:
ISBNJ978-602-8206131-0
ony a
2 FYT) Ww
5 Oy
CS
Qa yy PROSIDING
nav“ SEMINAR NASIONAL
reat
eeee ey
SUSUNAN PANITIA SEMINAR NASIONAL
“MANAJEMEN SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI UNTUK KETAHANAN
NASIONAL”
Penanggungjawab —_: Dr. Ir. Sari Bahagiarti K., MSc.
Pengarah Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT.
Ketua Pelaksana —: M.Th. Kristiati. EA, ST, MT
Sekretaris rs. Nur Ali Ame, MT.
Bendahara . Puji Pratiknyo, MT
Sie. Sidang Dr. Ir. Suharsono, MT
Sie. Makalah : Herwin Lukito, ST, MSi
Pembantu Pelaksana_ : Budi [riyanti
Tim Penelaah:
Prof. Dr. Ir. H. Supranto, SU.
Dr. Ir. Dyah Rini Ratnaningsih, MT.
Dr. Ir. Edi Winarno, MTDAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar Panitia iii
Kata Pengantar Dekan Fakultas Teknologi Mineral iv
Susunan Panitia v
Daftar tsi vi
1. Pengaruh Cr(II1) di dalam Adsorpsi Larutan Polimer (PAM)
pada Media Pori terhadap Peningkatan Perolehan Minyak
Boni Swadesi, Suranto .. eat 1
2. Prakiraan Fotensi Statis Reservoir Panasburni Namora |
Langit Berdasarkan Simulasi Monte Carlo
Eko Widi Pramudiohadi ... a 18
3. Pemnilihan Metode Pengangkatan Buatan pada Sumur Miny:
dengan Menggunakan Sistim Pakar
Anas Puji Santoso pe a 25
4, Studi Laboratorium Lumpur Dasar Bontonite Lokal Kupang
yang Terkontaminasi Kadar Garam (NaCl)
Nursuhascaryo ... ae 38
5. Penurunan Persamaan Permeabilitas Batuan melalui Pendekatan
dengan Konsep Fraktal
Yosaphat Sumantsi
6. Pethitungan Biaya Investasi Pemboran pada Pengembangan
Lapangan Migas
ee 64
7. Perencanaan Reperforasi dan Side Tracking untuk Peningkatan
Produksi pada Sumur-sumur Lapangan Minyak Tua
Herianto aon 88
8. Perhitungan Kapasitas Rig yang Diperlukan pada suatu Rencana
Operasi Pemboran Mig
Herianto 107PENINGKATAN PRODUKSI PADA SUMUR-SUMUR LAPANGAN MINYAK TUA.
Oleh:
Prosdng Sominar Nacional Kebumian
PERENCANAAN RE PERFORAS! DAN SIDE TRACKING UNTUK
i
| Herianto
ABSTRAK,
Dengan bertambah tuaaya sumur-sumur minyak, maka water cut terus meningkat hingea dias 95 %.
Banyak faktor yang menyebabkan hal ii, antara lain terlalu besarnya kapasitas pomga yang dipasang sehingoa
ai reservoir terjadi water coning akibat meningginya level WOC (Water Oi Contact) di daerah perforas. Salah
thoda yang diterapkan guna memperbsiki performance sumur dlakukan reperforasi dengan menyemen
zona ar atan melakukan pemboran side track.
Kata kunci; Reperfo, Sidctrack, sumur tua,
ABSTRACT
With old of il wells, hence water cut to increasing til above 95 %. Many factor causing this matter, for
cxample (00 big of attached pump capacities so that in reservoir happened coning water effect of WOC high
level (Water Oil Contact) in area of perforation. One of the applied method utilize to improve; repair
performance of well conducted by re-perforations with cementing plug of water zone or make side track driling
Keyword ; Re-Perforation , Sidetrack, old well
Manajemen SumberDaya Mineral dan Energi Untuk Ketehanan Nasional 88Prosidng Seminar Nasional Kebumian
PENDAHULUAN
Permasalahan tama pada lapangan minyak tua, adalah tingginya water cut, hingga diatas
95 %. Keadaan ini disebabkan naik zona Water Oil Contact (WOC) sehingga, interval perforasi
hampir seluruhnya masuk pada zona air. Cara yang pertama untuk menanggulangi masalah ini
‘adalah dengan menyemen zona air disekitar perforasi dan kemudian melakukan perforasi ulang
‘lau yang dikenal dengan re perfo pada bagian atasnya, Kerusakan sumur akibat water coning
dikarenakan laju produksi yang terlalu besar diatas maksimum effisiensi rig. Penggunaan pompa
yang dipaksakan dan keinginan meningkatkan loju produksi merupakan masalah awal problem ini
|. DASAR TEORI
Pada teori dasar ini akan dibahas tentang laju produksi minyak, maximum effsiensi rate
(MER) dan kerusakan formasi
24. Laju Produksi
Harga laju produksi (q) dari jar-jari pengurasan ke jarijari sumur (drawdown) dapat dihitung
‘dengan Persamaan Darcy untuk aliran radial, fluida satu fasa dengan kompressibiltas kecil dan
konstan pada reservoir yang homogen dan horizontal", yaity
0.007082 kh (Ps~Pwe)
ae ofA)
HBInte)
mana
4 faju air, bovday
k Permeatilitas batuan, md
h = ketebalan formas produkt
Ps = tekanan Reservorr, psi
Pwf = tekanan dasar lubang sumur, psi
” iscositas fuida, ep
B = faitor volume formasi, st/stb
f= jatljaripengurasan, t
fe =jarbjari sumur, ft
ska alrannya hanya minyak, maka productivity indeknya
p= 0.007082 a
nf
Manajemen SumberDaya Mineral dan Energi Unuk Ketahanan Nasional 89Prosidng Seminar Nasional Kebumian
Bila alrannya terdiri dari minyak dan air, maka pendekatannya adalah sebagai berikut
Inee/ew
107082 k h [ k,
+ “| : (23)
HoB, Hy By j
2.2. Maximum Efficiency Rate (MER)
Maximum Efficiency Rate (MER) didefinisikan sebagai laju produksi yang dijinkan tanpa
‘reservoir mengalami Kerusakan sehingga akan memperoleh recovery minyak secara maksimal. Bila
‘reservoir diproduksikan dengan rate yang lebih besar dari MER, maka ultimate recovery minyak akan
Derkurang. Tetapi tila rate produksi lebih kecil dari MER maka ultimate recovery tidak akan bertambah
fanpa meningkatkan recovery terlebih dahuiu.
Harga MER ini berbeda untuk setiap reservoir, dimana besamya antara lain dipengaruhi oleh
jenis mekanisme pendorong yang dimiliki oleh reservoir tersebut. Mekanisme pendorong water drive
pada umumnya memberikan recovery lebih besar daripada depletion drive, Karena mempunyai efisien
endorong yang baik
Meyer, Gardner dan Pirson menerapkan metode perhitungan laju aliran minyak kris terhadap ges
dan water coning
22.1. Lajualiran kritis Gas Coning
Gas coning, diasumsikan bahwa batas gas-minyak (GOC) telah turun di sekitar lubang bor
sebagai akibat dari aliran radial minyak dan perbedaan tekanan yang berasal dari GOC tersebut
seperti Gambar 2.1
earners
Gambar 2.1. Kondisi Gas Coning
Laju maksimum minyak kritis terhadap gas coning dapat diturunkan dengan persamaan
~p,)k
Gomn = 0.001535 .-04) [h?-@-p: (24)
(5a
Marsjemen SumborOayaUnra dan Energi Untuk Ketahonan Nasal 90Prosiing Seminar Nasional Kebumian
|
| mana kedalaman penembusan sumur (0) dapat dinitung dengan persamean sebagai berikut
o-Ps
ot) 2
Pa Pe
h = Tebal formasi minyak .
A = Densitas minyak, grlco
fy =Densitas gas, grice
ky = Permeabiltas effektif minyak, md
f= Jarijari pengurasan, ft
fe = Jarijari sumur, ft
le = Viscositas minyak, op
D Kedalaman penembusan sumur pada formasi minyak, ft
= Interval perforasi, ft
222. Lajualiran kritis Water Coning
Kongisi water coning terihat pada Gambar 2.2. Asumsi yang dibuat adalah bahwa batas
‘minyak dan water Kontak (MOC) naik disekitar tubang bor dalam bentuk kerucut, hal ini disebabkan
‘adanya aliran radial minyak dan perbedaan tekanan yang berasal dari WOC tersebut.
Gambar 2.2. Kondisi Water Coning
‘Adapun persamaan laju maksimum kritis minyak terhadap water coning, dapat dituls seperti
dalam Persamaan 2-6, dimana tekanan kapller diabaikan :
Mangjemen SumberDaya Mineral dan Energi Untuk Ketahanan Nasional 91oo
Prosiding Seminar Nasional Kebumian
001535 2=Pa) ke fs _ p3] (26)
Fc)
2.2.3. Laju aliran kritis Gabungan Gas dan Water Coning
Gas dan water coning terjadi bersama dalam suatu sumur seperti yang terlihat pada gambar
2.3, Interval perforasi (h.) ditempatian ditengah-tengah antara water oil contact (WOC) dan gas oil
‘contact (GCC) untuk mendapatkan minyak maksimum tanpa terjadi water atau gas coning. Hal ini
‘akan tercapai dengan menghitung optimasi antara kedalaman penembusan perforasi sumur (D) dalam
‘suaty ketebalan reservoir horisontal dan interval komplesi
Ea
Semmens megy reams anys
Well "5h tated We" vated
percormecsort
Gambar 2.3. Kondisi Kombinasi Gas dan Water Coning
Keterangan Gambar :
2, Jarak antara Water Oil Cantact dengan Tengah interval Perforasi, ft
Pirson membagi laju maksimum minyak kritis (Qa) terhadap gas dan water coning kedalam
dua Komponen. Pertama adalah iaju alir minyak kritis terhadap water coning (qy«) cimana laju alir
maksimum minyak tanpa adanya air ke dalam sumur, Laju tersebut berbeda di bawah garis horizontal
2, (Gambar 2.3). Kedua adalah taju alir minyak krits terhadap gas caning (qos) dimana laju minyak
‘maksimum tanpa terjadi gas breakthrought. Laju minyak ini berada di atas garis horizontal Z., yang
‘mana diberikan dengan hubungan
‘Manajemen SumiberDaya Mineral dan Energi Untuk Ketahanan Nasional Oy{Laju alr minyak kritis ternadap water coning (qq) dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut
Prosiding Seminar Nasional Kebumian
j Bea en
'
b
Gow = 0.001535 (2-8)
Seana lj alr minyackrtstmhadap 968 coring (a), ditung dengan persamaan
dug =0.001535 Bl. 0.) (: eas) feb) ae
we Bu(%/) PoP
Total taj4 maksimum minyak kris tethadap gas dan water coning diberikan dengan
‘mensubstitusikan persamaan 2-8 dan 2-9 kedalam persamaan 2-10, beriku ini
Qua = dow + Hoy (2-10)
dimana
Comex = Laju maksimum minyak krtis terhadap gas dan water coning, bblday
mw aju alr minyak kritisterhadap water coning, bbliday
ee
ju alir minyak kritis terhadap gas coning, bbiitay
Sehingga didapatkan persamaan laju max. kritis terhadap gas dan water coning
Q,., = 0.001535
2.3. Kerusikan Forinasi Akibat Produkst
‘Adanya formation damage (kerusakan formasi) dan pengurasan permeabilias ofekti minyak
ada zona produktfdisekitarlubang bor akan menyebabkan kerusakan formasi. Kerusakan ini dapat
{eriadi pada waktu pemboran, well completion, dan operasi produksi. Penurunan permeabiitas ini
akibat adanya material lain yang masuk kedalam porositas batuan dan naiknya produksi air dan gas.”
‘Menajemen SumberDaya Mineral dan Energi Untuk Ketahenan Nasional 93Prosiding Seminar Nasional Kebumian
Kerusakan formasi pada saat produksi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yang meliputi
+ Endapan Orgai
Untuk jenis hidrokarbon berat seperti asphali akan terendapkan didalam tubing, lubang
Perforasi, dan formasi karena adanya penurunan tekanan dan temperatur disekitar lubang bor
Selama proses produksi berlangsung. Fraksi hidrokarson yang terendapkan akan membentuk
‘tistal. Sebab lain adalah penurunan temperatur sehingga menyebabkan reaksi kimia antara
‘minyak mentah dan asam organik.
+ Endapan Sift dan Clay
Untuk formasi unconsolidated, problem sumur berupa terikutnys partkel padatan yang
menyebabkan rusaknya formas’ itu sendiri serta risaknya peralatan produksi.
+ Gas Blocking
Dengan ciproduksikannya minyak akan dikuti dengan turuanya tekanan reservoir sampai
Gibawah tekanan bubble point (P,) minyak sehingga akan menyebabkan gas lebih banyak
keluar dari larutannya, Keluarnya gas dari larutan akan sebanding dengan laju produksi
‘Akumulasi gas pada lubang perforasi disebut dengan Gas Blocking.
+ Water Blocking
Water blocking dan water enerostiment akan menyebabkan naikknya water ol ratio. Water
encroshmont dipengeruh och permeabiltas batuan Khususnya yang berapis-apis yang akan
menyebabkan air terproduksi ke sumur bersama-sama deigan minyak. Water coning sensif
terhadap rate produks sera stabil seiring dengan kencikan permeatiiis terhadap saturasi
air. Water coning akan tejadi melalui tapisan semen yang rekah, akibat adanya water
bioeking
{Laju produksi minyak dari suatu suniur pada umumnya merupakan suatu keadaan yang tidak
¢apat dihindarkan, Untuk memperoleh minyak semaksimal mungkin, sumur harus dijaga agar tetap
berproduksi dengan laju produksi yang optimum. Olch karena inu apabila pada swat sumur terjadi
Fenurunan produksi harus segera diketahui agar dapat segera dilakukan usaha-usaha untuke menjaga
agar sumur telap berproduksi dengan optimum ataupun usaha yang akan meniagkatkan Iaju produksi
‘ninyak. Untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya dilakukan suatu kerja ulang (workover) pada sumur
tersebut
Manajemen SumberDaya Mineral dan Energi Untuk Ketahanan Nasional 94Prosising Seminar Nasional Kebumian
ML Workover
3.4. Pongertian Workover
Workover atau kerja ulang adalah salah safu kegiatan dalam usaha meningkatkan
Produkivitas dengan cara meniperbaiki problem atau memperbaiki kerusaken sumur sehingga
iperoleh kemball Iu produksi yang optimum.
Sebelum memutuskan untuk mengadakan kerja ulang ini peru beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Harus dliyakini benar bahwa cadangan minyaknya masih cukup besar sehingga untuk tujuan
Pengurasan reservoimya perlu mengadakan rehabiltasi sumur-sumur produksi tersebut,
2. Masih belum tercapainya laju produksi yang optimum, sehingga perlu disolidiki faktor-faktor
penysbabnya agar dapat ditentukan jenis operasi kerja ulangnya.
8. Terproduksinya material yang tidak diinginkan, produksi air dan atau gas yang berlebihan
‘ehingga menyebabkan rusaknya peralctan dan perlengkapan lainnya.
4, Rencana menaikkan kapasitas produksi tanpa memandang apakah terjadi
roblem mekanis
dan tormasi atau tidak.
32. Metode-metode Workover
Workover dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor yang menyevabkan suatu sumur tidsk
berproduksi lagi secara optimum. Berdasarkan faklor-faktor yang menyebabkannya, maka metoda-
‘metoda workover yang dapat dilakukan adalah Squeeze cementing, Reperforation, Recompletion dan
‘Sand contro!
‘Squeeze Cementing
‘Squeeze cementing adalah suatu proses penyemenan dimana bubur semen ditekan ke tempat
{ertentu di dalam sumur untuk menutup daerah yang diinginkan. Operasi ini biasanya dilakukan untuk
memperbaiki kegagalan atau kerusakan pada penyemenan pertama ataupun untuk tujuan-tujuan
tertentu,
‘Secara umum kegunaan dari squeeze cementing adalah
+ Memperbaiki primary cementing yang rekah atau semen yang tidak baik ikatannya
+ Memperbaiki casing yang pecah atau bocor.
+ Menutup perforasi-perforasi yang tidak dlinginkan atau yang sudah tidak dipakai
+ Mengganti zona-zona produksi.
* Mengontrol gas oil ratio (GOR) dan water cil ratio (WOR) yang tinggi dengan jalan mengisolasi
zona minyak dari formasi gas bearing dan atau water bearingnya.
* Menutup zona lost circulation atau zona dengan tekanan tinggi atau produksi aitfgas yang
beslebihan
Untuk menyelesaikan tujuan di atas hanya dibutuhkan volume bubur semen yang relatit
sedi, tetapi harus ditempatkan pada tit yang tepat pada sumur, Untuk itu diperlukan perencanaan
‘Manajemen SumberDaya Mineral dan Energi Untuk Ketahanan Nasional 95Prosiding Seminar Nasional Kebumian
yang baik torutara perencanaan bubur semen dan penentuan tekanan serta pemithan metoda atau
{ekoik yang digunakan untuk operasi ini
‘Ada dua cara yang dikenakan pada operasi squeeze cementing, yaitu
1. High Pressure Squeeze Cementing
‘Teknik ini dikenal dengan teknik semen fluid loss tinggi. Pada high pressure squeeze
‘cementing ini, formasi direkahkan dulu untuk menempatkan bubur semen. Jadi teknik ini mencakup
perekahan formasi dan pemompaan bubur semen dengan tekanan tinggi tanpa kebocoran. Gambar
3.1. mempertihatkan teknik ini
Dalam high pressure squeeze cementing ini casing sering tidak kuat menehan tekanannya,
krarena itu diberi tekanan imbangan di annulus drill pipe casing (squeeze cementing dilakukan dari dill
Pipe) diatas packer karena dalam operasi ini dipasang packer untuk mengarahkan tekanan ke formasi.
TTekanan yang harus dikerjakan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3-1) berikut
Po = Pe~ Pe + 0,052 D (We Wal « on
dimana:
Po = Tekanan imbang di annulus, psi
P, = Squeeze pressure di permukaan, psi
P. = Collapse pressure yang dijinkan, psi
We = Density bubur semen, ppg
Wa = Density jumpur, ppg
D = Kedalaman packer f
Gambar 3.4
High — Fluid Loss Cement Squeeze ”
Persamaan (3-1) menunjukkan bahwa tekanan di annulus (yang mengimbangi P,) diatas
packer ditambah collapse pressure casing yang dijinkan (P.) harus sama dengan squeeze pressure di
Manejemen SumberDaya Mineral dan Enespi Untuk Ketahanan Nasional 96Prosidng Seminar Nasional Kebumian
| permukaan (P,) ditamban tekanan differential oleh bubur semen. Sedangkan tekanan yang