Teologi - Islam - Kelompok - 4 - Fisika - 3 STB - 2019
Teologi - Islam - Kelompok - 4 - Fisika - 3 STB - 2019
Disusun Oleh:
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Maha Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
Muhammad Roni, M.A selaku dosen mata kuliah Teologi Islam yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah ini bisa menambah
lainnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan dan kritikan
serta saran dari teman-teman semua agar makalah ini menjadi lebih
sempurna.
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam sehari-hari. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan..................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................... 2
A. Kesimpulan.................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam Islam pada dasarnya berawal dari menyikapi permasalahan politik yang
pada saat itu terjadi diantara umat Islam, yang akhirnya merebak pada persoalan
Teologi dalam Islam. Tegasnya adalah persoalan ini bermula dari permasalahan
Khilafah, yakni tentang siapa orang yang berhak menjadi Khalifah dan bagaimana
mekanisme yang akan digunakan dalam pemilihan seorang Khalifah. Di satu sisi
umat Islam masih ingin mempertahankan cara lama bahwa yang berhak menjadi
Khalifah secara turun temurun dari suku bangsa Quraisy saja. Sementara di sisi
lain umat islam menginginkan Khalifah dipilih secara demokrasi, sehingga setiap
umat Islam yang memiliki kapasitas untuk menjadi Khalifah bisa ikut dalam
pemilihan.
kepercayaan dari Allah SWT. Untuk mengemban Amanah yang sangat berat. Dia
menyembah dan beribadah kepada Allah SWT., untuk itu manusia dituntut untuk
1
Ego kesukuan dan kelompok yang saling mementingkan kelompok masing-
masing, memuncak pada masa kekhalifahan Usman Bin Affan, yaitu pada tahun
ke 7 kekhalifahan Usman sampai masa Ali Bin Abi Thalib yang mereka anggap
masalah inilah persoalan politik merebak ke ranah teologi dalam Islam. Dalam
makalah ini Penulis membahas tentang Sejarah, Tokoh dan Ajaran Pokok
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
meninggalkan barisannya, karena tidak setuju dengan sikap ‘Ali Ibn Thalib’
tentang khilafah dengan Mu’awiyyah Ibn Abi Sufyan. Nama Khawarij berasal
dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka, karena
mereka keluar dari barisan ‘Ali. Tetapi ada pula pendapat yang mengatakan
bahwa pemberian nama itu didasarkan atas ayat 100 dari Surat Al-Nisa’, yang
dalamnya disebutkan : “Ke luar dari rumah lari kepada Allah dan RasulNya”.
Dengan demikian kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang
Yasri (menjual), sebagaimana disebutkan dalam ayat 207 dari surah Al-Baqarah:
Maksud nya mereka adalah orang yang sedia mengorbankan diri untuk Allah.
Nama lain yang diberikan kepada mereka ialah Hururiah, dari kata Hurura, satu
desa yang terletak di dekat kota Kufah, di Irak. Ditempat inilah mereka, yang
pada waktu itu berjumlah dua belas ribu orang, berkumpul setelah memisahkan
diri dari ‘Ali’. Disini mereka memilih ‘Abdullah Ibn Wahb Al-Rasidi menjadi
Imam mereka sebagai ganti dari ‘Ali Ibn Thalib. Dalam pertempuran dengan
3
kekuatan ‘Ali mereka mengalami kekalahan besar, tetapi akhirnya seorang
Pemegang-Pemegang kekuasaan yang ada pada waktu itu mereka anggap telah
menyeleweng dari Islam dan oleh karena itu mesti ditentang dan dijatuhkan.
berlawanan dengan paham yang ada di waktu itu. Mereka lebih bersifat
demokratis, karena menurut mereka Khalifah atau Imam harus dipilih secara
bebas oleh seluruh umat Islam. Yang berhak menjadi khalifah bukanlah anggota
suku bangsa Quraisy saja, bahkan bukan hanya orang Arab , tetapi siapa saja
yang sanggup asal orang Islam, sekalipun ia hamba sahaya yang berasal dari
bersikap adil dan menjalankan syari’at Islam. Tetapi kalau ia menyeleweng dari
Dalam hubungan ini, khalifah atau pemerintahan Abu Bakri dan ‘Umar Ibn
Al-Khattab secara keseluruhan dapat mereka terima. Bahwa kedua khilafah ini
diangkat dan bahwa kedua nya tidak menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam,
mereka akui. Tetapi ‘Usman Ibn ‘Affan mereka anggap telah menyeleweng
mulai dari tahun ke tujuh dari masa khalifahnya, dan ‘Ali juga mereka
4
Sejak waktu itulah ‘Usman dan Ali bagi mereka telah menjadi Kafir;
demikian pula halnya dengan Mu’awiyyah, ‘Amr Ibn al-As, Abu Musa al-Asy’ari
serta semua orang yang mereka anggap telah melanggar ajaran Islam.
Disini kaum khawarij memasuki persoalan kufr : siapakah yang disebut kafir dan
keluar dari Islam? Siapakah yang disebut mukmin dan dengan demikian tidak
keluar dari, tetapi tetap dalam islam? Persoalan-persoalan ini bukan lagi
merupakan persoalan politik, tetapi persoalan teologi. Pendapat tentang siapa yang
sebenarnya masih Islam dan siapa yang telah keluar dari Islam menjadi Kafir serta
soal-soal yang bersangkut paut dengan hal ini tidak selamanya sama. Sehingga
Hidup di padang pasir yang serba tandus membuat mereka bersifat sederhana
dalam cara hidup dan pemikiran. Tetapi keras hati dan bersikap merdeka, tidak
bergantung pada orang lain. Perubahan agama tidak membawa perubahan dalam
sifat-sifat ke Badawian mereka. Mereka tetap bersikap bengis, suka kekerasan dan
tak gentar mati. Sebagai orang Badawi mereka tetap jauh dari ilmu pengetahuan .
Ajaran-ajaran Islam, sebagai terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis., mereka artikan
menurut lafadz nya dan harus dilaksanakan sepenuhnya. Oleh karena itu iman dan
paham mereka merupakan iman dan paham orang yang sederhana dalam
pemikiran lagi sempit akal serta fanatik. Iman yang tebal, tetapi sempit ditambah
dengan sifat fanatik ini membuat mereka tidak bisa mentolelir penyimpangan
5
Kelompok Khawarij menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak
pantas. Jalan pintas yang di tempuh adalah membunuhnya, termasuk orang yang
membunuh mereka. Dibuat pula doktrin teologi tentang dosa besar. Akibat
sebagian besar sudah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan
Arabia Selatan.
dipengaruhi oleh sisi budaya yang juga radikal. Hal lain yang menyebabkan
radikalitas itu adalah asal usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan
pengembara padang pasir tandus. Hal itu telah membentuk watak dan tata
pikirannya menjadi keras, berani, tidak bergantung kepada orang lain, bebas dan
tidak gentar hati. Akan tetapi, mereka fanatik dalam menjalankan agama.
berdasarkan data dan konsistensi logis; bersandar lebih banyak pada sumber pesan
(wadah) dari pada isi pesan; mencari informasi tentang kepercayaan orang lain
dari sumber kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan orang lain;
6
Pengikut aliran khawarij ini dibagi kedalam 5 (lima) sekte yaitu:
A. Al –Muhakkimah
Bagi mereka arbirase yang dilakukan oleh pihak Ali dan Mu’awiyyah
dosa besarsperti berzinah, membunuh adalah kafir karena itu dianggap telah
B. Al-Azariqah
Sekte Khawarij yang dapat menyusun barisan besar setelah sekte Al-
sekte ini dinisbatkan dengan nama pimpinan yang mereka angkat yaitu Nafi
bin al-Azraq.
dipandang sebagai musyirik. Bahkan lebih dari itu, orang muslim yang
sepaham dengan al-Azariqah sendiripun jika tidak mau hijrah dan bermukim
C. Al-Nazdat
Abu Fudaik dan beberapa orang lainnya yang semula merupakan pengikut
Setelah pemisahan diri dari Abu Fudaik dan rombongan pergi ke Yammah.
7
Nazdah bin Amir Al-Hanafi yang ingin menggabungkan diri dengan sekte
baru dengan mengangkat Nazah sebagai pemimpin. Sekte baru inilah yang
Sekte al-Nazdah ini berpendapat bahwa orang yang berdosa besar dan
menjadi kafir sehingga kekal di dalam neraka hanyalah orang islam yang
D. Al-Azaridah
pada suatu ketika mereka ini memisahkan diri dari sekte al-Nazdah.
‘Athiyah al-Hanafi mempunyai seorang teman bernama Abdul Karim bin al-
Azrad dan setelah mereka meisahkan diri dari sekte al-Nazdah, mereka
sepakat dengan Abdul Karim bin al-Azrad membentuk sekte baru serta
baru mereka dirikan itu disebut sekte al-Azaridah, dinisbatkan dengan nama
pimpinannya.
8
keberadaan Surat Yusuf sebagai bagian dari Kitab Suci al-Qur’an karena
menurut mereka sebagai kitab suci yang merupakan wahyu Allah, tidak
mengakui keberadaan surat Yusuf sebagai bagian dari al-Qur’an, umat islam
E. Al-Sufriyah
Pemimpin sekte ini adalah Zaid bin al-Asfar. Pendapat sekte ini oleh para
dibunuh.
3. Daerah golongan Islam yang tidak sefaham dengan mereka tidak “dar
arti term kafir tidak selamanya harus berarti keluar dari Islam.
F. Al-Ibadiyah
Nama sekte ini dinisbatkan dengan nama pimpinannya yaitu Abdullah bin
Ibad, tokoh yang memisahkan diri dari sekte al-Azariqah pada tahun 686
M. Mereka ini merupakan sekte Khawarij yang paling moderat dari semua
9
sekte-sekte Khawarij lainnya, karena itu sekte ini masih ada sampai
1. Orang muslim yang tidak sefaham mereka dengan mereka bukan kafir
yang keluar dari Islam dan bukan pula musyirik, tetapi kafir nikmat.
3. Yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda dan senjata. Emas
10
B. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam Al-Murjiah
Nama Murji’ah berasal dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan,
kepada para pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan Allah Swt.
Selain itu irja’a juga memiliki arti meletakkan dibelakang atau mengemudikan,
yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena itu, Murji’ah
yakni Ali dan Mu’awiyyah serta pasukan masing-masing ke hari kiamat kelak.
Teori pertama mengatakan bahwa gagasan Irja’a atau arja dikembangkan oleh
sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam
Khawarij.
Murji’ah, muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh
cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad, Al-Hanafiyah, sekitar tahun
695.
oleh pertikaian sipil. Al-Mukhtar membawa paham Syiah ke Kufah dari tahun
dibawah kekuasaan islam. Sebagai respon dari keadaan ini, muncul gagasan Irja
695 oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah,
11
dalam sebuah surat pendeknya. Dalam surat ini Al-Hasan menunjukkan sikap
politiknya dengan mengatakan, “Kita mengakui Abu Bakar dan Umar, tetapi
menangguhkan keputusan atas persoalan yang terjadi pada konflik sipil yang
pertama yang melibatkan Utsman, Ali dan Zubair.” Dengan sikap politik ini, Al-
para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari Khawarij yang menolak mengaku
Teori yang lain mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan Ali dan
Mu’awiyah, dilakukan Tahkim atas usulan Amr bin Ash, pengikut Mu’awiyah.
Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yang pro dan kontra. Kelompok
akhirnya keluar dari Ali, yaitu kelompok Khawarij, yang memandang bahwa
melakukan dosa besar dan pelakunya dapat dihukumi kafir. Pendapat ini ditolak
oleh sebagian sahabat yang kemudian disebut Murji’ah yang mengatakan bahwa
pembuat dosa besar tetaplah mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan
1. Murji’ah Sunnah : kelompok ini adalah yang meyakini bahwa para pelaku
dosa yang telah di lakukan, mereka tidak kekal di neraka dan boleh saja
keutamaan yang Allah berikan kepada siapa saja yang Allah kehendaki”.
2. Murji’ah Bi’dah : Mereka inilah yang disebut dalam banyak istilah Murji’ah.
12
1. Murji’ah Al-Jabariah : mereka adalah pengikut Jaham bin Sofwan, mereka
pengucapan dengan lisan dan amalan soleh bukanlah bagian dari iman.
13
2. Dari As-Sunnah
BAB III
PENUTUP
14
A. Kesimpulan
Secara etimologis kata Khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja
Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan irja atau arja’a yang
politik netral atau nonblok, yang hampir selalu di ekspresikan dengan sikap
DAFTAR PUSTAKA
15
Nasution, Harun. 2015. Teologi Islam. Jakarta: UI-Press.
16