Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Aliran Ilmu Kalam Al-Khawarij Dan Murjiah


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Teologi Islam”

Dosen Pengampu : Muhammad Roni, M.A

Disusun Oleh:

NINDYA MIRANDANI PRATIWI (0705192035)

RAHMAD MAULANA MANURUNG (0705192040)

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ILMU KALAM AL-

KHAWARIJ DAN MURJI’AH”. Sehingga makalah ini dapat kami selesaikan

tepat pada waktunya. Dan kami sangat berterimakasih kepada Bapak

Muhammad Roni, M.A selaku dosen mata kuliah Teologi Islam yang telah

memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah ini bisa menambah

pengetahuan kepada para pembaca.

Kami menyadari dalam proses pembuatan makalah ini masih terdapat

kekurangan, baik dalam segi kosakata, tata bahasa maupun kekurangan

lainnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan dan kritikan

serta saran dari teman-teman semua agar makalah ini menjadi lebih

sempurna.

Demikian yang kami sampaikan, kami berharap semoga makalah ini

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam sehari-hari. Akhir kata kami ucapkan

terimakasih.

Medan, 2 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan..................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................... 2

A. Sejarah Munculnya Aliran Al-Khawarij..................................... 2

B. Sejarah Munculnya Aliran Murji’ah…………………………... 11

BAB III : PENUTUP............................................................................. 15

A. Kesimpulan.................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya beberapa golongan dan aliran

dalam Islam pada dasarnya berawal dari menyikapi permasalahan politik yang

pada saat itu terjadi diantara umat Islam, yang akhirnya merebak pada persoalan

Teologi dalam Islam. Tegasnya adalah persoalan ini bermula dari permasalahan

Khilafah, yakni tentang siapa orang yang berhak menjadi Khalifah dan bagaimana

mekanisme yang akan digunakan dalam pemilihan seorang Khalifah. Di satu sisi

umat Islam masih ingin mempertahankan cara lama bahwa yang berhak menjadi

Khalifah secara turun temurun dari suku bangsa Quraisy saja. Sementara di sisi

lain umat islam menginginkan Khalifah dipilih secara demokrasi, sehingga setiap

umat Islam yang memiliki kapasitas untuk menjadi Khalifah bisa ikut dalam

pemilihan.

Manusia dalam kedudukannya sebagai Khalifah Fil Ardli mendapat

kepercayaan dari Allah SWT. Untuk mengemban Amanah yang sangat berat. Dia

diciptakan bersama-sama dengan jin, dengan tujuan untuk senantiasa

menyembah dan beribadah kepada Allah SWT., untuk itu manusia dituntut untuk

mendalami, memahami serta mengamalkan pokok-pokok agamanya (Ushuluddin)

Dan juga cabang-cabangnya. sehingga manusia mampu menentukan jalan

hidupnya sesuai dengan amanah yang dibebankan kepadanya.

1
Ego kesukuan dan kelompok yang saling mementingkan kelompok masing-

masing, memuncak pada masa kekhalifahan Usman Bin Affan, yaitu pada tahun

ke 7 kekhalifahan Usman sampai masa Ali Bin Abi Thalib yang mereka anggap

sudah menyeleweng dari ajaran Islam. Sehingga terjadilah saling bermusuhan,

bahkan pembunuhan sesama umat Islam.

Masalah pembunuhan adalah dosa besar dalam Islam, dalam menyikapi

masalah inilah persoalan politik merebak ke ranah teologi dalam Islam. Dalam

makalah ini Penulis membahas tentang Sejarah, Tokoh dan Ajaran Pokok

golongan Khawarij dan Murjiah yang muncul karena terjadinya permasalan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan munculnya kaum khawarij dan murji’ah ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui munculnya aliran khawarij dan murji’ah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam Al-Khawarij

Kaum Khawarij terdiiri atas pengikut-pengikut ‘Ali Ibn Thalib’ yang

meninggalkan barisannya, karena tidak setuju dengan sikap ‘Ali Ibn Thalib’

dalam menerima arbitrase sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan

tentang khilafah dengan Mu’awiyyah Ibn Abi Sufyan. Nama Khawarij berasal

dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka, karena

mereka keluar dari barisan ‘Ali. Tetapi ada pula pendapat yang mengatakan

bahwa pemberian nama itu didasarkan atas ayat 100 dari Surat Al-Nisa’, yang

dalamnya disebutkan : “Ke luar dari rumah lari kepada Allah dan RasulNya”.

Dengan demikian kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang

meninggalkan rumah dari kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada

Allah dan Rasul Nya.

Selanjutnya Mereka menyebut diri mereka Syurah,yang berasal dari kata

Yasri (menjual), sebagaimana disebutkan dalam ayat 207 dari surah Al-Baqarah:

“Ada manusia yang menjual dirinya untuk memperoleh keridhaan Allah”.

Maksud nya mereka adalah orang yang sedia mengorbankan diri untuk Allah.

Nama lain yang diberikan kepada mereka ialah Hururiah, dari kata Hurura, satu

desa yang terletak di dekat kota Kufah, di Irak. Ditempat inilah mereka, yang

pada waktu itu berjumlah dua belas ribu orang, berkumpul setelah memisahkan

diri dari ‘Ali’. Disini mereka memilih ‘Abdullah Ibn Wahb Al-Rasidi menjadi

Imam mereka sebagai ganti dari ‘Ali Ibn Thalib. Dalam pertempuran dengan

3
kekuatan ‘Ali mereka mengalami kekalahan besar, tetapi akhirnya seorang

Khawarij bernama ‘Abd al-Rahman Ibn Muljam dapat membunuh ‘Ali.

Sungguh telah mengalami kekalahan, kaum khawarij menyusun barisan

kembali dan meneruskan perlawanan terhadap kekuasaan Islam resmi baik di

zaman Dinasti Bani Umaiyyah maupun di zaman Dinasti Bani Abbas.

Pemegang-Pemegang kekuasaan yang ada pada waktu itu mereka anggap telah

menyeleweng dari Islam dan oleh karena itu mesti ditentang dan dijatuhkan.

Dalam lapangan ketata negaraan mereka memang mempunyai paham yang

berlawanan dengan paham yang ada di waktu itu. Mereka lebih bersifat

demokratis, karena menurut mereka Khalifah atau Imam harus dipilih secara

bebas oleh seluruh umat Islam. Yang berhak menjadi khalifah bukanlah anggota

suku bangsa Quraisy saja, bahkan bukan hanya orang Arab , tetapi siapa saja

yang sanggup asal orang Islam, sekalipun ia hamba sahaya yang berasal dari

Afrika. Khalifah yang terpilih akan terus memegang jabatannya selama ia

bersikap adil dan menjalankan syari’at Islam. Tetapi kalau ia menyeleweng dari

ajaran-ajaran Islam, ia wajib dijatuhkan atau dibunuh.

Dalam hubungan ini, khalifah atau pemerintahan Abu Bakri dan ‘Umar Ibn

Al-Khattab secara keseluruhan dapat mereka terima. Bahwa kedua khilafah ini

diangkat dan bahwa kedua nya tidak menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam,

mereka akui. Tetapi ‘Usman Ibn ‘Affan mereka anggap telah menyeleweng

mulai dari tahun ke tujuh dari masa khalifahnya, dan ‘Ali juga mereka

menyeleweng sesudah peristiwa arbitrase tersebut diatas.

4
Sejak waktu itulah ‘Usman dan Ali bagi mereka telah menjadi Kafir;

demikian pula halnya dengan Mu’awiyyah, ‘Amr Ibn al-As, Abu Musa al-Asy’ari

serta semua orang yang mereka anggap telah melanggar ajaran Islam.

Disini kaum khawarij memasuki persoalan kufr : siapakah yang disebut kafir dan

keluar dari Islam? Siapakah yang disebut mukmin dan dengan demikian tidak

keluar dari, tetapi tetap dalam islam? Persoalan-persoalan ini bukan lagi

merupakan persoalan politik, tetapi persoalan teologi. Pendapat tentang siapa yang

sebenarnya masih Islam dan siapa yang telah keluar dari Islam menjadi Kafir serta

soal-soal yang bersangkut paut dengan hal ini tidak selamanya sama. Sehingga

timbullah berbagai golongan dalam kalangan Khawarij.

Kaum khawarij pada umumunya terdiri dari orang-orang arab Badawi.

Hidup di padang pasir yang serba tandus membuat mereka bersifat sederhana

dalam cara hidup dan pemikiran. Tetapi keras hati dan bersikap merdeka, tidak

bergantung pada orang lain. Perubahan agama tidak membawa perubahan dalam

sifat-sifat ke Badawian mereka. Mereka tetap bersikap bengis, suka kekerasan dan

tak gentar mati. Sebagai orang Badawi mereka tetap jauh dari ilmu pengetahuan .

Ajaran-ajaran Islam, sebagai terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis., mereka artikan

menurut lafadz nya dan harus dilaksanakan sepenuhnya. Oleh karena itu iman dan

paham mereka merupakan iman dan paham orang yang sederhana dalam

pemikiran lagi sempit akal serta fanatik. Iman yang tebal, tetapi sempit ditambah

dengan sifat fanatik ini membuat mereka tidak bisa mentolelir penyimpangan

terhadap ajaran Islam menurut paham mereka, walaupun hanya penyimpangan

dalam bentuk kecil.

5
Kelompok Khawarij menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak

pantas. Jalan pintas yang di tempuh adalah membunuhnya, termasuk orang yang

mengusahakannya menjadi khalifah. Dikumandangkanlah sikap bergerilnya untuk

membunuh mereka. Dibuat pula doktrin teologi tentang dosa besar. Akibat

doktrinya menentang pemerintah, khawarij harus menanggung akibatnya.

Kelompok ini selalu di kejar-kejar dan ditumpas pemerintah. Lalu,

perkembangannya sebagaimana di tuturkan Harun Nasution, kelompok ini

sebagian besar sudah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan

Arabia Selatan.

Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas

langsung doktrin sentralnya, yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat

dipengaruhi oleh sisi budaya yang juga radikal. Hal lain yang menyebabkan

radikalitas itu adalah asal usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan

pengembara padang pasir tandus. Hal itu telah membentuk watak dan tata

pikirannya menjadi keras, berani, tidak bergantung kepada orang lain, bebas dan

tidak gentar hati. Akan tetapi, mereka fanatik dalam menjalankan agama.

Sifat fanatik itu biasanya mendorong seseorang berpikir sangat simplistic;

berpengetahuan sederhana melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, bukan

berdasarkan data dan konsistensi logis; bersandar lebih banyak pada sumber pesan

(wadah) dari pada isi pesan; mencari informasi tentang kepercayaan orang lain

dari sumber kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan orang lain;

mempertahankan secara kaku system kepercayaannya; dan menolak mengabaikan

dan mendistorsi pesan yang tidak konsisten dengan system kepercayaan.

6
Pengikut aliran khawarij ini dibagi kedalam 5 (lima) sekte yaitu:

A. Al –Muhakkimah

Al-Muhakimmah adalah gelar bagi pengikut Khawarij yang paling awal.

Bagi mereka arbirase yang dilakukan oleh pihak Ali dan Mu’awiyyah

perbuatan kafir. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa setiap perbuatan

dosa besarsperti berzinah, membunuh adalah kafir karena itu dianggap telah

keluar dari Islam.

B. Al-Azariqah

Sekte Khawarij yang dapat menyusun barisan besar setelah sekte Al-

Muhakimmah dihancurkan pasukan Ali adalah sekte Al-Azariqah. Nama

sekte ini dinisbatkan dengan nama pimpinan yang mereka angkat yaitu Nafi

bin al-Azraq.

Sekte al-Azariqah ini lebih ekstrim dibandingkan dengan sekte al-

Muhakimmah. Contohnya, mereka bukan lagi hanya memandang kafir

sorang muslim yang tidak sepaham dengan mereka, melainkan telah

dipandang sebagai musyirik. Bahkan lebih dari itu, orang muslim yang

sepaham dengan al-Azariqah sendiripun jika tidak mau hijrah dan bermukim

dalam wilayah kekuasaan mereka juga dipandang sebagai telah musyririk.

C. Al-Nazdat

Abu Fudaik dan beberapa orang lainnya yang semula merupakan pengikut

sekte Al-Azariqah, tiba-tiba memisahkan diri ari sekte al-Azariqah karena

mereka dipaksa untuk harus tinggal dalam wilayah kekuasaan Al-Azariqah.

Setelah pemisahan diri dari Abu Fudaik dan rombongan pergi ke Yammah.

Dalam perjalanan ke Yammah, rombongan Abu Fudaik ini bertemu dengan

7
Nazdah bin Amir Al-Hanafi yang ingin menggabungkan diri dengan sekte

al-Azariqah. Dalam pertemuan di tengah jalan itu, Abu Fudaik berhasil

mempengaruhi Nazdah sehingga mereka sepakat untuk membentuk sekte

baru dengan mengangkat Nazah sebagai pemimpin. Sekte baru inilah yang

akhirnya bernama “al-Nazdah”.

Sekte al-Nazdah berlainan dengan sekte Al-Muhakimmah dan al-Azariqah.

Sekte al-Nazdah ini berpendapat bahwa orang yang berdosa besar dan

menjadi kafir sehingga kekal di dalam neraka hanyalah orang islam yang

tidak sepaham dengan mereka. Sedangkan pengikutnya walaupun

melakukan dosa besar, sekalipun mendapat siksa, namun kemudian masuk

surga, artinya tidak kekal di dalam neraka.

D. Al-Azaridah

Sekalipun yang melopori terbentuknya sekta al-Nazdah adalah Abu Fudaik

beserta rombongannya (termasuk didaamnya) :’Athiyah al-Hanafi), namun

pada suatu ketika mereka ini memisahkan diri dari sekte al-Nazdah.

‘Athiyah al-Hanafi mempunyai seorang teman bernama Abdul Karim bin al-

Azrad dan setelah mereka meisahkan diri dari sekte al-Nazdah, mereka

sepakat dengan Abdul Karim bin al-Azrad membentuk sekte baru serta

mengangkat al-Azrad sebagai pemimpinnya. Itulah sebabnya sekte yang

baru mereka dirikan itu disebut sekte al-Azaridah, dinisbatkan dengan nama

pimpinannya.

Sekte al-Azrad ini memiliki perbedaan pendapat mengenai hal-hal tertentu

dengan sekte-sekte Khawarij yang lain, namun yang paling menonjol

perbedaan faham mereka adalah bahwa sekte al-Azaridah ini mengingkari

8
keberadaan Surat Yusuf sebagai bagian dari Kitab Suci al-Qur’an karena

menurut mereka sebagai kitab suci yang merupakan wahyu Allah, tidak

mungkin mengandung cerita cinta. Dengan ketidak mauan sekte ini

mengakui keberadaan surat Yusuf sebagai bagian dari al-Qur’an, umat islam

memandang kafir golongan ini.

E. Al-Sufriyah

Pemimpin sekte ini adalah Zaid bin al-Asfar. Pendapat sekte ini oleh para

pengamat dipandang agak lebih moderat, karena pokok-pokok faham

mereka antara lain adalah sebagai berikut :

1. Orang Sufriyah yang tidak mau berhijrah tidak dipandang kafir.

2. Mereka tidak berpendapat bahwa anak-anak kaum musyrikin boleh

dibunuh.

3. Daerah golongan Islam yang tidak sefaham dengan mereka tidak “dar

harb” (daerah yang harus diperangi). Yang harus diperangi adalah

ma’askar atau camp pemerintah, dan anak-anak dan kaum perempuan

tidak boleh dijadikan tawanan.

4. Kufr dibagi dua : kufr bi inkr al-Ni’mah (mengingkari rahmat Tuhan)

dan kufr ni inkar al-Rubiyyah (mengingkari Tuhan). Dengan demikian

arti term kafir tidak selamanya harus berarti keluar dari Islam.

F. Al-Ibadiyah

Nama sekte ini dinisbatkan dengan nama pimpinannya yaitu Abdullah bin

Ibad, tokoh yang memisahkan diri dari sekte al-Azariqah pada tahun 686

M. Mereka ini merupakan sekte Khawarij yang paling moderat dari semua

9
sekte-sekte Khawarij lainnya, karena itu sekte ini masih ada sampai

sekarang, sedangkan yang lain sudah habis dari peredaran.

Paham-paham sekte Ibadiyah ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Orang muslim yang tidak sefaham mereka dengan mereka bukan kafir

yang keluar dari Islam dan bukan pula musyirik, tetapi kafir nikmat.

2. Dengan orang Islam yang tidak sefaham dengan mereka boleh

diadakan hubungan perkawinan dan hubungan warisan, syahadat

mereka dapat diterima dan membunuh mereka adalah haram.

3. Yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda dan senjata. Emas

dan perak harus dikembalikan kepada pemiliknya.

10
B. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam Al-Murjiah

Nama Murji’ah berasal dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan,

penangguhan dan pengharapan. Memberi harapan dalam artian member harapan

kepada para pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan Allah Swt.

Selain itu irja’a juga memiliki arti meletakkan dibelakang atau mengemudikan,

yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena itu, Murji’ah

berarti orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa,

yakni Ali dan Mu’awiyyah serta pasukan masing-masing ke hari kiamat kelak.

Ada beberapa teori yang mengemukakan asl-usul adanya aliran Murji’ah.

Teori pertama mengatakan bahwa gagasan Irja’a atau arja dikembangkan oleh

sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam

ketika terjadinya pertikaian dan juga bertujuan untuk menghindari

sektarianisme. Diperkirakan Murji’ah ini muncul bersamaan dengan munculnya

Khawarij.

Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja, merupakan basis doktrin

Murji’ah, muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh

cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad, Al-Hanafiyah, sekitar tahun

695.

Menurut Watt, 20 tahun setelah kematian Mu’awiyah, dunia Islam dikoyak

oleh pertikaian sipil. Al-Mukhtar membawa paham Syiah ke Kufah dari tahun

685-687: Ibn Zubair mengklaim kekhalifahan di mekah hingga yang berada

dibawah kekuasaan islam. Sebagai respon dari keadaan ini, muncul gagasan Irja

atau penangguhan (postponenment). Gagasan ini pertama kali digunakan tahun

695 oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah,

11
dalam sebuah surat pendeknya. Dalam surat ini Al-Hasan menunjukkan sikap

politiknya dengan mengatakan, “Kita mengakui Abu Bakar dan Umar, tetapi

menangguhkan keputusan atas persoalan yang terjadi pada konflik sipil yang

pertama yang melibatkan Utsman, Ali dan Zubair.” Dengan sikap politik ini, Al-

Hasan mencoba untuk menanggulangi perpecahan umat Islam. Ia pun mengelak

berdampingan dengan kelompok Syiah yang terlampau mengagungkan Ali dan

para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari Khawarij yang menolak mengaku

kekhalifahan Mu’awiyah dengan alasan bahwa dia adalah si pendosa Utsman.

Teori yang lain mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan Ali dan

Mu’awiyah, dilakukan Tahkim atas usulan Amr bin Ash, pengikut Mu’awiyah.

Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yang pro dan kontra. Kelompok

akhirnya keluar dari Ali, yaitu kelompok Khawarij, yang memandang bahwa

keputusan takhim bertentangan dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu, pelakunya

melakukan dosa besar dan pelakunya dapat dihukumi kafir. Pendapat ini ditolak

oleh sebagian sahabat yang kemudian disebut Murji’ah yang mengatakan bahwa

pembuat dosa besar tetaplah mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan

kepada Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak.

Wahbah al-Zuhaili mengatakan kelompok Murji’ah terbagi dua :

1. Murji’ah Sunnah : kelompok ini adalah yang meyakini bahwa para pelaku

dosa yang telah di lakukan, mereka tidak kekal di neraka dan boleh saja

Allah mengampuni mereka, sebagaimana firman Allah: “Demikianlah

keutamaan yang Allah berikan kepada siapa saja yang Allah kehendaki”.

2. Murji’ah Bi’dah : Mereka inilah yang disebut dalam banyak istilah Murji’ah.

Adapun ulama Al-Firaq menyimpulkan beberapa kelompok Murji’ah :

12
1. Murji’ah Al-Jabariah : mereka adalah pengikut Jaham bin Sofwan, mereka

inilah yang berpendapat bahwa keimanan hanya pengetahuan dalam hati,

dosa tidak akan pernah mempengaruhi keimanan, dan bahwasannya

pengucapan dengan lisan dan amalan soleh bukanlah bagian dari iman.

2. Murji’ah Al-Qadariyah: mereka adalah kelompok yang dipimpin oleh Gilan

Ad Dimisqi yang juga dijuluki Al-Gilaniyah.

3. Murji’ah Al-Khalisah : mereka adalah kelompok yang para ulama masih

berselisih penamaan mereka.

4. Murji’ah Al-Karramiyah : Pengikut Muhammad bin Karram, mereka

berpendapat bahwa keimanan adalah pengucapan dengan lisan, dan

pembuktian dengan lisan, dan keimanan tidak membutuhkan persaksian hati.

5. Murji’ah Al-Khawarij : mereka ini adalah kelompok yang mirip dengan

salah satu kelompok Sufi, yang berpemahaman bahwa kami tidak

memberikan hokum apapun kepada para pelaku dosa besar.

Kelompok ini dalam menyebarkan pendapat kelompoknya, memiliki

beberapa dalil, diataranya :

1. Dari Al-Qur’an : Q.S 3/48 :

‫إن هلال ال يغفر أن يشرك به و يغفر‬

‫"مادون ذالك لمن يشأ‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syikir, dan

mengampunkan dosa selainnya.”

13
2. Dari As-Sunnah

‫من مات يشرك باهلل شيأ دخل النار‬

Artinya:“Barangsiapa yang menyekutukan Allah dan dia meninggal,

maka balasannya adalah Neraka”

BAB III

PENUTUP

14
A. Kesimpulan

Secara etimologis kata Khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja

yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Terdapat beberapa

doktrin pokok dalam kaum Khawarij. Doktrin yang dikembangkan kaum

Khawarij dapat dikatagorikan dalam tiga subsekte Khawarij yang besar.

Murji’ah diambil dari Irja yaitu menunda, menangguhkan, mengakhirkan:

mungkin karena mereka mengakhirkan tingkatan amal dari iman, ataukah

mereka menangguhkan hukuman terhadap pelaku dosa besar sampai hari

kiamat, dan menyerahkan perkaranya kepada Tuhannya. Ajaran pokok

Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan irja atau arja’a yang

diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun

teologis. Di bidang plitik, doktrin irja di implementasikan dengan sikap

politik netral atau nonblok, yang hampir selalu di ekspresikan dengan sikap

diam. Golongan Murji’ah dibagi kedalam 2 kelompok besar yaitu golongan

moderat dan ekstrim.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin, Rahmat. 1991. Risiko Keterbukaan Politik. Bandung: Rosda Karya.

15
Nasution, Harun. 2015. Teologi Islam. Jakarta: UI-Press.

Natsir, Sahilun. 1994. Penghantar Ilmu Kalam. Jakarta: Raja Grafindo.

Purba, Hadis. 2019. Teologi Islam (Tauhid). Medan: Perdana Publishing.

Syaikh, Muhammad. 2009. Sifat Dan Karakteristik Esktrim Khawarif. E-book.

16

Anda mungkin juga menyukai