Anda di halaman 1dari 7

Pandemi virus corona Covid-19 sudah mewabah ke sejumlah negara di dunia.

Bahkan, negara maju dan


negara adikuasa pun sempat kewalahan menangani virus mematikan tersebut.

BACA JUGA : Cristiano Ronaldo Pernah Bikin Bek MU Nyaris Butuh Tabung Oksigen

Strategi apapun pada akhirnya hanya bisa memperlambat dan meredam penyebaran masif dari virus ini,
pada dasarnya belum ada yang mampu menghentikan bahkan menghindari gejolak corona.

Dua belahan dunia yang terpisah antar benua, yaitu Amerika Serikat dan Jerman yang berasal dari benua
biru, Eropa, dalam sudut pandang peneliti dirangkum dalam perspektif strategi kebijakan pemerintah
dan masyarakatnya. Kedua negara maju tersebut diklaim mampu meredam laju penularan virus dengan
berbagai upaya yang telah dilakukan.

Sementara di Asia, Singapura juga menjadi negara yang memiliki berbagai strategi untuk menangani
virus corona. Ketiga negara tersebut bisa menjadi acuan bagi pemerintah Indonesia dalam menangani
virus corona

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan
klik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jerman

virus corona covid-19

ilustrasi virus corona covid-19/copyright by diy13 (Shutterstock)


Peneliti ekonomi dari INDEF Deniey Purwanto memaparkan hasil kajiannya terhadap kajian dari Jerman
atas penanganan virus corona, dikutip Antara. Secara umum Jerman masih menggunakan metode
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dengan melihat kurva sebaran epidemik.

Melihat kurva begitu melonjak, pemerintah Jerman mengambil tiga langkah strategi utama yaitu
pertama, menunda terjadinya wabah, mengurangi beban puncak wabah terhadap sistem layanan
kesehatan dan ketiga adalah mengurangi penyebaran wabah serta dampak kesehatan.

Hingga 8 April 2020 di Jerman, 103.228 orang terdampak COVID-19 dengan korban jiwa sebesar 1.861
dilaporkan dalam Robert Koch Institute in Germany. Dari 16 negara bagian di Jerman, Bavaria
merupakan terdampak paling parah, disusul oleh Baden-wurttemberg dan Hamburg.

Melihat korban yang terus berjatuhan Pemerintah pusat Jerman mengambil alih penanganan dengan
memberi kenijakan tegas yaitu, melakukan sebaran test dan menelusuri yang terpapar, mengendalikan
pergerakan warga termasuk penerbangan, kereta dan bus, tidak menganjurkan adanya acara-acara
pertemuan dan melarang tegas penduduk lokal untuk keluar wilayah.

Jerman ternyata sudah memulai test massal corona virus sejak awal, atau deteksi dini sejak pertama kali
ditemukan di Wuhan, China. Bahkan pada awal Januari 2020, Jerman sudah melakukan test massal
sebelum WHO mengumumkan bahwa corona virus bisa menular antar kontak manusia.

Kedua, sebelum jadi pandemik ketika masih endemik Jerman sudah memerintahkan negara bagian
untuk mewaspadai dan membatasi penularan antar manusia, yaitu dengan meminimalisir kontak.
Bahkan pada April 2020 awal, Jerman sudah melakukan test massal dengan rata-rata 500.000 orang per
minggu, dengan perawatan utama ketika ada indikasi positif.

Sisi infrastruktur Jerman nampak menonjol dari perlengkapan Rumah Sakit, Jerman memiliki rumah sakit
dengan perlengkapan terbaik di setiap 16 negara bagian. Rata-rata rumah sakit Jerman mampu
menampung 1.000 pasien dalam satu RS.

Terakhir, Jerman memiliki manajemen krisis yang baik dipimpin oleh Kanselir Jerman Angela Merkel
yang langsung membawahi para ilmuwan dan dokter-dekter terbaik di negaranya. Secara umum strategi
Jerman dalam menangani sebaran adalah mendengungkan isolasi mandiri, social distancing, melarang
perkumpulan massal, menutup sekolah-sekolah dan kebijakan Lockdown.

Kebijakan ekonomi yang dilakukan Jerman adalah menangguhkan pinjaman atau kredit untuk
perusahaan, memberikan subsidi pendapatan kepada pekerja terdampak, pelunakan pajak dan
penjaminan keamanan sosial di setiap negara bagian.

3 dari 4 halaman

Amerika Serikat

Amerika Serikat tidak luput dari serangan virus covid-19 dengan sebanyak 366.614 terjangkit dan 10.783
diantaranya meninggal dengan rasio kematian sebesar 2,9 persen, sedangkan dibandingkan Indonesia
sebesar 8,4 persen.

Kebijakan dari Amerika Serikat berdasarkan catatan Peneliti INDEF Eisha Maghfiruha dalam menangani
wabah adalah koordinasi kuat antara pemerintah pusat dan negara bagian. Pemerintah melibatkan
peran besar dari ilmuwan bidang medis dan mengambil kebijakan berdasarkan data dan fakta ilmiah,
sejak Januari 2020.

Namun, tidak semua negara bagian menerapkan perintah tetap di rumah, hanya negara bagian yang
terdampak. Negara bagian memiliki kebijakan masing-masing dalam menangani COVID -19 sedangkan
pemerintah federal pusat memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh negara bagian, seperti
mengirimkan pasukan garda nasional dan kapal induk yang digunakan sebagai rumah sakit bagi negara
bagian yang tidak memiliki fasilitas lengkap.

Rapid tes massal mampu menghasilkan 15 menit selesai setelah uji. rata-rata lebih dari 100.000 test per
hari. Kemudian memerintahkan kebijakan "stay at home" di wilayah terdampak. Pengecualian keluar
rumah hanya untuk belanja kebutuhan pokok, ke RS/apotik dan pekerja esensial, selain itu dilarang.

Sejak 3 April 2020, memberlakukan masker kain bagi seluruh masyarakat dan masker N95 hanya bagi
petugas medis. Namun seluruh kebijakan AS, tidak serta merta menghasilkan dampak baik. Kegiatan
produktif seluruhnya terhambat, sehingga ekonomi anjlok secara drastis.
Pelajaran dari dampak negatif di sisi ekonomi adalah Amerika Serikat menerapkan implementasi
stimulus fiskal untuk kompensasi ekonomi terdampak. Kemudian memberikan sinyal terhadap investor
bahwa pemerintah dapat menangani penyebaran covid-19 dengan tanggap dan bekerja efektif.

Selain itu, mendorong sektor industri dan retail untuk menjaga stabilitas harga dan jaminan
ketersediaan bahan pokok, obat-obatan, dan perlengkapan medis seperti APD dan masker. Upaya
lainnya adalah mendorong industri untuk menunjang ketersediaan alat kesehatan.

Upaya ekonomi kepada masyarakat adalah, bantuan dana langsung senilai total USD 301 miliar untuk
seluruh rumah tangga terdampak dengan rincian bagi rumah tangga berpenghasilan di bawah USD
75.000 mendapatkan bantuan USD 1.200 serta USD 500 untuk tiap anak.

Bantuan asuransi sebesar USD 250 miliar dengan memperpanjang masa dari 13 minggu menjadi 39
minggu. Kemudian bantuan pinjaman usaha kecil dibawah karyawan 500 orang dengan masing-masing
maksimal USD 10 juta. Bantuan pemangkasan pajak untuk bisnis sebesar USD 221 miliar dan
menggelontorkan USD 130 miliar untuk Rumah Sakit dan layanan kesehatan.

4 dari 4 halaman

Singapura

Pengamat kebijakan Profesor Tikki Pangestu dari National University of Singapore mengatakan,
Singapura memiliki teknologi sistem informasi yang dapat membantu melakukan pelacakan terhadap
individu yang melakukan atau menjalin kontak dengan kasus-kasus Covid-19 di masyarakat.

Menurut dia, Singapura menjalankan dan mengimplementasikan sistem informasi yang sangat efektif
dengan menggunakan big data dan kecerdasan buatan dalam rangka pengawasan dan pelacakan sangat
efektif terhadap kasus-kasus Covid-19 yang terjadi di dalam masyarakat.

"Kebetulan langkah penerapan teknologi informasi dalam pengawasan dan pelacakan kasus-kasus
Covid-19 ini juga dilakukan dengan sangat baik oleh China," kata Tikki dikutip Antara, Jumat (10/4).
Singapura mungkin merupakan sebuah negara yang bereaksi cepat sekaligus mengantisipasi skenario-
skenario yang kemungkinan terjadi terkait pandemi Covid-19. Selain penerapan teknologi sistem
informasi yang baik, Singapura juga melakukan pemantauan dan pembendungan pandemi Covid-19
dengan berfokus pada tes pemeriksaan yang cepat, masif dan kurat untuk mengetahui kasus-kasus
positif Covid-19.

Kemudian melakukan isolasi dan pelacakan kontak secara luas dalam rangka mengisolasi atau "ring
fence" kasus-kasus Covid-19 di dalam kluster-kluster atau zona merah serta mencegah penyebaran ke
komunitas lebih luas.

Singapura juga menjalankan social distancing dan pembatasan mobilitas yang mencakup pembatasan
arus keluar masuk di dalam wilayah dan ke luar Singapura, lalu pemberlakukan kebijakn stay and work
from home, pelarangan atau pembatasan public gathering dan mobilitas individu.

"Salah satu hal paling penting yang dilakukan Singapura dalam menanggulangi pandemi Covid-19 adalah
melindungi para tenaga medisnya yang berjuang di garda terdepan dengan alat-alat pelindung diri atau
APD," jelasnya.

Disadur dari: Merdeka.com (penulis/editor, Siti Nur Azzura/azz, published 12/4/2020)

[4/5 18:57] Emmak: Lalu Lintas

BREAKING NEWS

Khofifah Minta Buruh Tak Gelar Aksi Unjuk Rasa

Nekat Mudik, Pelanggar Mengelabui Petugas Naik Angkutan Barang

PT Sampoerna Hentikan Sementara Produksi di Pabrik Rungkut 2

Kasus Positif Covid-19 di Jatim Jadi 951, Sembuh 162, Meninggal 100

Pemerintah Pangkas Iuran Jamsostek 90 Persen Bantu Pengusaha Bayar THR

Khofifah Minta Buruh Tak Gelar Aksi Unjuk Rasa

Nekat Mudik, Pelanggar Mengelabui Petugas Naik Angkutan Barang


Close Ads

EKONOMI BISNIS

Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Global 2020

Laporan oleh Agustina Suminar

Kamis, 2 April 2020

| 10:29 WIB

Antonio Guterres (kanan) Sekretaris Jenderal PBB bertemu dengan Liu Zhenmin, Wakil Sekretaris
Jenderal PBB untuk urusan ekonomi dan sosial (kiri). Foto: PBB/Eskinder Debebe

Ekonomi global dapat menyusut hingga satu persen pada 2020 karena pandemi Virus Corona baru atau
COVID-19, dan dapat berkontraksi lebih jauh jika pembatasan kegiatan ekonomi diperpanjang tanpa
respons fiskal memadai. Hal itu disampaikan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN-DESA)
yang dilansir Antara pada Kamis (2/4/2020).

Pengarahan UN-DESA menemukan bahwa jutaan pekerja berisiko kehilangan pekerjaan ketika hampir
100 negara menutup perbatasan nasional mereka. Itu bisa berarti kontraksi ekonomi global 0,9 persen
pada akhir 2020

[4/5 19:13] Emmak: Pandemi corona memberikan dampak kerugian besar bagi sejumlah sektor usaha.
Salah satunya industri maskapai penerbangan dunia yang ditaksir merugi hingga US$ 314 miliar atau
sekitar Rp 4.903 triliun seiring pandemi corona dan pembatasan penerbangan rute internasional.

Perkiraan kerugian maskapai global imbas pandemi corona itu meningkat 25% dibandingkan perkiraan
sebelumnya akibat beratnya krisis ekonomi dan lambatnya pembukaan kembali rute internasional.

[4/5 19:13] Emmak: Pandemi COVID-19 tak cuma memengaruhi kesehatan mental masyarakat umum.
Kebijakan pembatasan fisik membikin banyak orang harus beraktivitas tak sebagaimana biasa. Akibat
“dirumahkan" banyak masyarakat mulai merasakan penat. Di tingkat kelompok yang lebih tua, kebijakan
ini juga berdampak pada penurunan kognitif/demensia, menjadikan mereka lebih mudah cemas, marah,
stres, dan gelisah.
[4/5 19:14] Emmak: Sementara itu tenaga kesehatan bekerja lebih berat akibat jumlah pasien meledak
dalam waktu bersamaan. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan pandemi ini
berisiko memunculkan gangguan mental, terutama pada penyintas dan petugas kesehatan. Mereka
sangat mungkin terserang depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma.

Anda mungkin juga menyukai