Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

ANALISIS SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.

Dosen Pengampu
1. Niken Dyahariesti, S.Farm., Apt., M.Si
2. Agitya Resti Erwiyani, S.Farm., M.Sc., Apt

Gelombang III, Kelompok 7 :


1. Munalisa Rahmawati Pamungkas (052191192)
2. Kurnia Ambarwati (050218A103)
3. Rizka Yuliyandari (052191023)
4. Siti Hidayati Mukhlis (052191057)
5. Miftahul Jannah (052191062)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
1. JUDUL PRAKTIKUM
Analisis secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan spektrofotometri Uv-Vis.

2. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan percobaan ini yaitu untuk menentukan panjang gelombang maksimum, kurva baku
dan kadar parasetamol secara spektrofotometri ultraviolet.

3. TINJAUAN PUSTAKA

a. Parasetamol
Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilnagkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia. (Anief, 2006). Pada industri farmasi, pengawasan mutu merupakan salah satu
bagian dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya, agar hasil produksi dipasaran
memenuhi persyaratan CPOB. Pada perrsyaratn ini perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol
dalam tablet , yang menurut persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 yaitu
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%(Khopkar, 1990).
b. Spektrofotometri UV-VIS

Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible


adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram
merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai
titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah
maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sample yang dapat dianalisa dengan
metode ini hanya sample yang memilii warna. Hal ini menjadi kelemahan
tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sample
yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan
menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat
yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan
harus benar-benar stabil (Day & Underwood, 1999).

Spektrofotometer UV berbeda dengan spektrofotometri visible, pada


spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV
memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan
lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop
hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom
deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya
memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari
bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki
dua pertikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa
yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki
warna. Bening dan transparan. Spektrofotometri UV memang lebih simple dan
mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample.
Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari
senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal
ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer UV-VIS Spektrofotometri ini merupakan gabungan
antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya
berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang
lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV
dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem
spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga
untuk sample tak berwarna (Khopkar, 1990).
Penentuan konsentrasi komponen dengan matriks kalibrasi bukanlah
suatu matriks bujur sangkar, sehingga tidak akan terdapat matriks kebalikan dari
K. Akibatnya persamaan tidak dapat diterapkan. Penyelesaian terhadap matriks
kalibrasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis regresi linier seperti
halnya pada pembentukan kurva kalibrasi biasa (Constantinides, 1988).
Analisis sejumlah komponen didalam larutan dengan metode
spektrofotometri, dimungkinkan dengan adanya sifat aditif dari absorbansi
masing- masing komponen. Ketelitian kemampian cara ini tergantung pada
ketepatan pemilihan panjang gelombang yang akan memberikan perbedaan
kontras pada masing-masing absorbansi dan pemilihan faktor koreksi terhadap
konsentrasi komponen asing yang tidak terukur (Surawidjaja, 1994).
Analisis kuantitafif dapat diketahui dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Penentuan panjang gelombang maksimum yang
digunakan dalam pengukuran absorbansi larutan standar maupun larutan sampel
ditentukan dengan mengukur nilai absorbansi maksimum konsentrasi larutan
standar. Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum pengukuran
absorbansi dilakukan pada rentang panjang gelombang 265-280 nm. Hasil
pengamatan untuk absorbansi maksimum adalah pada panjang gelombang 280 nm
kemudian dilakukan penentuan nilai absorbansi pada delapan larutan standar
(Sumarauw, dkk, 2013).

Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar cahaya yang di


gunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang
sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna
putih, merah, biru, hijau. Apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka
sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sample yang dapat dianalisa
dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh karena itu, untuk
sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan
menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
2. Spektofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible. Pada spektrofotometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sinar UV tudak dapat dideteksi dengan mata kita,
sehingga senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa
yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak
berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu.
Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Prinsip dasar
pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada
partikel koloid (suspensi).
3. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet
dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau
sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang
dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat
dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan
hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah
ini adalah persamaan Lamber beer:

A = - log T = ε.b.c
Dimana :
A = Absorban
T = Transmitan
ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1)
c = panjang sel (cm)
b = konsentrasi zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau
unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat
diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya
putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif
sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan.

4. Spektrofotometer (IR)
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar
pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi
menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada
spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai
panjang gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk
mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik.
Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu
gugus spesifik.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari bagian-bagian penting yaitu:
a) Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi
yang stabil dan intensitasnnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk
daerah tamak, ultraviolet dekat dan infrared dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terluar dari wolform (tunsgten). Lampu ini mirip dengan
bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (λ) adalah 350-2200 nm. Untuk
sumber pada daerah ultraviloet (UV) digunakan lampu hidrogen atau lampu
deuterium dengan panjang gelombang 175 ke 375 atau 400 nm.
b) Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang berbeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu
prisma dan erating (kisi difraksi). Cahaya monokromatis ini dapat dilihat dengan
anjang gelombang tertentu yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah
sempit yang disebut slit. Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh
lebar celah (slidt width) yang dipakai.
c) Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang dipakai sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut: (1) tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua
cahaya
(2) permukaannnya secara optis harus benar-benar sejajar (3) harus tahan (tidak
bereaksi) terhadap bahan-bahan kimia (4) tidak boleh rapuh (5) mempunyai
bentuk yang sederhana. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca,
plastik dengan bentuk tangan empat persegi panjang 1x1 cm, dan tinggi 5 cm.
Pada pengukuran didaerah ini dipakai cuvet kwarsa, sedangkan cuvet dari kaca
tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet
dapat dipakai untuk pengukuran sinar tampak.
d) Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan megubah cahaya menjadi sinyal
listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil dalam bentuk jarum
penunjuk atau angka digital. Syarat-syarat ideal sebuah detektor yaitu kepekaan

tinggi, perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi, respon konstan cepat
dan signal minimum tanpa radiasi. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding
dengan tenaga radiasi.
e) Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar
dapat dibaca oleh indikator yang biasanya berupa recorder analog atau komputer.
4. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1) Alumunium foil
2) Batang pengaduk
3) Gelas kimia
4) Kertas timbang
5) Kuvet
6) Labu takar
7) Mikropipet
8) Pipet volume
9) Sendok tanduk
10) Spektrofotometer
11) Timbangan analitik

Bahan:
1) Aquadest
2) Metanol
3) Sediaan Obat Paracetamol (Neozeb)
5. CARA KERJA SKEMATIS
1) Pembuatan Larutan Standar

Timbang seksama bahan obat Paracetamol lebih kurang 100 mg yang telah
dikeringkan pada suhu 105o C

Larutkan dengan 15 ml Metanol dalam labu takar dan encerkan dengan Aquadest
sampai 500 ml.

2) Pembuatan Spectrum Absorbansi (Panjang gelombang maksimum)

Timbang Pipet 5 ml larutan stok dan encerkan dengan aquadest sampai 100 ml
dalam labu takar (larutan 10 ppm)

Masukkan larutan standar ke dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet lain berisi pelarut
tanpa bahan obat (sel blanko)

Ukur absorbansi sel sampai relative terhadap sel blanko menggunakan


spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat pembacaan setial
interval 10 nm (220 nm – 350 nm)

Pada setiap absorbansi optimal dilakukan pengukuran pada interval 5 nm, dan pada
daerah puncak maksimum atau minimum lakukan pengukuran pada interval 2 nm.

Buatlah garis spectrum pada kertas grafik dengan memplot harga absorbansi
(sebagai ordinat) terhadap Panjang gelombang (sebagai basis) dan tentukan Panjang
gelombang.

3) Pembuatan kurva baku

Siapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan

Siapkan macam deret konsentrasi (2, 4, 6, 8, 10 dan 12)

Tentukan absorbansinya pada λmaks

Dibuat plot hukum beer pada kertas grafik antara absorbansi (ordinat) terhadap
konsentrasi (absis) dan tentukan persamaan regresi linier serta hitung absorvitas
jenis:
(a) pada absovitas jenis
(a) pada absorvitas molar dari parasetamol.
4) Penentuan kadar parasetamol dalam sediaan tablet

Timbang seksama sebanyak 100,0 mg sampel serbuk sediaan parasetamol

Larutkan dalam 15 ml metanol dan encerkan dengan aquadest sampai 500 ml


dalam labu

Pipet 1 ml larutan tersebut dalam labu takar 25 ml dan cukupkan volumenya


dengan

Ukur absorbansi larutan pada λmak relatif terhadap sel blanko.

6. DATA & ANALISIS

a. Data Kurva Baku

Konsentrasi Absorbansi
2 0,185
4 0,339
6 0,522
8 0,671
10 0,838

Persamaan Regresi Linear


0.9
0.8 f(x) = 0.08 x + 0.02
0.7 R² = 1
0.6
Absorbansi

0.5
0.4 Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi

a = 0,0196
b=0,0819
r = 0,9992
Persamaan Regresi Linear :
y = bx + a
y = 0,0819x + 0,0196

Absorbansi parasetamol (y) = 0,900


y = bx + a
0,900 = 0,0819 x + 0,0196
0,900 – 0,0196 = 0,0819 x
0,0819 x = 0,8804
X = 0.8804/0.0819 = 10,749 ppm
Perhitungan pengenceran kurva baku

*Larutan stock 10 ppm


10 mg 1 mg
10 ppm = =
1000 ml 100 ml
FP = 100 ml
Pembuatan Seri Konsentrasi

*Konsentrasi 2 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 10ml x 2 ppm
V1 = 2 ml

*Konsentrasi 4 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 10 ml x 4 ppm
V1 = 4 ml

*Konsentrasi 6 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 10 ml x 6 ppm
V1 = 6 ml

*Konsentrasi 8 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 10 ml x 8 ppm
V1 = 8 ml

*Konsentrasi 10 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 10 ml x 10 ppm
V1 = 10 ml
b. Data Operating Time

Waktu (menit) Absorbansi Waktu (menit) Absorbansi


0 0,841 16 0,845
1 0,842 17 0,845
2 0,842 18 0,846
3 0,842 19 0,846
4 0,843 20 0,846
5 0,843 21 0,846
6 0,843 22 0,846
7 0,844 23 0,846
8 0,844 24 0,847
9 0,844 25 0,847
10 0,844 26 0,847
11 0,844 27 0,847
12 0,844 28 0,847
13 0,845 29 0,847
14 0,845 30 0,848
15 0,845
*Operating time : stabil pada menit ke-7 sampai menit ke-12.

c. Data Penimbangan

No Berat Kertas Berat Kertas Berat. Tab (g)


(g) (g) + Tab (g)
1. 0,2483 0,7794 0,5311
2. 0,2487 0,7767 0,528
3. 0,2492 0,7816 0,5324
4. 0,2497 0,7876 0,5379
5. 0,2503 0,7816 0,5313
6. 0,2507 0,7920 0,5413
7. 0,2512 0,7804 0,5292
8. 0,2515 0,7848 0,5333
9. 0,2519 0,7901 0,5382
10. 0,2521 0,7786 0,5265
11. 0,2523 0,7844 0,5321
12. 0,2525 0,7899 0,5374
13. 0,2527 0,7850 0,5323
14. 0,253 0,7811 0,5281
15. 0,2532 0,7902 0,537
16. 0,2535 0,7830 0,5295
17. 0,2537 0,7838 0,5301
18. 0,2539 0,7851 0,5312
19. 0,2541 0,7870 0,5329
20. 0,2543 0,7941 0,5398

Bobot 20 tablet = 10,6596

10,6596
Rata-rata Bobot tablet : =0,53298 g = 532,98 mg
20
1000 ppm : 532,98 mg dilarutkan dalam 100 ml methanol
1 ml (1000 ppm) 100 ml metanol
1ml
= x 1000 ppm=10 ppm
100 ml

Berat serbuk tab = 1000 ppm

= 1000 mg/L

1000 mg
= x 100 ml=100 mg Pct
1000 ml

Bobot rata-rata 20 tab = 532, 98 mg

Kekuatan 1 tab = 500 mg

100 mg
Berat serbuk yang di encerkan = x 532,98 mg=106 , 596 mg
500 mg
Pengenceran serbuk dalam labu takar 100 ml dengan methanol

V1.C1 = V2.C2

V1 x 1000 ppm = 100 ml x 10 ppm


1000
V1 = =1ml
1000
Larutan 1 ml diambil kemudian diencerkan lagi ke dalam labu takar 100 ml
dan ditambahkan methanol hingga tanda batas (100 ml)
100 ml
Factor pengenceran = =100 ml
1ml
Volume pembuatan = 100 ml
Perhitungan kadar

Kadar = X (ppm) x Faktor Pengenceran x Volume Pembuatan


Kadar = 10,749 ppm x 100 ml x 100 ml
= 107,490 ppm
= 107,49 mg

Penentuan % Recovery
Berat paracetamol dalam 1 tablet
= (Kadar / berat serbuk yang akan diencerkan) x rata-rata berat tablet
= (107,49 mg / 106,06 mg ) x 532,98 mg = 537,45 mg
x mg/tablet
% Recovery = x 100%
500 mg/tablet
537,45mg /tablet
= x 100%
500 mg/tablet
= 107,49% ~ 107,5%

7. PEMBAHASAN
Pada praktikum Analisa Kualitatif dan Kuantitatif menggunakan
Spektrofotometri UV- Vis-II penggunaan alat ini bekerja dengan mengukur serapa
sinar Ultaviolet dan sinar tampak. Alat ini digunakan untuk mengukur serapan sinar
ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Prinsip dasar
Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada senyawa,
maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul - molekul sesuai dengan struktur
dari molekul senyawa tersebut . Besarnya serapan radiasi sebanding dengan
banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif. Spektrofotometer UV-VIS dapat menganalisa secara kualitatif dan
kuantitatif. Pada analisa kualitatif karakteristik resapan suatu zat dalam pelarut
tertentu, yaitu panjang gelombang maksimum dan daya serapannya.
Penentuan operating time, dilihat dari nilai absorbasinya, dari data didapat pada
menit ke 1, nilai absorbasi telah stabil, sehingga, menit ke -1 menurut kelompok
adalah waktu operating time. Pada menit berikutnya merupakan merupakan capaian
beberapa waktu serapan stabil.
Panjang gelombang diukur dari 200 – 300 nm, dengan mengguakan larutan standar
10 ppm. Dari hasil pengamatan yang didapat nilai panjang gelombang maksimal dari
pelarut NaOH 257,5 nm dengan hasil absorbasi 0,539 dari rentang panjang gelombang
200 – 300 nm dan perubahan panjang gelombang terjadi pada 340 nm. Untuk pelarut
Methanol panjang gelombang maskimal 248,10 nm dengan nilai absorbasi 0,776 dari
rentang panjang gelombang 200 -300 nm dan perubahan panjang gelombang terjadi
pada 340 nm. Setelah itu lianjutkan dengan pembuatan kurva baku, dimana kurva
baku dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Dari kurva baku didapatkan
persamaan regresi linier y = 0,0819x + 0,0196. Setelah dilakukan perhitungan,
didapatkan hasil kadar parasetamol adalah 107,5 mg. berat parasetamol dalam 1
tablet yang didapat adalah 536,99 mg parasetamol. Hasil recovery yang didapat adalah
107,4%. Dari hasil yang diperoleh, nilai ini masih dapat diterima karena menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet parasetamol menganding parasetamol tidak
kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% berdasarkan sediaan tablet paracetamol .

8. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini hasil yang didapatkan tidak memenuhi persyaratan
karena % Recorvery yang didapat 107,5%. Menurut FI edisi III: persyaratan tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, namun menurut FI edisi IV pada
sediaan Paracetamol persyaratan tidak kurang mengandung paracetamol 98 % - 101
%.
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2011.
Drug Information Handbook, 17th Edition, Lexi-Comp for the American Pharmation
Association.
Anonim,1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2017. Informasi Spesialite Obat, Volume 51. Jakarta :
PT. ISFI Penerbitan

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai