Anda di halaman 1dari 17

COVER

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II METODE DAN OBJEK
1.1 Metodelogi Pendataan
1.2 Identitas Objek
BAB III DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Sistem Akustik dan Noise
3.2 Sistem Akustik dan Noise di Pasar Badung
3.3 Potensi Noise di Pasar Badung
3.4 Sistem Penanggulanagan Noise di Pasar Badung
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA vi

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Lokasi Pasar Badung


Gambar 2.2. Tampilan Depan Pasar Badung
Gambar 3.1. Penggunaan Material Kedap Suara
Gambar 3.2. Jalan di Sekitar Pasar Badung
Gambar 3.3. Vegetasi Sebagai Penahan Kebisingan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pasar badung merupakan pasar tradisional terbesar di Bali, terletak di
pusat kota Denpasar, di Jalan Gajah Mada. tempat ini terbilang sangat lengkap
menjual berbagai sarana kebutuhan sehari-hari serta beragam bahan sandang
lainnya.
Akustik ruang merupakan salah satu ilmu rekayasa bunyi yang
mempelajari perilaku suara didalam suatu ruang. Akustik ruang berhubungan
dengan kualitas suara pada bangunan, yang dipengaruhi oleh penilaian secara
obyektif maupun subyektif. Penilaian obyektif yaitu besaran-besaran yang
bersifat umum, misalnya besaran tingkat tekanan bunyi dari sumber suara dan
besaran waktu dengung. Penilaian subyektif berdasarkan dari orang yang
menilainya. Tingkat penilaian tersebut akan sangat berpengaruh pada tingkat
kenyamanan pengguna yang berada pada ruangan tersebut.
Noise senantiasa dihubungkan oleh ketidaknyamanan yang ditimbulkan
olehnya. Belum banyak orang yang menyadari bahwa munculnya noise juga dapat
menyebabkan penurunan kesehatan. Uraian berikut diharapkan dapat menjelaskan
kaitan keduanya secara lebih jelas. Sebagai contoh, orang yang sulit beristirahat
karena di sekitar rumahnya selalu ramai dengan bunyi yang tidak dikehendaki,
lambat laun dapat menurun kesehatannya. Selanjutnya masalah psikologi pun
dapat muncul akibat dari istirahat yang tidak mencukupi, seperti cepat lelah dan
mudah marah (Nilsson, 1991).
Sistem akustik dan noise dibutuhkan oleh seluruh jenis bangunan. Dalam
tulisan ini akan diulas lebih lengkap mengenai sistem akustik dan noise yang
terdapat dalam The Jayakarta Hotel.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang, rumusan masalah yang
berkaitan dengan materi tersebut adalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa itu sistem akustik dan noise pada bangunan?

1
1.2.2 Bagaimana sistem akustik di Pasar Badung?

1.2.3 Apa Saja potensi noise/kebisingan di Pasar Badung?

1.2.4 Bagaimana sistem penanganan terhadap kebisingan/noise di Pasar Badung?

1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui sistem akustik dan noise pada bangunan.

1.3.2 Mengetahui sistem akustik pada pasar badung

1.3.3 Mengetahui potensi noise/kebisingan di pasar badung.

1.3.4 Mengetahui sistem penanganan terhadap kebisingan/noise di pasar badung.

1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa lebih memahami cara kerja, jenis dari sistem akustika dan
bagaimana cara penanggulangan kebisingan yang masuk ke dalam
bangunan The Jayakarta Hotel sehingga nantinya hasil pemaparan dapat
diaplikasikan dengan baik saat proses mendesain.
1.4.2 Bagi Masyarakat / Pembaca
Agar masyarakat tidak hanya sekedar mengetahui jenisnya, tetapi juga
memahami hal-hal terkait sistem akustika dan noise.

2
BAB II
METODE DAN OBJEK

2.1. Metodologi Pendataan


Metode pendataan yang penulis gunakan untuk mendapatkan informasi
tentang sistem akustik dan noise bangunannya adalah metode observasi secara
online yang dimana kelompok kami tidak bisa melihat keadaan di lapangan
dengan keadaan terjadinya wabah virus Covid-19.

2.2. Metode Analisis


Analisis dilakukan setelah data dari observasi secara online yang dapat
dilakukan, perbandingan data di lapangan akan disesuaikan dengan materi yang
telah didapat selama perkuliahan berlangsung. Selain itu, analisis juga dilakukan
dengan penggunaan tinjauan pustaka yang berkaitaan dengan utilitas sehingga
hasil observasi online lebih mudah dipahami.

2.3. Identitas Proyek

Gambar 1. Peta lokasi Pasar Badung

Sumber: google maps

Pasar Badung, merupakan pasar


tradisional terbesar di Bali, terletak di pusat kota Denpasar, di Jalan Gajah Mada.

3
tempat ini terbilang sangat lengkap menjual berbagai sarana kebutuhan sehari-hari
serta beragam bahan sandang lainnya. Disini terdapat sebuah sungai yang
dinamakan sungai/ tukad badung, alirannya seperti membelah atau menjadi
pembatas antara pasar Badung dan pasar seni Kumbasari, walaupun hanya berupa
sebuah pasar, namun kawasan ini cukup menarik untuk dikunjungi, apalagi
penghobi wisata belanja.
Di seberang pasa Badung, berdiri megah pasa seni Kumbasari, bangunan
berlantai 4 tersebut, menjual beraneka macam kebutuhan oleh-oleh, terutama
wisatawan yang sednag mengikuti city tour, karena pasa Kumbasari bisa
ditemukan beragam keperluan buah tangan baik itu untuk keluarga ataupun rekan.
Selama liburan di Bali kawasan pasar yang terletak di pusat Kota ini banyak
dikunjungi wisatawan, baik hanya sekedar melihat-lihat ataupun mencona
menawar berbagai keperluan.
Pasar Badung memang terletak strategis di pusat kota, selain itu pasar ini
dikelilingi oleh berbagai toko, termasuk pusat penjualan kain di jalan Sulawesi,
sehingga warga yang berbelanja ini, cukup stop di satu tempat saja dan
selanjutnya bisa mengakses toko atau tempat lainnya dengan mudah.

Gambar 2. Tampilan depan pasar badung

Sumber: www.denpasarkota.go.id

4
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Sistem Akustik dan Noise


Sebelum membahas lebih jauh tentang sistem akustik dan noise pada
bangunan “Pasar Badung” yang sudah ditinjau dengan metode observasi, terlebih
dahulu akan dijelaskan sekilas tentang sistem akustik dan noise.
Menurut Satwiko (2004 : 124), akustik berarti ilmu tentang bunyi. Dengan
demikian, sistem akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang mutu suara dan
bunyi yang dihasilkan. Menurut Satwiko (2004:125), bunyi adalah gelombang
getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh
telinga normal manusia, dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Namun,
batasan-batasan ini dapat menurun karena faktor usia dan faktor subjektif lainnya,
misalnya kebiasaan. Bunyi di dalam ruang tertutup (enclosed space) memiliki
perilaku (behaviour) tertentu jika menumbuk dinding-dinding dari ruang tertutup
tersebut yakni energinya akan dipantulkan (reflected), diserap (absorbed),
disebarkan (diffused), atau dibelokkan (diffracted) tergantung pada sifat akustik
dindingnya. Akustik ruang ini sendiri banyak dikaitkan dengan hal yang mendasar
seperti perubahan suara karena pantulan dan juga gangguan suara ketembusan
suara dari ruang lain. Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk
digunakan. Material-material tersebut biasanya digunakan untuk memperjelas
suara yang dihantarkan dalam ruang atau juga mengurangi kejelasan suara yang
timbul.
Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan
yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik sendiri
berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari
alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam
gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.
Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :
1. Perubahan suara karena pemantulan dan

5
2. Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.
Menurut McGraw-Hill Dictionary of Scientificand Technical Terms
(Parker, 1994), noise adalah bunyi yang tidak dikehendaki. Derau atau yang biasa
disebut noise adalah suatu sinyal gangguan yang bersifat akustik (suara), elektris
maupun elektronis yang hadir dalam suatu sistem (rangkaian listrik/elektronika)
dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan
Kriteria kebisingan adalah tingkat kebisingan terendah yang
dipersyaratkan untuk ruang tertentu menurut fungsi utamanya. Sedangkan tingkat
kebisingan yang diperbolehkan (acceptable noise level) adalah tingkat kebisingan
yang diperkenankan terjadi di suatu ruangan agar aktivitas (fungsi) tidak
terganggu (Satwiko, 2004:127). Noise bersifat subjektif, sehingga batasan noise
bagi orang yang satu bisa saja berbeda dengan batasan noise bagi yang lain.
Subjektivitas noise bergantung pada :
1. Lingkungan dan keadaan
Keadaan fisik dari individu menjadi salah satu faktor penentu dari noise.
Begitu pula dengan lingkungan. Sebagai contoh, meski sama-sama sedang
membaca seseorang yang sedang berada di bengkel masih bisa memusatkan
pikirannya walaupun ia berada di tempat yang bising. Namun tidak demikian
ketika ia berpindah ke ruang baca perpustakaan.
2. Sosial budaya
Setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda-beda yang menyebabkan
masing-masing orang memiliki toleransi berbeda terhadap noise.
3. Kegemaran atau hobi
Kegemaran sekelompok orang akan jenis musik tertentu dapat menjadi nois
bagi kelompok lainnya yang kebetulan tidak menyukai jenis musik tertentu.
Dalam noise dikenal istilah background noise (noise latar belakang), noise
dan ambient noise (noise ambien).
 Noise latar belakang adalah bunyi di sekitar kita yang muncul secara tetap dan
stabil pada tingkat tertentu. Noise latar belakang yang nyaman berada pada
tingkat kekerasan tidak melebihi 40 dB.
 Noise adalah bunyi yang muncul secara tidak tetap atau seketika dengan
tingkat kekerasan yang melebihi noise latar belakang pada daerah tersebut.

6
 Noise ambien adalah tingkat kebisingan di sekitar kita, yang merupakan
gabungan antara noise latar belakang dan noise.

3.2 Sistem akustik di Pasar Badung

Sistem Akustik dan Noise pada Pasar Badung


Sama halnya dengan bangunan-bangunan besar lainnya, bangunan Pasar
Badung juga menerapkan sistem-sistem akustik dan noise, guna mencapai
terciptanya kenyamanan dalam hal pendengaran dan juga supaya tidak terciptanya
gaung maupun gema yang nantinya akan membuat pengunjung menjadi tidak
nyaman.
Menurut asalnya kebisingan yang terjadi dalam bangunan Pasar Badung
ini dapat berasal dari berbagai titik, namun demikian kebisingan yang berasal dari
dalam bangunan sendiri lebih dapat dikontrol ketimbang kebisingan yang berasal
dari luar bangunan. Kebisingan dari jalan adalah kebisingan yang berada di luar
kontrol pemilik bangunan. Kebisingan tersebut dapat membuat suasana menjadi
tidak nyaman, sehingga membuat pembeli tidak betah berlama-lama diam di
tempat tersebut. Oleh karena itu, langkah-langkah yang dilakukan untuk
menanggulangi masalah tersebut antara lain dengan menerapkan sistem akustik
dan noise pada bangunan. Berikut akan dijelaskan lebih lengkapnya.
1. Absorpsi
Prinsip penerapan absorpsi juga dapat dipakai untuk menganggulangi
penyebaran kebisingan. Namun karena penyerapan sesungguhnya hanya terjadi
secara efektif pada permukaan objek saja, maka cara ini umumnya kurang efektif
untuk menahan kebisingan dari bunyi berfrekuensi rendah dengan kekuatan getar
yang hebat. Pemakaian objek yang mampu menyerap bunyi, secara umum lebih
tepat digunakan untuk meningkatkan kualitas bunyi di dalam ruangan dengan
jalan menyerap kebisingan yang muncul dari dalam ruangan itu sendiri. Pada
proses absorpsi, energi bunyi yang merambat melalui gelombang bunyi tereduksi
sebagian karena diserap oleh permukaan objek tempat jatuhnya bunyi.

7
Gambar 3.1 penggunaan material kedap suara

Sumber:
https://bali.bisnis.com/read/20190109/538/876936/pas
ar-badung-dioperasikan-kembali-24-februari-2019

Dilihat dari gambar diatas, material-material yang digunakan untuk


menyerap suara yaitu kaca dan pasangan batu bata yang diplester. Material
tersebut mampu menyerap suara yang berasal dari luar, sehingga kebisingan tidak
memasuki area bangunan.
Tanpa perlakuan khusus, misalnya dengan menempatkan elemen elemen
buatan, sebenarnya fenomena alam yang terjadi di sekitar kita mampu mengurangi
tingkat kebisingan. Adapun faktor-faktor alami yang memungkinkan reduksi
kebisingan, yaitu:

1. Jarak
Semakin jauhnya jarak telinga terhadap sumber kebisingan maka semakin
lemah bunyi yang diterimanya. Seperti terlihat pada gambar 3.1 diatas, jarak
bangunan dengan area umum tidak terlalu dekat, sehingga tingkat kebisingan
yang diterima pada bangunan tersebut cukup rendah.

2. Serapan Udara

8
Untuk menggunakan sistem dengan serapan udara, yang diperlu
diperhatikan yaitu suhu dan kelembapan udara. Pasar Badung ini merupakan
sebuah bangunan yang terletak di dataran rendah sehingga suhu udara rata-rata
cukup tinggi dan kelembaban yang rendah. Pada daerah yang bersuhu tinggi dan
kelembapan rendah, getaran suara cenderung lebih cepat dan lebih keras. Untuk
penanggulangannya perlu adanya penghalang buatan berupa vegetasi dan dinding
bata merah yang diplester bisa menjadi peredam suara diluar ruangan.

3. Jalan
Jalan disekitar pasar badung ini memiliki tingkat kepadatan yang cukup
tinggi. Kendaraan yang melintas biasanya seperti sepeda motor, mobil, minibus
dan bus. Tingkat kebisingan yang dihasilkan cukup tinggi. Untuk mengatasi hal
tersebut, dibuat barrier untuk mencegah kebisingan pada area jalan tersebut.

Gambar 3.2 jalan di sekitra pasar badung

Sumber: https://www.balitoursclub.net/pasar-seni-kumbasari/

4. Permukaan tanah
Permukaan pada tanah Pasar Badung ini relatif datar sehingga getaran
suara bisa masuk tanpa dihalangi oleh permukaan tanah. Untuk meredam
gertaran suara yang ada dianjurkan untuk setiap sirkulasi tidak ditutupi oleh aspal
maupun paving, namun tetap ada bagian yang menggunakan tanah cukup lunak
agar bunyi terserap oleh tanah tersebut.

3.3 Potensi Noise/Kebisingan di Pasar Badung

1. Lingkungan sekitar

9
Lingkungan sekitar Pasar Badung ini merupakan kawasan yang dipadati
bangunan maupun hotel-hotel yang cukup besar. Di sebelah utara pasar ini
terdapat hotel Hariss yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun
wisatawan mancanegara. Banyaknya wisatawan ini bisa menambah tingkat noise
di sekitar bangunan tersebut apabila wisatawan-wisatawan tersebut saling
berkomunikasi.
Selain itu, akses jalan raya disekitar Pasar Badung ini yaitu jalan Gajah
Mada yang merupakan jalan dengan tingkat kepadatan kendaraan yang cukup
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada kawasan ini merupakan salah satu area
pertokoan yang ada di Bali. Banyaknya kendaraan yang melintas di area ini bisa
menambah tingkat noise di sekitar bangunan tersebut.

2. Lingkungan dalam bangunan


Sumber kebisingan tidak hanya berasal dari luar bangunan semata. Di
dalam bangunan sendiri juga tidak dapat dipungkiri bahwa sistem-sistem
yang dipergunakan dalam bangunan tersebut dapat menimbulkan sumber bunyi
yang dapat mengganggu civitas dan aktivitas di dalam bangunan. Aktivitas-
aktivitas dari penghawaan buatan seperti kipas angin, mesin AC, listrik, genset,
lift, mesin escalator dan para pedang yang ada di luar bangunan tentunya akan
menimbulkan noise tersendiri yang akan membuat lingkungan sekitarnya
menjadi tidak nyaman.

3.4 Sistem Penanggulangan Terhadap Kebisingan/Noise di Pasar Badung

Sistem Penanggulangan Noise pada Pasar Badung


Demi kenyamanan pembeli yang datang ke Pasar Badung, maka langkah-
langkah yang dilakukan untuk menanggulangi kebisingan yaitu:

1. Perletakan Massa Bangunan

Perletakan massa bangunan dan ruang dalam bangunan sangatlah penting


untuk menangulangi noise. Perletakan itu sesuai dengan tingkat kebisingan yang
dibatasi pada ruang tersebut. Area yang memerlukan tingkat kebisingan yang
rendah sebaiknya diletakkan pada jarak yang jauh dari sumber kebisingan, dan
begitupun sebaliknya. Area yang memerlukan tingkat kebisingan yang rendah

10
misalnya toko, area pedagang dan lain-lain. Sedangkan area yang bisa diletakkan
pada zona kebisingan yang tinggi seperti area parkir, mechanical electrical dan
lain-lain.

2. Penggunaan Material Kedap Suara


Pemilihan dan penggunaan material-material yang bisa menyerap suara
sangatlah penting dalam menanggulangi kebisingan. Secara tidak langsung
pemilihan material yang bisa menyerap suara tersebut merupakan salah satu
langkah preventif. Salah satu contoh penerapannya yaitu pada ruang mechanical
electrical harus menggunakan material-material yang kedap suara atau mampu
meredam suara, karena pada area ME tersebut terdapat mesin-mesin yang bisa
mengeluarkan kebisingan yang cukup tinggi, seperti mesin genset. Bahan yang
digunakan yaitu pasangan bata merah yang diplester. Sedangkan pada area atau
tempat biasa bisa digunakan bata merah maupun bata ringan, karena pada area ini
tidak menghasilkan aktivitas yang menyebabkan kebisingan yang tinggi.

3. Penggunaan Vegetasi Sebagai Penahan Kebisingan

Selain sebagai penghasil unsur sejuk, vegetasi juga memiliki multifungsi


sebagai penahan kebisingan yang bersumber dari lingkungan sekitar, seperti
kendaraan bermotor dijalan raya, suara bising yang dihasilkan pabrik maupun
proyek pengerjaan bangunan dan lain-lain. Penggunaan vegetasi ini digunakan
untuk mengurangi tingkat kebisingan atau sebagai barrier. Barier ini bisa
diletakkan disamping jalan maupun disekitar bangunan.

11
Gambar 3.3 vegetasi sebagai penahan kebisingan

Sumber: https://news.detik.com/berita/d-
4554573/mampir-ke-taman-kumbasari-jokowi-puji-
penataan-sungai-denpasar

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi dan pembahasan di atas, sistem akustik dan noise
pada Pasar Badung sudah cukup baik. Tingkat kebisingan di sekitar objek ini
cukup tinggi, karena di sekitar bangunan objek, terdapat pedagang-dagang yang
juga menjajakan dagangannya. Selain itu, kendaraan yang keluar-masuk area
pasar dan kendaraan yang hendak parkir juga memberikan noise yang cukup
tinggi. Namun, sistem akustik pada Pasar Badung cukup baik dalam mengelola
noise dari dalam maupun luar bangunan. Hanya dengan penggunaan material
sederhana seperti beton, bata merah, paras, dan kaca pada fasad bangunan serta
penambahan barrier untuk menanggulangi kebisingan yang memasuki area
bangunan Pasar Badung.

4.2 Saran
Menciptakan kenyamanan bagi pengguna-pengguna yang ada baik di
dalam maupun di luar bangunan adalah salah satu faktor yang menjadi focus
utama dalam proses perancangan sebuah bangunan. Salah satu bentuk
kenyamanan yang dimaksud adalah kenyamanan dalam hal kebisingan. Sebagai
seorang arsitek yang merancang , hal tersebut menjadi tuntutan utama dalam
merancang agar memberikan kenyamanan bagi pengguna yang beraktivitas di
dalamnya. Dalam rangka mencapai kenyamanan tersebut, perlu dilakukan
langkah-langkah yang sekiranya dapat mengurangi kebisingan pada area yang
diinginkan. Langkah-langkah tersebut bisa berupa pemilihan material bangunan
yang bisa meredam kebisingan, pemanfaatan vegetasi sebagai barrier peredam
suara, dan hal-hal lainnya.

Anda mungkin juga menyukai