Anda di halaman 1dari 10

Pemenuhan Hak Asi Ekslusif di Kalangan Ibu Bekerja:…| Angga Sisca Rahadian

PEMENUHAN HAK ASI EKSKLUSIF DI KALANGAN IBU BEKERJA:


PELUANG DAN TANTANGAN1

(FULFILLING THE RIGHT FOR EXCLUSIVE BREASTFEEDING AMONG


WORKING WOMEN: OPPORTUNITIES AND CHALLENGES)
Angga Sisca Rahadian
Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Korespodensi Penulis: ansira.sofyan@gmail.com

Abstract Abstrak

Women participation in the business today cannot be Peran perempuan dalam dunia kerja saat ini tidak
neglected. Demographic data shows that the dapat diabaikan. Hal ini terlihat dari jumlah angkatan
proportion of women in the total labor force from kerja perempuan tiap tahun semakin meningkat dan
year to year is exhibiting an upward trend. The data 66 persen angkatan kerja perempuan tersebut berada
also shows that approximately 66% of the working dalam usia reproduksi. Tulisan ini menganalisis
womens are at their reproductive age. Given on these hambatan dan tantangan ibu bekerja dalam memenuhi
circumstances, the aim of this paper is to study ASI eksklusif. Data yang digunakan berasal dari
challenges as well as opportunities of fulfilling the wawancara mendalam dengan beberapa ibu bekerja
right for exclusive breastfeeding among working dengan kriteria tertentu dan observasi tempat bekerja
women. This study uses data from in-depth interview informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
of working women and direct observation in office pemenuhan hak ASI eksklusif di kalangan ibu bekerja
environment. The study found that the number of masih jauh dari yang diharapkan. Baik lingkungan
working women able to do exclusive breastfeeding is fisik maupun lingkungan sosial kurang mendukung
still far from the expectation. On this founding, the para ibu bekerja untuk memberikan ASI sehingga
study identified that the lack of support from both memberi dampak negatif bagi ibu bekerja itu sendiri
physical and social environments is the major reason. maupun anaknya. Mayoritas informan tidak memiliki
Most of respondents have not lactation room in their ruang laktasi untuk tempat memompa ASI di tempat
office and if they want to express the milk, they have bekerjanya dan mereka memompa di tempat-tempat
to use inproper room, even in the toilet. In addition, yang kurang nyaman bahkan harus memompa di
they did not get support from their colleagues and it toilet. Selain itu, rekan-rekan satu kantor kurang
can influence the production of milk. Meanwhile, mendukung ibu bekerja untuk memompa dan
based on PP No. 33 Tahun 2012 about ASI Eksklusif membuat ibu bekerja merasa tidak mendapat
states that workplace have to provide lactation room dukungan sehingga memengaruhi jumlah hasil ASI
for their employee who breastfeed. The perahan dan tidak mencukupi kebutuhan anaknya.
recommendation of this study are (1) autorized Menurut PP No 33 Pasal 32 Tahun 2012 Tentang ASI
institution have to encourage workplace to provide Eksklusif menyatakan bahwa tempat bekerja harus
the lactation room and the support facilities menyediakan ruang laktasi untuk pegawainya yang
according to their financial ability (2) the workplace menyusui anaknya. Rekomendasi dari hasil penelitian
should make a campaign about exclusive ini adalah instansi berwenang perlu mendorong
breastfeeding with posters or brocures so it can tempat bekerja untuk menyediakan ruangan menyusui
increase awareness and knowledge to support ASI dan fasilitas pendukung sesuai dengan
Eksklusif program (3) a strict sanction must be kemampuannya. Kemudian, tempat bekerja sebaiknya
applied for the workplace which do not provide mensosialisasikan pemberian ASI eksklusif kepada
lactation room. pegawainya dengan membuat brosur atau poster
sehingga menumbuhkan kesadaran dan pemahaman
Keywords: Working Women, Exclusive Breastfeeding, para pegawai untuk mendukung ASI eksklusif.
Health Terakhir sanksi tegas perlu diberikan bagi tempat
bekerja yang tidak memiliki ruangan menyusui.

Kata Kunci: Ibu Bekerja, ASI Eksklusif, Kesehatan

1 Artikel ini telah dipresentasikan dalam forum pertemuan Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) yang berlangsung di
Jatinangor, 26 -28 November 2014

109
Pemenuhan Hak Asi Ekslusif di Kalangan Ibu Bekerja:…| Angga Sisca Rahadian

PENDAHULUAN antara pekerjaan dan pemberian ASI. Kajian pertama


menunjukkan bahwa pekerjaan tidak memiliki
Peran perempuan dalam dunia kerja tidak dapat pengaruh yang signifikan terhadap pemberian ASI,
diabaikan. Tren jumlah angkatan kerja perempuan perempuan bekerja maupun tidak bekerja memiliki
dari tahun 2012 sampai dengan 2014 menunjukkan durasi yang tidak jauh berbeda dalam memberikan
adanya peningkatan. Berdasar data Kementerian ASI (Orwell dan Murray, 1974: Plank and Milanesi,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada 2014 jumlah 1973 dalam Esterik dan Greiner, 1981). Hal tersebut
angkatan kerja perempuan yang terdiri dari golongan dapat terjadi salah satunya karena jarak antara rumah
umur 15 ta Kementerian Tenaga Kerja dan dengan tempat bekerja dekat sehingga pada saat
Transmigrasi pada 2014 jumlah angkatan kerja pere. istirahat ibu dapat pulang untuk menyusui anaknya.
Sementara itu, sebesar 66 persen angkatan kerja Selain itu, jenis pekerjaan juga menentukan apakah
perempuan tersebut berada dalam usia reproduksi. ibu masih dapat melanjutkan menyusui atau tidak.
Pambudi (2012) menyatakan bahwa usia reproduksi Pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah seperti
seseorang berada dalam rentang usia 15 15 berada home industry sangat memungkinkan ibu dapat
Usia reproduksi dalam hal ini mengacu pada menyusui anaknya karena waktu yang fleksibel dan
kemampuan seorang perempuan dalam menghasilkan tidak adanya ketentuan ketat dari tempat bekerja
keturunannya. Jumlah angkatan kerja perempuan yang terkait menyusui.
cukup besar pada usia reproduksi memungkinkan
pekerja perempuan tersebut dapat mengandung serta Sementara itu, kajian lainnya menyatakan bahwa
memiliki anak. kembalinya ibu bekerja merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan angka pemberian ASI menurun.
Dalam teori continuum of care dijelaskan bahwa Hal ini dapat diketahui dari The UK National Infant
seribu hari pertama kehidupan seorang manusia yang Feeding yang dilakukan pada tahun 2000 dengan
terhitung sejak dalam janin sampai usia dua tahun melibatkan sampel 9.500 ibu yang melahirkan bayi di
merupakan fase penting yang bukan hanya Inggris, menunjukkan bahwa sebanyak 39 persen
berpengaruh terhadap jangka pendek akan tetapi alasan berhenti menyusui karena kembalinya ibu
jangka panjang kehidupan mereka (Jalal, 2014). Salah bekerja (Hamlyn, dkk, 2002: 144). Demikian pula,
satu hal yang direkomendasikan untuk memenuhi fase hasil kajian Ong dkk dengan mewawancarai 2.149 ibu
penting dalam periode enam bulan pertama adalah di Singapura menunjukkan pekerjaan merupakan
pemberian air susu ibu (ASI) Eksklusif2. alasan utama ibu-ibu di Singapura untuk berhenti
menyusui anaknya antara 2-6 bulan setelah
Mayoritas perempuan kembali bekerja setelah masa melahirkan (Ong, dkk, 2005). Kajian yang dilakukan
cuti melahirkan selesai (Geusken dan Burdorf, 2014). Li Bai, dkk melalui survei terhadap 1.738 ibu yang
Setelah kembali bekerja, mereka dapat menghentikan kembali bekerja setelah melahirkan menunjukkan
atau melanjutkan kembali pemberian ASI kepada hanya 32 persen yang dapat melanjutkan menyusui
bayinya. Terdapat dua kajian yang bertolak belakang anaknya (Li Bai, dkk. 2014). Hal yang sama terjadi di
Malaysia, dari 290 responden yang diwawancara yaitu
2
Definisi mengenai ASI eksklusif dapat berbeda-beda, definisi
ibu bekerja yang memiliki anak antara 6 sampai 12
yang digunakan saat ini adalah fokus terhadap jumlah dari ASI itu bulan, menunjukkan 51 persen tidak melanjutkan
sendiri sedangkan definisi lain yakni fokus pada bagaimana bayi menyusui (Amin, dkk, 2011).
menerima ASI tersebut dan bukan hanya terpaku pada jumlah
(Weiss, dkk, 2012). Dalam tulisan ini definisi ASI eksklusif Kondisi kembalinya ibu bekerja memengaruhi
mengacu pada WHO yakni pemberian ASI saja kepada bayi sejak menurunnya pemberian ASI juga terjadi di Indonesia.
lahir tanpa makanan dan minuman tambahan lain kecuali vitamin,
mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai bayi
Penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo dan Dyah
berusia 6 bulan. Terkait dengan durasi menyusui, rekomendasi (2009) di Purwokerto, Jawa Tengah terhadap
WHO mengalami perubahan pada durasi menyusui secara karyawan Perguruan Tinggi Negeri menunjukkan
eksklusif. Sebelum tahun 2001, rekomendasi yang diajukan presentase pemberian ASI eksklusif hanya 21 persen.
adalah sejak bayi lahir sampai usia 4 bulan. Kemudian WHO Kemudian, penelitian Fauzie (2006) di Jakarta
melakukan kajian dengan mengidentifikasi 16 penelitian
independen terkait dengan ASI eksklusif baik di negara maju menunjukkan bahwa hanya 3,8 persen ibu bekerja di
maupun negara berkembang. Hasil kajian tersebut menunjukkan Jakarta yang menyusui ASI eksklusif. Senada dengan
bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif selama enam bulan akan hal di atas penelitian Afriana (2004) menunjukkan
lebih sedikit menderita infeksi gastrointestinal dan juga lebih bahwa di Instansi Pemerintah DKI Jakarta, ibu
sedikit mengalami gangguan pertumbuhan (WHO, 2002). Oleh
karena itu, sejak tahun 2002 WHO merekomendasikan ASI
bekerja yang dapat menyusui secara eksklusif hanya
eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan lagi sampai usia 28 persen. Penelitian secara kualitatif yang dilakukan
anak 24 bulan. oleh Rejeki (2004) menunjukkan bahwa ibu bekerja
terpaksa menghentikan penyusuan bayi dan

1
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 9, No. 2, Desember 2014 | 109-118

mengganti dengan susu formula karena jarak tempat MENGAPA HARUS ASI?
kerja yang jauh dari rumah dan tidak tersedianya
fasilitas bagi ibu untuk menyusui bayinya (Abdulah, Pembahasan mengenai pemberian ASI kepada bayi
2011: 3). bukan hanya dijelaskan secara ilmiah, namun bagi
umat muslim dijelaskan dalam kitab suci Al Quran
Peraturan yang ada terkait dengan cuti melahirkan yakni surat Al Baqarah ayat 233. Surat tersebut
adalah pekerja perempuan berhak mendapatkan tiga memiliki arti:
bulan selama proses melahirkan. Oleh karena itu, ibu
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-
bekerja harus mengeluarkan ASI ketika sedang berada
anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
di tempat bekerja yang dapat dipergunakan oleh
bagi yang ingin menyempurnakan
anaknya di rumah. Lebih lanjut Faught menyatakan
penyusuan…”.
bahwa ketika ibu menyusui tidak bersama dengan
anaknya, maka perlu memerah ASI untuk menjaga
Makna dalam surat tersebut adalah anjuran bagi para
pasokan ASI dan mencegah komplikasi yang biasa
ibu yang melahirkan anaknya untuk memberikan ASI
terjadi seperti pembengkakan payudara, kebocoran
selama dua tahun. Dalam Al Quran sendiri bahasan
ASI, dan tersumbatnya payudara (dalam Cardenas dan
mengenai menyusui disebutkan sebanyak sebelas kali
Major, 2005). Tempat bekerja diwajibkan
(Mahmud, 2006). Dengan demikian, menyusui
menyediakan ruang laktasi sesuai dengan amanah PP
merupakan sesuatu yang memiliki manfaat bukan
No 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif yang
hanya untuk bayi akan tetapi juga bagi ibunya
ditujukan bagi ibu bekerja yang masih menyusui
sehingga menyusui sangat dianjurkan menurut ajaran
anaknya sehingga ibu bekerja dapat memerah ASI
agama Islam.
dengan cara dipompa menggunakan alat khusus
maupun secara manual atau dengan tangan.
Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat dalam jangka
Berdasar data SDKI 2012 presentase pemberian ASI pendek akan tetapi juga dalam jangka panjang. Dalam
eksklusif secara nasional sebesar 27 persen. Angka jangka pendek dapat mengurangi angka kesakitan dan
tersebut masih jauh dari target yang telah ditetapkan, kematian pada anak-anak akibat penyakit infeksi,
yakni sebesar 80 persen. Sejak tahun 2012 PP sedangkan dalam jangka panjang pemberian ASI
mengenai ASI sudah disyahkan dan hal ini memiliki hubungan yang erat dengan IQ (WHO,
menunjukkan adanya dukungan dan keleluasaan bagi 2013). Lembaga dunia yang menangani masalah
ibu bekerja yang masih menyusui untuk dapat anak-anak atau UNICEF (2012) telah merangkum
memberikan ASI kepada anaknya. Akan tetapi yang manfaat ASI untuk ibu dan anak. Berikut adalah
terjadi di lapangan adalah ibu bekerja merasa manfaat pemberian ASI bagi anak; ASI merupakan
kesulitan untuk memerah ASI dikarenakan tidak makanan sempurna yang sesuai dengan kebutuhan
mendapat dukungan baik fasilitas maupun dari bayi dalam enam bulan pertama kehidupannya. ASI
lingkungan sosial. Tujuan tulisan ini yakni ingin juga meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
menganalisis peluang dan tantangan ibu bekerja bayi dan dapat mencegah bayi dari kekerdilan. ASI
dalam memberikan ASI eksklusif. selalu tersedia dan dalam temperatur yang tepat
sehingga tidak perlu khawatir ASI akan habis. Dengan
Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data menyusui ikatan antara ibu dan anak semakin kuat
primer dari wawancara mendalam terhadap lima sehingga berguna untuk menstimulasi kemampuan
orang ibu bekerja yang dipilih sesuai dengan kriteria, psikomotorik, perkembangan sosial, dan kasih sayang
diantaranya ibu bekerja yang bekerja di sekitar anak. Penelitian yang dilakukan oleh Lamberti, dkk
Jabodetabek, pekerja formal yang bekerja di lembaga (2013) menunjukkan bahwa menyusui dapat
pemerintah, perusahaan swasta, dan fasilitas umum. mengurangi risiko kematian dan kesakitan akibat
Selain itu, untuk memperoleh gambaran ruangan yang penyakit pnemonia pada anak-anak di bawah dua
dijadikan sebagai ruang laktasi oleh para informan, tahun sehingga dianjurkan untuk menyusui secara
penulis juga mengobservasi ruangan tersebut. Data eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia
sekunder penulis peroleh dari BPS, data dari 24 bulan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, kajian- Lamberti, Dkk (2011) menyatakan menyusui juga
kajian yang relevan, dan informasi dan data dari dapat mengurangi risiko kesakitan dan kematian
media massa. Proses pengumpulan data dilakukan akibat diare. Pnemonia dan diare adalah salah satu
pada Agustus – Oktober 2014. penyebab utama kematian bayi di bawah lima tahun
(WHO, 2014).

2
Pemenuhan Hak Asi Ekslusif di Kalangan Ibu Bekerja:…| Angga Sisca Rahadian

Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Wendy Masih rendahnya target angka capaian pemberian ASI
dkk (2009) menyatakan bahwa menyusui selama lebih eksklusif membuat instansi yang berwenang perlu
dari enam bulan dapat mengurangi masalah kesehatan membuat peraturan yang dapat mendukung ibu
mental pada anak dan remaja. Selanjutnya Roesli bekerja supaya tetap dapat memberikan ASI kepada
(2009) menyatakan bahwa bayi yang disusui memiliki anaknya. Berikut adalah beberapa kebijakan dalam
perasaan dilindungi karena sering berada dalam lingkup internasional maupun nasional yang
dekapan ibunya sehingga hal ini menjadi dasar mengupayakan hak ibu bekerja untuk memberikan
perkembangan emosi bayi dan membentuk ASI kepada anaknya dapat terakomodasi:
kepribadian yang percaya diri dan spiritual yang baik
(dalam Abdulah, 2012). 1. Dalam lingkup internasional peraturan yang
dikeluarkan untuk mendukung ibu bekerja supaya
Sementara itu, manfaat untuk ibu antara lain bahwa tetap menyusui yaitu dibuat oleh badan dunia
dengan menyusui mengurangi risiko pendarahan yang mengurusi masalah perburuhan, ILO,
setelah melahirkan dan menyusui sesegera mungkin melalui Konvensi Internasional No. 183 Tahun
dan sesering mungkin akan mencegah dari risiko 2000 Tentang Konvensi Perlindungan Maternitas.
pembengkakan payudara. Selain itu, menyusui dapat Tujuan dari konvensi ini adalah mempromosikan
mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium serta kesetaraan semua perempuan dalam angkatan
osteoporosis (UNICEF, 2012). Menyusui secara kerja dan kesehatan, serta keselamatan ibu dan
eksklusif menunda masa subur sehingga ada jeda anak. àDalam konvensi tersebut terdapat pasal
kehamilan berikutnya atau menyusui secara eksklusif yang melindungi ibu bekerja untuk tetap dapat
merupakan salah satu bentuk metode kontrasepsi memberikan ASI, yakni pasal 10 ayat 1 dan ayat
(American Academic of Paediatrics, 2014). 2.
PELUANG IBU BEKERJA DALAM - Ayat 1: Seorang perempuan harus diberi hak
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF untuk satu atau lebih istirahat harian atau
pengurangan jam kerja harian untuk
Tren ASI eksklusif dari tahun 1991 s.d. 2012 menyusui anaknya.
mengalami fluktuasi. Di tahun 1991 bayi yang
mendapat ASI eksklusif sebesar 29 persen dan turun - Ayat 2: Masa istirahat untuk menyusui atau
menjadi 17 persen di tahun 1994. Kemudian di tahun pengurangan jam kerja harian diperbolehkan;
1997, angka ASI eksklusif meningkat sebesar 7 jumlahnya, durasi istirahat menyusui dan
persen namun turun secara signifikan di tahun 2002- prosedur pengurangan jam kerja harian harus
2003 dan berada pada titik terendah. Kemudian, data ditentukan oleh hukum dan praktek nasional.
menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI Istirahat atau pengurangan jam setiap hari
eksklusif naik perlahan-lahan sampai mencapai angka kerja akan dihitung sebagai waktu kerja dan
27 persen di akhir periode. Selain itu, penelitian yang dibayar dengan sesuai.
dilakukan oleh Abdullah (2012) menunjukkan bahwa 2. UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 Pasal 83
proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di menyatakan bahwa pekerja/buruh perempuan
Kementerian Kesehatan sebesar 62,5 persen, masih yang anaknya masih menyusu harus diberi
dibawah target yang ditetapkan oleh Kementerian kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya
Kesehatan. Padahal, institusi tersebut merupakan jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.
salah satu lembaga pemerintah yang bertanggung
jawab dalam mensukseskan program ASI eksklusif. 3. Peraturan bersama tiga menteri: Menteri Negara
Berikut adalah grafik tren ASI eksklusif di Indonesia Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja
dari tahun 1991 s.d. 2012. dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan Nomor
48/MEN.PP/XII/2008, 27/MEN/XII/2008, DAN
Diagram 1: Persentase Cakupan Bayi yang mendapat 1177/MENKES/PB/XII/2008 Tahun2008 Tentang
ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 1991 Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama
s.d. 2012 Waktu Kerja di Tempat Bekerja. Tujuan peraturan
50% bersama ini adalah untuk memberi hak ibu
38% 0.29 0.24 0.27 menyusui yang berupa kesempatan dan fasilitas
0.17 0.14 0.18
25% kepada ibu bekerja untuk memberikan/memerah
13% ASI selama waktu kerja dan menyimpan ASI
0% perah tersebut. Akan tetapi, peraturan tersebut
1991 1997 2007 sifatnya hanya imbauan sehingga apabila ada
Sumber: SDKI 2012 Kesehatan Reproduksi

3
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 9, No. 2, Desember 2014 | 109-118

tempat bekerja yang tidak mematuhinya maka Peraturan-peraturan di atas menunjukkan adanya
tidak dapat diberikan sanksi. keleluasaan bagi ibu bekerja untuk dapat menyusui
sehingga anaknya memperoleh ASI eksklusif. Selain
4. PP No 33 Tahun 2012 Tentang ASI Eksklusif, itu, adanya peraturan tersebut juga diharapkan
- Pasal 30 : semakin banyaknya cakupan ASI eksklusif sehingga
target capaian ASI eksklusif sebesar 80 persen dapat
• Pengurus Tempat Kerja dan tercapai. Akan tetapi, realita yang terjadi di lapangan
penyelenggara tempat sarana umum harus tidak sesuai dengan yang terdapat dalam peraturan.
mendukung program ASI Eksklusif. Tidak semua tempat bekerja mau dan menyediakan
• Pengurus Tempat Kerja dan ruang menyusui untuk para pegawainya, bahkan
penyelenggara tempat sarana umum harus kurangnya dukungan dari lingkungan sosial.
menyediakan fasilitas khusus untuk
Pengetahuan dan perhatian akan manfaat ASI yang
menyusui dan/atau memerah ASI sesuai
besar untuk anak membuat masyarakat mulai
dengan kondisi kemampuan perusahaan.
mendirikan komunitas untuk mendukung dan
• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara melakukan pemberian ASI. Salah satu komunitas
penyediaan fasilitas khusus menyusui yang turut aktif mengkampanyekan ASI diantaranya
dan/atau memerah ASI diatur dengan adalah komunitas peduli ASI (KPA) yang ada di
Peraturan Menteri. berbagai daerah seperti KPA Banten, KPA
Balikpapan, dll. Selain itu juga di jejaring media
- Pasal 31
sosial seperti di Twitter, Facebook, yang dapat dilihat
• Tempat Kerja sebagaimana dimaksud melalui akun AIMI, ID_AyahASI, kelompok Tambah
dalam Pasal 30 terdiri atas: perusahaan ASI Tambah Cinta. Komunitas tersebut sebagai media
dan perkantoran milik Pemerintah, berbagi pengetahuan antar para anggotanya dan juga
Pemerintah Daerah, dan swasta. media untuk saling mendukung para ibu menyusui
- Pasal 34 dan keluarganya. Keberadaan komunitas-komunitas
tersebut membantu para ibu dan juga keluarga dapat
• Pengurus Tempat Kerja wajib memahami manfaat dan pemberian ASI sehingga
memberikan kesempatan kepada ibu yang pemberian ASI bukan sesuatu yang sulit dan
bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif memberatkan untuk dijalankan. Dengan adanya
kepada Bayi atau memerah ASI selama komunitas tersebut, kesulitan-kesulitan yang dialami
waktu kerja di Tempat Kerja oleh ibu bekerja dalam memberikan ASI kepada
- Pasal 35 anaknya dapat diminimalisir selain itu masyarakat
juga semakin sadar akan manfaat ASI.
• Pengurus Tempat Kerja dan
penyelenggara tempat sarana umum wajib Selain itu, munculnya bisnis jasa antar jemput ASI
membuat peraturan internal yang profesional di mana kurir mengambil ASI perah dari
mendukung keberhasilan program tempat bekerja ibu menuju rumah. Kurir tersebut
pemberian ASI Eksklusif. sudah menyediakan tas pendingin sehingga ASI
masih dalam keadaan baik sesampainya di rumah
- Pasal 36
(www.detik.com). Supaya menghindari jalan macet di
• Setiap pengurus Tempat Kerja dan/atau Jakarta dan sampai rumah tepat waktu, kurir tersebut
penyelenggara tempat sarana umum yang menggunakan motor.Keberadaan jasa layan antar
tidak melaksanakan ketentuan tersebut mempermudah ibu bekerja memberikan ASI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 eksklusif sehingga anak masih tetap dapat menikmati
atau Pasal 34, dikenakan sanksi sesuai ASI meskipun ibu berada di tempat bekerja.
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan TANTANGAN
- Pasal 37 Dalam usaha memberikan ASI eksklusif, ibu bekerja
• Masyarakat harus mendukung menghadapi halangan dan rintangan yang tidak kecil.
keberhasilan program pemberian ASI Akan tetapi, meskipun dengan segala keterbatasan
eksklusif baik secara perorangan, yang dimiliki, ibu bekerja harus tetap bisa memerah
kelompok, maupun organisasi. ASI dengan fasilitas minimal dan tekanan maksimal.
Meskipun terdapat peraturan yang mewajibkan tempat
bekerja menyediakan ruang menyusui untuk

4
Pemenuhan Hak Asi Ekslusif di Kalangan Ibu Bekerja:…| Angga Sisca Rahadian

pegawainya dan perlunya dukungan dari masyarakat, ruangannya, sampai-sampai ASI tumpah dari corong
pada kenyataannya masih banyak tempat bekerja yang pemompa dan membasahi baju. Selain itu, ia juga
tidak memiliki ruang menyusui. Hal ini dapat kesulitan untuk menyimpan ASI perah yang harus
diketahui dari survei yang dilakukan oleh AIMI disimpan di lemari pendingin atau kulkas karena
dengan Save the Children di Aceh, Jawa Barat, dan kulkas yang ada terlalu penuh untuk menyimpan
Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan dari 37 barang-barang lain dan khawatir ASI perah
kantor pemerintah yang diteliti hanya empat kantor terkontaminasi. Selama ini, ia menyimpan ASI perah
atau 10,81 persen yang sudah mempunyai fasilitas di tas pendingin yang terdapat ice gel sehingga dapat
ruangan menyusui khusus. Tak berbeda jauh dengan tahan lama sampai dibawa pulang ke rumah.
kantor pemerintah, di kantor swasta juga mengalami
hal yang sama, hanya dua kantor dari 18 kantor yang Tidak berbeda jauh dengan C, A memerah ASI di
disurvei memiliki ruang menyusui. (www.detik.com). kubikal yang kondisinya lebih baik dari C karena
masih terdapat sekat. Meskipun terdapat sekat, apabila
Fasilitas Ruang Menyusui yang tidak memadai: terdapat rekan kerja lain yang mencarinya dan berdiri
Dari Toilet sampai Ruang Rapat di sekat tersebut, aktivitas yang dilakukan A masih
terlihat. Pilihan memompa di kubikal merupakan
Terkait dengan fasilitas untuk menyusui di tempat pilihan yang lebih baik karena tidak ada ruangan yang
bekerja, semua informan yang diwawancarai lebih aman untuk memompa. Ia bekerja sebagai
memerah ASI bukan di ruangan khusus menyusui peneliti di sebuah rumah sakit besar rujukan nasional.
akan tetapi di tempat yang memungkinkan untuk Tempat bekerjanya memiliki ruangan laboratorium
memerah. Dari lima informan, hanya satu informan, yang hanya digunakan olehnya, akan tetapi karena
C, yang memiliki ruang menyusui. Ia bekerja sebagai eksperimen yang dilakukan menggunakan bahan-
pegawai pemerintah yang kantornya cukup besar. bahan karsinogenik sehingga apabila ia memerah di
Meskipun C memiliki ruang menyusui akan tetapi ia laboratorium khawatir ASInya tercemar bahan-bahan
tidak pernah sekalipun memerah di ruangan tersebut. berbahaya tersebut. A menyimpan ASI perah di
Hal ini dikarenakan ruangan tersebut memang tidak kulkas milik kantor sedangkan untuk mensteril alat-
pernah digunakan oleh para ibu menyusui di alat perah ia menggunakan air panas dari dispenser.
lingkungan tersebut untuk memerah. Keberadaan
ruang menyusui tersebut relatif baru karena memang Pengalaman A menunjukkan bahwa meskipun tempat
baru dibuat setelah kunjungan ketua AIMI ke kantor kerjanya merupakan salah satu fasilitas umum yang
tersebut. Tidak adanya informasi resmi tentang cukup besar dan berhubungan dengan pelayanan
ruangan tersebut dan pegawai mengetahui adanya kesehatan, namun tidak menyediakan ruangan
ruangan menyusui dari mulut ke mulut. Fasilitas yang menyusui untuk para pegawainya. Terlebih lagi
disediakan juga tidak sesuai dengan ketentuan, hanya rumah sakit tersebut berada langsung di bawah
pendingin ruangan yang kontrolnya juga tidak ada Kementerian Kesehatan yang membuat peraturan
sehingga tidak dapat digunakan. Apabila ada ibu bersama dengan dua kementerian lainnya yaitu
menyusui yang ingin menggunakan ruangan tersebut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
untuk memerah harus mencari-cari kunci terlebih Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dahulu sedangkan orang yang memegang kunci tidak mengenai perlu disediakannya ruangan menyusui di
jelas siapa. Dapat dikatakan bahwa keberadaan ruang setiap tempat bekerja. Dari kondisi tersebut dapat
menyusui tersebut hanya memenuhi syarat dari terlihat bahwa masih belum seriusnya pemerintah
peraturan yang ada namun fasilitas yang diberikan dalam mendukung praktik ASI eksklusif.
terbatas dan pada akhirnya tidak berfungsi selayaknya
ruang menyusui. Sama halnya dengan pengalaman A dan C, E juga
harus memompa di kubikalnya karena tidak adanya
Dengan berbagai ketidaknyaman dan kesulitan ruangan menyusui di tempat bekerjanya. Ia bekerja di
mengakses ruangan tersebut, C memilih untuk kantor pemerintahan di mana salah satu fungsi
memerah di kubikalnya yang hanya berukuran 1m x lembaganya melakukan kajian-kajian di berbagai
1m dengan menggunakan apron, kain penutup bidang, salah satunya tentang kesehatan. E harus
menyusui. Ruangan C berisi tujuh orang pegawai, memerah dengan apron dan terkadang menghadap
yaitu lima perempuan dan dua laki-laki. Aktivitas tembok untuk menutupi kalau ia sedang memerah
yang dilakukan setiap orang di ruangan tersebut dapat sehingga tidak terlihat orang-orang yang masuk ke
terlihat oleh rekan-rekan lainnya karena tidak adanya ruangannya. Ia tidak mengalami masalah dalam
sekat antar kubikal. Awal-awal kegiatan memerah menyimpan hasil ASI perah, ia dapat menaruhnya di
dengan kondisi demikian membuat C salah tingkah, kulkas kantor dan setelah pulang dapat dibawa dengan
merasa kikuk karena terdapat dua orang laki-laki di cooler bag yang telah disiapkan. Untuk mensteril

5
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 9, No. 2, Desember 2014 | 109-118

botol dan alat memerah ASI, ia menggunakan air belum dilaksanakan dengan baik, terutama di kantor
panas yang terdapat didispenser karena di kantor tidak pemerintah yang membuat peraturan bersama
terdapat sterilizer. mengenai adanya ruangan menyusui di tempat
bekerja. Pengetahuan informan mengenai adanya PP
Sementara itu, pengalaman D jauh lebih mengenaskan No 33 Tahun 2012 mengenai ASI Eksklusif di mana
karena meskipun kantornya termasuk perusahaan setiap tempat bekerja harus menyediakan ruangan
besar tapi ruangan menyusui tidak tersedia. Kegiatan menyusui juga terbatas. Hanya dua informan yang
memerah ASI dilakukan di salah satu bilik di toilet mengetahui adanya PP tersebut namun juga tidak
yang jarang terpakai karena rusak. Ia tidak memerah dapat berbuat apa-apa karena terkait dengan kebijakan
di kubikal karena lokasi kubikalnya berdekatan atasan. Di tempat bekerja sendiri tidak ada kebijakan
dengan kubikal atasannya yang laki-laki sehingga ia khusus bagi pekerja yang memberikan ASI di waktu
tidak nyaman apabila harus memerah di tempat bekerja. Meskipun tidak memiliki kebijakan internal
tersebut. Selain itu, ia memerah menggunakan pompa di setiap kantor informan, mereka tetap diperbolehkan
asi elektrik yang bunyinya cukup keras dan untuk memerah di waktu bekerja.
mengganggu rekan-rekan kerja yang lain apabila
mesin tersebut digunakan. Ketika memerah di toilet, Minimnya Dukungan Lingkungan Sosial
ia tidak dapat menggunakan tenaga listrik untuk
menjalankan mesin pompa ASInya karena di toilet Selain fasilitas berupa ruang menyusui dan peralatan
tidak terdapat aliran listrik sehingga ia harus lainnya, lingkungan sosial merupakan hal yang tidak
menggunakan batu batre dan mengeluarkan biaya dapat diabaikan. Lingkungan tersebut merupakan
yang tidak sedikit untuk kebutuhan batu batre salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
tersebut. Meskipun ia tidak merasa nyaman harus menyusui, yang termasuk pengaruh lingkungan yakni
memerah di toilet, tapi itu adalah tempat yang opini-opini keluarga dan teman-teman, kebijakan
memungkinkan untuk memerah. Kekhawatiran akan kesehatan dll (Geuskens dan Burdorf, 2008).
kondisi toilet yang kotor dan banyak kuman-kuman
yang berbahaya yang dapat mencemari ASInya ia Pengalaman yang dialami oleh informan berbeda-
kesampingkan karena ia sangat ingin memberikan beda, ada yang didukung oleh rekan-rekan kerja
ASI eksklusif untuk anaknya. Selain itu, di kantornya maupun keluarga, namun tidak sedikit yang tidak
juga tidak tersedia kulkas yang digunakan untuk mendapat dukungan bahkan komentar negatif.
pegawai. Satu-satunya kulkas terdapat di ruang Board Sementara itu, komentar positif membuat ibu bekerja
of Director (BOD) sehingga ia merasa sungkan dapat memerah dengan lancar. Hal ini didukung oleh
menitip ASI perah di kulkas tersebut. Solusinya Cardenas dan Major (2005) yang menyatakan bahwa
adalah menggunakan tas pendingin dengan tambahan lingkungan yang mendukung, dalam hal ini atasan
ice gel sehingga sampai di rumah ASI tersebut masih maupun rekan kerja, merupakan indikasi diterimanya
layak dikonsumsi. kegiatan menyusui di tempat bekerja sehingga dapat
meminimalisir tekanan yang dialami ibu bekerja
Dari kelima informan, informan B yang paling untuk dapat menyusui atau memerah. Tekanan yang
beruntung. Meskipun tidak memiliki ruang menyusui diterima oleh ibu bekerja berpotensi memengaruhi
untuk memerah, akan tetapi ia diperbolehkan untuk jumlah produksi ASI perah. Dengan demikian, salah
memompa di ruang rapat apabila tidak digunakan atau satu keberhasilan ASI eksklusif adalah dukungan
di ruang salah satu atasan perempuannya sehingga ia lingkungan sehingga membuat ibu menyusui merasa
tidak merasa ada masalah dalam memerah ASI. nyaman dan aliran ASI pun lancar.
Kantor B termasuk perusahaan kecil dengan jumlah
pegawai sekitar 20 orang dan terletak di daerah A merupakan pegawai yang paling muda usianya
segitiga emas Jakarta. Pembuatan ruang menyusui diantara rekan kerja lainnya. Kegiatan memerah
khusus agak sulit karena menyewa ruangan di tempat dilakukan di kubikal dengan menggunakan mesin
tersebut sangat mahal sehingga atasan harus efisien pompa elektrik yang suaranya cukup keras. Selama ia
dalam membuat ruangan baru yang digunakan bukan di tempat bekerja, dalam sehari ia memerah sebanyak
untuk tujuan utama perusahaan. Ia juga tidak tiga kali dan waktu yang dibutuhkan setiap kali
mengalami kesulitan apabila harus menyimpan ASI memerah paling lama 15 menit, yaitu pertama setelah
setelah diperah, kulkas kantor dapat ia pergunakan sampai kantor sekitar pukul 8, kedua pada jam
untuk menyimpan ASI perah. istirahat, dan terakhir pada saat sebelum pulang atau
setelah ia merapihkan alat-alat eksperimennya. Ketika
Dari semua pengalaman informan mengenai ruangan ia memerah, ia usahakan menggunakan waktu yang
menyusui yang terdapat di tempat bekerja dapat bukan jam-jam sibuk sehingga tidak mengganggu
diketahui bahwa kebijakan mengenai ASI eksklusif pekerjaannya.

6
Pemenuhan Hak Asi Ekslusif di Kalangan Ibu Bekerja:…| Angga Sisca Rahadian

Tidak hanya sekali A mendapatkan sindiran maupun Sebelum mendengar komentar dari rekan kerjanya,
komentar pedas dari temannya akan tetapi cukup setiap memerah ia dapat menghasilkan 100 ml s.d.
sering. Komentar yang membuat A berlinang air mata 150 ml, namun setelah adanya masalah tersebut
selain dengan bahasa yang tidak baik, juga produksi ASInya turun drastis menjadi 20 ml dalam
membandingkan dengan kehidupan rekan-rekan setiap perahan. Hal ini menjadi kendala untuk
kerjanya zaman dulu ketika mempunyai anak bayi. mencapai ASI eksklusif, solusi yang ia ambil yakni
Komentar-komentar tersebut antara lain: dengan menggunakan ASI donor. Dari cerita A dapat
dikatakan bahwa dukungan lingkungan sosial,
“A kerjaannya cuma meres tetek doang” khususnya tempat bekerja sangat penting dalam
(wawancara, 9 September 2014) keberhasilan ASI eksklusif.
Di lain kesempatan ketika melihat A sedang Pengalaman yang hampir sama juga dialami oleh D
memerah, langsung berkomentar: ketika harus memerah ASI di toilet. Lingkungan
tempat bekerja sulit untuk mendukung dalam
“yahhh.. meres tetek lagi, kapan sih memerah ASI, bahkan bukan dukungan yang didapat
berakhirnya? kasian tetek lo sakit!” karena harus memompa di tempat yang bukan
(Wawancara, 9 September 2014) semestinya melainkan komentar yang menjatuhkan.
Bukannya dukungan yang didapat karena kantor tidak
Komentar tersebut melukai perasaan A, terlebih apa menyediakan ruangan menyusui, akan tetapi malah
yang diucapkan tidak benar karena ia memerah tidak mendapatkan kata-kata yang membuat khawatir.
mengganggu pekerjaannya. Komentar seperti itu
membuat ia berpikir bahwa lingkungan kerja, yang “Kok lo masih mompa di situ sih ntar
umumnya perempuan berusia lebih dari 40 tahun, kayak anaknya Vina tuh kena kena apa tuh
tidak mendukung dalam pemberian ASI. Hampir ke virus atau apa, ‘ya semoga engga ya’.”
terucap oleh A untuk mengundurkan diri karena tidak (Wawancara, 11 September 2014).
kuat dengan ucapan-ucapan rekan kerjanya yang
pedas. Peran suami yang cukup besar dalam Pengalaman A dan D menunjukkan lingkungan kerja
meyakinkan dirinya untuk membuktikan ke rekan- masih belum memahami akan pentingnya ASI
rekan kerjanya bahwa ia mampu bekerja dan eksklusif dan perlunya mendukung ibu menyusui
memberikan ASI dan akhirnya A tidak mengambil untuk dapat memberikan ASI eksklusif. Padahal
langkah untuk mengundurkan diri. Kegiatan memerah dalam peraturan mengenai ASI eksklusif pada Pasal
pun tetap ia lakukan meskipun mendapat sindiran. 37 tertulis masyarakat harus mendukung keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif baik secara perorangan,
Pada saat usia anaknya sekitar empat bulan, ASI yang kelompok, maupun organisasi.
diperah hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan
anaknya karena kebutuhan anaknya menjadi Hal berbeda dialami oleh B dan C dalam
meningkat. Jalan terbaik supaya anaknya tetap mendapatkan dukungan dari lingkungan kerjanya.
mendapatkan ASI yakni ia harus pulang lebih cepat Meskipun kantornya termasuk kantor kecil yang
dari biasanya. Ia izin ke atasannya untuk pulang lebih mempekerjakan sekitar 20 orang, namun B sangat
awal dan atasannya pun membolehkannya. Akan didukung untuk memberikan ASI kepada anaknya.
tetapi melihat A dapat pulang lebih awal dari biasanya Hal ini terlihat ketika ia memerah ASI pada saat jam
dengan alasan harus memberikan ASI, rekan-rekan kerja tidak dipermasalahkan, bahkan ia menggunakan
kerjanya ada yang tidak setuju dan mulai berkomentar ruang rapat atau salah satu ruang atasan. Atasan
yang tidak mengenakan tertingginya pun memaklumi ketika B sedang
memerah sementar ia ada keperluan dengan rekan
“kenapa sih harus saklek banget kasih kerja yang ruangannya digunakan, bahkan atasan
ASI, kalo gak mampu ya udah, kasih susu tertingginya tersebut mempersilahkan B untuk
formula juga sehat-sehat aja anak kita melanjutkan memerah. Hal demikian membuat B
sampe sekarang, apa bedanya anak ASI merasa didukung dan tidak mengalami pengurangan
sama anak sufor?”(Wawancara, 9 produksi ASI.
September 2014).
Begitu pula C, meskipun ruangan untuk memerah
Dari komentar tersebut dapat diketahui bahwa sangat tidak nyaman, akan tetapi ia mendapat
pengetahuan mengenai ASI di lingkungan kerja A dukungan dari rekan-rekan seruangan untuk memerah.
belum memadai. Komentar bernada sinis tersebut Meskipun ada dua orang laki-laki di ruangan tersebut,
memengaruhi jumlah produksi ASI yang dihasilkan.

7
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 9, No. 2, Desember 2014 | 109-118

mereka tidak merasa terganggu dengan aktivitas mengalami kesulitan dan hambatan dalam
memerah yang dilakukan C setiap harinya. memberikan hak anaknya untuk mendapatkan ASI.
Dukungan sosial yang sangat penting untuk
Lain halnya dengan pengalaman E, meskipun mendukung ibu bekerja justru sulit didapatkan dari
lingkungan tempat bekerja E mendukung kegiatan lingkungan kerja. Mayoritas informan mampu
memerah, namun ia sempat kesulitan memberikan melewati hambatan dalam memberikan ASI eksklusif,
ASI eksklusif kepada anaknya. Pekerjaan E hal ini tidak terlepas dari niat besar dan pengetahuan
mengharuskan dirinya untuk mengikuti pelatihan di tentang ASI ibu bekerja tersebut. Namun, apabila
luar kota selama tiga minggu, ia sampai membawa kondisi demikian tidak diantisipasi tidak menutup
keluarga dan anaknya untuk pindah dekat tempat kemungkinan gagalnya pemberian ASI eksklusif.
pelatihan supaya lebih mudah memberikan ASI.
Meskipun demikian, ia masih kesulitan memberikan Beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan dalam
ASI karena peraturan yang terlalu ketat dan tidak kajian ini yaitu (1) instansi berwenang perlu
fleksibel terhadap ibu menyusui. Tidak adanya mendorong tempat bekerja untuk menyediakan
keleluasaan bagi peserta pelatihan untuk memberikan ruangan menyusui dan fasilitas pendukung sesuai
ASI meskipun tidak mengganggu jadwal pelatihan. Ia dengan kemampuannya. Selain itu, di setiap tempat
terpaksa memberi makan anaknya sebelum enam bekerja juga perlu mempunyai kebijakan yang
bulan. sifatnya kondisional, seperti pada saat pegawai
mengikuti pelatihan, peraturan untuk pegawai yang
Dari pengalaman informan dapat diketahui bahwa masih menyusui tidak terlalu ketat sehingga pegawai
belum semua masyarakat sadar mengenai ASI tersebut tetap dapat memberikan ASI. (2) tempat
sehingga dukungan bagi ibu bekerja yang bekerja sebaiknya mensosialisasikan pemberian ASI
memberikan ASI kepada anak masih sulit. Selain itu, eksklusif kepada pegawainya dengan membuat brosur
ketidaktahuan masyarakat terhadap PP No 33 terkait atau poster sehingga menumbuhkan kesadaran dan
dukungan kepada ibu yang menyusui masih besar pemahaman para pegawai untuk mendukung ASI
sehingga hal tersebut menyulitkan ibu bekerja untuk eksklusif. Salah satu cara untuk meningkatkan
memberikan ASI kepada anaknya. Hal ini disebabkan pengetahuan dan kepedulian adalah advokasi dengan
karena tekanan yang diterima ibu dalam memberikan melibatkan stakeholder terkait kepada penentu
ASI sangat besar dan berpotensi membuat produksi kebijakan di tempat kerja dan (3) sesuai amanat PP
ASI menurun. ASI Eksklusif perlunya sanksi tegas bagi tempat
bekerja yang tidak mendukung ASI eksklusif.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dari berbagai kajian yang ada, ASI memiliki manfaat
bukan hanya untuk kesehatan anak akan tetapi juga Abdullah, Giri Inayah. 2012. “Determinan Pemberian ASI
ibu. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi Eksklusif pada Ibu Bekerja di Kementerian
angka kematian dan kesakitan anak. Berdasar data Kesehatan RI tahun 2012”. Tesis Mahasiswa
SDKI 2012, angka kematian bayi masih menunjukkan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok.
angka 32 dan angka tersebut masih tergolong cukup Cardenas, Rebeka A dan Debra A Major. 2005. s, Rebeka
tinggi dan belum sesuai dengan target yang ditetapkan A dan Dment and Breastfeeding: Utilizing A Work-
dalam MDGs. Sementara itu, data angka kematian ibu Family Conflict Framework to Understand
juga masih menunjukkan hal yang sama. Oleh karena Obstacles and Solutionsrk to UJournal of Bussiness
itu, Kementerian Kesehatan menargetkan cakupan and Psychology 20(1): 31-51.
ASI eksklusif sebesar 80 persen. Untuk memenuhi Esterik, Penny Van dan Ted Greiner. 1981. , Penny Van
target cakupan tersebut, badan yang berwenang dan Ted Greiner. 1981. ding: Utilizingpportunities
lainnya membuat peraturan yang mendukung Pestudies in Family Planning (12) 4: 184-197.
suksesnya program ASI eksklusif. Salah satu Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq. 2010. i, Sandra dan
peraturan tersebut secara khusus ditujukan untuk Ahmad Syafiq. 2010. ding: Utiliziksklusif dan
tempat bekerja supaya mendukung ibu bekerja dalam Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia: UtiliMakara 14
memberikan ASI untuk anaknya, di mana jumlah (1): 17 Ini
perempuan yang bekerja saat ini cukup signifikan.
Geuskens, Goedele dan Alex Burdof. 2008. s, Goedele dan
Meskipun sudah terdapat peraturan yang mendukung Alex Burdof. 2008. ding: Utiliziksklusif dan Inisiasi
Menyusu W. Kirch (Ed.), Promoting Health for
ibu bekerja untuk memberikan ASI kepada anaknya,
Working Women255-265.
namun masih terdapat kekurangan di beberapa tempat
bekerja. Ibu bekerja di tempat informan bekerja

8
Pemenuhan Hak Asi Ekslusif di Kalangan Ibu Bekerja:…| Angga Sisca Rahadian

Greiner, Ted. 1998. History of Breastfeeding. Nursing SDKI. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN,
Mothers Newsletter BPS, Bakti Husada, USAID.
Hamlyn, Becky, dkk. 2002. Infant Feeding 2000. London: SDKI. 2012. Kesehatan Anak. Jakarta: BKKBN, BPS,
TSO. Bakti Husada, USAID.
Horta, Bernardo L dan Cesar G. Victora. 2013. Long-term UNICEF. 2012. . 2012. sehatan Anak. Jakarta: BKKBN,
Effect of Breastfeeding: A Systematic Review. BPS, and Young Child Feeding Counselling
Geneva: WHO. Packageack
ILO. 2002. K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 World Health Organization. 2002. The Optimal Duration of
dalam Exclusive Breastfeeding, Report of an Expert
Consultation. Switzerland: WHO.
Jalal, Fasli. 2014. Fasli. 20 Peneliti untuk Pengabdian yang
Konkret dalam Pembangunan Negara dan
Web
Bangsa_149910Naskah Orasi Ilmiah. Jakarta: LIPI
dan BKKBN.
World Health Organization. 2014. “Children Reducing
Joy Noel-Weiss*, Sonya Boersma and Sonya Kujawa- Mortality”dalam
Myles. 2012. l-Weiss*, Sonya Boersma and Sonya http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs178/en
Kujawa-Myles. 2012. PembaInternational / diunduh pada 11 November 2014 pukul 10.00
Breastfeeding Journal: 7-9.
http://health.detik.com/read/2012/11/28/184001/2104280/7
Kementerian Kesehatan. 2012. Peraturan Pemerintah RI 75/kurir-asi-solusi-untuk-menyusui-jarak jauh
Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu
http://www.unicef.org/programme/breastfeeding/innocenti.
Ibu Eksklusif. Jakarta: Kemenkes RI
htm diunduh tanggal 27 Agustus 2014 pukul 13.20
Lamberti, Laura M., dkk. 2013. raturan Pemerintah RI
http://www.breastfeedingbasics.org/cgi-
Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemidity and
bin/deliver.cgi/content/International/his_innocenti.ht
Mortality in Chldren Under Two: A Systematic
ml diunduh tanggal 16 September 2014 pukul 09.40.
Literature Review and Meta-Analysis”dalam BMC
Public Health 13 (Suppl. 3): 1 , d http://menyusui.info/data-statistik/ibu-menyusui-indonesia-
makin-sadar/Ibu Menyusui Indonesia makin sadar.
Lamberti, Laura M., dkk. 2011. raturan Pemerintah RI
Diunduh tanggal 21 Oktober 2014
Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemidity and
MortaBMC Puclic Health 11 (Suppl 3): 1-12. http://www.who.int/features/factfiles/child_health2/photo_s
tory/en/index2.html. Diunduh tanggal 11 Oktober
Li Bai, Dorothy., Daniel Yee Tak Fong, Marie Tarrant.
2014
2014. . Tarrant. 2014. 3 Tahun 2012 Tentang
Pemidity and Mortality in Chldren Under Two: A http://www.healthychildren.org/English/ages-
Systematic Literature Review anMatern Child stages/baby/breastfeeding/Pages/Benefits-of-
Health Journal. Breastfeeding-for-Mom.aspx diunduh pada 12
November 2014 pukul 12.45
Mahmud, Fahmi Musthafa. 2006. ri'jazu al-quran al kariim
fi muddati al radhaah wa nau'iyatiiha, mu'tamar al http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-
alami 8 i'jazi al ilmi fi al quran wa al sunahl s bangkok/---ilo-
jakarta/documents/legaldocument/wcms_149910.pd
Oddy, H Wendy, dkk. 2009. i muddati al radhaah wa
f diunduh tanggal 23 Oktober 2014.
nau'iyatiiha, mu'tamar al alami 8 i'jazi al ilmi fi al
quran wa al sunahwo: A Systematic Literature
Review The Journal of Pediatrics 156 (4): 568-574.
Ong, Gary, dkk. 2005. ics i muddati al radhaah wa
nau'iyatiiha, mu'tamar al al:,European Journal of
Public Health, (15)4: 424-430.
Pambudi, Wiyarni. 2012. ic Healthti al radhaah wa nau'iy
,iiha, mu'tamar al al:,i 8 i'jazikarta, 6 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai