Anda di halaman 1dari 11

Bab 1

Sumber penerimaan negara

1. Pajak : peralihan kekayaan WN keapda negara untuk menciptakan surplus yang digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber pembiaayaan public investment
2. SDA : UUD Pasal 33 ayat 1
3. Bea Cukai : pengawasan lalu lintas barang yang masuk dan keluar dari indo, cukai pungutan
terhadap barang tertentu
4. Retribusi : iuran jasa yang digunakan WN yg disediakan negara
5. Iuran : penggunaan jasa dan fasilitas orang pada sebagian WN
6. Sumbangan : gotong royong masyarakat
7. Laba BUMN : dimasukin ke Anggaran pendapatan negar
8. Sumber lain : surplus cetak duit dan hutang LN

Bab 2

 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. (KUP UU no 28 th 2007)
 Ciri” pajak
o Peralihan kekayaan dari WN ke pemerintah
o Dipungut berdasarkan UU serta pelaksanaannya dpt dipaksakan
o Tidak ada manfaat langsung yg dirasakan individu
o Dipungut pusat atau daerah
o Untuk membiayai belanja negara (kalo bisa surplus ke public saving)
o Alat mencapai tujuan tertentu (fungsi mengatur)
o Dipungut tidak langsung/langsung
 Jenis Penafsiran
o Historis : mengetahui maksud pembuat UU atas isi UU
o Sosiologis : kaitkan dengan perkembangan masyarakat dan disesuaikan
o Sistematik : mengaitkan pasal ke pasal lain yg berhubungan
o Autentik : focus thd apa yg dijelaskan dalam UU
o Tata Bahasa : memperhatikan kata keseluruhan dan maksud UU (important)
o Analogis : menambahkan kiasan yg tidak perlu dan merembes dari maksud UU
sebenarnya (Teknik dilarang)
o A. Contrario : menafsirkan dengan perlawanan pengertian dari UU (juga dilarang)
 Falsafah pajak : karena pungutan pajak dapat dipaksakan, maka pemungutannya harus
sesuai kehendak rakyat (DPR)
 Fungsi Pajak
o Budgeter : membiayai pengeluaran negara
o Mengatur (regulerend) : Pajak sbg alat untuk mengatur masyarakat dibidang
sosekpol.
 Pendekatan Pajak
o Ekonomi : dinilai dalam gunsinya dan mengkaji dampak thd masyarakat, penghasilan
seseorang, pola konsumsi, Demand dan supply.
o Pembangunan : Pajak  Public Saving  public investment dan kebijakan fiscal 
insentif investasi  banyak saving  investasi dalam pembangunan.
o Praktis : siapa dan apa yg dikenakan, cara hitung, berapa besarnya
o Hukum : perikatan WN dan Negara, timbulnya utang pajak, hapusnya utang pajak
dll.
 Ajaran Materil : utang pajak terjadi ketika syarat TATBESTAND (kejadian,
keadaan, peristiwa) terpenuhi walau syarat formal belum terjadi. Ex :
pelaporan PPh (self assessment)
 Ajaran formil : utang pajak terjadi setelah syarat formal terpenuhi. Contoh
pajak PBB yang terutang saat STP diterbitkan fiscus (official assessment)
 Hukum Pajak : suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan WN sebagai wajib pajak. Hal yang diatur dalam hokum pajak
o Siapa yang menjadi subjek&objek pajak
o Objek apa aja yg jadi objek pajak
o Kewajiban WP terhadap pemerintah
o Timbul dan hapusnya utang pajak
o Cara penagihan pajak
o Keberatan dan banding pajak
 Korelasi hokum pajak dg perdata : perdata hokum yang mengatur hubungan atar manusia.
Hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutan atas dasar kejadian/keadaan dan
perbuatan hokum dari perdata seperti pendapatan, kekayaan, perjanjian, penyerahan dll.
 Korelasi hokum pajak dg pidana : hubungan antara WN dg Negara. Ketentuan pidana dalam
KUHP banyak digunakan dalam UU pajak. Ex : UU No 16 tahun 2000 tentang sanksi pajak
secara pidana
 Hukum pajak formal : sebagai ketentuan pendukung ketentuan hokum pajak material
(subjek, objek, tarif, WP) yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan hokum material
pajak. Tiga hokum pajak formal utama :
 UU No. 28 Tahun 2007 (KUP)
o SPT masa/tahunan (surat pemberitahuan)
o SSP (surat setoran pajak)
o Surat ketetapan pajak (lebih bayar, kurang bayar, nihil, kurang bayar tambahan)
o Surat tagihan pajak (STP)
o Pembukuan dan pemeriksaan
o Penyidikan
o Surat Paksa
o Keberatan dan banding
o Sanksi administrative, pidana dll.
 UU No. 14 Tahun 2002 (Pengadilan Pajak)
o Sengketa pajak
o Banding dan gugatan
o Susunan pengadilan pajak
o Hokum acara
o Pembuktian
o Putusan
 UU No. 19 Tahun 2000 (Penagihan pajak dengan surat paksa)
o Penagihan pajak
o Juru sita pajak
o Penaghian seketika dan sekaligus
o Surat paksa
o Penyitaan
o Lelang
o Pencegahan dan penyandraan
o Gugatan
 Hukum pajak material : mengatur WP, subjek, objek dan tarif pajak
 UU yang memuat hokum formal dan material
o UU No 12 tahun 1994 ( PBB)
o UU No. 34 Tahun 2000 ( PDRD)
o UU No. 20 tahun 2000 (BPHTB)
 Perlawanan pajak
o Pasif : perlawanan yang tidak sistematis karena ketidak biasaan budaya pajak
dengan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Ex : masyarakat desa yang kurang
mengenal pajak
o Aktif
 Penghindaran Pajak : Teknik mengurangi pajak dg mencari celah dari UU
pajak
 Penggelapan pajak : pemalsuan, pengurangan sengaja, menyembunyikan
data dll.

Bab 3

 Asas pemungutan pajak


o Equality : pembebanan pajak dg subjek pajak harus sesuai dg kemampuannya
o Certainity : pajak yang dibayar WP harus jelas dan tanpa kompromi
o Convenience : pajak dipungut saat subjek pajak memperoleh penghasilan
o Ekonomi : dilakukan seefisien jgn ampe deficit pajak
 Teori pembenaran pajak
o Asuransi : analogi negara menyediakan asuransi bagi WN, premi asuransi diibaratkan
pajak. Tapi teori ini gk sesuai karena kenyataannya musibah yg dialami masyarakat
tidak ditanggung sepenuhnya oleh negara.
o Kepentingan : semakin banyak jasa negara yg digunakan WN, semakin besar
pajaknya. Teori ini dibantah karena rakyat kismin gk bayar pajak tapi bisa menikmati
fasilitas negara.
o Daya Pikul : pemungutan pajak harus seuai dg kemampuan WP (beban hidup dg
panaj yang dikeluarkan) kelemahan tidak ada standar khusus yang menilai seberapa
kuat daya pikul WP. Implementasi di Indo PTKP bagi PPh
o Teori Bakti : Ngeara punya hak mutlak memungut pajak dari WN sebagai tanda
bakti. Teori ini dibantah karena terlalu otoriter
o Daya beli : memandang efek positif sebagai dasar keadilan pemungutan pajak. Pajak
mengambil sebagian kekayaan WN, tapi lama kelamaan pajak akan kembali lagi
untuk menjamin kelangsungan hidup WN.
 Syarat pebuatan UU pajak
o Keadilan : pajak haru adil dan merata. Pajak yg dibayar harus sesuai dg manfaat yg
diterima. Keadilan horizon gaya pikul sama dikenakan pajak yang sama. Keadilan
vertil gaya pikul tdk sama dikenakan pajak yang tdk sama.
o Yuridis : pemungutan pajak berdasar UU dan memaksa.
o Ekonomi : pungutan pajak tidk boleh mengganggu kehidupan ekonomi WP
o Finansial : pungutan pajak tidak boleh terlau besar dan harus efisien dalam
pungutannya
 Stelsel pungutan pajak
o Nyata : perhitungan pajak di akhir tahun dan dibayar di akhir tahun. Jadi utang pajak
actual = penerimaan pajak. Kelemahan negara hanya dapat pemasukan pada akhir
tahun
o Fiktif : perhitungan pajak diestimasi di awal tahun dan dibayar diawal tahun. Negara
dapat penghasilan di awal tahun, tapi pungutan pajak tidak ama dg utang riil.
o Campuran : integrase keduanya, pencatatan dilakukan diawal dan diakhir periode.
Kelebihan penerimaan pajak sama seperti utang riil dan negara dapat pemasukan
yang seimbang. Kekurangan fiscus bisa stress kerja 2 kali

Bab 4

 Pajak Langsung : pajak yang bebannya tidak dapat dipindahkan kepada orang lain. Ex : PPh
 Pajak tidak Langsung : pajak yang mampu dialihkan ke pihak lain. Ex : PPN restoran,
perpindahan ada 2, forward shifting (penjual ke pembeli, akibatnya harga naik) dan
backward shifting (penjual ke supplier, akibatnya bahan baku harganya naik)
 Pajak pusat : wewenang pungutan pajak dilaksanaan pusat oleh Departemen Keuangan
melaui Dirjen Pajak. Penerimaan pajak dimasukkan ke APBN.
 Pajak Daerah : wewenang pungutan dilaksanakan daerah oleh Dinas Pendapatan daerah.
Pajak akan dimasukkan APBD.
o Pajak Daerah provinsi berisi pajak : Kendaraan bermotor, Balik nama kendaraan
bermotor, bahan bakar kendaraan bermotor, Air permukaan, dan rokok
o Pajak daerah kabutpaten : hotel, restoran, reklame, penerangan jalan, parker, air
tanah, PBB dan BPHTB.
 Pajak Subjektif : memperhatikan kondisi WP sesuai gaya pikul. Gaya pikul mengandung 2
unsur
o Unsur subjektif : kebutuhan material
o Unsur objektif : pendapatan, kekayaan dan belanja
 Pajak Objektif : memperhatikan objek pajak yang menimbulkan utang pajak.
 Cara pungutan pajak
o Asas domisili : berdasarkan tempat asal WP dalam suatu negara. Mengabaikan
pendapatan darimana dihasilkan dari LN atau DN tanpa melihat kebangsaan WP.
o Asas sumber : berdasarkan sumber penghasilan. Mengabaikan factor domisili dan
kewarganegaraan
o Asas kebangsaan : berdasarkan kewarganegaraan. Mengabaikan sumber
pendapatan dan domisili WP.
o Asas yang dianut Indonesia : Worldwide income, tidak membedakan sumber
penghasilan yang dikenakan thd WP dalam negeri. Sedangkan WP luar negeri
menggunakan asas sumber, jika mendapat pendapatan dari Indo akan dikenakan
PPh Pasal 26.

Bab 5

 PPh : pajak subjektif yang dikenakan karena subjek tersebut melampaui kriteria UU
perpajakan (PTKP)
o Subjek PPh
 Orang pribadi
 Warian yang belum terbagi
 Badan komersil maupun non-komersil
 Bentuk Usaha Tetap
 Jenis Subjek Pajak
o Dalam negeri : bertempat tinggal di Indonesia
 Orang pribadi berada di Indo > 183 hari dalam waktu 1 tahun. Atau dalam 1
tahun pajak ada niat tinggal di Indo.
 Badan yang didirikan dan bertepat di Indonesia
 Warisan yang belum terbagi
o Luar Negeri
 Orang pribadi yang tidak tinggal di Indo, berada di Indo < 183 hari dalam 1
tahun. Dan badan yang tidak didirikan di Indo tapi menjalankan Usaha
dengan BUT
 Orang pribadi yang tidak tinggal di Indo, berada di Indo < 183 hari dalam 1
tahun., dan badan yang tidak didirikan di Indo tapi dapat penghasilan di Indo
tanpa BUT.
 Mulai Kewajiban Pajak subjektif :
o Orang pribadi
 Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indo, kewajiban pajak subjektif
mulai saat ia lahir di Indo
 Subjek pajak OP di Indonesia > 183 hari dalam 1 tahun atau OP yang setahun
pajak di Indo dan ada niat tinggal di Indo, pajak subjektif dimulai saatia
berada di Indo
 Subjek pajak OP tidak bertempat tinggal di Indonesia < 183 hari dalam 1
tahun, pajak subjektif dimulai saat ia menjalankan usaha di Indo
 Subjek pajak OP tidak bertempat tinggal di Indonesia < 183 hari dalam 1
tahun, pajak subjektif dimulai saat ia memperoleh penghasilan dari Indo
o Badan
 Badan yang didirikan di Indo, pajak subjektif berlakku saat badan tersebut
didirikan di Indo
 Badan yang tidak didirikan di Indo, tapi dapat penghasilan dari Indo tanpa
BUT, pajak subjektif berlakku saat badan tersebut memperoleh pendapatan
dari Ino
o Warisan
 Saat timbulnya warisan yang belum terbagi
 Akhir Kewajiban Pajak subjektif :
o Orang pribadi
 Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indo, kewajiban pajak subjektif
berakhir saat ia meningga dan meninggalkan Indo selamanya
 Subjek pajak OP di Indonesia > 183 hari dalam 1 tahun atau OP yang setahun
pajak di Indo dan ada niat tinggal di Indo, kewajiban pajak subjektif berakhir
saat ia tidak menjalankan usaha di Indo
 Subjek pajak OP tidak bertempat tinggal di Indonesia < 183 hari dalam 1
tahun, kewajiban pajak subjektif berakhir saat ia tidak menjalankan usaha di
Indo
 Subjek pajak OP tidak bertempat tinggal di Indonesia < 183 hari dalam 1
tahun, kewajiban pajak subjektif berakhir saat ia tidak menerima
penghasilan dari Indo
o Badan
 Badan yang didirikan di Indo, pajak subjektif berakhir saat badan tersebut
bubar dan tidak berkegiatan di Indo
 Badan yang tidak didirikan di Indo, tapi dapat penghasilan dari Indo tanpa
BUT, pajak subjektif berakhir saat badan tersebut tidak menerima
penghasilan dari Indo
o Warisan
 Saat warisan sudah terbagi
 Pengecualian Pajak
o Badan perwakilan LN
o Pejabat Diplomatik
o Organisasi Internasional yang ditetapkan Kemenkeu
o Pejabat perwakilan organisasi internasional
 Objek Pajak PPh
o Penghasilan yang diterima dari pekerjaan berdasar hubungan kerja dan kerja bebas
o Penghasilan dari usaha dan kegiatan
o Penghasilan dari Modal
o Penghasilan lain” kaya hadiah, pembebasan utang, dll
o Jenisnya bisa dilihat hal 52 – 56
 PPN dan PPnBM
o PPN : pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atas impor BKP atau JKP yang
dilakukan PKP dan dapat dikenakan berxx setiap ada pertambahan nilai dan dapat
dikreditkan.
 Subjek PPN : PKP
 Objek PPN : akeh delok dw hal 57
 Barang yang dikecualikan : tambang, kebutuhan pokok, makan dan minum
di hotel, uang emas surat berharga.
 JKP : akeh delok dw hal 58
o PPnBM : dikenakan thd penyerahan atau impor barang berwujud yang tergolong
mevvah. Hanya dikenakan 1x saat pabrikan atau saat impor dan tidak dapat
dikreditkan
 Subjek pajak : PKP yang menghasilkan BKP mevvah atau PKP yang impor
barang mevvah.
 Objek pajak : penyerahan barang berwujud yang tergolong mevvah dan
impor barang mevvah
 PBB
o PBB : pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terhutnag ditentukan
keadaan objek yaitu bumi/tanah/bangunan. Keadaan subjek ra penting blas
o Subjek Pajak
 Mempunyai hak atas bumi
 Mempunyai manfaat atas bumi
 Memiliki, menguasai atas bangunan
 Memperoleh manfaat bangunan
o Objek PBB
 Bumi : permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi dibawahnya
 Bangunan : konsntruksi Teknik yang nancep atau dilekatkan permanen
o Objek Pengecualian
 Bangunan kepetingan umum : masjid, sekolah, candi dll
 Kuburan
 Hutan lindung, suaka, hutan wisata, taman nasional
 Gedung diplomatic berdasar asas timbal balik
 BPHTB
o BPHTB : pajak yang dikenakan ataas perolehan hak atas tanah dan bangunan yang
selanjutnya disebut pajak
o Subjek pajak : OP atau badan memperoleh hak atas tanah dan bangunan.
o Objek pajak : Pemindahan (JB, hibah, barter, hadiah, wasiat) dan pemberian hak
baru.
o Jenis BPHTB : Hak milik, HGU, HGB, hak pakai, hak milik
o Objek pajak pengecualian
 Perwakilan diplomatik dg asas timbal balik
 Penyelanggaaan pemerintahan
 Badan perwajuan internasional
 Wakaf, waris, fasilitas ibadah
 Bea Materai
o Pemateraian : suatu cara pelunasan bea materai yang dilakukan oleh pejabat pos
o Subjek bea materai : pihak yang mendapat manfaat dari dokumen
o Objek : dokumen
 Surat perjanjian sbg alat pembuktian yang bersifat perdata
 Akta notaris dan PPAT
 Surat yang mencantumkan duid > 250 K (penerimaan, pembukuan, info
saldo dll)
 Surat berharga (wesel, promes, aksep dan cek) nominal > 250 K
 Efek dg nominal > 250 K
o Pengecualian
 Dokumen simpan barang, konosemen dll
 Ijazah
 Tanda terima gaji
 Kwitansi

Bab 6

Tarif Pajak : tarif adalah salah satu cara mencapai keadilan

 Tarif tetap : tarif pajak yang jumlah nominal tetap walaupun DPP berbeda. Ex : bea materai
 Tarif proporsional : tarif pajak dengan presentase tetap. Jumlah pajak terutang berubah
sebanding dengan kenaikan DPP
 Tarif Progresif : tarif pajak yang presentasenya semakin besar jika DPP meningkat
o Progresif-Proporsional : tarif pajak semakin meningkat sejalan dengan kenaikan DPP
o Progresif-Progresif : tarif pajak meningkat disertai pertumbuhan tarf yang meningkat
sejalan dengan DPP meningkat
o Progresif-Degresif : tarif pajak semakin naik tapi pertumbuhan tarif turun dengan
peningkatan DPP
 Tarif Degresif : tarif pajak presentase semakin kecil jika DPP naik.
o Degresif-Proporsional : tarif pajak yang presentase semakin kecil jika DPP meningkat
o Degresif-Progresif : tarif pajak yang presentase semakin turun jika DPP meningkat
dan besar penurunan tarifnya semakin besar.
o Degresif-Degrsif : tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika DPP meningkat
dan besar penuruan tarif semakin kecil.
 Sistem Tarif : tiap negara punya tarif beda.
o PPh pake tarif progresif
o PPN tarif proporsional
o PBB dan BPHTB tarif bentham
 Tarif Ad valorem : suatu tarif dengan presentase tertentu yang ditetapkan pada harga/nilai
barang
 Tarif spesifik : tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu
satuan jenis barang tertentu

Bab 7

 Hukum administrasi : sanksi administrasi berupa denda, bunga dan tambahan pokok pajak
yang dijatuhkan fiscus
 Hukum pidana : denda pidana maupun hokum penjara yang ditetapkan hakim
 Peradilan administrasi pajak
o Tidak murni : hanya 2 pihak WP dan Fiskus. FIskus pihak yang bersengketa sekaligus
pihak yang mengambil keputuan.
o Murni : 3 pihak dilibatkan, WP, Fiskus dan hakim. Pihak yang bersengketa Fiskus dan
WP, hakim yang menentukan.
 Keberatan dan Banding
o Keberatan : jika WP keberatan dalam SKP atau atas pemotongan pihak ketiga dapat
mengajukan keberatan pada DJP melalui KPP dimana WP tersangkut terdaftar. Juga
bisa protes terhadap surat keterangan pajak
o Syarat pengajuan :
 tertulis dalam bhs indo mengemukankan jmlh pajak terutang, jmlh pajak
dipungur atau jumlah kerugian menurut WP dg alas an yang kuat.
 Protes terhadap surat ketetapan ada syarat minimal pajak terhutang harus
dibayar dulu
 Jika WP keberatan diberi tambahan waktu pelunasan 1 bulan
 Jika WP banding atas keputusan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
saat pengajuan keberatan
 Satu jenis keberatan diajukan utk satu jenis dan satu tahun masa pajak
o Keputusan : paling lama 12 bulan sejak surat keberatan diterima, selanjutnya SK
harus diterbitkan max 3 bulan. Kalau lebih banding WP dikabulkan
o Sanksi : jikab keberatan tertolak atau dikabulkan setengah, WP dedenda 50 % dari
utang pajak keberatan dikurangi pajak yang dibayar sebelum keberatan. Kalau
banding ditolak, dedenda 100 %.
 Banding
o Pengadilan pajak adalah bdan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
bagi WP
o Sengketa pajak : sengketa yang terjadi antara WP dengan apparat perpajakan atas
keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan
o Sisanya baca sendiri

Sisanya bisa kalian baca ya ges, ini sekarang udh mau jam 2 malam.
Point penting amandemen PPh UU No 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

1. PPh pertama kali diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1983, UU No 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan menggantikan UU tsb.
2. Penambahan pada pasal 1
(1a) Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan subjek pajak badan.
3. Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan membayar pajak berdasarkan
kemampuan dan kondisinya. Dalam Pasal 2, subjek pajak adalah orang pribadi atau
perseorangan dan warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan.
Badan yang berbentuk perseroan terbatas, perseroan komanditer, yayasan, badan usaha
milik negara atau daerah, dan persekutuan lainnya, juga termasuk sebagai subjek pajak.
Selain kedua pihak tersebut, bentuk usaha tetap juga dimasukkan dalam kelompok subjek
pajak.
4. Objek pajak : Perubahan yang dimuat dalam UU No 36 Tahun 2008 adalah dihapusnya poin
pada huruf j ayat (3). Poin ini membahas tentang bagian yang tidak termasuk objek pajak.
Awalnya, bagian ini berbunyi, “Penghasilan yayasan dari modal sepanjang penghasilan itu
semata-mata digunakan untuk kepentingan umum.”
5. PKP : Pada ketentuan terbaru, ada beberapa biaya tambahan lain yang dimasukkan dalam
poin ini, yaitu sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, sumbangan
untuk penelitian dan pengembangan di Indonesia, sumbangan fasilitas pendidikan,
sumbangan pembinaan olahraga, dan biaya pembangunan infrastruktur sosial.
6. PTKP : terdapat Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI No. 101/PMK.010/2016 tentang
Penyesuaian PTKP. Dalam aturan baru ini, jumlah PTKP untuk wajib pajak orang pribadi
adalah Rp54.000.000.
7. Dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983, ketentuan tentang pajak dari penghasilan
suami istri belum ditetapkan secara detail. Oleh karena itu, poin ini disempurnakan dalam
UU No 36 Tahun 2008, khususnya pada ayat (2) dan (3).

Dalam ayat (2) tertulis bahwa penghasilan suami istri akan dikenakan pajak secara terpisah
apabila suami istri hidup secara terpisah berdasarkan putusan hakim, dikehendaki secara
tertulis oleh keduanya, atau dikehendaki oleh istri yang memilih untuk membayar pajak
sendiri.

Sementara itu, dalam ayat (3) tertulis bahwa penghasilan neto suami dan istri dalam ayat (2)
adalah berdasarkan penggabungan penghasilan neto keduanya. Besar pajak akan dihitung
berdasarkan perbandingan penghasilan neto tersebut. Ketentuan pada ayat (3) ini tidak
berlaku untuk suami istri yang hidup secara terpisah.

8. Ketentuan lain : Ketentuan lain yang diatur dalam UU No 36 Tahun 2008 adalah Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap.
Dalam ayat (1) ditetapkan poin apa saja yang tidak boleh dikurangkan pada PKP wajib pajak
di dalam negeri seperti pembagian laba, biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, serta pembentukan dan pemupukan dana cadangan.

Untuk KUP No 28 Tahun 2007 bisa dibaca sendiri, aku gk tau wujud soal kaya apa

Poin penting amandemen KUP No 16 Tahun 2019

Pasal 37A

(1)

Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih
besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-
Undang ini, dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Keputusan perubahan

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menghadapi dampak krisis keuangan global,


sangat mendesak untuk memperkuat basis perpajakan nasional guna
mendukung penerimaan negara dari sektor perpajakan yang lebih
stabil;

b. bahwa pelaksanaan Pasal 37A ayat (1) Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6
   
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sangat efektif untuk memperkuat basis perpajakan nasional;

    c. bahwa karena masih banyak masyarakat yang ingin memanfaatkan


fasilitas pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
perpajakan sebagaimana diatur dalam Pasal 37A ayat (1) Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, sehingga Presiden menetapkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
memberikan perpanjangan waktu yang merupakan langkah tepat
untuk memperkuat basis perpajakan nasional;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
   
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi
Undang-Undang;

Peraturan DJP No 16 Tahun 2016

Dengan kenaikan PTKP per Tahun, sebesar Rp. 54.000.000,00 per tahun atau Rp 4.500.000,00 per
bulan, maka aturan tentang bagaimana menghitung PPh Pasal 21 juga berubah.

Peraturan PPh Pasal 21 yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 16/PJ/2016 untuk
menggantikan peraturan lama, yaitu PER - 32/PJ/2015.

Hub Pajak dengan Zakat

Dalam UU Pajak No. 17 Tahun 2000, Pasal 9 Ayat 1 poin g. harta yang dihibahkan bantuan atau
sumbangan dan warisan sebagaimana maksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b, kecuali
zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan WP muslim kepada badan amil zakat yg
disahkan pemerintah. Zakat yang dibayarkan pada BAZ dan LAZ sah sebagai pengurang PKP. Zakat
dihitung sesuai aturan islam (2,5%) kemudian hasilnya dikurangkan ke PKP.

Setelah mengkaji perbedaan zakat dan pajak, ternyata zakat tidak dapat digantikan oleh pajak.
Walaupun sasaran negara dicapai sepenuhnya oleh pajak. Zakat timbul atas ibadah dengan
kemurnian hati karena Allah. Zakat adalah penghubung seorang hamba dengan Khaliqnya yang tidak
bisa digantikan dengan system apapun. Zakat adalah instrument social religious yang unik, mulai dari
niat menyerahkan, mengumpulkan dan mendistribusikan. Maka apapun yang diambil negara dalam
konteks bukan zakat tidak bisa diniatkan oleh seorang Muslim sebagai zakat hartanya.

Demikian pula setiap pribadi Muslim wajib melaksanakannya walaupun dalam kondisi pemerintah
tidak memerlukannya atau tidak mewajibkannya lagi. Adalah suatu hal yang sangat berbahaya, bila
kita diperbolehkan untuk mengganti zakat dengan pungutan-pungutan lainnya, niscaya hukum wajib
zakat akan hilang dan sedikit demi sedikit akan sirna dari kehidupan setiap orang, seperti hal telah
lenyapnya zakat dari undang-undang pemerintahan saat ini.

(perhitungan zakat hanya boleh menggunakan pendapatan bruto yang non-final, artinya segala
pendapatan yang dilakukan dari usaha)

Anda mungkin juga menyukai