SISTEM PENCERNAAN
“INTOKSIKASI INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT (IFO)”
Disusun oleh :
YURIKA WIDYANINGTYAS
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan / menyetujui
Dosen penguji
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa
kimia dalam tubuhmanusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Istilahpeptisida pada umumnya dipakai untuk semua
bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan
manusia.
Organofosfat disentesis pertama kali pada sekitar 1850. Walaupun
memilik sifat toksisitas yang tinggi, tetapi penggunaan organofosfat untuk
pengobatan pada manusia tetap dilakukan berbagai study untuk
mengambil efek terapeutik dari organofosfat (lindell, 2003). Pada sekitar
tahun1930 sintesis penghambat kolineterase pertama kali dipakai untuk
penyakit gangguan otonom pada otot rngka pada pengobatan
parkinsonisme. Studi kemudian dilanjutkan pada takrin yang merupakan
penghambat kolineterase pertama pada pengobatan penyakit Alzheimer
dan dilepaskan pada pengobatan klinik pada tahun 1993(Dyro, 2006).
B. Rumusan Masalah
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme organofosfat di dalam tubuh dengan menghambat
aktivasi enzim asetilkolinesterase. Asetilkolinesterase terdapat di dalam
sel- sel darah merah, sinaps nikotinik, dan reseptor muskarinik di dalam
jaringan saraf, otot, serta masa kelabu pada otak. Asetilkolinesterase
pada plasma ditemukan di dalam masa putih sistem saraf pusat,
pancreas, dan jantung. Penurunan asetilkolinesterase pada plasma
menghasilkan penurunan aktivitas kolinesterase pada sistem saraf pusat
dan sistem saraf otonom (jayawardane, 2008). Hambatan aktivasi enzim
asetilkolinesterase ini menghasilkan akumulasi asetilkolin pada ujung
saraf ( Lambert, 2005).
Akumulasi asetilkolin memberikan empat stimulasi meliputi:
1. Perluasan stimulasi muskarinik reseptor asetilkolin ke sistem
saraf parasimpati
2. Perluasan stimulasi nikotinik reseptor asetilkolin ke sistem saraf
parasimpatis.
3. Stimulasi nikotinik dan muskarinik asetilkolin pada sistem saraf
pusat
4. Stimulasi asetilkolin pada neuromuscular junction (eddlenston,
2008)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pengukuran kadar KhE dalam sel darah merah dan plasma, penting
untuk memastikan diagosis keracunan IFO akut maupun kronik
(menurun sekian % dari harga normal).
Keracunan akut : ringan : 40 – 70 %
sedang : 20 – 40 %
berat : < 20 %.
Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 %, setiap
individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segera
disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kembali bila kadar KhE telah
meningkat > 75 % N.
F. PENATALAKSANAAN
Dekontaminasi
a. Dekontaminasi Pulmonal : tindakan menjauhkan korban
daripemaparan inhalasi zat racun
b. Dekontaminasi Mata : tindakan membersihkan mata dari
racundengan irigasi larutan aquades atau NaCl 0,9%
c. Dekontaminasi Kulit (rambut dan Kuku) : melepaskan
pakaian,arloji, sepatu, dan aksesori lainnya, dan masukkan dalam
wadahplastik yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit
yangterkena dengan air mengalir.
d. Dekontaminasi Gastrointestinal :pemberian bahan pengikat(karbon
aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi lambungdengan cara
induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada fase akut meliputi :
1. Glukosa
2. BUN
3. Kadar Elektrolit
4. SOGT/ SOPT
5. Protombin
6. Pemeriksaan enzim kolineterase
7. Pemeriksaan radiologi
8. Foto rontgen
9. Pemeriksaan EKG
H. WOC
Efek stimulasi muskarinik Efek stimulasi nikotinik Efek stimulasi nikotinik- Efek skumulasi asetilkolin
pada saraf parasimpatis pada saraf simpatis muskarinik pada sistem saraf pada neuromuscular
pusat junction
Bronkospasme, hipotensi,
braiding kencing, dan Takikardi hipertensi Agitasi gagal napas penurunan Kelelahan kelemahan
hipersaliva/.kardi, miosis, midriasis tingkat kesadaran dan koma fisik fasikulasi
muntah, lakrimasi, berkeringat,
diare, sering kencing, dan
hipersaliva
MK:Pola nafas tidak efektif Deficit perawatan diri
penurunan perfusi serebral
Penurunan aliran udara,
hipoksia, penurunan aliran
darah sistemik peningkatan
hilangnya cairan tubuh.
gangguan tidak dapat dikoreksi
A. Pengakajian
1. Identitas
Umur : penyakit Intoksikasi insektisida organofosfat dapat
dialami oleh semua umur.
.
Jenis Kelamin : penyakit Intoksikasi insektisida organofosfat dapat
dialami oleh semua jenis kelamin tidak memandang laki-
laki atau perempuan.
2. Keluhan Utama : pasien biasanya sering mengalami keluhan stimulasi
berlebihan kolinergik pada ototpolos dan reseptor
eksokrin muskarinik yang meliputi miosis,
gangguanperkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan
salvias
3. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengatakan sebelum menderita penyakit
ini pasien tidak mempunyai riwayat penyakit lainnya
4. Riwayat Penyakit Sekarang : umumnya pasien biasanya mengalami stimulasi
berlebihan kolinergik pada ototpolos dan reseptor eksokrin
muskarinik yang meliputi miosis, gangguanperkemihan, diare,
defekasi, eksitasi, dan salvias.
5. Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit ini dan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit menular ataupun menahun.
6. Pola - pola fungsi kesehatan :
1. Kebutuhan nutrisi
a. Sebelum sakit : klien mengatakan makan 3X sehari dengan
komposisi nasi, lauk dan sayur. Makan selalu habis dalam 1
porsi. Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan
terhadap makanan, klien minum 6-7 gelas jenis air putih setiap
hari.
b. Selama sakit : klien mengatakan pagi klien makan bubur habis 1
porsi (makanan dari rumah sakit : nasitim, sayur dan lauk pauk
tidak dimakan). Klien minum air putih habis 5-6gelas / hari.
2. Kebutuhan eliminasi
a. Sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 X sehari pada waktu
pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan
tidak ada keluhan dalam BAB. Klien BAK ± 2-6 X sehari
dengan warna kuning, bau khas, dan klien tidak ada kesulitan
dalam BAK.
b. Selama sakit : klien mengatakan selama dirawat di rumah
sakit klien BAB dengan frekuensi 1 X sehari, konsistensi keras
(berbentuk bulat - bulat kecil), warna hitam, bau khas dan klien
mengeluh sulit untuk BAB. Untuk eliminasi BAK nya,
klien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6 X sehari warna
kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.
3. Kebutuhan istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : klien mengatakan tidur malam mulai pukul 22.00
dan bangun pukul 05.00 WIB. Klien jarang tidur siang.
b. Selama sakit : klien mengatakan tidur malam mulai pukul 21.00,
kalau malam sering terbangun karena suasana yang panas, klien
bangun pukul 06.00 WIB.
4. Kebutuhan aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
bantuan orang lain maupun alat bantu.
b. Selama sakit : klien mengatakan bisa melakukan
aktivitas sehari - hari sesuai kemampuan, klien ke kamar
mandi dibantu oleh keluarga, klien tidak mengalami kesulitan
dalam melakukan personal hygiene, klien mengatakan lebih
banyak berbaring di tempat tidur karena
perut terasa sakit saat bergerak.
5. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang dipikirkan klien terhadap
Penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih,
panasdan kemeng kemeng, klien terlihat bingung terhadap penyakit yang
dideritanya sekarang. dan yang dipikirkan klien saat ini adalah kesembuhan
klien.
7. Pemeriksaan Fisik
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d efek stimulasi nikotinik- muskarinik pada sistem
saraf pusat
2. Penurunan perfusi serebral b.d akumulasi asetilkolin, efek stimulasi
nikotinik- muskarinik pada sistem saraf pusat
3. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan aliran udara, hipoksia, hipoksemia.
4. Ketidakseimbangan cairan b.d peningkatan hilangnya cairan tubuh.
5. Deficit perawatan diri b.d agitasi, kejang, kelelahan, kelemahan fisik,
fasikulasi.
C. Rencana keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d efek stimulasi nikotinik- muskarinik pada sistem
saraf pusat
Tujuan : dalam waktu 2 jam pascaintervensi, terjadi perbaikan pola nafas
Criteria evaluasi:
- RR normal: 14- 20x/ menit, jalan napas bersih
- Produksi sputum tidak meningkat
Intervensi Rasional
Lakukan intervensi
kedaruratan
Intrvensi ABC
Pertolongan pertama yang dilakukan
meliputi tindakan umum yang bertujuan
Kolaborasi pemberian untuk keselamatan hidup, mencegah
antidotum penyerapan dan penawar racun.
Lakukan perawatan
Berikan antidotum sesuai pesanan dokter
suportif
minimal 2x 24 jam yaitu atropine sulfat
(AS)
Monitor tanda vital
Perawatan suportif meliputi pertahankan
setiap 15 menit
agar pasien tidak sampai demam atau
menggigil,monitor perubahan –
perubahan fisik .
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Inervensi Rasional
e. Deficit perawatan diri b.d agitasi, kejang, kelelahan, kelemahan fisik, fasikulasi.
Tujuan : dalam waktu 3x 24 jam kemampuan perawatan diri klien meningkat
Criteria evaluasi:
- Pelaksanaan intervensi perawatan diri dilakukan setelah fase akut
- Tidak terjadi komplikasi sekunder, seperti kejang dan peningkatan
agitasi.
Intervensi Rasional
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
akatsuki-ners.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatan-klien-
asuhankeperawatans.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-intoksikasi.
localhost/F:/sistem%20pencernaan/Intoksikasi-organofosfat.htm.