Ilmu mengenai spektroskopi atom telah menghasilkan tiga teknik analisis yang
banyak digunakan, yakni: emisi atom, serapan atom dan fluoresensi atom. Untuk
dapat memahami hubungan antara ketiga teknik ini, diperlukan pemahaman
mengenai atom itu sendiri dan proses-proses atomik yang terlibat dalam teknik
bersangkutan.
Atom tersusun dari inti atom yang dikelilingi oleh elektron. Tiap unsur memiliki
sejumlah tertentu elektron dalam suatu struktur orbital atom yang karakteristik
untuk unsur bersangkutan. Elektron-elektron menempati orbital tertentu sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku dan dapat diprediksi. Energi terendah, yakni
konfigurasi elektronik yang paling stabil dari suatu atom dan disebut sebagai
keadaan dasar atau “ground state”, merupakan konfigurasi orbital normal dari
suatu atom. Jika suatu energi dengan besaran yang sesuai diberikan kepada
atom, energi tersebut akan diserap sehingga elektron terluar akan dipromosikan
ke konfigurasi yang lebih tidak stabil dan dikenal sebagai tingkat tereksitasi atau
“excited stage”. Karena tingkat tereksitasi ini tidak stabil, maka atom dengan
cepat dan spontan akan kembali ke konfigurasi keadaan dasar. Elektron akan
kembali ke posisi orbital yang stabil dan sejumlah energi yang besarnya sama
dengan besarnya energi yang diserap untuk melakukan proses eksitasi akan
diemisikan kembali.
Proses tersebut di atas diillustrasikan pada gambar berikut dimana tahapan
pertama dari proses merupakan tahap eksitasi dan tahapan berikutnya merupakan
proses deeksitasi yang melibatkan pemancaran/emisi cahaya yang berlangsung
secara spontan.
EKSITASI
ENERGI +
keadaan keadan
dasar tereksitasi
Proses eksitasi
halaman 1 dari 23
DEEKSITASI
+ h
Proses deeksitasi
EKSITASI EMISI
keadaan 1
tereksitasi
r
2 energi
cahaya
keadaan 3
dasar
Energi transisi
Proses eksitasi dan deeksitasi ke keadaan dasar yang diterangkan di atas terlibat
didalam ketiga teknik sepektrofotometri atom yang telah disebutkan. Pengukuran
besarnya energi yang diserap pada saat eksitasi atau energi yang diemisikan pada
saat deeksitasi inilah yang menjadi dasar analisis secara spektrofotometri atom.
Pada emisi atom, analit diberi energi yang cukup tinggi sehingga terbentuk atom
dalam keadan terkesitasi yang selanjutnya mampu mengemisikan sinar dengan
panjang gelombang tertentu. Energi yang cukup tinggi tersebut dapat berasal dari
suatu busur elektrik, nyala kimia atau suatu plasma. Spektrum emisi yang
dihasilkan oleh suatu unsur terbentuk dari berbagai panjang gelombang emisi
yang mungkin terjadi, disebut sebagai garis emisi, bergantung dari konfigurasi
elektronik dari unsur bersangkutan. Spektrum emisi yang khas seperti inilah yang
digunakan sebagai dasar analisis kualitatif suatu unsur. Emisi atom dapat juga
digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif karena intensitas sinar yang
halaman 2 dari 23
diemisikan pada panjang gelombang tertentu dari analit sebanding dengan jumlah
atom dari unsur tersebut dalam contoh yang dianalisis.
Jika cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang sesuai mengenai suatu
atom yang berada dalam keadaan dasar, maka atom dapat menyerap energi
cahaya tersebut untuk berpindah ke keadaan tereksitasi. Proses ini disebut
sebagai serapan atom. Proses penyerapan cahaya ini dapat digambarkan seperti
berikut.
+
energi keadaan keadaan
cahaya dasar tereksitasi
Pada pengukuran dengan metoda serapan atom, yang diperlukan adalah besarnya
intensitas cahaya pada panjang gelombang resonansi yang mampu diserap oleh
atom. Jika jumlah atom dalam jalan cahaya meningkat, maka jumlah cahaya yang
diserap juga akan meningkat. Melalui pengukuran besarnya intensitas cahaya
yang diserap, analisis kuantitatif suatu analit yang terdapat dalam suatu contoh
dapat dilakukan dengan mudah. Penggunaan sumber sinar yang khusus dan
pemilihan panjang gelombang yang tepat memungkinkan analisis kuantitatif suatu
unsur yang terdapat bersama-sama dengan unsur-unsur lainnya.
Awan atom yang diperlukan dalam pengukuran serapan atom diperoleh dengan
memberikan energi panas pada contoh sehingga komponen kimia yang terdapat
didalamnya terdissosiasi menjadi atom-atom bebas. Proses ini terjadi melalui
spirasi larutan contoh kedalam nyala yang dilalui oleh berkas sinar. Dibawah
kondisi nyala yang tepat, sebahagian besar atom akan berada pada tingkat energi
dasar sehingga mampu untuk menyerap cahaya pada panjang gelombang analitik
dari sumber sinar. Kemudahan, kecepatan, presisi dan akurasi tinggi yang dapat
diperoleh dari metoda analisis ini menyebabkan metoda ini sangat populer untuk
analisa berbagai logam. Bahasan yang telah diberikan di atas melibatkan hanya
satu jenis proses interaksi cahaya dengan atom.
halaman 3 dari 23
Metoda spektrofotometri atom yang melibatkan baik proses penyerapan cahaya
maupun pemancaran cahaya adalah metoda fluoresensi atom. Pada teknik ini
proses penyerapan dan emisi cahaya secara simultan digunakan. Seperti pada
serapan atom, atom pada tingkat dasar yang terbentuk dalam nyala dieksitasi
menggunakan sumber cahaya yang sesuai namun yang diukur bukan besarnya
intensitas cahaya yang diserap tetapi besarnya intensitas cahaya yang diemisikan.
Intensitas cahaya fluoresensi ini sebanding dengan konsentrasi atom yang ada
dalam nyala sehingga dapat menjadi dasar suatu analisis kuantitatif. Sumber sinar
pada metoda fluoresensi atom ini ditempatkan pada sudut tertentu sehingga
cahaya yang sampai ke detektor hanyalah cahaya yang diemisikan dan bukan
cahaya yang berasal dari sumber sinar.
Berikut ini diberikan gambaran mengenai ketiga metoda spektrofotometri atom
yang telah dibahas di atas.
monokromator detektor
nyala
EMISI ATOM
sumber detektor
sinar monokromator
nyala
SERAPAN ATOM
detektor
monokromator
nyala
sumber
sinar
FLUORESENSI ATOM
halaman 4 dari 23
Hukum Dasar Penyerapan
Io I
sumber detektor
sinar
nyala
T = I/Io
%T = I/Io x 100
%A = 100 - %T
A = log (Io/I)
A=abc
halaman 5 dari 23
dimana : A = absorbance, a = koefisien absorpsi, b = panjang jalan yang dilalui
cahaya, dan c = konsentrasi dari spesi yang menyerap.
Persamaan ini menunjukkan bahwa A secara langsung proporsional dengan
konsentrasi (C) dari spesi penyerap pada suatu kondisi pengukuran dan peralatan
tertentu.
Jika absorbance dari sederetan larutan baku diukur dan nilai-nilai absorbance
tersebut dialurkan terhadap konsentrasi larutan baku yang digunakan, maka akan
diperoleh aluran seperti gambar berikut yang dikenal sebagai kurva baku atau
kurva standar.
absorbance
konsentrasi
Konsentrasi karakteristik dan limit deteksi adalah besaran yang digunakan untuk
menilai kinerja peralatan bagi analisis unsur tertentu. Walaupun kedua besaran ini
bergantung pada pengukuran absorbance namun memberikan spesifikasi kinerja
yang berbeda dan jenis informasi yang diperoleh dari kedua besaran inipun
berbeda.
Konsentrasi karakteristik atau kepekaan adalah suatu konvensi yang
mendefinisikan besarnya absorbance yang dihasilkan pada suatu konsentrasi
analit tertentu. Pada spektrofotometri serapan atom, besaran ini dinyatakan
sebagai konsentrasi suatu unsur dalam milligram/Liter (mg/L) yang diperlukan
untuk menghasilkan isyarat sebesar 1% absorpsi (0,0044 A).
halaman 6 dari 23
Kepekaan (mg/L) = (Konsentrasi standar (mg/L) x 0,0044) / absorbans terukur
Sepanjang pengukuran dilakukan dalam daerah linier, maka kepekaan untuk unsur
tertentu dapat dihitung dengan mengukur absorbance larutan standar dan
menggunakan persaman di atas. Berbagai alasan praktis dapat digunakan untuk
memahami pentingnya besaran kepekaan untuk unsur yang dianalisis. Dengan
mengetahui nilai kepekaan, operator dapat mengevaluasi apakah kondisi peralatan
telah teroptimasi dan apakah kinerjanya masih sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Besaran ini juga dapat digunakan untuk memprediksi rentang
absorbance yang akan diperoleh untuk rentang konsentrasi tertentu. Atau dengan
kata lain dapat digunakan untuk menentukan rentang konsentrasi yang diperlukan
untuk menghasilkan tingkat absorbance yang optimum.
Limit Deteksi
Perlu dicatat bahwa walaupun besarnya nilai absorbance dapat diprediksi dari nilai
kepekaan, namun tidak diperoleh informasi mengenai seberapa kecil absorbance
yang dapat diukur. Oleh karena itu adalah tidak mungkin untuk memprediksi
konsentrasi minium yang dapat terukur hanya dari nilai kepekaan. Untuk
menentukan nilai limit deteksi, diperlukan informasi tambahan mengenai
bagaimana nilai absorbance tersebut diperoleh.
Konsentrasi terkecil yang dapat terukur dari suatu unsur ditentukan melalui nilai
kepekaan dan kestabilan dari pengukuran absorbance. Terdapatnya derau (noise)
pada isyarat yang dihasilkan mempersulit pengamatan adanya perubahan
absorbance akibat adanya perubahan konsentrasi yang kecil. Gambar berikut
menunjukkan bagaimana pengaruh derau tersebut pada kuantisasi isyarat
absorbance yang kecil.
0,0044 A
A B
Pengukuran absorbance didaerah limit deteksi
Walaupun isyarat A dan B mempunyai tinggi yang sama namun isyarat B dengan
derau yang kecil mampu memberikan pengukuran isyarat yang lebih kecil. Ukuran
kepekaan bagi kedua isyarat pada gambar di atas adalah sama, tetapi terdapat
halaman 7 dari 23
perbedaan yang sangat nyata dalam limit deteksi. Besaran limit deteksi
memperhitungkan baik besarnya isyarat maupun besarnya derau garis dasar
dalam menentukan konsentrasi terkecil dari suatu unsur yang dapat diukur.
Menurut IUPAC, limit deteksi adalah konsentrasi yang mampu memberikan
absorbance sebesar tiga kali isyarat yang dihasilkan oleh derau garis dasar (signal
to noise ratio = S/N = 3). Derau garis dasar dapat ditentukan secara statistik
melalui pengukuran berulang (10 kali atau lebih) absorbance dari suatu larutan
blanko. Simpangan baku dari hasil pengukuran ini selanjutnya digunakan untuk
menentukan limit deteksi.
Pengukuran untuk anlisis rutin pada daerah limit deteksi sulit dlakukan karena
pada kenyataannya derau dapat meningkatkan secara nyata total isyrat yang
terukur. Menurut definisi di atas, presisi yang diperoleh pada pengukuran didekat
limit deteksi berkisar pada nilai simpangan baku relatif (RSD) sebesar 33% jika
kriteria tiga kali simpangan baku digunakan. Oleh karena itu walaupun mungkin
untuk membedakan konsentrasi analit pada limit deteksi dari nilai konsentrasi nol
namun untuk memperoleh presisi yang baik dalam suatu keperluan analisis rutin
disarankan untuk bekerja pada konsentrasi yang lebih tinggi dari limit deteksi.
Komponen dasar
Untuk memahami kerja dari suatu spektrometer serapan atom, berikut ini
diberikan bagain-bagian utama dari suatu peralatan. Setiap spektrometer harus
memiliki perangkat yang dapat memenuhi keperluan seperti yang digambarkan
berikut ini. Peralatan tersebut paling tidak harus mempunyai (1) sumber sinar, (2)
tempat cuplikan atau sel cuplikan dan (3) perangkat pengukur cahaya yang
spesifik.
sel pengukuran
cuplikan cahaya spesifik
sumber
sinar
halaman 8 dari 23
sumber sel pengukuran cahaya
sinar cuplikan spesifik
detektor
sumber
monokromator elektronik pencatat
sinar
chopper nyala
Sebuah sumber sinar yang mampu memancarkan garis emisi atom dari unsur
yang akan dianalisis diperlukan sumber pengeksitasi. Sumber sinar yang umum
digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini
didesain sedemikian rupa sehingga mampu memancarkan garis emisi spesifik dari
suatu unsur, oleh karena itu diperlukan jenis lampu tertentu untuk masing-masing
unsur yang akan dianalisis. Diperlukan pula sumber radiasi yang termodulasi
untuk membedakan cahaya teramplifikasi dari sumber sinar dengan cahaya yang
diemisikan oleh nyala/sel cuplikan. Modulasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pemenggal berkas cahaya (choper) atau dengan menggunakan
sumber sinar dengan daya berpulsa.
Pertimbangan khusus juga diperlukan pada sel cuplikan karena uap atom harus
terbentuk pada jalan sinar dari sumber cahaya. Perangkat yang digunakan untuk
hal ini adalah suatu sistem pembakar atau suatu tungku yang dipanaskan secara
elektrik yang diposisikan pada jalan sinar.
Untuk pengukuran cahaya yang spesifik diperlukan beberapa komponen optik dan
elektronik. Sebuah monokromator digunakan untuk mendispersi berbagai panjang
gelombang cahaya yang diemisikan oleh sumber sinar sehingga diperoleh garis
emisi spesifik yang diinginkan. Pemilihan sumber sinar dan panjang gelombang
yang spesifik inilah yang memungkinkan analisis suatu unsur secara spesifik yang
terdapat bersama-sama dengan unsur lainnya. Cahaya dengan panjang
gelombang tertentu tersebut selanjutnya diteruskan ke detektor yang dapat
berupa sebuah tabung pengganda foton (photomultiplier tube). Pada bagian
detektor inilah energi cahaya dirubah menjadi energi listrik yang selanjutnya
diamplifikasi pada bagian elektronik dan dikirimkan ke bagian pencatat untuk
ditampilkan sebagai isyarat terbaca.
halaman 9 dari 23
Sumber sinar
anoda
jendela
katoda
argon
Proses pemancaran cahaya oleh HCL diilustrasikan pada gambar berikut. Jika
potensial listrik diberikan pada kedua elektroda maka sebahagian dari gas pengisi
akan terionisasi. Bagian gas yang bermuatan positif, sebagai hasil dari ionisasi,
akan dipercepat dengan adanya medan listrik untuk menumbuk katoda yang
bermuatan negatif dan sebagai akibatnya katoda akan melepaskan atom logam
dalam suatu proses yang disebut “sputtering”. Atom logam yang terbentuk ini
selanjutnya tereksitasi ketingkat energi yang lebih tingi melaui transfer energi
kinetik yang terjadi pada saat bertumbukan dengan ion-ion gas pengisi.
halaman 10 dari 23
Ar+ Ar+
M* Mo + h
M o
M o
M *
arus
arus
Modulasi elektronik
waktu
halaman 11 dari 23
Lampu awamuatan takberelektroda, EDL
Untuk sejumlah besar unsur, penggunaan HCL sebagai sumber sinar sudah cukup
sempuna namun dalam beberapa kasus ternyata kualitas analisis kurang baik
akibat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sebuah HCL. Kasus utama
yang sering terjadi adalah pada HCL untuk unsur-unsur yang mudah menguap
dimana intensitas sinar emisi yang dihasilkan rendah dan waktu hidup yang
singkat. Analisis akan lebih baik jika digunakan sumber sinar dengan intensitas
tinggi yang stabil seperti yang dimiliki oleh EDL. Gambar berikut menunjukkan
konstruksi dari suatu EDL.
Pada lampu jenis ini, sejumlah kecil logam atau garam dari logam ditempatkan
dalam tabung kecil yang terbuat dari kuarsa. Tabung kecil ini ditempatkan dalam
suatu generator frekuensi radio, sehingga jika diberikan daya maka akan
terbentuk suatu medan RF. Energi yang dihasilkan ini akan mengeksitasi atom-
atom yang ada dalam tabung kuarsa dan selanjutnya akan mengemisikan
spektrum karakteristik dari logam bersangkutan. Lampu EDL umumnya
memberikan intensitas sinar yang lebih besar dan dalam beberapa keadaan
mampu memberikan kepekaan yang jauh lebih baik dibanding lampu HCL. Waktu
hidup lampu jenis ini juga jauh lebih lama.
Sistem optik
Fotometer
Bagian optik dari suatu spektrofotometer yang mengantar cahaya dari sumber
sinar hingga monokromator disebut sebagai fotometer. Terdapat tiga jenis
fotometer yang lazim digunakan pada suatu spektrometer serapan atom, yaitu
fotometer berkas tunggal, berkas ganda dan berkas tunggal terkompensasi
(pseudo double-beam).
halaman 12 dari 23
Fotometer berkas tunggal
Diagram berikut mengambarkan susunan suatu fotometer berkas tunggal.
detektor
sumber
monokromator elektronik pencatat
sinar
chopper nyala
Disebut berkas tungal karena semua pengukuran didasarkan atas variasi intensitas
dari suatu cahaya berkas tunggal dalam jalan sinar tunggal. Kelebihan dari
fotometer jenis ini adalah karena komponennya tidak banyak dan rumit dibanding
desain fotometer lainnya. Dengan menggunakan hanya satu jalan berkas cahaya
dengan komponen optik yang tidak banyak, sistem berkas tunggal dapat
menghasilkan berkas sinar yang cukup baik intensitasnya. Kekurangannya adalah
bahwa sistem ini tidak mampu memberikan kompensasi atau koreksi terhadap
fluktuasi kondisi peralatan selama analisis berlangsung, misalnya terjadinya
perubahan intensitas cahaya yang dihasilkan oleh sumber sinar. Fluktuasi isyarat
yang dihasilkan oleh jenis fotometer ini dapat membatasi kinerja atau
kemampuannya dalam analisis.
Berkas acuan
detektor pencatat
sumber
monokromator elektronik
sinar
chopper nyala
penyatu berkas
Berkas sampel acuan
halaman 13 dari 23
antara berkas acuan dan berkas sampel, sehingga kesalahan akibat fluktuasi
intensitas sumber dan anomali sirkuit elektronik dapat dikompensasi karena akan
memberikan efek yang sama pada kedua berkas yang diukur.
cermin berputar
cermin berputar
Perangkat pengatoman
halaman 14 dari 23
sebagai aerosol halus ke dalam kamar pencampur (mixing chamber). Di sini
aerosol tersebut dicampur dengan bahan bakar dan oksidan dan selanjutnya
dibawa menuju puncak pembakar (burner head) di mana pengatoman analit akan
berlangsung.
Gas bakar dialirkan langsung ke dalam ruang pencampur sedangkan gas oksidan
dialirkan melalui sistem pengabut. Dengan aliran gas yang terpisah seperti ini
maka dimungkinkan untuk manambah aliran gas pengoksidasi langsung kedalam
kamar pencampur. Dengan sistem seperti ini maka aspirasi larutan contoh
kedalam kamar pencampur tidak bergantung pada kondisi pencampuran gas yang
diperlukan untuk menghasilkan nyala. Pada perangkat atomisasi ini, hanya
sebagian kecil dari larutan yang diaspirasikan akan sampai kedalam pembakar.
Butiran-butiran aerosol yang besar akan dibuang melalui saluran
pembuangan/drainase dan hanya aerosol halus saja yang akan sampai ke dalam
nyala. Sistem pembuangan ini harus mampu mengalirkan keluar sisa larutan
sampel dengan sempurna agar tidak terjadi efek memori pada ruang pembakar.
halaman 15 dari 23
dilakukan pada rentang daerah linier maka penggunaan satu larutan standar dan
satu laruan blanko telah cukup untuk mendefinisikan/menentukan hubungan
antara konsentrasi dan absorbance. Walaupun demikian diperlukan deretan
larutan standar lainnya untuk verifikasi keakuratan kalibrasi terutama bila
hubungan absorbance-konsentrasi menjadi tidak linier lagi. Akurasi kurva kalibrasi
tak linier sangat bergantung pada jumlah standar dan persamaan garis yang
digunakan dalam membuat kurva kalibrasi. Gambar berikut menunjukkan akurasi
hasil yang diperoleh dengan menggunakan standar tunggal dan multi-standar.
30
Konsentrasi terukur, (ppm)
25 3 standard
(4, 12 dan 30 ppm)
15
5 15 25 30
Konsentrasi aktual, (ppm)
Akurasi kalibrasi
Terlihat dengan jelas melalui kurva diatas bahwa dengan menggunakan standar
tunggal hasil akan akurat jika konsentrasi tidak melebihi 5 ppm, sedangkan
dengan tiga larutan standar akurasi yang baik dapat diperoleh hingga konsentrasi
30 ppm.
Seperti dijelaskan sebelumnya, agar terjadi penyerapan cahaya maka analit harus
diatomkan terlebih dahulu di dalam nyala. Proses pengatoman ini dapat
dirangkum dalam diagram yang diberikan berikut ini.
halaman 16 dari 23
Mula-mula, melalui tahapan pengabutan, larutan contoh yang diaspirasikan ke
dalam ruang pembakar membentuk campuran berupa aerosol halus dengan gas
bakar dan oksidan. Pada tahap ini, logam masih terdapat dalam larutan dalam
bentuk tetesan halus aerosol. Aerosol halus ini kemudian masuk ke dalam nyala
dimana akan terjadi proses penguapan atau desolvasi untuk menghilangkan
pelarut sehingga diperoleh partikel padat dari contoh. Suhu yang semakin tinggi
menyebabkan terjadinya pencairan dan penguapan dari contoh.
Pada tahap ini logam yang akan dianalisis atau disebut juga analit tetap terikat
dengan suatu anion dalam bentuk molekul yang tidak menghasilkan fenomena
penyerapan atomseperti yang diinginkan. Energi panas selnjutnya diperlukan
untuk mendissosiasi molekul tersebut menjadi atom-atom penyusunnya.
M + + A- Larutan
(1) Pengabutan
M + + A- Aerosol
(2) Desolvasi
MA Padat
(3) Pencairan/pelelehan
MA Cair
(4) Penguapan
MA Gas
(5) Atomisasi
M o + Ao Gas
(6) Eksitasi
M* Gas
(7) Ionisasi
M+ + e- Gas
Karena energi termal yang dihasilkan oleh nyala bertanggung jawab atas
berlangsungnya proses-proses diatas, maka temperatur nyala harus dapat
dikondisikan sedemikian rupa untuk menjamin berlangsungnya proses atomisasi.
Temperatur nyala yang dihasilkan akan bergantung pada jenis gas bakar dan
oksidan yang digunakan seperti ditunjukan dalam tabel berikut.
halaman 17 dari 23
Oksidan - Gas Bakar Temp. oC
Udara - Metana 1850 – 1900
Udara – Gas Alam 1700 - 1900
Udara - Hidrogen 2000 - 2050
Udara - Asetilen 2125 - 2400
N2O - Asetilen 2600 - 2800
Ganguan Nonspektral
Ganguan Matriks
Gangguan ini dapat timbul jika terdapat perbedaan sifat-sifat fisik yang nyata
anatara larutan standar dengan cuplikan. Jika larutan contoh mempunyai
viskositas atau tegangan permukaan yang berbeda nyata dengan standard, maka
jumlah larutan yang teraspirasi kedalam ruang pencampur akan berbeda. Dengan
demikian jumlah yang sampai ke dalam nyala berbeda, sehingga jumlah atom
yang terbentukpun akan berbeda, akibatnya absorbance yang terukur tidak akan
menunjukkan korelasi antara standar dan cuplikan.
Gangguan Kimia
Gangguan ini timbul akibat tahap atomisasi tidak berlangsung dengan sempurna.
Jika contoh mengandung komponen yang mampu membentuk senyawa refraktori
dengan analit maka proses atomisasi tidak akan berlangsung dengan sempurna.
Gambar berikut menunjukkan bagaimana keberadaan ion fosfat dapat
mengganggu analisis logam kalsium. Kalsium fosfat merupakan senyawa refraktori
yang tidak dapat terdissosiasi dengan sempurna dalam nyala udara-asetilen. Hal
ini menyebabkan absorbance dari kalsium turun seiiring dengan meningkatnya
konsentrasi ion fosfat.
halaman 18 dari 23
Terdapat dua cara untuk menanggulangi gangguan seperti ini. Yang petama
adalah dengan menghilangkan penggangu melalui penambahan berlebih unsur
lain yang juga mampu membentuk senyawa refraktori dengan ion penggangu.
Dalam hal gangguan fosfat pada analisis kalsium, ion lantanum (La) ditambahkan
secara berlebih untuk mengikat ion fosfat sehinga atomisasi kalsium dapat
berjalan dengan sempurna. Atau dengan kata lain absorbance kalsium tidak lagi
bergantung pada keberadaan ion fosfat.
Ca + PO4
0,9
0,8
0,7
Ganguan Ionisasi
Pada proses-proses yang terjadi di dalam nyala, proses dissosiasi tidak harus
berhenti hingga tahap di mana diperoleh atom dalam keadaan dasar. Proses ini
dapat berlanjut hingga mencapai tingkat atom tereksitasi bahkan hinga satu
elektron terlepas dari atom atau yang dikenal dengan proses ionisasi. Karena
pengukuran absorbance didasarkan atas populasi/jumlah atom yang berada dalam
keadan dasar, maka tentu saja terjadinya ionisasi akan memperkecil jumlah
cahaya yang diserap. Gangguan ionisasi banyak ditemui pada penggunaan nyala
dengan suhu tinggi. Jika digunakan nyala udara-asetilen, maka gangguan seperti
halaman 19 dari 23
ini sering dijumpai pada analisis unsur-unsur yang mudah terionisasi seperti
unsur-unsur golongan alkali dan alkali tanah.
Gangguan ionisasi dapat dihindari dengan menambahkan secara berlebih unsur
lain yang lebih mudah terionisasi sehingga terbentuk sejumlah berlebih elektron
bebas yang akan menekan ionisasi dari analit. Kalium, rubidium dan cesium
adalah unsur-unsur yang sering digunakan untuk menanggulangi gangguan
ionisasi. Gambar berikut menunjukkan supresi ionisasi pada penentuan unsur
barium dengan menggunakan nyala N 2O-asetilen. Peningkatan absorbance pada
garis resonansi barium berkorelasi dengan penurunan absorbance pada garis
serapan dari ion yang menunjukkan peningkatan spesi atom dalam keadaan
dasar.
Garis resonansi
553,5 nm
0,5
Absorbance, A
0,3
Garis ion
0,1 455,4 nm
Dengan penambahan 1000 – 5000 mg/L kalium ke dalam larutan blanko, standar
dan cuplikan, gangguan ionsiasi umumnya dapat ditanggulangi.
Ganguan Spektral
Gangguan spektral umumnya termanifestasi dalam bentuk peningkatan tak teratur
dari absorbance akibat terjadinya serapan cahaya yang bukan berasal dari analit.
Gangguan yang lazim dijumpai adalah gangguan serapan latar belakang. Fakta
bahwa tidak semua komponen dalam cuplikan mampu diatomisasi dengan
sempurna adalah penyebab dari gangguan serapan latar belakang atau dikenal
juga dengan istilah gangguan serapan non-atomik. Molekul-molekul yang tak
teratomisasi ini dapat menyerap cahaya pada spektrum cahaya yang cukup lebar,
sedangkan partikel-partikel halus yang terbentuk dalam nyala dapat saja
halaman 20 dari 23
menghamburkan cahaya pada spektrum yang luas. Jika serapan non-spesifik ini
tumpang tindih dengan panjang gelombang penyerapan dari analit maka tentu
saja akan terjadi gangguan serapan latar belakang. Untuk mengkompensasi
gangguan seperti ini, maka harus dilakukan koreksi latar belakang yaitu dengan
mengukur besarnya serapan latar belakang tersebut dan memperkurangkannya
dengan serapan total yang diperoleh.
PROSEDUR ANALISIS
halaman 21 dari 23
A-3
Absorbance, A
A-2
A-S
A-1
halaman 22 dari 23
Cs : konsentrasi larutan contoh
d : konsentrasi larutan standard yang ditambahkan
As : Absorbance larutan contoh
As+d : Absorbance larutan contoh yang ditambah standard
Pada metoda ini sederetan larutan contoh ditambahkan laruitan standard dengan
jumlah yang bervariasi. Hasil pengukuran absorbance larutan-larutan tersebut
selanjutnya dialurkan terhadap konsentrasi larutan standar yang ditambahkan.
Larutan
1 2 3 4
contoh
Penambahan ± 50% ± 100% ± 150%
NOL
Standard dari C-S dari C-S dari C-S
A-4
Absorbance, A
A-3
A-2
A-1
halaman 23 dari 23