Anda di halaman 1dari 23

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KONSEP DAN DEFINISI

Atom dan spektroskopi atomik

Ilmu mengenai spektroskopi atom telah menghasilkan tiga teknik analisis yang
banyak digunakan, yakni: emisi atom, serapan atom dan fluoresensi atom. Untuk
dapat memahami hubungan antara ketiga teknik ini, diperlukan pemahaman
mengenai atom itu sendiri dan proses-proses atomik yang terlibat dalam teknik
bersangkutan.
Atom tersusun dari inti atom yang dikelilingi oleh elektron. Tiap unsur memiliki
sejumlah tertentu elektron dalam suatu struktur orbital atom yang karakteristik
untuk unsur bersangkutan. Elektron-elektron menempati orbital tertentu sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku dan dapat diprediksi. Energi terendah, yakni
konfigurasi elektronik yang paling stabil dari suatu atom dan disebut sebagai
keadaan dasar atau “ground state”, merupakan konfigurasi orbital normal dari
suatu atom. Jika suatu energi dengan besaran yang sesuai diberikan kepada
atom, energi tersebut akan diserap sehingga elektron terluar akan dipromosikan
ke konfigurasi yang lebih tidak stabil dan dikenal sebagai tingkat tereksitasi atau
“excited stage”. Karena tingkat tereksitasi ini tidak stabil, maka atom dengan
cepat dan spontan akan kembali ke konfigurasi keadaan dasar. Elektron akan
kembali ke posisi orbital yang stabil dan sejumlah energi yang besarnya sama
dengan besarnya energi yang diserap untuk melakukan proses eksitasi akan
diemisikan kembali.
Proses tersebut di atas diillustrasikan pada gambar berikut dimana tahapan
pertama dari proses merupakan tahap eksitasi dan tahapan berikutnya merupakan
proses deeksitasi yang melibatkan pemancaran/emisi cahaya yang berlangsung
secara spontan.

EKSITASI
ENERGI +
keadaan keadan
dasar tereksitasi

Proses eksitasi

halaman 1 dari 23
DEEKSITASI
+ h

keadan keadaan energi


tereksitasi dasar cahaya

Proses deeksitasi

Panjang gelombang sinar yang diemisikan berhubungan langsung dengan transisi


elektronik yang terjadi. Karena setiap unsur mempunyai struktur elektronik yang
khas, maka panjang gelombang yang diemisikan-pun merupakan sifat khas dari
suatu unsur. Seperti diketahui bahwa konfigurasi orbital suatu atom mungkin saja
sangat kompleks, maka berbagai transisi elektronik dapat saja terjadi sehingga
akan dihasilkan pula berbagai panjang gelombang sinar yang diemisikan.

EKSITASI EMISI

keadaan 1
tereksitasi
r
2 energi
cahaya
keadaan 3
dasar

Energi transisi

Proses eksitasi dan deeksitasi ke keadaan dasar yang diterangkan di atas terlibat
didalam ketiga teknik sepektrofotometri atom yang telah disebutkan. Pengukuran
besarnya energi yang diserap pada saat eksitasi atau energi yang diemisikan pada
saat deeksitasi inilah yang menjadi dasar analisis secara spektrofotometri atom.
Pada emisi atom, analit diberi energi yang cukup tinggi sehingga terbentuk atom
dalam keadan terkesitasi yang selanjutnya mampu mengemisikan sinar dengan
panjang gelombang tertentu. Energi yang cukup tinggi tersebut dapat berasal dari
suatu busur elektrik, nyala kimia atau suatu plasma. Spektrum emisi yang
dihasilkan oleh suatu unsur terbentuk dari berbagai panjang gelombang emisi
yang mungkin terjadi, disebut sebagai garis emisi, bergantung dari konfigurasi
elektronik dari unsur bersangkutan. Spektrum emisi yang khas seperti inilah yang
digunakan sebagai dasar analisis kualitatif suatu unsur. Emisi atom dapat juga
digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif karena intensitas sinar yang

halaman 2 dari 23
diemisikan pada panjang gelombang tertentu dari analit sebanding dengan jumlah
atom dari unsur tersebut dalam contoh yang dianalisis.
Jika cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang sesuai mengenai suatu
atom yang berada dalam keadaan dasar, maka atom dapat menyerap energi
cahaya tersebut untuk berpindah ke keadaan tereksitasi. Proses ini disebut
sebagai serapan atom. Proses penyerapan cahaya ini dapat digambarkan seperti
berikut.

+
energi keadaan keadaan
cahaya dasar tereksitasi

Proses penyerapan cahaya oleh suatu atom


Kemampuan penyerapan energi cahaya oleh atom inilah yang menjadi dasar
spektrofotometri serapan atom.

Proses penyerapan cahaya oleh atom

Pada pengukuran dengan metoda serapan atom, yang diperlukan adalah besarnya
intensitas cahaya pada panjang gelombang resonansi yang mampu diserap oleh
atom. Jika jumlah atom dalam jalan cahaya meningkat, maka jumlah cahaya yang
diserap juga akan meningkat. Melalui pengukuran besarnya intensitas cahaya
yang diserap, analisis kuantitatif suatu analit yang terdapat dalam suatu contoh
dapat dilakukan dengan mudah. Penggunaan sumber sinar yang khusus dan
pemilihan panjang gelombang yang tepat memungkinkan analisis kuantitatif suatu
unsur yang terdapat bersama-sama dengan unsur-unsur lainnya.
Awan atom yang diperlukan dalam pengukuran serapan atom diperoleh dengan
memberikan energi panas pada contoh sehingga komponen kimia yang terdapat
didalamnya terdissosiasi menjadi atom-atom bebas. Proses ini terjadi melalui
spirasi larutan contoh kedalam nyala yang dilalui oleh berkas sinar. Dibawah
kondisi nyala yang tepat, sebahagian besar atom akan berada pada tingkat energi
dasar sehingga mampu untuk menyerap cahaya pada panjang gelombang analitik
dari sumber sinar. Kemudahan, kecepatan, presisi dan akurasi tinggi yang dapat
diperoleh dari metoda analisis ini menyebabkan metoda ini sangat populer untuk
analisa berbagai logam. Bahasan yang telah diberikan di atas melibatkan hanya
satu jenis proses interaksi cahaya dengan atom.

halaman 3 dari 23
Metoda spektrofotometri atom yang melibatkan baik proses penyerapan cahaya
maupun pemancaran cahaya adalah metoda fluoresensi atom. Pada teknik ini
proses penyerapan dan emisi cahaya secara simultan digunakan. Seperti pada
serapan atom, atom pada tingkat dasar yang terbentuk dalam nyala dieksitasi
menggunakan sumber cahaya yang sesuai namun yang diukur bukan besarnya
intensitas cahaya yang diserap tetapi besarnya intensitas cahaya yang diemisikan.
Intensitas cahaya fluoresensi ini sebanding dengan konsentrasi atom yang ada
dalam nyala sehingga dapat menjadi dasar suatu analisis kuantitatif. Sumber sinar
pada metoda fluoresensi atom ini ditempatkan pada sudut tertentu sehingga
cahaya yang sampai ke detektor hanyalah cahaya yang diemisikan dan bukan
cahaya yang berasal dari sumber sinar.
Berikut ini diberikan gambaran mengenai ketiga metoda spektrofotometri atom
yang telah dibahas di atas.

monokromator detektor
nyala
EMISI ATOM

sumber detektor
sinar monokromator
nyala
SERAPAN ATOM

detektor
monokromator
nyala
sumber
sinar
FLUORESENSI ATOM

halaman 4 dari 23
Hukum Dasar Penyerapan

Proses penyerapan cahaya seperti yang telah dibahas sebelumnya dapat


diillustrasikan seperti gambar berikut, dimana berkas cahaya dengan intensitas
awal Io dilewatkan melalui atom-atom dalam nyala. Sebahagian dari berkas
cahaya ini akan diserap oleh atom sehingga hanya sejumlah I yang sampai ke
detektor. Besarnya intensitas cahaya yang diserap ditentukan melalui
perbandingan antara Io dan I.

Io I

sumber detektor
sinar
nyala

Terdapat beberapa besaran yang digunakan untuk menyatakan jumlah cahaya


terabsorpsi dalam proses ini.

Transmittance (T), didefinisikan sebagai perbandingan antara intensitas akhir


dengan intensitas awal.

T = I/Io

Transmittance mengindikasikan fraksi intensitas cahaya mula-mula yang mencapai


detektor setelah melewati atom dalam nyala.

Percent Transmission (%T), merupakan transmittance yang dinyatakan dalam


persen.

%T = I/Io x 100

Percent Absorption (%A), merupakan komplemen dari %T yang didefinisikan


sebagai persen dari intensitas cahaya mula-mula yang terserap dalam nyala.

%A = 100 - %T

Dalam bentuk matematika maka Absorbance (A) dapat dinyatakan sebagai

A = log (Io/I)

Besaran absorbance inilah yang lazim digunakan untuk mengkarakterisasi


penyerapan cahaya dalam spektrofotometri serapan. Besaran ini memiliki
hubungan yang linier dengan konsentrasi analit, seperti diungkapkan oleh Hukum
Lambert- Beer:

A=abc

halaman 5 dari 23
dimana : A = absorbance, a = koefisien absorpsi, b = panjang jalan yang dilalui
cahaya, dan c = konsentrasi dari spesi yang menyerap.
Persamaan ini menunjukkan bahwa A secara langsung proporsional dengan
konsentrasi (C) dari spesi penyerap pada suatu kondisi pengukuran dan peralatan
tertentu.
Jika absorbance dari sederetan larutan baku diukur dan nilai-nilai absorbance
tersebut dialurkan terhadap konsentrasi larutan baku yang digunakan, maka akan
diperoleh aluran seperti gambar berikut yang dikenal sebagai kurva baku atau
kurva standar.

absorbance

konsentrasi

Pada daerah konsentrasi tertentu dimana hukum Lambert-beer berlaku, diperoleh


garis lurus. Tetapi pada konsentrasi yang lebih besar terlihat adanya
penyimpangan dari hukum penyerapan ini dimana absorbance tidak lagi
memberikan hubungan linier dengan konsentrasi.

Konsentrasi karakteristik (kepekaan) dan limit deteksi

Konsentrasi karakteristik dan limit deteksi adalah besaran yang digunakan untuk
menilai kinerja peralatan bagi analisis unsur tertentu. Walaupun kedua besaran ini
bergantung pada pengukuran absorbance namun memberikan spesifikasi kinerja
yang berbeda dan jenis informasi yang diperoleh dari kedua besaran inipun
berbeda.
Konsentrasi karakteristik atau kepekaan adalah suatu konvensi yang
mendefinisikan besarnya absorbance yang dihasilkan pada suatu konsentrasi
analit tertentu. Pada spektrofotometri serapan atom, besaran ini dinyatakan
sebagai konsentrasi suatu unsur dalam milligram/Liter (mg/L) yang diperlukan
untuk menghasilkan isyarat sebesar 1% absorpsi (0,0044 A).

halaman 6 dari 23
Kepekaan (mg/L) = (Konsentrasi standar (mg/L) x 0,0044) / absorbans terukur

Sepanjang pengukuran dilakukan dalam daerah linier, maka kepekaan untuk unsur
tertentu dapat dihitung dengan mengukur absorbance larutan standar dan
menggunakan persaman di atas. Berbagai alasan praktis dapat digunakan untuk
memahami pentingnya besaran kepekaan untuk unsur yang dianalisis. Dengan
mengetahui nilai kepekaan, operator dapat mengevaluasi apakah kondisi peralatan
telah teroptimasi dan apakah kinerjanya masih sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Besaran ini juga dapat digunakan untuk memprediksi rentang
absorbance yang akan diperoleh untuk rentang konsentrasi tertentu. Atau dengan
kata lain dapat digunakan untuk menentukan rentang konsentrasi yang diperlukan
untuk menghasilkan tingkat absorbance yang optimum.

Limit Deteksi

Perlu dicatat bahwa walaupun besarnya nilai absorbance dapat diprediksi dari nilai
kepekaan, namun tidak diperoleh informasi mengenai seberapa kecil absorbance
yang dapat diukur. Oleh karena itu adalah tidak mungkin untuk memprediksi
konsentrasi minium yang dapat terukur hanya dari nilai kepekaan. Untuk
menentukan nilai limit deteksi, diperlukan informasi tambahan mengenai
bagaimana nilai absorbance tersebut diperoleh.
Konsentrasi terkecil yang dapat terukur dari suatu unsur ditentukan melalui nilai
kepekaan dan kestabilan dari pengukuran absorbance. Terdapatnya derau (noise)
pada isyarat yang dihasilkan mempersulit pengamatan adanya perubahan
absorbance akibat adanya perubahan konsentrasi yang kecil. Gambar berikut
menunjukkan bagaimana pengaruh derau tersebut pada kuantisasi isyarat
absorbance yang kecil.

0,0044 A

A B
Pengukuran absorbance didaerah limit deteksi

Walaupun isyarat A dan B mempunyai tinggi yang sama namun isyarat B dengan
derau yang kecil mampu memberikan pengukuran isyarat yang lebih kecil. Ukuran
kepekaan bagi kedua isyarat pada gambar di atas adalah sama, tetapi terdapat

halaman 7 dari 23
perbedaan yang sangat nyata dalam limit deteksi. Besaran limit deteksi
memperhitungkan baik besarnya isyarat maupun besarnya derau garis dasar
dalam menentukan konsentrasi terkecil dari suatu unsur yang dapat diukur.
Menurut IUPAC, limit deteksi adalah konsentrasi yang mampu memberikan
absorbance sebesar tiga kali isyarat yang dihasilkan oleh derau garis dasar (signal
to noise ratio = S/N = 3). Derau garis dasar dapat ditentukan secara statistik
melalui pengukuran berulang (10 kali atau lebih) absorbance dari suatu larutan
blanko. Simpangan baku dari hasil pengukuran ini selanjutnya digunakan untuk
menentukan limit deteksi.
Pengukuran untuk anlisis rutin pada daerah limit deteksi sulit dlakukan karena
pada kenyataannya derau dapat meningkatkan secara nyata total isyrat yang
terukur. Menurut definisi di atas, presisi yang diperoleh pada pengukuran didekat
limit deteksi berkisar pada nilai simpangan baku relatif (RSD) sebesar  33% jika
kriteria tiga kali simpangan baku digunakan. Oleh karena itu walaupun mungkin
untuk membedakan konsentrasi analit pada limit deteksi dari nilai konsentrasi nol
namun untuk memperoleh presisi yang baik dalam suatu keperluan analisis rutin
disarankan untuk bekerja pada konsentrasi yang lebih tinggi dari limit deteksi.

PERALATAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

Komponen dasar

Untuk memahami kerja dari suatu spektrometer serapan atom, berikut ini
diberikan bagain-bagian utama dari suatu peralatan. Setiap spektrometer harus
memiliki perangkat yang dapat memenuhi keperluan seperti yang digambarkan
berikut ini. Peralatan tersebut paling tidak harus mempunyai (1) sumber sinar, (2)
tempat cuplikan atau sel cuplikan dan (3) perangkat pengukur cahaya yang
spesifik.

sel pengukuran
cuplikan cahaya spesifik
sumber
sinar

Komponen dasar yang diperlukan oleh spektrometer

Pada suatu spektrofotometer serapan atom, fungsi-fungsi di atas diimplementasi-


kan sebagai komponen-konponen seperti terlihat pada gambar berikut.

halaman 8 dari 23
sumber sel pengukuran cahaya
sinar cuplikan spesifik

detektor

sumber
monokromator elektronik pencatat
sinar
chopper nyala

Sebuah sumber sinar yang mampu memancarkan garis emisi atom dari unsur
yang akan dianalisis diperlukan sumber pengeksitasi. Sumber sinar yang umum
digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini
didesain sedemikian rupa sehingga mampu memancarkan garis emisi spesifik dari
suatu unsur, oleh karena itu diperlukan jenis lampu tertentu untuk masing-masing
unsur yang akan dianalisis. Diperlukan pula sumber radiasi yang termodulasi
untuk membedakan cahaya teramplifikasi dari sumber sinar dengan cahaya yang
diemisikan oleh nyala/sel cuplikan. Modulasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pemenggal berkas cahaya (choper) atau dengan menggunakan
sumber sinar dengan daya berpulsa.
Pertimbangan khusus juga diperlukan pada sel cuplikan karena uap atom harus
terbentuk pada jalan sinar dari sumber cahaya. Perangkat yang digunakan untuk
hal ini adalah suatu sistem pembakar atau suatu tungku yang dipanaskan secara
elektrik yang diposisikan pada jalan sinar.
Untuk pengukuran cahaya yang spesifik diperlukan beberapa komponen optik dan
elektronik. Sebuah monokromator digunakan untuk mendispersi berbagai panjang
gelombang cahaya yang diemisikan oleh sumber sinar sehingga diperoleh garis
emisi spesifik yang diinginkan. Pemilihan sumber sinar dan panjang gelombang
yang spesifik inilah yang memungkinkan analisis suatu unsur secara spesifik yang
terdapat bersama-sama dengan unsur lainnya. Cahaya dengan panjang
gelombang tertentu tersebut selanjutnya diteruskan ke detektor yang dapat
berupa sebuah tabung pengganda foton (photomultiplier tube). Pada bagian
detektor inilah energi cahaya dirubah menjadi energi listrik yang selanjutnya
diamplifikasi pada bagian elektronik dan dikirimkan ke bagian pencatat untuk
ditampilkan sebagai isyarat terbaca.

halaman 9 dari 23
Sumber sinar

Atom menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Untuk mengukur


besarnya cahaya terserap dengan kepekaan yang tinggi diperlukan sumber yang
mengemisikan garis emisi dengan panjang gelombang yang dapat diserap oleh
atom. Sumber dengan garis emisi yang sempit tidak saja memberikan kepekaan
yang baik tetapi juga mampu memberikan suatu teknik analisis yang sangat
spesifik. Dua jenis sumber sinar yang banyak digunakan adalah lampu katoda
berongga (hollow cathode lamp, HCL) dan lampu pengawamuatan tak
berelektroda (electrodeles discharge lamp, EDL).

Lampu Katoda Berongga (Hollow Cathode Lamp, HCL)


Gambar berikut mengillustrasikan konstruksi dari sebuah HCL. Katoda pada lampu
seperti ini adalah suatu logam yang dibuat berupa silinder berongga dimana
spektrum emisi dihasilkan. Anoda dan katoda ditempatkan dalam sebuah silinder
gelas yang diisi dengan gas argon atau neon bertekanan rendah. Ujung dari
silinder gelas tersebut merupakan jendela transparant yang akan dilewati oleh
cahaya yang diemisikan.

anoda
jendela
katoda
argon

Lampu Katoda Beronga

Proses pemancaran cahaya oleh HCL diilustrasikan pada gambar berikut. Jika
potensial listrik diberikan pada kedua elektroda maka sebahagian dari gas pengisi
akan terionisasi. Bagian gas yang bermuatan positif, sebagai hasil dari ionisasi,
akan dipercepat dengan adanya medan listrik untuk menumbuk katoda yang
bermuatan negatif dan sebagai akibatnya katoda akan melepaskan atom logam
dalam suatu proses yang disebut “sputtering”. Atom logam yang terbentuk ini
selanjutnya tereksitasi ketingkat energi yang lebih tingi melaui transfer energi
kinetik yang terjadi pada saat bertumbukan dengan ion-ion gas pengisi.

halaman 10 dari 23
Ar+ Ar+
M* Mo + h
M o
M o
M *

Proses emisi cahaya pada lampu katoda berongga


Lampu katoda berongga mempunyai waktu hidup yang terbatas. Teradsorpsinya
atom gas pengisi pada permukaan iner dari lampu merupakan penyebab utama
rusaknya lampu. Jika tekanan gas pengisi berkurang maka efisiensi proses
sputtering dan eksitasi atom logam juga berkurang sehingga intesitas emisi dari
lampu akan menurun. Untuk memperpanjang waktu hidup dari HCL maka beberpa
produsen membuat lampu dengan volume internal yang lebih besar agar tekanan
optimum gas pengisi dapat dipertahankan. Tiap HCL memerlukan arus listrik
tertentu agar dapat berfungsi dengan baik. Secara umum, semakin besar arus
yang digunakan akan memberikan intensitas emisi yang besar pula dengan derau
yang lebih rendah. Namun perlu diingat bahwa semakin besar arus yang
digunakan maka waktu hidup semakin singkat dan pelebaran garis emisi dapat
terjadi sehingga akan menurunkan kepekaan dan daerah kerja linier.
Modulasi dari cahaya yang diemisikan oleh HCL dapat diperoleh melalui modulasi
mekanik dengan menggunakan chopper atau dengan menggunakan daya
berpulsa.

arus

waktu Modulasi mekanik

arus

Modulasi elektronik
waktu

Modulasi mekanik dan elektronik


Pada modulasi mekanik, lampu dioperasikan pada arus yang tetap sedangkan
pada modulasi elektronik arus “di-hidup-padam-kan” dengan frekuensi yang cepat.

halaman 11 dari 23
Lampu awamuatan takberelektroda, EDL

Untuk sejumlah besar unsur, penggunaan HCL sebagai sumber sinar sudah cukup
sempuna namun dalam beberapa kasus ternyata kualitas analisis kurang baik
akibat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sebuah HCL. Kasus utama
yang sering terjadi adalah pada HCL untuk unsur-unsur yang mudah menguap
dimana intensitas sinar emisi yang dihasilkan rendah dan waktu hidup yang
singkat. Analisis akan lebih baik jika digunakan sumber sinar dengan intensitas
tinggi yang stabil seperti yang dimiliki oleh EDL. Gambar berikut menunjukkan
konstruksi dari suatu EDL.

Lampu awamuatan tak berelektroda

Pada lampu jenis ini, sejumlah kecil logam atau garam dari logam ditempatkan
dalam tabung kecil yang terbuat dari kuarsa. Tabung kecil ini ditempatkan dalam
suatu generator frekuensi radio, sehingga jika diberikan daya maka akan
terbentuk suatu medan RF. Energi yang dihasilkan ini akan mengeksitasi atom-
atom yang ada dalam tabung kuarsa dan selanjutnya akan mengemisikan
spektrum karakteristik dari logam bersangkutan. Lampu EDL umumnya
memberikan intensitas sinar yang lebih besar dan dalam beberapa keadaan
mampu memberikan kepekaan yang jauh lebih baik dibanding lampu HCL. Waktu
hidup lampu jenis ini juga jauh lebih lama.

Sistem optik

Fotometer

Bagian optik dari suatu spektrofotometer yang mengantar cahaya dari sumber
sinar hingga monokromator disebut sebagai fotometer. Terdapat tiga jenis
fotometer yang lazim digunakan pada suatu spektrometer serapan atom, yaitu
fotometer berkas tunggal, berkas ganda dan berkas tunggal terkompensasi
(pseudo double-beam).

halaman 12 dari 23
Fotometer berkas tunggal
Diagram berikut mengambarkan susunan suatu fotometer berkas tunggal.

detektor

sumber
monokromator elektronik pencatat
sinar
chopper nyala

Disebut berkas tungal karena semua pengukuran didasarkan atas variasi intensitas
dari suatu cahaya berkas tunggal dalam jalan sinar tunggal. Kelebihan dari
fotometer jenis ini adalah karena komponennya tidak banyak dan rumit dibanding
desain fotometer lainnya. Dengan menggunakan hanya satu jalan berkas cahaya
dengan komponen optik yang tidak banyak, sistem berkas tunggal dapat
menghasilkan berkas sinar yang cukup baik intensitasnya. Kekurangannya adalah
bahwa sistem ini tidak mampu memberikan kompensasi atau koreksi terhadap
fluktuasi kondisi peralatan selama analisis berlangsung, misalnya terjadinya
perubahan intensitas cahaya yang dihasilkan oleh sumber sinar. Fluktuasi isyarat
yang dihasilkan oleh jenis fotometer ini dapat membatasi kinerja atau
kemampuannya dalam analisis.

Fotometer berkas ganda


Konfiguarasi alternatif dari suatu spektrometerdapat berupa suatu sistem berkas
ganda seperti ditunjukkan gambar berikut.

Berkas acuan

detektor pencatat

sumber
monokromator elektronik
sinar
chopper nyala
penyatu berkas
Berkas sampel acuan

Spektrometer berkas ganda


Pada jenis spektrometer ini digunakan komponen optik yang memecah berkas dari
sumber sinar menjadi berkas acuan dan berkas sampel. Dengan demikian berkas
acuan akan berfungsi memonitor intensitas sumber dan respon karakteristik dari
sirkuit elktronik. Absorbance yang teramati merupakan perbandingan pembacaan

halaman 13 dari 23
antara berkas acuan dan berkas sampel, sehingga kesalahan akibat fluktuasi
intensitas sumber dan anomali sirkuit elektronik dapat dikompensasi karena akan
memberikan efek yang sama pada kedua berkas yang diukur.

Berkas tunggal terkompensasi (pseudo double-beam).


Beberapa alternatif desain sistem fotometer mampu memberikan keuntungan-
keuntungan seperti yang ditemukan baik pada sistem berkas tunggal maupun
pada sistem berkas rangkap.
Sistem seperti ini menggunakan dua cermin yang mengarahkan secara bergantian
cahaya yang berasal dari sumber sinar untuk melalui berkas acuan atau berkas
sampel seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Berkas cahaya melalui berkas sampel

cermin berputar

Berkas cahaya melalui berkas acuan

cermin berputar

Perangkat pengatoman

Sel cuplikan atau perangkat pengatoman harus mampu menghasilkan atom-atom


dalam keadaan dasar agar proses penyerapan cahaya dapat berlangsung. Pada
bagian ini, molekul-molekul analit dipecah menjadi atom-atom dengan bantuan
energi panas. Terdapat berbagai cara untuk menghasilkan energi yang diperlukan
untuk mengatomkan analit, namun yang banyak digunakan adalah nyala kimia
yang dihasilkan pada suatu sistem pembakar. Berikut adalah gambar sebuah
sistem pembakar yang digunakan pada spektrofotometer serapan atom. Larutan
sampel diaspirasikan melalui suatu pengabut (nebulizer) dan disemprotkan

halaman 14 dari 23
sebagai aerosol halus ke dalam kamar pencampur (mixing chamber). Di sini
aerosol tersebut dicampur dengan bahan bakar dan oksidan dan selanjutnya
dibawa menuju puncak pembakar (burner head) di mana pengatoman analit akan
berlangsung.

Sistem pembakar spektrofotometer serapan atom

Gas bakar dialirkan langsung ke dalam ruang pencampur sedangkan gas oksidan
dialirkan melalui sistem pengabut. Dengan aliran gas yang terpisah seperti ini
maka dimungkinkan untuk manambah aliran gas pengoksidasi langsung kedalam
kamar pencampur. Dengan sistem seperti ini maka aspirasi larutan contoh
kedalam kamar pencampur tidak bergantung pada kondisi pencampuran gas yang
diperlukan untuk menghasilkan nyala. Pada perangkat atomisasi ini, hanya
sebagian kecil dari larutan yang diaspirasikan akan sampai kedalam pembakar.
Butiran-butiran aerosol yang besar akan dibuang melalui saluran
pembuangan/drainase dan hanya aerosol halus saja yang akan sampai ke dalam
nyala. Sistem pembuangan ini harus mampu mengalirkan keluar sisa larutan
sampel dengan sempurna agar tidak terjadi efek memori pada ruang pembakar.

Kalibrasi operasional spektrofotometer

Peralatan-peralatan modern yang saat ini dijumpai umunya telah dilengkapi


dengan sistem elektronik berbasis mikrokomputer. Dengan piranti seperti ini maka
spektrofotometer mempunyai kemampuan untuk melakukan hitungan-hitungan
lanjut, termasuk kemampuan untuk mengkalibrasi dan menghitung konsentrasi
melalui data absorbance yang diperoleh dari pengukuran. Jika pengukuran

halaman 15 dari 23
dilakukan pada rentang daerah linier maka penggunaan satu larutan standar dan
satu laruan blanko telah cukup untuk mendefinisikan/menentukan hubungan
antara konsentrasi dan absorbance. Walaupun demikian diperlukan deretan
larutan standar lainnya untuk verifikasi keakuratan kalibrasi terutama bila
hubungan absorbance-konsentrasi menjadi tidak linier lagi. Akurasi kurva kalibrasi
tak linier sangat bergantung pada jumlah standar dan persamaan garis yang
digunakan dalam membuat kurva kalibrasi. Gambar berikut menunjukkan akurasi
hasil yang diperoleh dengan menggunakan standar tunggal dan multi-standar.

30
Konsentrasi terukur, (ppm)

25 3 standard
(4, 12 dan 30 ppm)

15

standard tunggal (2 ppm)

5 15 25 30
Konsentrasi aktual, (ppm)
Akurasi kalibrasi

Terlihat dengan jelas melalui kurva diatas bahwa dengan menggunakan standar
tunggal hasil akan akurat jika konsentrasi tidak melebihi 5 ppm, sedangkan
dengan tiga larutan standar akurasi yang baik dapat diperoleh hingga konsentrasi
30 ppm.

GANGGUAN PADA PENGUKURAN

Proses kimia yang terjadi di dalam nyala.

Seperti dijelaskan sebelumnya, agar terjadi penyerapan cahaya maka analit harus
diatomkan terlebih dahulu di dalam nyala. Proses pengatoman ini dapat
dirangkum dalam diagram yang diberikan berikut ini.

halaman 16 dari 23
Mula-mula, melalui tahapan pengabutan, larutan contoh yang diaspirasikan ke
dalam ruang pembakar membentuk campuran berupa aerosol halus dengan gas
bakar dan oksidan. Pada tahap ini, logam masih terdapat dalam larutan dalam
bentuk tetesan halus aerosol. Aerosol halus ini kemudian masuk ke dalam nyala
dimana akan terjadi proses penguapan atau desolvasi untuk menghilangkan
pelarut sehingga diperoleh partikel padat dari contoh. Suhu yang semakin tinggi
menyebabkan terjadinya pencairan dan penguapan dari contoh.
Pada tahap ini logam yang akan dianalisis atau disebut juga analit tetap terikat
dengan suatu anion dalam bentuk molekul yang tidak menghasilkan fenomena
penyerapan atomseperti yang diinginkan. Energi panas selnjutnya diperlukan
untuk mendissosiasi molekul tersebut menjadi atom-atom penyusunnya.

M + + A- Larutan
(1) Pengabutan

M + + A- Aerosol
(2) Desolvasi

MA Padat
(3) Pencairan/pelelehan

MA Cair
(4) Penguapan

MA Gas
(5) Atomisasi

M o + Ao Gas
(6) Eksitasi

M* Gas
(7) Ionisasi

M+ + e- Gas

Karena energi termal yang dihasilkan oleh nyala bertanggung jawab atas
berlangsungnya proses-proses diatas, maka temperatur nyala harus dapat
dikondisikan sedemikian rupa untuk menjamin berlangsungnya proses atomisasi.
Temperatur nyala yang dihasilkan akan bergantung pada jenis gas bakar dan
oksidan yang digunakan seperti ditunjukan dalam tabel berikut.

halaman 17 dari 23
Oksidan - Gas Bakar Temp. oC
Udara - Metana 1850 – 1900
Udara – Gas Alam 1700 - 1900
Udara - Hidrogen 2000 - 2050
Udara - Asetilen 2125 - 2400
N2O - Asetilen 2600 - 2800

Nyala dengan temperatur yang rendah beresiko menghasilkan berbagai gangguan


karena tidak sempurnanya proses atomisasi. Campuran udara-asetilen umumnya
sudah cukup menghasilkan nyala dengan temperatur yang tinggi, namun untuk
analisis unsur-unsur yang mampu membentuk senyawa refraktori diperlukan
campuran N2O-asetilen.

Ganguan Nonspektral

Gangguan nonspektral adalah gangguan yang diakibatkan oleh terganggunya


proses atomisasi dari analit. Terdapat paling tidak tiga jenis gangguan dalam hal
ini, yaitu: (1) gangguan matriks, (2) gangguan kimia dan (3) gangguan ionisasi.

Ganguan Matriks
Gangguan ini dapat timbul jika terdapat perbedaan sifat-sifat fisik yang nyata
anatara larutan standar dengan cuplikan. Jika larutan contoh mempunyai
viskositas atau tegangan permukaan yang berbeda nyata dengan standard, maka
jumlah larutan yang teraspirasi kedalam ruang pencampur akan berbeda. Dengan
demikian jumlah yang sampai ke dalam nyala berbeda, sehingga jumlah atom
yang terbentukpun akan berbeda, akibatnya absorbance yang terukur tidak akan
menunjukkan korelasi antara standar dan cuplikan.

Gangguan Kimia
Gangguan ini timbul akibat tahap atomisasi tidak berlangsung dengan sempurna.
Jika contoh mengandung komponen yang mampu membentuk senyawa refraktori
dengan analit maka proses atomisasi tidak akan berlangsung dengan sempurna.
Gambar berikut menunjukkan bagaimana keberadaan ion fosfat dapat
mengganggu analisis logam kalsium. Kalsium fosfat merupakan senyawa refraktori
yang tidak dapat terdissosiasi dengan sempurna dalam nyala udara-asetilen. Hal
ini menyebabkan absorbance dari kalsium turun seiiring dengan meningkatnya
konsentrasi ion fosfat.

halaman 18 dari 23
Terdapat dua cara untuk menanggulangi gangguan seperti ini. Yang petama
adalah dengan menghilangkan penggangu melalui penambahan berlebih unsur
lain yang juga mampu membentuk senyawa refraktori dengan ion penggangu.
Dalam hal gangguan fosfat pada analisis kalsium, ion lantanum (La) ditambahkan
secara berlebih untuk mengikat ion fosfat sehinga atomisasi kalsium dapat
berjalan dengan sempurna. Atau dengan kata lain absorbance kalsium tidak lagi
bergantung pada keberadaan ion fosfat.

Ca + PO4 + 1000 ppm La


1,0
Konsentrasi Ca, (ppm)

Ca + PO4
0,9

0,8

0,7

0,5 1,0 1,5 2,0


Konsentrasi fosfat, (ppm)
Pengaruh ion fosfat pada analisis kalsium
Cara kedua adalah dengan meningkatkan suhu nyala agar senyawa refraktori yang
terbentuk dapat terdissosiasi membentuk atom-atom analit. Pengunaan campuran
N2O-asetilen dapat menghasilkan temperatur nyala yang lebih tinggi. Gangguan
fosfat pada analisis kalsium seperti yang ditunjukan di atas tidak ditemui jika
digunakan nyala N2O-asetilen.

Ganguan Ionisasi
Pada proses-proses yang terjadi di dalam nyala, proses dissosiasi tidak harus
berhenti hingga tahap di mana diperoleh atom dalam keadaan dasar. Proses ini
dapat berlanjut hingga mencapai tingkat atom tereksitasi bahkan hinga satu
elektron terlepas dari atom atau yang dikenal dengan proses ionisasi. Karena
pengukuran absorbance didasarkan atas populasi/jumlah atom yang berada dalam
keadan dasar, maka tentu saja terjadinya ionisasi akan memperkecil jumlah
cahaya yang diserap. Gangguan ionisasi banyak ditemui pada penggunaan nyala
dengan suhu tinggi. Jika digunakan nyala udara-asetilen, maka gangguan seperti

halaman 19 dari 23
ini sering dijumpai pada analisis unsur-unsur yang mudah terionisasi seperti
unsur-unsur golongan alkali dan alkali tanah.
Gangguan ionisasi dapat dihindari dengan menambahkan secara berlebih unsur
lain yang lebih mudah terionisasi sehingga terbentuk sejumlah berlebih elektron
bebas yang akan menekan ionisasi dari analit. Kalium, rubidium dan cesium
adalah unsur-unsur yang sering digunakan untuk menanggulangi gangguan
ionisasi. Gambar berikut menunjukkan supresi ionisasi pada penentuan unsur
barium dengan menggunakan nyala N 2O-asetilen. Peningkatan absorbance pada
garis resonansi barium berkorelasi dengan penurunan absorbance pada garis
serapan dari ion yang menunjukkan peningkatan spesi atom dalam keadaan
dasar.

Garis resonansi
553,5 nm
0,5
Absorbance, A

0,3

Garis ion
0,1 455,4 nm

500 1500 2500


µg/mL K yang ditambahkan
Pengaruh penambahan kalium pada gangguan ionisasi

Dengan penambahan 1000 – 5000 mg/L kalium ke dalam larutan blanko, standar
dan cuplikan, gangguan ionsiasi umumnya dapat ditanggulangi.

Ganguan Spektral
Gangguan spektral umumnya termanifestasi dalam bentuk peningkatan tak teratur
dari absorbance akibat terjadinya serapan cahaya yang bukan berasal dari analit.
Gangguan yang lazim dijumpai adalah gangguan serapan latar belakang. Fakta
bahwa tidak semua komponen dalam cuplikan mampu diatomisasi dengan
sempurna adalah penyebab dari gangguan serapan latar belakang atau dikenal
juga dengan istilah gangguan serapan non-atomik. Molekul-molekul yang tak
teratomisasi ini dapat menyerap cahaya pada spektrum cahaya yang cukup lebar,
sedangkan partikel-partikel halus yang terbentuk dalam nyala dapat saja

halaman 20 dari 23
menghamburkan cahaya pada spektrum yang luas. Jika serapan non-spesifik ini
tumpang tindih dengan panjang gelombang penyerapan dari analit maka tentu
saja akan terjadi gangguan serapan latar belakang. Untuk mengkompensasi
gangguan seperti ini, maka harus dilakukan koreksi latar belakang yaitu dengan
mengukur besarnya serapan latar belakang tersebut dan memperkurangkannya
dengan serapan total yang diperoleh.

PROSEDUR ANALISIS

Seperti halnya metoda-metoda analisis lainnya, perekasi yang digunakan haruslah


berkualitas pro-analisis (p.a). Pelarut dan pereaksi-pereaksi yang digunakan
tersebut sebaiknya dipakai sebagai blanko untuk memperhitungkan kontaminasi-
kontaminasi yang terjadi.
Sebagai larutan induk untuk pembuatan standar sebaiknya digunakan larutan jadi
yang dapat ditemukan dipasaran sebagai larutan standar dengan konsentrasi 1000
ppm. Pembuatan larutan standar dengan melarutkan logam murni atau oksidanya
disarankan untuk dilakukan jika diperlukan analisis dengan akurasi yang sangat
tinggi (larutan induk komersial biasanya mempunyai akurasi ± 0,5 %). Untuk
keperluan seperti ini sebaiknya digunakan “wire” logam murni, hindari
penggunaan logam dalam bentuk “granule” atau “foil”. Larutan induk dibuat
dengan konsentrasi 500 ppm atau lebih dan disimpan dalam botol polypropilen,
polyetilen atau teflon. Penggunaan botol gelas harus dihindari terutama untuk
penyimpanan larutan standar berkonsentrasi rendah.

Metoda Kurva Kalibrasi

Cara kurva kalibrasi merupakan cara yang umum digunakan dalam


spektrofotometri serapan atom. Sedikitnya digunakan tiga larutan standar untuk
membuat kurva kalibrasi.

halaman 21 dari 23
A-3

Absorbance, A
A-2

A-S

A-1

C-1 C-S C-2 C-3


Konsentrasi
A-1, A-2, A-3 : Absorbance Standar !, 2, dan 3
C-1, C-2, C-3 : Konsentrasi larutan standar 1, 2, dan 3
A-S : Absorbance larutan contoh
C-S : Konsentrasi larutan contoh

Metoda Presisi Tinggi


Jika diinginkan presisi yang sangat tinggi maka dapat dibuat dua larutan standar
dengan konsentrasi yang yang mengapit dan sangat dekat dengan konsentrasi
larutan contoh. Kedua larutan standar tersebut sebaiknya memiliki nilai
absorbance antara 0,4 dan 0,6. Larutan standar dengan konsentrasi rendah
digunakan untuk menolkan pengukuran sedangkan larutan dengan konsentrasi
tinggi digunakan untuk mengatur pengukuran hingga nilai tertentu. Jika
perbedaan absorbance antara kedua standar tersebut kecil (mis., 0,10 A) maka
pengukuran yang sangat akurat dapat diperoleh dengan nilai presisi antara 0,1 –
0,2 %.

Metoda Penambahan Standard Tunggal


Jika terdapat gangguan matriks yang sangat rumit dan tak mungkin untuk
memisahkan analit dari matriksnya, maka cara ini dapat dilakukan. Pada cara ini
sejumlah tertentu larutan standar ditambahkan ke dalam larutan contoh. Larutan
contoh tanpa penambahan juga disiapkan seperti larutan contoh yang ditambah
larutan standar. Konsentrasi dari larutan contoh selanjutnya dapat dihitung melalui
persamaan berikut.

Cs = (As x d) / (As+d – As)

halaman 22 dari 23
Cs : konsentrasi larutan contoh
d : konsentrasi larutan standard yang ditambahkan
As : Absorbance larutan contoh
As+d : Absorbance larutan contoh yang ditambah standard

Metoda Penambahan Standard Ganda

Pada metoda ini sederetan larutan contoh ditambahkan laruitan standard dengan
jumlah yang bervariasi. Hasil pengukuran absorbance larutan-larutan tersebut
selanjutnya dialurkan terhadap konsentrasi larutan standar yang ditambahkan.

Larutan
1 2 3 4
contoh
Penambahan ± 50% ± 100% ± 150%
NOL
Standard dari C-S dari C-S dari C-S

A-4
Absorbance, A

A-3

A-2

A-1

C-S C-1 C-2 C-3 C-4


Konsentrasi

A-1, A-2, A-3, A-4 : Absorbance larutan !, 2, 3 dan 4


C-1, C-2, C-3, C-4 : Konsentrasi yg ditambahkan
C-S : Konsentrasi larutan contoh

halaman 23 dari 23

Anda mungkin juga menyukai