LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. UR
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Wirasuasta
Alamat : STAIN
No. MR : 129661
B. Anamnesis
Keluhan utama : perih pada mata kiri
Anamnesis terpimpin : pasien datang dengan keluhan perih disertai penglihatan kabur pada
mata kiri sejak 4 jam sebelum masuk RS. Sebelum mata perih dan kabur pasien sedang
mengikis batu alam menggunakan alat, kemudian serpihan batu terpental mengenai mata kiri
pasien dan saat itu spontan pasien langsung mengucak matanya. Keluhan lain yang dirasakan
berair terus menerus, memerah dan terasa bengkak. Untuk mata kanan tidak ada keluhan.
Sebelumnya pasien sudah berobat ke Klink Mata Utama dan didiagnosa adanya darah dan luka
pada kornea mata kiri, dan membutuhkan perawatan, maka pasien di rujuk ke RSUD dr. M.
Haulussy Ambon dan direncanakan akan dilakukan operasi pada mata pasien.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat operasi mata (-)
Riwayat penyakit keluarga : hanya pasien yang sakit seperti ini.
Riwayat kebiasaan : pasien sering mengikis batu alam
Riwayat sosial : tidak ada orang disekitar pasien yang mengalami hal sama
1
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Status Generalis :
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 68x/menit
Suhu : 37,8 º C
2. Status oftalmologi :
a. Visus ODS
VOD : 6/6
VOS : LP (+)
b. Segmen Anterior ODS
Edema (-), hiperemis (-), Konjungtiva Edema (-), hiperemis (+), anemis
anemis (-), pterygium (-) (-), pterygium (-)
Jernih, ulkus (-), erosi (-) Kornea Keruh, Erosi (+)
Hifema (-) Bilik Mata Depan Hifema total (+)
Warna iris coklat tua, Warna iris coklat tua, bentuk pupil
2
c. Gambar Pasien
Gambar Skematik
Hifema
Total
Hiperemis
OD OS
3
Gambar segmen anterior dengan slit lamp
OD OS
4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
E. DIAGNOSIS KERJA :
F. PERENCANAAN
Terapi :
1. Ciprofloxacin 2x500 mg
2. Ibuprofen 3x400 mg
3. Kloramfenicol 1% + Polimiksin B sulfat 5000 IU tube 3x1 OS
4. Ofloxacin 3 mg fl 6x1 gtt OS
5. Atropin sulfat 1 % 1x1 gtt OS
6. Timolol maleat 0,25% 2x1 gtt OS
7. Posisi ½ duduk
Monitoring :
1. Keadaan umum pasien
2. Perdarahan pada mata pasien
3. Persiapan operasi
Edukasi :
1. Penjelasan mengenai kondisi mata pasien saat ini
2. Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien
3. Komplikasi yang mungkin terjadi saat melakukan tindakan atau akibat luka yang
diderita
4. Prognosis dari pasien
G. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia
Quo ad Fungsionam : Dubia
Quo ad Sanationam : Dubia
5
H. TABEL FOLLOW UP
Hr/tggl S O A P
Jumat, Pre Operasi : Pre Operasi : Pre Operasi : Pre Operasi :
31/01/20 -Mata kiri kabur -KU : Baik *OS Hifema full -Ciprofloxacin 2x500 mg
-Nyeri pada mata -TD : 130/90 mmHg + -Ibuprofen 3x400 mg
kiri -S : 37,8 ºC *OS Erosi kornea -Kloramfenicol 1% + Polimiksin
-Mual -Visus : OD : 6/6, OS: LP (+) B sulfat 5000 IU tube 3x1 OS
-Demam (-) -Palpebra OS edema -Ofloxacin 3 mg fl 6x1 gtt OS
-Tidak dapat tidur -Sklera OS hiperemis -Atropin sulfat 1 % 1x1 gtt OS
-BAB/BAK (+) -Bilik mata depan OS Hifema full -Timolol maleat 0,25% 2x1 gtt
OS
Persiapan operasi :(Premedikasi)
-IVFD RL 20 TPM
-Cefadroxil 2x1 gram/iv (H1)
-Omeprazol 2x4 mg/iv
Post Operasi :
Post Operasi : Post Operasi : Post Operasi : * IVFD RL 20 TPM
-Mata kiri kabur -KU: stabil *OS Post OP. * Cefadroxil 2x1 gram/iv (H2)
-Nyeri pada mata -TD : 130/80 mmHg Parasistesa * Ketorolac 3x30 mg/iv
kiri -S : 37 ºC -OS Erosi Kornea * Ciprofloxacin 2x500 mg
-demam (-) - Visus : OD : 6/6, OS: LP (+) -OS Iridodialisis * Ibuprofen 3x400 mg
-mual dan muntah -Palpebra OS edema -OS Katarak * Metilprednisolon 2x4mg
(-) -Sklera OS hiperemis matur trauma * Acetazolamide 2x500 mg
-Lensa : Keruh * Ofloxacin 3 mg fl 6x1 gtt OS
Gambar post OP: * Polyvinylpyrrolidone fl 4x1
gtt OS
* Sodium chloride 3x1 gtt OS
* Kloramfenicol 1% +
Polimiksin B sulfat 5000 IU
tube 2x1 OS
Erosi kornea
* IVFD RL 20 TPM
6
-Mata kiri kabur -KU : Baik -OS Erosi Kornea * Cefadroxil 2x1 gram/iv (H3-
Sabtu, -Nyeri pada mata -TD : 120/90 mmHg -OS Iridodialisis STOP)
01/02/20 kiri berkurang -S : 37 ºC -OS Katarak * Ketorolac 3x30 mg/iv (STOP)
-Mual (-) -Visus : OD : 6/6, OS: LP (+) matur trauma * Ciprofloxacin 2x500 mg
-Demam (-) -Palpebra OS edema * Ibuprofen 3x400 mg
-BAB/BAK (+) -Sklera OS hiperemis * Metilprednisolon 2x4mg
-Gambar pasien * Acetazolamide 2x500 mg
* Ofloxacin 3 mg fl 6x1 gtt OS
* Polyvinylpyrrolidone fl 4x1
gtt OS
* Sodium chloride 3x1 gtt OS
* Kloramfenicol 1% +
Polimiksin B sulfat 5000 IU
tube 2x1 OS
Minggu, -Mata kiri kabur -KU : Baik -OS Erosi Kornea * IVFD RL 20 TPM
-Nyeri pada mata -TD : 110/70 mmHg -OS Iridodialisis * Ciprofloxacin 2x500 mg
02/02/20
kiri berkurang -S : 36,5 ºC -OS Katarak * Ibuprofen 3x400 mg
-Mual (-) -Visus : OD : 6/6, OS: 1/300 matur trauma * Metilprednisolon 2x4mg
-Demam (-) -Palpebra OS edema * Acetazolamide 2x500 mg
-BAB/BAK (+) -Sklera OS hiperemis * Ofloxacin 3 mg fl 6x1 gtt OS
-Gambar pasien *Polyvinylpyrrolidone fl 4x1 gtt
OS
* Sodium chloride 3x1 gtt OS
* Kloramfenicol 1% +
Polimiksin B sulfat 5000 IU
tube 2x1 OS
Senin -Mata kiri kabur -KU : Baik -OS Erosi Kornea *Infus AFF
7
03/02/20 -Nyeri (-) -TD : 120/80 mmHg -OS Iridodialisis *Ciprofloxacin 2x500 mg
-Mual (-) -S : 36,8 ºC * Asam mefenamat 3x500 mg
-Demam (-) -Visus : OD : 6/6, OS: 1/300 * Metilprednisolon 2x16mg
-Palpebra OS edema * Acetazolamide 3x500 mg
-Sklera OS hiperemis * Ofloxacin 3 mg fl 6x1 gtt OS
-Gambar skema mata pasien *Polyvinylpyrrolidone fl 4x1 gtt
OS
*Sodium chloride 3x1 gtt OS
* Kloramfenicol 1% +
Polimiksin B sulfat 5000 IU
tube 3x1 OS
* Posisi pasien 45º
Selasa -Mata kiri kabur -KU : Baik -OS Hifema *Ciprofloxacin 2x500 mg
-Nyeri (-) -TD : 120/70 mmHg Recurent * Metilprednisolon 2x16 mg
04/02/20
-S : 37 ºC * Acetazolamide 3x500 mg
-Visus : OD : 6/6, OS: LP (+) *Ofloxacin 3 mg fl 6x1 gtt OS
digerakan *Polyvinylpyrrolidone fl 4x1 gtt
-Palpebra OS edema minimal OS
-Sklera OS hiperemis *Atropin sulfate 2x1 gtt OS
Gambar skema mata pasien *Sodium chloride 3x1 gtt OS
Hifema * Kloramfenicol 1% +
recurent Polimiksin B sulfat 5000 IU
tube 3x1 OS
* Posisi pasien 45º kepala
Rabu -Mata kiri kabur -KU : Baik -OS Hifema *Ciprofloxacin 2x500 mg
-Nyeri (-) -TD : 100/80 mmHg Recurent *Acetazolamide 3x500 mg
05/02/20
-S : 37,3 ºC - OS Iridodialisis *Asam traneksamat 2x500mg
-Visus : OD : 6/6, OS: LP (+) *Asam mefenamat 2x500mg
digerakan (bila nyeri)
-Sklera OS hiperemis minimal *Prednisolon acetate 1x tiap 2
Gambar skema mata pasien jam gtt 1 OS
Hifema *Atropin sulfate 2x1 gtt OS
recurent *Ofloxacin 3 mg fl 6x1 gtt OS
*Polyvinylpyrrolidone fl 4x1 gtt
* PRO RUJUK
Kamis -Mata kiri kabur -KU : Baik OS Trauma oculi *Ciprofloxacin 2x500 mg
-Nyeri (-) -TD : 110/70 mmHg *Acetazolamide 3x500 mg
06/02/20 OS Iridodialisis
-Gatal (+) -S : 37ºC *Asam traneksamat 2x500mg
8
-Visus : OD : 6/6, OS: LP (+) OS Koagulan (+) *Vit. C 1x1
-Sklera OS hiperemis minimal *Prednisolon acetate 1x tiap 2
Gambar skema mata pasien jam gtt 1 OS
*Atropin sulfate 2x1 gtt OS
RUJUK MAKASSAR
PRO CT-SCAN
PERDARAHAN COA
9
BAB II
DISKUSI KASUS
Bilik Mata Depan (BMD) merupakan suatu ruangan yang berisikan aquous humour.
Kedepan berbatas dengan kornea dan dibelakang adalah iris. Iris merupakan bagian anterior dari
saluran uvea, yang terdiri dari pembuluh darah dan jaringan ikat, juga melanosit dan sel-sel
pigmen. Mobilitas iris memungkinkan pupil untuk mengubah ukuran. Iris membagi segmen mata
Kornea adalah struktur yang luar biasa, sebagai media transparan, suatu jaringan yang
tidak mengandung pembuluh darah, diameter horizontal 11-12 mm dan vertikal 10-11 mm.
permukaan sentral kornea anterior, disebut juga corneal cap. Untuk nutrisinya, kornea tergantung
difusi glukosa dari akuos humor dan difusi oksigen dalam tear film. Bagian kornea perifer
mendapat suplai oksigen dari sirkulasi limbal. Kornea merupakan salah satu dari bagian tubuh
10
yang memiliki serabut saraf terbanyak. Sensitivitas kornea 100 kali dibandingkan konjungtiva.
Serabut saraf sensoris dimulai dari long ciliary nerves dan membentuk pleksus subepitelial.
Kornea terdiri dari 5 lapisan yaitu epitel, membrana bowmen, stroma, membrane desement,
endotel.
Iris diperdarahi oleh 2 arteri siliar posterior dan 7 arteri siliar anterior. Arteri ini akan
bergabung membentuk Greater Arterial of Iris dan kemudian memperdarahi iri dan badan silier.
Sebagain besar membentuk saluran radial yang timbul dari arteri sikulus mayor dan melewati
bagian tengan dari pupil. Pasokan arteri utama dari badan siliar berasal dari arteri siliaris anterior
dan arteri posterior longus, yang bergabung membentuk pleksus arteri yang berlapis-lapis, terdiri
dari pleksus episkleral superfisial, pleksus intramuscular dan arteri sikulus mayor. Didalam
badan siliaris pembuluh darah vena utama mengalir dari posterior melalui sistem vorteks.
Erosi kornea adalah keadaan terlepasnya epitel kornea yang disebabkan adanya trauma
tumpul atau trauma tajam pada kornea. Atau pengertian lain menyebutkan erosi kornea
merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada
epitel kornea. Pada keadaan erosi kornea pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak
kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair dengan blefarospasme,
lakrimasi, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh. Pada kornea
akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna
hijau. Pada erosi kornea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul setelahnya. Epitel
yang terlipat atau terkelupas sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri
dapat diberikan antibiotik seperti spektrum luas neosporin, kloramfenikol dan sulfasetamid tetes
mata. Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan obat golongan siklopegik aksi pendek seperti
11
tropikamida atau obat golongan antikolinergik seperti atropine sulfat tetes mata. Erosi yang kecil
biasanya tertutup kembali setelah 48 jam. Jika terjadi kerusakan pada epitel kornea luas
Pada kasus ini mata kiri pasien terkena pentalan batu saat sedang bekerja. Pasien
mengeluhkan perih disertai penglihatan kabur pada mata kiri sejak 4 jam, keluhan lain yang
dirasakan adalah berair terus menerus, memerah dan terasa bengkak. Saat dilakukan pewarnaan
fluoresein terlihat berwarna hijau pada kornea pasien yang artinya telah terjadi defek pada
kornea akibat trauma tajam dan gerakan mengucak mata yang dilakukan oleh pasien. Untuk
terapi yang diberikan pada pasien sesuai dengan teori diatas, dengan diberikan obat anti nyeri
oral (ibuprofen 500mg) dan topikal (atropin sulfat 1%). Untuk antibiotik diberikan oral
mg. Pada pasien terjadi kerusakan epitel kornea luas yang proses pemulihan setelah 6 minggu.
2.3. Hifema
Hifema adalah adanya darah didalam bilik mata depan (camera okuli anterior/COA)
dapat terjadi akibat trauma tumpul/tajam yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliaris.
Selain itu trauma juga sering merobek pembuluh-pembuluh darah iris atau badan siliar dan
merusak sudut kamera okuli anterior. Hifema dibagi dalam 4 grade berdasarkan tampilan
klinisnya :
12
Gejala klinik pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul
dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur pada posisi tempat tidur ditinggikan
30ºC pada kepala, diberi koagulasi dan mata ditutup. Jika hifema sedikit maka akan hilang
dengan sempurna. Jika hifema memenuhi seluruh bilik mata depan dilakukan tindakan
parasentesis. Parasentesis atau disebut dengan tindakan mengeluarkan darah dari bilik mata
depan, dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma
sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda
hifema tidak berkurang. Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat
terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih
hebat karena perdarahan lebih sukar hilang. Hifema sekunder terjadi karena adanya faktor resiko,
seperti kerusakan iris yang luas atau keluhan lain seperti batuk dan mengejan, posisi tidur juga
mempengaruhinya.
Pada kasus ini, penglihatan pada mata kiri pasien mulai menurun disebabkan karena
adanya darah yang memenuhi seluruh bilik mata depan, yang diakibatkan karena trauma yang
dialami pasien. Karena darah menutupi seluruh bilik mata depan, Penanganan yang dilakukan
oleh pasien adalah dengan tindakan parasentesis atau mengeluarkan darah pada bilik mata depan.
Akan tetapi menurut kepustakaan jika perdarahannya banyak akan terjadi hifema sekunder.
Seperti yang dialami oleh pasien yaitu terjadi kerusakan pada iris dan kadang-kadang pasien
batuk. karena sudah terjadi hifema sekunder, maka pasien disarankan untuk dirujuk untuk
dilakukan CT-Scan COA untuk melihat luas perdarahan, agar tidak terjadi perdarahan berulang.
13
2.4. Iridodialisis
Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk pupil
tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. Saat mata kita berkontak dengan benda asing,
maka mata akan bereaksi dengan menutup kelopak mata dan mata memutar ke atas. Ini
alasannya mengapa titik cedera yang paling sering terjadi adalah pada temporal bawah pada
mata. Pada daerah inilah iris sering terlihat seperti peripheral iris tears (iridodialisis). Saat mata
tertekan maka iris perifer akan robek pada akarnya dan meninggalkan crescentic gap yang
berwarna hitam tetapi refleks fundus masih dapat diobservasi. Hal ini mudah terjadi karena
bagian iris yang berdekatan dengan badan silier gampang robek. Lubang pupil pada pangkal iris
tersebut merupakan lubang permanen karena iris tidak mempunyai kemampuan regenerasi.
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil
menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil akibat trauma tumpul
tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita. Pasien akan melihat ganda dengan satu
matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-
sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya
Pada kasus ini, saat dilakukan pemeriksaan terlihat adanya hifema grade IV pada COA,
hifema yang terjadi pada pasien kemungkinan adanya kerusakan atau perubahan posisi pada iris
(iridodialisis). Saat pasien dilakukan tindakan parasentesis ditemukan adanya iridodialisis pada
mata kiri pasien, kemudian direposisi. Kemungkinan penyebab terjadinya hifema sekunder pada
pasien adalah iridodialisis walaupun sudah direposisi akan tetapi jika iris mengalami kerusakan
tidak dapat pulih dengan sempurna karena iris tidak mempunyai kemampuan berregenerasi
seperti kornea.
14
BAB III
KESIMPULAN
Pasien laki-laki usia 48 tahun, masuk RS dengan keluhan pada mata kiri perih, merah dan
penglihatan kabur 4 jam setelah mengalami trauma tajam (percikan batu terlempar kearah mata)
dan spontan mengucak mata. Dari pemeriksaan fisik segmen anterior bola mata didapatkan
kelainan yaitu adanya darah yang memenuhi bilik mata depan. Sesuai teori adanya darah yang
penuh pada BMD menjadi dasar diagnosa hifema grade IV, dengan penangan yang telah
dilakukan yaitu parasentesis. Selain itu, saat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan
pewarnaan flouresent dan dilihat dengan mikroskop ditemukan adanya erosi kornea yang luas
(¼ dari kornea), dengan penanganan yang dilakukan pemberian antibiotik, antikolinergik dan
anti nyeri. Setelah dilakukan parasentesis ditemukan adanya robek pembuluh darah pada iris
serta iris posisi iris tidak pada tempatnya, secara teori disebut Iridodialisis, dengan penangannya
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Drake, Richard L. Gray Dasa-Dasar Anatomi. Lewis, Christina C. International Ed. Philadelphia:
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed 5th. Jakarta; 2008. Hal.282-5
3. Skuta GL CB, Weiss JS. Clinical Aspects of Toxic and Traumatic Injuries of the Anterior
Segment, Traumatic Hyphema. External Disease and Cornea. San Fransisco: American
4. Bradford J. Shingleton FK. Hyphema. Ocular Trauma, Principles and Practice. New York:
16