Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


“UPAYA DAN PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN
LABORATORIUM”

Dosen : Kartmithasari Yandra K,Ners. M.Kep

OLEH :

NAMA : Aprila

NIM : 2018.C.10a.0958

TINGKAT : II B

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/202


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 25 Maret 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................

Daftar Isi .....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian pemeriksaan diagnostic….. .......................................

2.2.Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic…...........................................

2.3 Persiapan untuk pemeriksaan diagnostik .....................................

2.4 Persiapan pengambilan spesimen…… .........................................

2.5 Persiapan untuk pemeriksaan radiologi…….................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................

3.2 Saran ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan pemeriksaan fisik saja sering sukar untuk menentukan adanya dan beratnya
gangguan. Kelainan dapat mengenai seluruh atau sebagian fungsi tubuh. Karen itu
pemeriksaan laboratorium termasuk dalam uji penepis kesehatan seseorang dan juga penting
dalam membantu menegakkan diagnosis, memantau pengobatan, dan perjalanan penyakit
serta membuat prognosis.
Pada uji penapis umumnya dimulai dengan uji yang bersifat invasif seperti urinalis
baik makroskopis, makroskopis sedimen maupun kimiawi, lalu pemeriksaan kimia darah
kadar ureum, dan kreatinin. Pemeriksaan penapis khusus adalah mikroalbuminuria atau rasio
albumin/kreatinin urine, yang sering dimintakan pada pasien diabetes millitus dan hipertensi.
Karena pemeriksaan ureum dan kreatininkurang baik untuk menilai fungsi ginjal maka
diajukan uji kadar cystaninC. Serig pula dimintakan pemeriksaan bersihan (clearance)
kreatinin untuk menilai beratnya gangguan fungsi ginjal. Bahkan karena makin tingginya
prevalensi penderita dengan gangguan faal ginjal dan erat hubungannya dengan penyulit
kardiovaskular maka saat ini sudah dianjurkan untuk mencantumkan nilai perkiraan fungsi
ginjal dengan menghitung estimated Glomelural Filtration Rate (eGFR) pada permintaan
kreatinin. Ada banyak formula yang diajukan berdasarkan penelitian di banyak negara.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untukmembuat tinjauan singkat
mengenai“PEMERIKSAAN LABORATORIUM & DIAGNOSTIK ” untuk menegakkan
diagnosa yang ditemukan.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan
makalah ini ialah “PEMERIKSAAN LABORATORIUM & DIAGNOSTIK”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


a. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui
“PEMERIKSAAN LABORATORIUM & DIAGNOSTIK”

b. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah sistem perkemihan dan
pencernaan mengenai pemeriksaan laboratorium & diagnostik.

2. Manfaat Akademis
Diharapkan dapat berguna bagi pembaca dan sebagai salah satu persyaratan akademis
untuk mendapatkan nilai.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun
potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu
diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu
diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.Terdapat 3 faktor
utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1. Pra instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan
dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi
hasil pemeriksaan laboratorium Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi
meliputi :
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan
dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan
pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak
merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara
lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin,
data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan
yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil
ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat
pengobatan khusus dan jangka panjang.
b. Persiapan penderita
1) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi
misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid
akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan
jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan
mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi
sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau
heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
3) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama
pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi
lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya
rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain
itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat
kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan
sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi
serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu
pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah
pada sore hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi
antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam
sampai pagi.
4) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian
pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan
santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa
asing atau menjadi obyek.
c. Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan
dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa
yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga
tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena
kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan
konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi
pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat
dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa
cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah
satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang
terpasang/sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha
(arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler
umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari
manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki
atau sisi lateral tumit kaki.
d. Penanganan awal sampel dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan
ada disini. Yang harus dilakukan :
1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir.
Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung
biayanya (lunas)
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung
antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk
analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es
batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium
dalam waktu sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil
laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan
penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat
mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi
pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut
misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai
dengan waktu.
2. Interpretasi Data
a. Menentukan aspek positif klien
Jika klien memerlukan standar kriteria kesehatan, perawat kemudian
menyimpulkan bahwa klien memiliki aspek positif tersebut dapat digunakan
untuk meningkatkan atau membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.
b. Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
c. Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Perawat dapat menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu untuk
melawan infeksi tersebut.
d. Menentukan keputusan
Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang ditemukan. Tidak
ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu peningkatan status dan fungsi
kesehatan
e. Masalah yang akan muncul
Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih mengidentifikasi masalah-
masalah yang akan muncul.
f. Masalah kalaboratif
Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan lain professional yang kompeten dan
berkalaborasi untuk penyelesaian masalah tersebut.
3. Validasi Data
Tenaga kesehatan memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan
bersama klien, keluarga dan masyarakat. Validasi dilakukan dengan mengerjakan
pertanyaan dan pernyataan yang reflektif kepada klien/ keluarga tentang kejelasan 
interpretasi data.

2.2. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik yaitu :
1. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan  kulit/
di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai kelainan
pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.
2. Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai
organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan
rangka.
3. Pap Smear (Papanicolaou Smear)
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks
serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi.
4. Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan
pada saluran cerna.
Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer
5. Colonoskopi
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi adanya
kelainan pada saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll
6. CT Scan
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir
serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen
7. Mamografi
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian
payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara
secara periodik.
8. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak (melihat kelainan
pada gelombang otak) dengan memasangkan elektroda pada bagian kepala klien.
Indikasi : epilepsy, trauma capitis
9. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari jantung
indikasi : Miocard Infark (MCI), Angna fektoris, gagal jantung.

2.3. PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
2. Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet pembendung
(torniket) semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering
bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti
koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang
diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
3. Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih,
bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan
dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
4. Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang
lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita
seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.

2.4. PERSIAPAN PENGAMBILAN SPESIMEN


1. Darah
Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium,
a. Perifer (pembuluh darah tepi)
b. Vena
c. Arteri
d. Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah
e. Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit
Bentuk pemeriksaan
a. Jenis/golongan darah
b. HB untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
c. Hematokrit untuk mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
d. Trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia dan trombosis
e. SGPT (serum Glumatik Piruvik Transaminase) untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler
f. Albumin untuk mendeteksi adanya gangguan hepar seperti luka bakar dan
gangguan ginjal
g. Asam urat untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, luka bakar
h. Billirubin (Direct : deteksi ikterik, Indirect : anemia & malaria)
i. Gula darah untuk mendeteksi diabetes
Persiapan alat
a. Lanset darah atau jarum khusus
b. Kapas alcohol
c. Kapas kering
d. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam
pemeriksaan
e. Bengkok
f. Hand scoon
g. Perlak dan pengalas
Prosedur kerja
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
c. Memasang perlak dan pengalas
d. Memakai hand scoon
e. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
f. Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
g. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
h. Merapikan alat
i. Melepaskan hand scoon
2. Urine
Kegunaan
a. Menafsirkan proses-proses metabolisme
b. Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)
Jenis pemeriksaan
a. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan
b. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
c. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah
makan)
d. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
Persiapan alat
a. Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
b. Wadah urine dengan tutupnya
c. Hand scoon
d. Kertas etiket
e. Bengkok
f. Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
Prosedur tindakan
a. Mencuci tangan
b. Mengisi formulir
c. Memberi etiket pada wadah
d. Memakai hand scoon
e. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup
rapat.
f. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
g. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
h. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
i. Membereskan dan merapikan alat
j. Melepas hand scoon
k. Mencuci tangan
3. Faeces
Pengertian
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan yang
tertentu
Tujuan
Untuk menegakkan diagnosa
Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan telur
cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
Persiapan alat
a. Hand scoon bersih
b. Vasseline
c. Botol bersih dengan penutup
d. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
e. Bengkok
f. Perlak pengalas
g. Tissue
h. Tempat bahan pemeriksaan
i. Sampiran
Prosedur tindakan
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas
kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril. Caranya
sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.
4. Cairan pervaginam
Persiapan alat
a. Kapas lidi steril
b. Objek gelas
c. Bengkok
d. Sarung tangan
e. Spekulum
f. Kain kassa, kapas sublimat
g. Bengkok
h. Perlak
Prosedur
a. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memasang sampiran
d. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian bawah
(jaga privacy pasien)
e. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
f. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
g. Mencuci tangan
h. Memakai sarung tangan
i. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak
dominan
j. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai
kebutuhan
k. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
l. Membuang kapas lidi pada bengkok
m. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan
ditutup
n. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke
laboratorium
o. Membereskan alat
p. Melepas sarung tangan
q. Mencuci tangan
r. Melakukan dokumentasi tindakan
5. Sputum
Pengertian
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan ludah
atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Tujuan
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh
pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.
Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
Persiapan alat
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak pengalas
f. Bengkok
g. Tissue
Prosedur tindakan
a. Menyiapkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Mengatur posisi duduk
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
f. Memakai hand scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan
(sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan

2.5. PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN RADIOLOGI


1. USG Abdomen dan Gynecologi - Obstetri
a. Pengertian Ultrasonografi (USG)
Adalah suatu tehnik pemeriksaan radiologi dengan memanfaatkan gelombang
suara atau ultrasound yang dipancarkan melalui transducer ke organ abdomen.
b. Tujuan
1) Untuk memperlihatkan struktur morfologis organ-organ abdomen, seperti :
hati, kandung empedu, pankreas, lien, ginjal, vesica urinaria, prostas,
adneksa, struktur vascular termasuk arteri dan vena, serta kelenjar
sekitarnya (mesenterium, para aorta, para iliaka), keadaan usus-usus,
keadaan uterus.
2) Penilaian dalam pemeriksaan ini meliputi struktur masing-masing organ
abdomen, struktur vasculer dan bilier (apakah terdapat batu atau endapan,
SOL atau kista, hematoma), pembesaran kelenjar atau bendungan pada
sistem urinarius (apakah terdapat cairan bebas atau ascites)
3) Untuk melihat dan mengamati kehidupan fetus sebelum kelahiran
4) Penilaian kehamilan meliputi : posisi janin, letak plasenta, cairan amnion,
kelainan mayor janin, jumlah janin, umur kehamilan, taksiran partus, berat
janin, jenis kelamin, lilitan talipusat
5) Untuk melihat dugaan adanya kehmailan di luar uterus dan kehmailan
ektopik terganggu (KET) terutama ditujukan untuk melihat cauran bebas di
dalam cavum douglassi atau dalam rongga abdomen, kadang-kadang dapat
dilihat janin
6) Untuk kasus-kasus dengan infeksi pelvis diperlukan pemeriksaan USG
untuk melihat daerah adneksa (terdapat fokal abses seperti tubo ovarial
abses, dsb)
c. Ruang lingkup
Pemeriksaan ini dilakukan seumur hidup, untuk pemeriksaan USG Gynecologi
– Obstetri dilakukan pada wanita dewasa
d. Langkah-langkah
1) Persiapan alat
a) Pesawat USG
b) Jelly
c) Tissue atau handuk
2) Persiapan pasien
a) Pada keadaan akut seperti trauma, tidak perlu dilakukan persiapan
seperti puasa. Pemeriksaan ditujukan untuk melihat keadaan organ-
organ serta kemungkinan adanya cairan bebas intra abdominal
b) Pada keadaan efektif, diperlukan puasa untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Puasa diperlukan sekitar 8 – 10 jam sebelumnya atau
sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG pagi hari sebelum makan pagi
c) Untuk neonatus hanya kira-kira sekitar 3 – 5 jam saja. Puasa terutama
ditujukan bila ingin menilai kandung empedu dan salurannya. Untuk
pemeriksaan lain misalnya ginjal, tidak diperlukan puasa sebelumnya
d) Untuk menilai pankreas dengan optimal, pasien minum air ter;lebih
dahulu sebanyak kira-kira 500 cc (untuk dewasa) agar lambung terisi
air dan pankreas mudah dinilai.
e) Untuk pemeriksaan kehamilan normal tidak diperlukan persiapan,
tetapi untuk pemeriksaan kehamilan dalam keadaan patologis (seperti
KET, infeksi pelvis) pasien diminta minum terlebih dahulu agar buli
terisi air dan dapat digunakan sebagai jendela untuk melihat struktur
uterus dan adneksa
e. Prosedur pemeriksaan
1) Untuk menilai/melihat ginjal
Tehnik pemeriksaannya :
a) Untuk melihat ginjal kanan, posisikan pasien supine pada mid axillary
atau subdistal maupun intercostal
b) Pasien LLD (Left Lateral Decubitus) untuk mempermudah
pemeriksaan karena pada posisi supine kadang-kadang akan
menyulitkan
c) Untuk melihat ginjal kiri, posisikan pasien RLD (Right Lateral
Decubitus)
d) Letakkan transducer pada intercostal 9 – 10 atau subcostal pada mid
axillary
e) Buat irisan longitudinal pada axis ginjal
f) Irisan transversal pada kutub atas (upper pole), pertengahan dan pada
kutub bawah (lower pole)
g) Pasien diminta tarik nafas panjang dan tahan napas, kemudian lakukan
pengambilan gambar
h) Kadang-kadang dilakukan pada punggung vertebra untuk memperjelas
gambaran karena ada otot-otot tebal di bagian depan
2) Untuk menilai/melihat liver
Tehnik pemeriksaannya :
a) Pasien tidur terlentang atau LLD
b) Pasien diminta tarik nafas panjang dan tahan nafas
c) Buat irisan transversal dan longitudinal pada daerah subcostal
d) Lakukan pada kedua lobus dari lobus kiri ke lobus kanan
3) Untuk menilai/melihat pankreas
Tehnik pemeriksaannya :
a) Pasien supine di atas bed atau meja pemeriksaan
b) Buat irisan longitudinal sepanjang axis vena cava untuk
memperlihatkan caput pankreas
c) Buat irisan transversal melalui lobus kiri sebagai acusitc window untuk
memperlihatkan body dan tail dengan menampakkan vena lienalis
sebagai landmark
4) Untuk menilai/melihat uterus
Tehnik pemeriksaannya :
a) Pertama dilakukan scanning secara longitudinal, hal ini untuk melihat
apakah kandung kemih terisi air dengan baik, bila belum pemeriksaan
ditunda
b) Pasien diminta untuk minum lagi dan diperiksa ulang 30 – 40 menit
kemudian
2. Rontgen atau Pemotretan Schedell
a. Pengertian
Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada tulang kepala atau tengkorak dengan
menggunakan tehnik radiografi
b. Tujuan
Untuk mendiagnosa kelainan atau fraktur pada tulang kepala atau tengkorak
c. Ruang lingkup
Pemeriksaan ini dilakukan untuk semua umur
d. Prosedur pemeriksaan
1) Antero Posterior (AP)
Posisi pasien :
a) Supine di atas bed atau meja pemeriksaan
b) Mid Sagittal Plane (MSP) : tubuh diatur tegak lurus terhadap
pertengahan bed atau meja pemeriksaan
Posisi obyek :
Posisi kepala diatur menunduk sehingga Infraorbitomeatal Line (IOML)
tegak lurus terhadap bed atu meja pemeriksaan dan diatur true AP
Posisi sinar :
FFD : 90 cm
CR : vertikal tegak lurus kaset
CP : pada glabella
2) Lateral
Posisi pasien :
a) Supine atau semiprone di atas bed atau meja pemeriksaan
b) Untuk pasien dengan cedera kepala berat, dilarang memenipulasi
pasien terutama bila diduga adanya fraktur cervical. Dalam hal ini
dibuat foto lateral dengan sinar horizontal
Posisi obyek :
Kepala dirotasikan dengan sisi yang akan difoto dekat dengan kaset
Kepala diatur true lateral, dengan cara mid line dari kepala diatur sejajar
dengan bed atau meja periksaan, atur interpopullary tegak lurus dengan
kaset
Posisi sinar :
FFD : 90 cm
CR : vertikal tegak lurus kaset
CP : pada daerah sella tursica
e. Faktor eksposi
Untuk anak-anak : Untuk Dewasa :
KV : 60 – 70 KV : 70 – 85
mAS : 10 – 15 mAS : 15 - 25
f. Sarana
1) Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
2) Pesawat rontgen, control table dan marker
3. Pap Smear (Papanicolaou Smear)
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks
serta mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi.
Persiapan dan pelaksanaan :
a. Lakukan informed consent
b. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
c. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina
dengan zat lain) memasukan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks
sekurang-kurangnya 24 jam
d. Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir dimasukan ke
vagina.
e. Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan ke kaca
mikroskop dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.
f. Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan
4. Mammografi
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada
bagianpayudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara
secaraperiodik.
Persiapan dan Pelaksanaan :
a. Lakukan informed consent
b. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
c. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
d. Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
e. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu diatas meja
kaset sinar x.
f. Lalu lakukan pemeriksaan
5. Laparoskopi
a. Pengertian
Suatu pemeriksaan dengan cara untuk melihat rongga abdomen dengan bantuan
laparoskop melalui dinding abdomen depan, yang sebelumnya telah dilakukan
pneumoperitoneum
b. Tujuan
1) Untuk menegakkan diagnostik dan diagnosa banding dari penyakit/infeksi
genetalia interna
2) Untuk pemantauan pada saat dilakukan tindakan histereskopi
3) Untuk mengangkat dan mencari translokasi AKDR
4) Second look operation, apabila diperlukan operasi sebelumnya
5) Infertilitas primer dan sekunder
c. Prosedur pemeriksaan
Anastesi untuk pemeriksaan laparaskopi :
1) Untuk anastesi lokal
Untuk laparoskopi yang tidak memerlukan waktu lama dan intervensi berat
dapat dilakukan dengan anastesi lokal (seperti pemasangan cincin/klip tuba
pada tindakan sterilisasi)
2) Untuk anastesi regional
Hanya digunakan apabila anastesi inhalasi merupakan kontra indikasi.
Efek samping : dapat terjadi vasodilatasi dan hipotensi yang mendadak
3) Untuk anastesi umum
Aman dilakukan oleh spesalis anastesi.
Posisi pasien :
Posisi yang digunakan yaitu posisi trendelenburg, dengan sudut kemiringan 15 –
250 (150 biasanya sudah cukup). Selain itu bokokng pasien harus lebih menjorok
ke depan, melewati ujung bed atau meja pemeriksa agar hidrotubator yang telah
dipasang dapat digerakkan bebas.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan laboratorium penting untuk
mengetahui gejala yang dikeluhkan pasien dengan tanda yang ditemukan. Karena
pemeriksaan laboratorium dandiagnostik merupakan salah satu sarana untuk menunjang
penegakan diagnosis penyakit yang diderita pasien. Pemeriksaan ini juga berperan untuk
memberikan gambaran pada organ dalam pasien tanpa dinilai apakah sedang mengalami
kelainan (keadaan patologis) atau tidak.

a. Saran
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan mengikuti prosedur yang ada sehingga diagnosa
dapat ditegakkan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Hall E.2014.guyton ddan hall buku ajaran fisiologi kedokteran. Edisi Bahasa Indonesia
12.Saunders : Elsviers(singapura)Pte.Ltd.

Actley,b.j., ladwing G.B.2014.nusring diangostik handbook: An Evidence Based guide to


planning care.10 th edition.Mosby : Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai