PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan gedung–gedung baru cenderung bertingkat, hal ini sebagai
solusi semakin sempitnya lahan tanah yang ada. Namun disisi lain, dengan semakin
banyak berdirinya bangunan bertingkat, beberapa permasalahan mengenai keamanan
bangunan menjadi hal penting untuk diperhatikan, karena bangunan bertingkat lebih
beresiko mengalami gangguan, baik gangguan secara mekanik maupun gangguan
alam. Salah satu dari gangguan mekanik bisa dimungkinkan kerobohan gedung
karena kurang kokoknya bangunan, sedangkan gangguan alam yang sering terjadi
adalah terkenanya sambaran petir.
Secara geografis letak Indonesia yang dilalui garis katulistiwa menyebabkan
Indonesia beriklim tropis, akibatnya Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun
yang sangat tinggi. Dengan demikian bangunan – bangunan di Indonesia memiliki
resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat terkena sambaran petir. Kerusakan
yang ditimbulkan dapat membahayakan peralatan serta manusia yang berada di dalam
gedung tersebut. Petir merusak struktur yang terbuat dari bahan, seperti batu, kayu,
beton dan baja yang dapat mengalirkan arus listrik yang tinggi dari petir sehingga
dapat memanaskan bahan dan akan menyebabkan potensi kebakaran atau kerusakan
berbahaya lainnya.
Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan dari sambaran petir
maka perlu dipasang sistem pengaman pada gedung bertingkat. Sistem pengaman itu
salah satunya berupa sistem penangkap petir beserta pentanahannya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ternyata permasalahan
yang ada masih kompleks. Oleh karena itu, identifikasi masalah akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Apa itu petir
2. Mengapa terjadi petir?
3. Apa yang disambar petir?
4. Apa yang dimaksud system penangkap petir?
5. Mengapa system penangkap petir harus ada di bangunan gedung?
6. Bagaimana system penangkap petir dapat menetralisir bahaya petir?
7. Bagaimana memasang system penangkap petir?
8. Bagaimana system penangkap petir yang baik?
9. Apa itu Arrester?
10. Apa jenis jenis Arrester?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan mengangkat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa dampak dari sambaran petir?
2. Mengapa gedung harus menggunakan system penangkap petir?
3. Bagaimana kontruksi pemasangan system penangkap petir di gedung?
4. Penjelasan tentang Arrester?
5. Penjelasan tentang sistem grounding yang baik?
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat mencapai tujuan
sebagai berikut :
1. Menambah wawasan mahasiswa tentang sistem penangkap petir.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dampak dari bahaya petir jika bangunan tidak
dipasang system penangkap petir.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kontruksi pemasangan system penangkap petir.
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara memasang dan menentukan nilai tahanan
pada system grounding.
a. Efek Listrik
Ketika arus petir melalui kabel penyalur (konduktor) menuju resistansi
elektroda bumi instalasi penangkap petir, akan menimbulkan tegangan jatuh resistif,
yang dapat dengan segera menaikan tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang
tinggi dibanding dengan tegangan bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien
tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi, yang sangat berbahaya bagi makluk
hidup. Dengan cara yang sama induktansi sistem proteksi harus pula diperhatikan
karena kecuraman muka gelombang pulsa petir. Dengan demikian tegangan jatuh
pada sistem proteksi petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif dan
induktif
c. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal pelepasan
muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui
arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah sangat singkat dan pengaruhnya
pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan. Pada umumnya luas penampang
konduktor instalasi penangkap petir dipilih terutama umtuk memenuhi persyaratan
kualitas mekanis, yang berarti sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan
temperatur 1 derajat celcius.
d. Efek Mekanis
Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang berdekatan
atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam akan menimbulkan gaya mekanis
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA – CEVEST BEKASI 5
yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek
mekanis lain ditimbulkan oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur
udara yang tiba-tiba mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara
disekitar jalur muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas logam diganti
dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul akan meningkatkan sekitar
ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan
yang dilindungi.
R = A+B+C+D+E
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai indeks
akan semakin besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu bangunan sehingga
semakin besar kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.
6 0
17 3
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10
2 0
4 1
8 2
16 3
64 5
128 6
256 7
D. Arrester
Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik menyalurkan energinya
melalui saluran transmisi udara dimana saluran transmisi tenaga listrik yang terpasang
di udara ini sangatlah rentanterhadap gangguan yang disebabkan oleh sambaran petir.
Sambaran petir ini akan menghasilkangelombang berjalan (Surja Tegangan) pada
saluran transmisi dan pada akhirnya dapat masuk kepusat pembangkit tenaga listrik.
Oleh alasan ini, dalam pusat pembangkit tenaga listrik harusdilengkapi
dengan lightening arrester (penangkap petir).
Gelombang berjalan (surja tegangan) selain dihasilkan oleh gangguan petir,
juga dapatterjadi karena adanya pembukaan dan penutupan pemutus tenaga listrik
(Open Closing Circuit Breaker) atau adanya switching pada jaringan tenaga listrik.
Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kV (500 kV
untuk standar tranmisi udara tegangan ekstra tinggi/SUTET di Indonesia), surja
tegangan ini lebih banyak disebabkan oleh switching tenaga listrik padajaringan
dibandingkan yang disebabkan oleh gangguan petir.
Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian
instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya
harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan
setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator. Hal ini
perlu karena pada petir yang merupakan gelombang berjalanmenuju ke transformator
akan melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka (karenatransformator
mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan
saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti transformator dapat
mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang.
Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin
dengan transformator.
Lightening arrester ini akan bekerja pada tegangan tertentu di atas dari
tegangan operasi yang berfungsi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan
berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi
arus pada tegangan operasi. Perbandingan dua tegangan ini disebut juga rasio proteksi
arrester. Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan
3. JENIS-JENIS ARRESTER
Adapun jenis-jenis arrester di kelompokan menjadi dua yaitu sebabagai berikut:
a. Arrester jenis ekspulsi (expulsion type) atau tabung pelindung (protector tube)
b. Arrester katup (valve type)
Untuk jenis arrester sendiri terdiri dari beberapa jenis seperti di bawah ini:
1. Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung.
TAHANAN JENIS
No JENIS TANAH TANAH( ohm.meter
. )
ELEKTRODA BATANG
PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis
tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali
sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda
ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :
Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan
mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat atau cokas.
Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang mana
akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat kimia yang biasa di pakai
adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper sulfat.
1) Menggunakan bentonite
Campuran bentonite tersebut dapat menghasilkan tahanan jenis tanah yang
rendah. Dengan menanamkan campuran bentonite tersebut disekeliling elektroda
maka tahanan pentanahandapat diperkecil 1/10 – 1/15 kali.
Bahan: bentonite jenis bleaching earth, air dan garam CaCL2.
Adonan: setiap 1 kg bentonite dicampur dengan 111 gram garam CaCL2 dan
air sebanyak 2 liter.
Banyaknya adonan sesuai dengan lubang yang dibuat, asal sesuai dengan
perbandingan tersebut diatas.
4) Menggunakan garam
Bahan: garam NaCL atau CaCL2 atau CuSO4
Adonan: campur sejumlah garam dengan air
Pemasangan: Buat parit disekeliling kutub pentanahan, tuangkan cairan air
garam dan tutup kembali.
A. Pertanyaan
1. Sistem penangkap petir sangat penting untuk bangunan bergedung tinggi untuk
menghindari dari bahaya petir. Apakah akibat yang disebabkan oleh sambaran
petir jika gedung tinggi tidak menggunakan system penangkap petir?
2. Dalam pemasangan grounding kita diharuskan untuk mendapatkan nilai tahanan
maksimal 5 ohm. Sebutkan cara cara untuk mengurangi nilai tahanan grounding?
3. Arrester merupakan bagian dari system penangkap petir yang berfungsi meredam /
memotong tegangan surja sebelum dialirkan ke grounding. Sebutkan jenis jenis
dari arrester?
B. Kesimpulan
Sistem Penangkap Petir (SPP) sangat penting digunakan untuk melindungi
bangunan, terutama yang tinggi. Karena begitu dasyatnya akibat yang disebabkan
oleh sambaran petir bahkan dapat penghancurkan gedung tersebut. Maka dalam
pemasangan instalasi SPP harus memperhatikan semua faktor yang ada seperti niai
tahanan yang maksimal 5 Ω, karena jika di atas 5 Ω maka dapat merusak peralatan
elektronik dan membahayakan manusia yang terdapat di dalam gedung tersebut.