Anda di halaman 1dari 27

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT (PWS KIA)

KOHORT IBU BAYI DAN BALITA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Organisasi Manajemen Dalam
Pelayanan Kebidanan

NAMA : LENI SULAENI


NPM : 195401426460

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Organisasi Manajemen Dalam Pelayanan Kebidanan. Dengan
membuat makalah ini, penulis mengharapkan mampu menambah pengetahuan
tentang Pemantauan Wilayah Setempat (PWS KIA) Kohort Ibu, Bayi, dan Balita
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup
memuaskan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini baik
secara moril maupun materil.
Penulis sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif dan
membangun, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis, umumnya bagi pembaca.

Jakarta, Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.................................................................................. 4
B.Rumusan Masalah............................................................................. 5
C.Tujuan............................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A.Manajemen Pelayanan Kebidanan.................................................... 6
B.PWS KIA.......................................................................................... 6
1.Pengertian................................................................................... 6
2.Tujuan......................................................................................... 7
3.Prinsip Pengelolaan Program KIA.............................................. 7
4.Pelayanan Program KIA............................................................. 8
5.Batasan Dan Indikator Pemantauan............................................ 12
6.Pelembagaan PWS KIA.............................................................. 18
7.Pelaksanaan PWS KIA............................................................... 18
8.Pemantauan Dan Pelaporan........................................................ 18
C.KOHORT.......................................................................................... 19
1.Pengertian................................................................................... 19
2.Tujuan......................................................................................... 19
3.Batasan Dalam Register Kohort ................................................ 20
4.Jenis Register Kohort.................................................................. 22
5.Cara Mengisi Register Kohort.................................................... 22
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan....................................................................................... 26
B.Saran.................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian ibu dan bayi lahir mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan
di bidang obstetrik yang belum baik. Angka Kematian Ibu (AKI) atau Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan tolak ukur yang sensitif untuk melihat
keberhasilan pelayanan kesehatan khususnya ibu dan anak.
Dalam menurunkan AKI dan AKB pemerintah mempunyai program salah
satu program tersebut adalah Millenium Development Goals (MDGs). Salah
satu target Millenium Development Goals tahun 2015 menurunkan AKI dan
AKB menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia
belum sesuai dengan yang diinginkan. Maka, dibuat kembali program
pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development
Goals (SDGs), menggantikan program sebelumnya MDGs yang selesai pada
akhir tahun 2015.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan peri
kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan
antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka kematian Balita (AKABA) merupakan
beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dalam upaya penurunan
AKI, AKB, dan AKABA Indonesia memiliki sistem pencatatan dan
pelaporan.
Sistem pencatatan dan pelaporan merupakan alat untuk memantau
kesehatan ibu dan bayi, bayi baru lahir, bayi dan balita. Selain itu, pencatatan
dan pelaporan juga berguna untuk menilai sejauh mana keberhasilan

4
pelaksanaan program KIA serta sebagai bahan untuk membuat perencanaan
program KIA ditahun berikutnya. Agar pelaksanaan program KIA berjalan
dengan baik, maka pelayanan program KIA di suatu wilayah kerja perlu
dipantau secara terus-menerus untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan.
Dalam menjalankan program KIA, seorang bidan harus dapat membangun
kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, dan
mitra lainnya serta dapat bekerja sama dengan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan PWS KIA?
2. Bagaimana pengelolaan PWS KIA?
3. Bagaimana pemantauan pelayanan kebidanan pada ibu, bayi, dan balita?
4. Apa yang dimaksud dengan kohort ibu, bayi, dan balita?
5. Bagaimana cara penulisan kohort ibu, bayi, dan balita?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini yaitu agar penyusun
mengetahui tentang manajemen pemantauan pelayanan kebidanan PWS
KIA, kohort ibu, bayi, dan balita.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini, yaitu :
a) Untuk mengetahui tentang PWS KIA.
b) Untuk mengetahui cara pengelolaan PWS KIA.
c) Untuk mengetahui pemantauan pelayanan kebidanan pada ibu, bayi,
dan balita.
d) Untuk mengetahui tentang kohort ibu, bayi, dan balita.
e) Untuk mengetahui cara penulisan kohort ibu, bayi, dan balita.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Pelayanan Kebidanan


Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan
pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada
klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan
pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen
kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.

B. PWS KIA
1. Pengertian
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi;
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi
ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens.
Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis
berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan dalam
membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu
dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.

6
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus
di setiap wilayah kerja.
b. Tujuan Khusus
1) Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohort.
2) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA
secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
3) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan
KIA.
4) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap
target yang ditetapkan.
5) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan
ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan.
7) Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran
dan mobilisasi sumber daya.
8) Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.

3. Prinsip Pengelolaan Program KIA


Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan
efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan
pokok sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil
di semua fasilitas kesehatan.
b. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.

7
c. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
d. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
e. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
f. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
g. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
h. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai
standar di semua fasilitas kesehatan.
i. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

4. Pelayanan Program KIA


a. Pelayanan Antenatal
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. walaupun
pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi
anamesa, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (sesuai
resiko yang ada), namun dalam penerapan operasionalnya dikenal
standar minimal “7T” untuk pelayanan antenatal, yang terdiri atas:
1) Timbang berat badan dan tinggi badan.
2) Ukur tekanan darah.
3) Ukur tinggi fundus uteri.
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) lengkap, minimal 2 kali
pemberian.
5) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
6) Tes terhadap penyakit menular seksual.
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

8
Untuk menjamin mutu pelayanan ditetapkan frekuensi pelayanan
minimal 4 kali, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Minimal 1 kali pada triwulan I (1-3 bln).
2) Minimal 1 kali pada triwulan II (4-6 bln).
3) Minimal 2 kali pada triwulan III (7-9 bln).
b. Polongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong
persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas
pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang berkompeten
memberikan pelayanan pertolongan persalinan adalah dokter spesialis
kebidanan, dokter dan bidan.
c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan
cakupan KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas
minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari
setelah persalinan.
2) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari
ke-28 setelah persalinan.
3) Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan
hari ke-42 setelah persalinan.
d. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari

9
setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan
rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 -
48 Jam setelah lahir.
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
e. Deteksi Dini Faktor Risiko Dan Komplikasi Kebidanan Dan Neonatus
Oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko
dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi
yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya
komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta
penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.
f. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive
sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak
selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat
segera dideteksi dan ditangani. Untuk meningkatkan cakupan dan
kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya
fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari

10
polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit
PONEK 24 jam.
g. Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes,
puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit
pemerintah/swasta.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan
kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain
penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target setiap
kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas
mampu PONED. Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini,
diharapkan RSU Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang siap
selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan
pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria,
perawatan neonatus level II serta transfusi darah.
h. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,
selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuh kembang.
i. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden

11
period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir,
berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal
pertumbuhan moral.
j. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga
diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu
dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang
telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik). Pelayanan KB
bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan.

5. Batasan Dan Indikator Pemantauan


a. Batasan
1) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu hamil selama masa kehamilannya, yang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang telah
ditetapkan.
2) Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Berisiko
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan ibu hamil berisiko/
komplikasi, yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi dan
tenaga kesehatan.
3) Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
yang ditetapkan. Istilah “kunjungan” disini tidak mengandung arti
bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi
setiap kontak tenaga kesehatan (di posyandu, pondok bersalin desa,
kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan
antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu
hamil.

12
 Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali masa
kehamilan.
 K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
keempat (atau lebih), untuk mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat :
a) Minimal satu kali kontak pada triwulan I.
b) Minimal satu kali kontak pada triwulan II.
c) Minimal dua kali kontak pada triwulan III.
 Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2
kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan
neonatal, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas
(termasuk bidan di desa, polindes, dan kunjungan rumah)
dengan ketentuan :
a) Kunjungan pertama : 1 – 7 hari
b) Kunjungan kedua : 8 – 28 hari
c) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan
merupakan kunjungan neonatal.
 Kunjungan Ibu Nifas.
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3
kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan
ibu nifas, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas
(termasuk bidan di desa, polindes, dan kunjungan rumah)
dengan ketentuan:
a) Kunjungan pertama : 1 – 7 hari
b) Kunjungan kedua : 8 – 28 hari
c) Kunjungan ketiga : 29 – 42 hari
 Sasaran Ibu Hamil

13
Sasaran ibu hamil adalah jumlah ibu hamil di suatu wilayah
dalam kurun waktu satu tahun.
 Ibu Hamil Berisiko 11
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko
tinggi.
b. Indikator Pemantauan
Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA yaitu:
 Akses pelayanan antenatal (cakupan I)
Merupakan alat untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Dengan Rumus:

Jumlah kunjungan baru ibu hamil (KI)  X 100 %

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

 Cakupan ibu hamil (cakupan K4)


Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah
serta menggambarkan kemampuan manajemen/kelangsungan
program KIA.
Dengan Rumus :

Jumlah kunjungan ibu hamil (cakupan K4)  X 100%


                
           Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan


Merupakan alat untuk memperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan yang menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara
professional.

14
Dengan Rumus:

Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan  X 100%


  
Jumlah sasaran persalinan dalam satu tahun

 Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan


Merupakan alat untuk mengukur besarnya masalah yang dihadapi
oleh program KIA yang harus ditindak lanjuti dan diintervensi
secara intensif.
Dengan Rumus:

Jumlah ibu hamil beresiko X 100%


         
           Jumlah sasaran bumil dalam satu tahun

 Detaksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat.


Merupakan alat untuk mengukur tingkat kemampuan dan peran
serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di
suatu wilayah.
Dengan Rumus:

Jumlah bumil yang dirujuk oleh kader ke peskesmas/nakes X


100%

                               Jumlah sasaran bumil dalam 1 tahun

 Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan

15
Untuk mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal serta
kemampuan program dalam menggerakan masyarakat melakukan
layanan kesehatan neonatal.

Dengan Rumus:
Jumlah kunjungan baru bayi usia < 1 bulan yang     
        mendapatkan layanan kesehatan oleh nakes
X 100%        
          Jumlah sasaran bayi dalam satu tahun

Dalam PWS-KIA 6 indikatornya disebut sebagai “Indikator


Pemantauan Teknis” Untuk KI dan K4 disebut sebagai “Indikator
Pemantauan Non Teknis”. Kedua inikator ini digunakan sebagai
alat motivasi dan komunikasi dengan lintas terkait dalam
menyampaikan kemajuan maupun permasalahan operasional KIA
di suatu wilayah. Kedua indikator ini disajikan setiap bulan dalam
rakor, untuk menyampaikan desa (RW) mana yang maju atau yang
masih kurang dari target.
Jika : pencapaian KI kurang dari 80% dan pencapaian K4
kurang dari 70% Menunjukan:
1) Managemen program KIA belum optimal.
2) Petugas bersifat pasif.
3) Upaya KIEnya belum memadai.
c. Pengumpulan, Pencatatan, Pengolahan Data dan Pembuatan Grafik
KIA
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok
dari PWS KIA. Data yang dicatat per desa/kelurahan dan kemudian
dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang
administrasi. Data yang diperlukan dalam PWS KIA adalah Data
Sasaran dan Data Pelayanan.

16
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang
dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan diatas. Berdasarkan
data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan
kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah
kerjanya. Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
 Register kohort ibu
 Register kohort bayi
 Register kohort anak balita
 Register kohort KB
2) Pencatatan Data
 Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan. Data sasaran dari para kader dan dukun bayi
yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan
buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan
rumahnya.
 Data Pelayana
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA
di dalam kartu ibu, kohort Ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort
anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan tersebut
diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus
kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi
dan anak di desa/kelurahan tersebut.
 Pengolahan Data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum
dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan
bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas menerima
laporan bulanan tersebut dari semua laporan dan informasi
kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.

17
3) Pembuatan Grafik PWS KIA
PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang
dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan
dalam tiap bulan.

6. Pelembagaan PWS KIA


Pelembagaan PWS KIA adalah pemanfaatan PWS KIA secara teratur dan
terus menerus pada semua siklus pengambilan keputusan untuk memantau
penyelenggaraan program KIA, di semua tingkatan administrasi
pemerintah, baik yang bersifat teknis program maupun yang bersifat
koordinatif nonteknis dan lintas sektoral. Sesuai PP No. 34 th 2004 tentang
Otonomi Daerah diharapkan Pelembagaan PWS KIA dilakukan mulai
tingkat desa, kabupaten/kotaehingga PWS KIA dapat dijadikan bahan
masukan musrenbang desa dan kabupaten/kota.

7. Pelaksanaan PWS KIA


a. Sosialisasi
Fokus pertemuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA, menyepakati
peran lintas sektor dalam PWS KIA dan menyusun mekanisme
pemantauan kegiatan.
b. Fasilitasi
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan teknis berupa
kunjungan ke lapangan atau pertemuan.
c. Evaluasi /Tindak lanjut
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemajuan cakupan program KIA
dan merencanakan kegiatan tindak lanjut.

8. Pemantauan Dan Pelaporan

18
Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui laporan kegiatan
PWS KIA bulanan dengan melihat kelengkapan data PWS KIA berikut
dengan hasil analisis indikator PWS KIA, antara lain :
a. Grafik hasil cakupan, hasil penelusuran dll.
b. Rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana kegiatan.
c. Pelaksanaan PWS KIA yang dilaporkan dimasing masing tingkatan
adalah :
 Di tingkat Desa untuk dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan.
 Di tingkat puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan
kabupaten/kota setiap bulan.
 Di tingkat kabupaten/propinsi untuk dilaporkan ke Dinas
Kesehatan.

C. KOHORT
1. Pengertian
Kohort berasal dari kata cohort yang artinya suatu proses
pengamatan prospektif, survey prospektif terhadap suatu subjek maupun
objek yang mempelajari dinamika korelasi antara suatu subjek dengan
objek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau propektif. Sifat
kohort sendiri adalah unggul karena dapat menilai komparabilitas antara
proses pre dan post, continue atau menilai dari waktu ke waktu, tidak
terputus, ada keseragaman observasi dari waktu ke waktu dengan batasan
perlu waktu, cermat, sarana dan ketelitian pengelolaan, jika ada subjek DO
bisa dilihat serta kohort diisi oleh tenaga kesehatan (bidan), SIPP diisi oleh
kader.
Sedangkan pada pemantauan pelayanan kebidanan register kohort
adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan
balita. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya
memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait
kehamilan dan persalinan.

19
Dalam salah satu upaya untuk kesehatan ibu dan anak maka setiap
ibu hamil di suatu daerah dicatat agar resiko – resiko yang dapat terjadi
dapat dideteksi lebih dini lagi yang disebut register kohort yang
merupakan sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan
balita.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang
terdeteksi rumah tangga yang teridentifikasi dari data bidan.

b. Tujuan Khusus
 Pemberdayaan masyarakat di bidang KIA yang merupakan
kegiatan untuk memfasilitasi masyarakat membangun situasi gawat
darurat.
 Upaya untuk kesehatan anak.

3. Batasan Dalam Register Kohort


Dalam penerapan register kohort ibu dan balita, batasan ini dipakai
sebagai batasan operasional dan indikator pemantauan seperti diuraikan
berikut ini :
a. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kessehatan oleh tenaga
profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang di tetapkan.
b. Penjaringan (deteksi) dini kehaamilan beresiko
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko, yang dapat
dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil, maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan
tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanana antenatal sesuai
standar yang diterapkan.

20
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1), maksudnya adalah kunjungan pertama
kali ibu hamil pada masa kehamilan.
e. Kunjungan ulang, maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
profesional yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar selama satu periode kehamilan berlangsung.
f. K4, maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional
yang keempat atau lebih. Untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar
yang diterapkan, syaratnya minimal melakukan satu kali kontak pada
triwulan I, minimal satu kali kontak pada triwulan II, dan minimal dua
kali pada triwulan ke III.
g. Cakupan KI, maksudnya adalah persentaseibu hamil disuatu wilayah,
dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selama kehamilan.
h. Cakupan ibu kehamilan (cakupan K4), maksudnya adalah persentase
ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang
mendapatkan pelayanan antenatalsesuai dengan standar paling sedikit
emapat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali
pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan ke dua, dua kali pada
triwulan ke tiga.
i. Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam
kurun waktu satu tahun.
j. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, maksudnya
adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu yang di tolong persalinannya oleh tenaga profesional.
k. Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat, maksudnya
adalah persentase ibu hamil beresiko yng di temukan oleh kader dan
dukun bayi, yang kemudian dirujuk ke puskesmas/tenaga profesional
dalam kurun waktu tertentu.
l. Cakupan penjaringan ibu hamil berersiko oleh tenaga
kesehatan, maksudnya adalah persentase ibu yamil yang beresiko yang

21
ditemukan oleh tenaga profesional, yang di tindaklanjuti (dipantau
secara intensif dan di tangani sesuai dengan kewenangan dan /dirujuk
ketingkat pelayanan yang lebbih tinggi) dalam kurun waktu tertentu.
m. Ibu hamil beresiko, maksudnya adalah ibu hamil yang
mempunyaifaktor resiko dan resiko tinggi kecuali ibu hamil normal.
n. Cakupan pelayanan neonatus (cakupan K1 neonatus), maksudnya
adalah persenatse bayi pada usia neonatus (kurang dari satu bulan)
yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal satu kali dari tenaga
profesional dalam kurun waktu tertentu.

4. Jenis Register Kohort


a. Register Kohort Ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan
bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir
sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun
bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini
lebih difokuskan pada kesehatar ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya
duplikasi informasi.
b. Register Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
c. Register Kohort Balita
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan
sampai dengan 5 tahun.
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh
komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi
serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu
adalah kader dan dukun bayi serta tokoh masyarakat.

5. Cara Mengisi Register Kohort


a. Cara Pengisian Pada Kohort Ibu

22
Kolom :
1) Diisi nomer urut.
2) Diisi nomer indeks dari famili folder.
3) Diisi nama ibu hamil.
4) Diisi nama suami ibu hamil, Diisi alamat ibu hamil.
5) 6), 7), 8) Diisi umur ibu hamil yang sebenarnya dengan angka,
misalnya umur 23 tahun diisikan dikolom 7.
9) , 10), 11) Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dengan
angka misalnya 20 mg diisi pada kolom 10.
12)   , 13), 14) diisi jumlah kehamilan yang pernah dialami.
13)   Ibu yang bersangkutan misalnya kehamilan.
14)   Ke 4 diisikan angka 4 pada kolom 13.
15)   Diisi tanda (V) bila jarak kehamilan kurang dari 2 thn.
16)    atau lebih 2thn.
17) Diisikan tgl ditemukan dengan BB £45kg pd trimester III.
18) Diisi tanda (V) bila TB ibu kurang 145cm.
19) Diisi tgl ditemukan ibu hamil dengan Hb kurang 8gr%.
20) Diisi tgl ditemukan ibu hamil dgn tensi lebih 160/95mmhg
21)    , 22) Diisi tgl ditemukan ibu hamil dgn resiko oleh :
NK = non kesehatan, K = Kesehatan
23)   , - 45) Diisi kode pengisian sbb :
0 = diisi K1
# = untuk K4
* = untuk PN
+ = untuk kematian ibu
F1, F2, F3 = untuk pemberian tablet Fe
I = untuk pemberian lodium
A = untuk pemberian Vit.A
T1, T2, TU = untuk pemberian TT
46)   Diisi tanda (V) sesuai penolong persalinan :
TK       - tenaga kesehatan

23
DT       - dukun terlatih
DTT     - dukun tidak terlatih
47)   LM      - lahir mati
48) LH       - lahir hidup bila BB < 2500 gr
49) LH       - lahir hidup bila BB > 2500 gr
50) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa nifas
(diharapkan 2x kunjungan).
51) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama periode pasca –
nifas sampai 2thn (diharapkan min 4x kunjungan selama 1
tahun).
52) Diisi hal lain yg dianggap penting untuk ibu hamil yg
bersangkutan
Ditulis kode I untuk pemberian lodium pada ibu nifas didaerah
endemis.
53)   Keterangan lainnya.

b. Cara Pengisian Pada Kohort Bayi


Kolom :
1) Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan
nomor urut ibu pada register kohort ibu.
2) Disi nomor indeks dari family folder.
3) sd 7) Jelas.
8) Diisi angka berat bayi lahir dalam gram.
9) ,-10) Diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan.
11) Diisi A-E1 apabila sampai umur 1 bulan bayi hanya diberi ASI saja
(ASI Ekslusif pada bulan pertama)
A-E2 apabila sampai umur 2 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A-E3 apabila sampai umur 3 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A-E4 apabila sampai umur 4 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A-E5 apabila sampai umur 5 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A-E6 apabila sampai umur 6 bulan bayi hanya diberi ASI saja.

24
12) ,-23) Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu:
N = naik,
T = turun,
R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT)
BGM = Bawah garis merah.
24) - 25) Diisi vitamin A 6 bulan – Vitamin A 12 bulan.
26) - 41) Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
42) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
43) - 46) Diisi penyebab kematian bayi tersebut.
47) Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.

c. Cara Pengisian Kohort Balita 


Kolom 
1) Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan
nomor urut ibu pada register kohort ibu.
2) Disi nomor indeks dari family folder.
3) sd 7) jelas.
8) sd 31 dibagi 2, diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi.
32) sd 35) diisi tanggal pemberian vit A bulan februari dan Agustus.
36) Diisi tanggal bila ditemukan sakit 
37) Diisi penyebab sakit.
38) Diisi tanggal balita meninggal.
39) Diisi sebab meninggal.
40) Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang.
41) Diisi jenis kelainan tumbuh kembang. 
42) Diisi bila ada kcterangan penting tentang balita tersebut. 

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi; pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Pada pemantauan pelayanan kebidanan register kohort adalah sumber data
pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita. Upaya kesehatan Ibu
dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. 

B. Saran
Untuk tenaga kesehatan khususnya seorang bidan alangkah baiknya untuk
melakukan pemantaan pelayanan kebidanan di daerah dengan menggunakan
PWS KIA, agar dapat mengetahui keadaan wilayah kerja yang berkaitan

26
dengan pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. 
Saran bagi pengajar diharapkan makalah ini berguna sebagai alat
pembanding dalam memberikan pembelajaran di dalam kelas khususnya bagi
mahasiswa dengan mata kuliah Organisasi Manajemen Dalam Pelayanan
Kebidanan. 
Bagi mahasiswa di harapkan agar makalah ini lebih meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam pemebelajaran Organisasi Manajemen
Pelayanan Kebidanan tentang “Pemantauan Wilayah Setempat (PWS KIA)
Kohort Ibu Bayi Dan Balita” serta mampu menerapkan teori secara aplikatif
sebisa mungkin yang telah di harapkan. 
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementrian
Kesehatan dan JICA. Jakarta
Simatupang, Erna Juliana. 2008. Manajemen Pelayanan kebidanan. EGC.
Jakarta.
Syafrudin. 2012. Organisasi manajemen Pelayamam Kesehatan. Trans info
Media.
Jakarta. 

27

Anda mungkin juga menyukai