Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan

manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga didalam proses

pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang di hadapi selalu disertai

Dengan rasa tanggung jawab yang besar. Pendidikan dapat dikatakan sebuah

proses perubahan untujk menuju kemajuan dan kematangan seseorang. Kemajuan

dalam pendidikan artinya maju dalam berpikir secara logika dan maju untuk

menata depannya. Kematangan dalam pendidikan berarti matang dalam usia

sehingga dapat bertindak secara dewasa dalam setiap keadaan atau situasi dalam

lingkunganya.

Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan manusia dan tidak

terbatas pada umur. Suatu negara yang mutu pendidikannya rendah akan

mengakibatkan terhambtanya kemajuan negara . Dalam UU RI No 20 tahun 2003

teantang Sistem Pendidikan Nasional (DPR RI , 2007; 53) menyatakan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam ramgka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi npeserta didik agar

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia sehat, berilmu.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada

siswa di sekolah untuk membangun cara berpikir siswa. Oleh karena itu, pelajaran
matematika di sekolah tidak hanya menekan pada pemberian rumus-rumus

teatapi juga masalah – masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari

yang di gunakan untuk membantu perhitungan , pengukuran, penilaian , dan

sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran matematika dapat di

kuasai ooleh siswa, sesuai dengan pendapat Masykur dan Fathani (2007: 65)

Bahwa matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus di kuasai oleh

siswa.

Pelajaran matematika harus di berikan kepada seluruh siswa di mulai dari

tingkat dasar hingga tingkat menegah atas. Semua ini di perlukan untuk

membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis, logis, analisis, sistematis,

kreatif dan menimbulkan rasa percaya diri dan bekerja sama dalam kehidupan

sehari – hari. Pendapat tersebut di perkuat oleh Masykur dan Abdul (2007 ; 52)

yang menyatakan bahwa “ kompetensi tersebut di perlukan agar siswa dapat

memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan mememfaatkan informasi

untuk dapat bertahuan hidup pada keadaan yang selalu berubah , tidak pasti dan

kompetitif.

Menurut Uno dan Umar, matematika adalah bidang ilmu yang berfungsi

sebagai alat piker untuk berkomunikasi dan berbagai persoalan praktis ( 2009;

109). Salah satu standart kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun

sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan matematika dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan

menggunakan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan

atau masalah dalam kehidupan sehari – hari yang di gunakan untuk membantu

pengukuran, perhitungan, penilaian dan sebagainya. Siswa dilibatkan secara aktif

dalam mnengerjakan matematika, baik itu untuk memikirkan ide –ide mereka,
berbicara dan mendengarkan siswa lain dalam ide , strategi dan solusi. Menulis

mengenai matematika mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan mereka

dan mengklarifikasi ide-ide untuk mereka sendiri. Beragam bentuk kemampuan

komunikasi dalam matematika ini didukung oleh NCTM (Wihatma, 2004: 1) “

mencakup aspek – aspek kemampuan representasi, membaca, menulis, diskusi dan

evaluasi.

Guru mempelajari bahwa siswa ketika berpikir malalui konunikasi

Secara matematik baik cecara matematik maupun tulisan, siswa seringkali sulit

untuk mengeksplorasi. Menurut Abdullrahman sebagian orang memandang bahwa

matematika merupakan bidang studi yang sulit (2012; 202(, meskipun demikian

matematika perlu di pelajari karena merupakan sarana untuk memecahkan

masalahsehari- hari. Kegiatan pembelajaran matematika di kelas hanya

menekankan pada penguasaan materi dan lebih banyak menjalankan komunikasi

satu arah dengan siswanya sehingga siswa kurang aktif dalam memberikan

pendapat ataupun pertanyaan.Kurang hnya rasa keingintahuan membuat siswa

hanya melakukan sesuatu yang di perintahkan guru seperti mencatat ataupun

mengerjakan soal soal latihan . Sedangkan dalam penyampaian untuk

menyelesaikan suatu permasalahan , penggunaan simbol- symbol, notasi dan istilah

sering ditemukan kesalahan pada siswa.

Ketika komunikasi matematik di tekankan kepada siswa, siswa lebih

banyak memiliki kesempatan untuk menggali dan menyelidiki konsep- konsep

matematika dan memecahkan maslah matematika . Padahal dalam kehidupan

sehari- hari guru dengan kenyakinanya yang sudah ada menekankan siswa harus

hafal rumus- rumus, padahal dalam belajar metematika siswa harus

mengembangkan logika, alasan dan argumentasi serta meyakinkan orang lain.


Dalam pembelajaran siswa dapat mengerjakan soal matematika yang di berikan

namun ketika ditanya bagaimana mendapatkan hasilnya, siswa ,menjadi

bingungdan kesulitan dalam menjelaskan

Kekurangan kondisi siswa ini di perkuat Dengan pendapat Wihatma

(2004 : 3) bahwa kurang nya kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan

Ide ide matematika yaitu 1) model pembelajaran yang terpaku pada bentuk

pembelajaran yang bersifat statisdan monoton, 2) pembelajaran yang dilaksanakan

guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi, 3)

pada umumnya motivasi siswa untuk belajar matematika rendah, 4) masih banyak

siswa berpendapat bahwa matematika itu sulit dan membosankan.. Kemudian

Drenes dan Ruseffendi mengemukakan bnyak siswa yang setelah belajar

matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak di pahaminya, banyak

konsep yang dipahami secara keliru (2006: 156).

Pada dasarnya kemampuan akedemik siswa di kelas pada umumnya

bersifat heterogen, ada siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

Kondisi ini yang harus di perhatikan oleh guru untuk merancang program

pembelajaran matematika di kelas sehingga di harapkan setiap siswa dapat

terlayani dengan baik oleh guru maupun temanya sehingga potensi siswa dapat

berkembang secara maksimal. Selain pendekatan dalam proses pembelajaran,

faktor orangtua terutama perhatian orangtua juga harus diperhatikan. Hal tersebut

memungkinkan terjadinya perbedaan penerimaan materi masing- masing siswa.

Sehingga berkibat pula pada perbedaan kemampuan komunikasi matematika

mereka.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,

karena dari mereka anak-anak mula-mula menerima pendidikan didalam keluarga.


Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat belajar

sebagai mahluk sosial juga merupakan dasar pembentukan tingkah laku, watak,

moral, dan pendidikan anak. Dalam hal ini pendidikan tidak hanya dapat dilakukan

di lingkungan sekolah saja yang sekaligus merupakan lembaga pendidikan formal,

tetapi pendidikan juga dapat dilakukan di lingkungan keluarga.

Keluarga mempunyai peranan penting bagi proses sosialisai anak. Karena

keluarga merupakan tempat awal interaksi anak dengan anggota keluarga, serta

sebagai wadah sosialisasi bagi anak. Keluarga merupakan suatu system interaksi

antara individu secara timbalik. Tiap keluarga akan mensosialisasikannya dan akan

saling mengatur para anggotanya.

Pendidkan dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap anak

terutama dalam perkembangan pendidikan moral.Orang tua mempunyai peranan

yang sangat penting dalam membentuk perilaku dan budi pekerti yang baik. Kasih

saying yang di berikan orang tua bukanlah jaminan anak anak berperilaku baik

tanpa menanamkan kedisplinan dan kemandirian yang dapat menimbulkan

kepercayaan diri yang besar..Orang tua, harus memberikan pendidikan yang

terbaik untuk anaknya Dengan cara membentuk percaya diri dan kemandiriannya.

Jika hal tersebut telah tertanam dalam diri seorang anak, daka segala hal yang

menimpa anak, Dengan mudah anak akan menghadapi dengan tenang dan tanpa

menyerah

Belajar secara mandiri sangatlah penting dalam belajar matematika,

belajar akan berhasil secara optimal bila dilakukan dengan penuh

kemandirian. Kemandirian merupakan bentuk sikap terhadap objek di mana

individu memiliki independensi yang tidak terpengaruh terhadap orang lain.

Maksudnya orang yang berperilaku mandiri mampu memecahkan permasalahan


yang dihadapi oleh dirinya sendiri tanpa harus mengharapkan bantuan orang lain.

Kemandirian belajar adalah suatu bentuk belajar yang terpusat pada kreasi

peserta didik dari kesempatan dan pengalaman penting bagi Peserta didik sehingga

ia mampu percaya diri, memotivasi diri dan sanggup belajar setiap waktu. Dengan

kemandirian belajar tersebut peserta didik akan dapat mengembangkan nilai,

sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Setiap orangtua pasti mengharapkan anaknya menjadi orang yang sukses

dan berahlak mulia. Untuk mewujudkan keberhasilan anak yang diinginkan oleh

orang tua , sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Dalyono (2012 : 59)

“ faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak

dalam belajar. Tinggi rendahnya pengetahuan orangtuanya, besar kecilnya

penhasilan orang tua, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua,

rukun ataun tidaknya kedua orangtua, akrab tidaknya hubungan orangtua Dengan

anak – anaknya, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah semua itu

mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.

Dari hasil observasi yang dilakukan, pada saat pembelajaran berlangsung

terdapat beberapa masalah dalam kemandirian belajar siswa, yaitu kurangnya

rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang di berikan oleh guru, kurangnya

kemampuan mengatur dirinya sendiri, kurangnya percaya kepada kemampuan

diri sendiri, dan kurangnya kemampuan mengatasi masalah sendiri.

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan masalah-masalah tersbut,

yaitu ada dua faktor, yakni (faktor internal), faktor yang berasal dari dalam

dan (faktor eksternal), faktor yang berasal dari luar individu. Faktor yang

berasal dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia, kekuatan iman, taqwa
dan intelegensia (kecerdasan). Kecerdasan merupakan faktor endogin yang sangat

besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Jika kecerdasan anak rendah,

maka akan sulit mencapai hasil belajar yang baik, sehingga perlu bantuan dari

pendidik untuk membantu agar dapat tercapai hasil belajar yang diinginkan

secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas peningkatan kemandirian belajar siswa sangat

diperlukan mengingat bahwa prestasi belajar pada umumnya meningkat jika

kemandirian untuk belajar bertambah. Menurut Hendra Surya (2003:114), Belajar

mandiri adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri

individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya mempelajari objek

belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya. Dengan demikian

belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara

belajar.

Kesulitan atau kegagalan yang dialami siswa tidak hanya bersumber dari

kemampuan siswa tetapi faktor dari luar diri siswa, salah satunya strategi

pembelajaran yang dipakai. Kesalahan dalam pemilihan strategi pembelajaran

dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Saat ini banyak dari guru

yang masih menggunakan strategi pembelajaran yang konvensional, yaitu

guru membacakan atau memberikan bahan yang telah disiapkannya sedangkan

siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan

soal-soal sebagaimana yang dicontohkan oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar

diperlukan adanya kesiapan belajar yang didukung adanya kemandirian belajar

siswa sehingga akan berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran yang

diharapkan.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis

mengindentifikasikan beberapa maslah sebagai berikut ;

1. Seacara umum siswa terbentur pada hambatan hambatan yang di tujukan dalam

berperilaku seperti yang kurang bergairah, kurang tertarik, sehingga siswa acuh

tak acuh karena siswa merasa tidak mampu mempelajari bidang tersebut.

2. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa?

3. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi belajar siswa?

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi kemandirian siswa?

5. Bagaimana cara menumbuhkan kemandirian belajar siswa?

6. Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematik

siswa?

7. Apakah kemandrian belajar berpengaruh terhadap kemepuan komunikasi

matematik siswa?

8. Apakah perhatian orangtua berpengaruh terhadap kemepuan komunikasi

matematik siswa?

C. Batasan Masalah

Agar masalah dalam tesis tidak meluas maka dilakukan pembatasan sebagai

berikut:

1. Masih rendahnya perhatian orang tua terhadap kemampuan matematik siswa.

2. Kurang nya kemandirian belajar terhadap kemampuan matematik siswa.

3. Masih rendahnya perhatian orangtua dan kemandirian belajar kemampuan

matematik siswa.
D. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh orangtua dan kemandirian belajar sescara bersama –sama

terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa di SMP Kota Tangerang?

2. Bagaimana pengaruh orangtua terhadap kemampuan komunikasi matematika

siswa di SMP Kota Tangerang?

3. Bagaimana pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan komunikasi

matematika siswa di SMP Kota Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rurmusan masalah penelitian yang telah di kemukakan

terlebih dahulu, penelitian ini bertujuan mengetahui atau mempelajari pengaruh

perhatian orangtua dan kemandirian belajar siswa terhadap kemampuan

komunikasi matematika siswa . Tujuan penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh orangtua dan kemandirian belajar secara bersama –sama

terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa di SMP Kota Tangerang?

2. Mengetahui pengaruh orangtua terhadap kemampuan komunikasi matematika

siswa di SMP Kota Tangerang?

3. Mengetahui pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan komunikasi

matematika siswa di SMP Kota Tangerang?


F. Kegunaan Penelitian

1. Mamfaat bagi guru dan Orangtua

a. Memberikan masukan yang bermamfaat bvagi guru tentang pembelajaran

matematika yang dapat meningkatkan kemempuan komunikasi siswa.

b. Dapat membangun persepsi dan kesadaran guru bahwa perhatian

orangtua dan kemandirian belajar dapat mempengaruhi kemampuan

komunikasi matematik siswa.

2. Mamfaat bagi sekolah yaitu memberikan informasi dan masukan kepada

pihak sekolah dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan efektivitas

pemebelajaran matematika khususnya dalam kemempuan matematik.

Anda mungkin juga menyukai