel

kepimpinan dan variabel gaji adalah sebesar 0,826.Sesuai dengan pedoman


66

pemberian interpretasi koefisen korelasi maka dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara dua variabel adalah kuat dan bersifat positif.

5. Koefisien Determinasi (R2)


2
Koefesien (R ) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar

variasi perubahan dalam satu variabel (dependen).Koefesien determinasi

merupakan kuadrat dari koefesien korelasi.Koefesien determinasi

dinyatakan dalam persen (%) sehingga harus dikalikan dengan 100%.

2
Tepatnya jika koefesien determinasinya adalah 1 atau 1 x 100% =

100%. Artinya 100% dari variasi perubahan dalam variabel Y di sebabkan

oleh variasi perubahan dalam variabel X. (Silalahi,2012:376)

Tabel 5.17
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Adjusted R Std. Error of
Square Square the Estimate
a
1 ,826 ,683 ,666 1,407
a. Predictors: (Constant), jumlah_x2, jumlah_x1
Sumber: Data diolah SPSS 20

Dari tabel 5.15 dapat dilihat bahwa perhitungan regresi dapat

diketahui bahwa perhitungan koefesien determinasi (R-square) yang

diperoleh sebesar 0,683.Hal ini berarti bahwa 68% variabel kinerja

karyawan dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan dan gaji. Sisanya

32% variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel atau faktor

lain.

6. Uji t

Uji t pada dasarnya menunjukan apakah variabel bebas

kepemimpinan(x1) dan gaji (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan


67

terhadap variabel terikat (kinerja kariyawan) pada UD.Bintang Mas

Maduran Lamongan

Adapun kriteriya daerah penolakan penolakan dan penerimaan

hipotesis adalah :

a. thitung > ttabel maka Ho di tolak Ha di terima yang artinya variabel

bebas secara persial mempengaruhi variabel terikat

b. thitung< ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel

bebas secara persial tidak mempegaruhi variabel terikat.

Uji t dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan komputer

program SPSS 20 from windows, adapun hasil perhitungan pada tabel

berikut :

Tabel 5.18
Coefficients
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
(Constant) 5,423 1,980 2,739 ,009
1jumlah_x1 1,083 ,177 ,667 6,114 ,000
jumlah_x2 ,176 ,077 ,250 2,289 ,028
a. Dependent Variable: jumlah_y
Sumber: Diolah dari SPSS 20

Dengan analisa sebagai berikut :

 kepemimpinan (X1)

Dari hasil uji t diperoleh thitung (6,114) lebih besar dari nilai t

tabel (2,024) dengan df=(n-k), pada tarif signifikan 0,05

(0,05/2=0,25) sehingga thitung >t tabel maka H1 diterima, yang

berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan anatar variabel


68

kepemimpinan terhadap kineja karyawan pada UD.Bintang Mas

Maduran Lamongan.

Gambar 5.19
Daerah penerimaan dan penolakan (Uji-t)

Daerah Penolakan H 0 Daerah Penerimaan H 0 Daerah Penolakan H 0

-6,114 -2,024 0 2,024 6,114

 Gaji (X2)

Dari hasil uji f di peroleh thitung (2,289)lebih besar dari nilai


t
tabel(2,024) dengan df =(n-k), pada taraf signifikan 0,05 (0,05/2 =

0,025). Sehingga thitung >ttabel maka H2 di terima, yang berati

bahwa ada penggaruh yang signifikan antara variabel gaji terhada

kinerja karyawan pada UD.Bintang Mas Maduran Lamongan.

Gambar 5.20
Daerah penerimaan dan penolakan (Uji-t)

Daerah Penolakan H 0 Daerah Penerimaan H 0 Daerah Penolakan H 0

-2,289 -2,024 0 2,024 2,289


69

Tabel 5.21
Rekapitulasi Uji T

Nilai t
Variabel Nilai t hitung keterangan
table
Kepemimpinan (X1) 6,114 2,024 Signifikan
Gaji (X2) 2,289 2,024 signifikan

Sumber : data dioleh SPSS 20.0

Berdasarkan tabel 5.16 dapat disimpulkan bahwa berdasarkan

analisis Uji t variabel Kepemimpinan (X1) dan variabel Gaji(X2)

secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja

Karyawan(Y).

7. Uji F

Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang

bertujuan untuk mengetahui apakah selurh variabel independen bersama –

sama mempunyai pengaruh yang singifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 5.22
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 157,695 2 78,848 39,811 ,000b
1Residual 73,280 37 1,981
Total 230,975 39
a. Dependent Variable: jumlah_y
b. Predictors: (Constant), jumlah_x2, jumlah_x1
Sumber : Data diolah SPSS 20,0

Dengan analisis sebagai berikut :

Dari hasil uji Ftabel diperoleh Ftabel (3,25) dengan df (n-k-1), pada taraf

signifikan 0,05.
70

Ftabel= df (n-k-1)

0,05 = 40-2-1

0,05 = 37 (3,25)

Dan hasil pada tabel 5.15 uji F yang menunjukkan bahwa F hitung

sebesar 39,811 sehingga diperoleh nilai Fhitug 39,811 >Ftabel(3,25). dengan

melihat hasil uji F ini artinya,bahwa variabel Kepemimpinan (X1) dan

Gaji )X2) secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi terhadap kinerja

karyawanan (Y) pada UD. Bintang Mas Maduran Lamongan.

Gambar 5.23
Daerah penerimaan dan penolakan HO (Uji F)
:

Daerah penerimaan Daerah Penolakan H 0

H0

3,25 39,811

5.5 Interpresentasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat diperoeh hasil

sebagai berikut :
71

1. Dari tabel uji validitas bahwa semua indikator menunjukkan hasil yang

signifikan, dan menunjukkan bahwa rhitung> rtabel sehingga dapat disimpulkan

bahwa semua item pertanyaan valid.

2. Uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien

Alpha yang cukup tinggi yaitu diatas 0,60 sehingga dapat disimpulkan

bahwa semua variabel bebas dan terikat adalah reliabel.

3. Regresi berganda Y= 5,423+1,083X 1 +0,176X 2


.

a. = 5,423 berarti apabila variabel bebas Kepemimpinan (X1), Gaji (X2)

yang mempengaruhi = 0, maka hasil yang diperoleh dari kinerja

karyawan adalah sebesar 5,423.

b1 = 1,083 pada variabel kepemimpinan (X1) bernilai positif artinya

variabel kepemimpinan mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kinerja karyawan atau apabila lingkungan kerja meningkat satu satuan

maka kinerja karyawan akan bertambah sebesar 1,083, dengan asumsi

variabel lain yang mempengaruhi dianggap konstan (a dan X2 = 0)

b2 = 0,176 pada variabel gaji (X2) bernilai positif artinya variabel gaji

mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan atau

apabila gaji meningkat satu satuan maka kinerja karyawan akan

bertambah sebesar 0,176, dengan asumsi variabel lain yang

mempengaruhi dianggap konstan (a dan X1= 0).

b. Uji korelasi berganda hasl dari uji korelasi berganda menunjukkan

hasil (R) yaitu0,826. Sesuai dengan pemberian intepretasi koefisien

korelasi maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dua variabel


72

adalah kuat dan bersifat positif yang berarti terdapat hubungan yang

kuat antara variabel kepemimpinan dan kinerja karyawan.

c. Uji koefisien Determinasi

Disimpulkan bahwa kontribusi variabel bebas yaitu kepemimpinan (X1)

dan gaji (X2) terhadap naik turun (variasi) variabel terikat yaitu kinerja

karyawan (Y) di UD.Bintang Mas Madura Lamongan R square=683

(68,3%), sedangkan sisanya 0,317 (31,7%) variabel terikat kinerja

karyawan (Y) ditentukan oleh variabel lain .

d. Uji t / Uji Parsial

Hasil dari uji t adalah :

1. Kepemimpinan( X 1 ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

Kinerja Karyawan (Y) di UD.Bintang Mas Maduarn Lamongan,

hal ini dapatdilihat dari nilai t hitung > t tabel = 6,114¿2,024 dengan

signifikan 0,05 (0,05/2=0,25) sehingga thitung >t tabel maka H1

diterima.

2. Gaji ( X 2 ) berpengaruh dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan

(Y) di UD.Bintang Mas Maduran Lamongan, hal ini dapat dilihat

dari t hitung > t tabel = 2,289¿ 2,024 dengan dengan signifikan 0,05

(0,05/2=0,25) sehingga thitung >t tabel maka H1 diterima.

e. Uji F/ Uji secara simultan

Uji f menunjukan bahwa variabel bebas yaitu kepemimpinan ( X 1 )

dan Gaji¿ ¿) berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap

variabel terikat yaitu Kinerja Karyawan (Y) di UD.Bintang Mas


73

Maduran Lamongan, hal ini dapat dilihat nilai F hitung > F tabel = 26,175¿

3,18sig 0,000 ( H 0 di tolak H a diterima)

Sesuai dengan penelitian Sukmawati & Gani, Nurjaya (2014)

tentang Pengaruh Kecerdasan, Emosional, Kepuasan Kerja, dan

Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Telkom

Siporenmu Makassar, berdasarkan uji f diperoleh F hitung > F tabel =

39,811¿ 3,25 sig 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat di

simpulkan variabel kepemimpinan dan gaji secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan analisa tentang

Kepemimpin dan Gaji terhadap Kinerja Karyawan dapat di ambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. H 1 : Ada pengaruh secara parsial faktor Kepemimpinan dan Gaji

terhadap kinerja karyawan pada UD. Bintang Mas Maduran

Lamongan. Hal ini dibuktikan dengan hasil dari hipotesis uji t

sebagai berikut:

a. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Kepemimpinan

berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada UD. Bintang Mas

Maduran Lamongan, dilihat dari nilai = 6,114


74

2,024 dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05, maka H0- ditolak dan

H1 diterima, sehingga dapat diartikan bahwa untuk variabel

Kepemimpinan (X1) secara parsial memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan (Y).

b. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Gaji berpengaruh

terhadap Kinerja Karyawan pada UD. Bintang Mas Maduran

Lamongan, dilihat dari nilai = 2,289>2,024

dengan nilai probabilitas 0,028 < 0,05, maka H0- ditolak dan H1

diterima, sehingga dapat diartikan bahwa untuk variabel Gaji (X2)

secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


72
variabel Kinerja Karyawan (Y).

2. H 2 : Ada pengaruh secara simultan Kepemimpinan dan Gaji terhadap

Kinerja Karyawan pada UD. Bintang Mas Maduran Lamongan.

Hal ini dibuktikan dengan hasil hipotesis uji f aebagai berikut:

Uji F/ Uji secara simultan menunjukan bahwa variabel

bebas yaitu Kepemimpinan (X1) dan Gaji (X2) berpengaruh

positif dan signifikan secara simultan terhadap variabel terikat

yaitu Kinerja Karyawan (Y) pada UD.Bintang Mas Maduran

Lamongan. Dilihat dari nilai F hitung > F tabel 39,811> 3,25 dan

nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan 0,00.

3. H 3 : Faktor Kepemimpinan berpengaruh paling dominan terhadap

Kinerja Karyawan pada UD. Bintang Mas Maduran Lamongan.

Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis regresi linier berganda :


75

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda yang memiliki

pengaruh lebih dominan terhadap kinerja Karyawan adalah

Kepemimpinan karena mempunyai nilai coefficients sebesar

1,083, Sedangkan pada variabel Gaji mempunyai nilai

coeffesients sebesar 0,176.Dengan demikian dapat diartikan

bahwa hipotesis yang Kepemimpinan menyatakan variabel

berpengaruh lebih dominan terhadap kinerja pada UD.Bintang

Mas Maduran Lamongan.

6.2 Saran

Dari pembahasan dan kesimpulan, maka saran sebagai rekomendasi

penunjang hasil penelitian yang sekiranya berguna bagi perusahaan maupun

bagi penelitian selanjutnya adalah :

a. Bagi Pihak UD. Bintang Mas Maduran Lamongan

1. Diharapkan UD. Bintang Maduran Lamongan harus menerapkan

pengaruh Kepemimpinan agar karyawan lebih termotivasi lagi, agar

nantinya peningkatan Kinerja karyawan semakin meningkat.

2. Pemberian gaji harus berdasarkan kinerja yang diberikan kepada

perusahaan dan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi penelitian yang akan melakukan penelitian selanjutnya,

penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi

pendukung, pedoman, perbandingan dan diharapkan untuk menambah


76

variabel lain yang dapat dijadikan indikator dalam penelitian lanjutan

serta menambahkan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.

c. Bagi Akademisi

Diharapkan agar penelitian ini dapat bergunaa bagi mahasiswa

yang melakukan penelitian yang sama atau penelitian lanjutan dengan

topic yang sama. Peneliti berharap agar topic serta pembahasan yang

telah dipaparkan dapat menimbulka rasa keingintahuan untuk

mengadakan penelitian lanjutan dengan cara mengadakan wawancara

atau melakukan penelitian yang lebih luas guna mendapatkan hasil

yang lebih maksimal.

Anda mungkin juga menyukai