Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Gawat Darurat
Fakultas Keperawatan Universitas Jember Angkatan 24
Oleh
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
memiliki segmen. Corona virus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae,
Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotype dan karakteristik
genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus
dan gamma coronavirus (Safrizal.,et all, 2020).
1
Gambar struktur coronavirus
1.2 Epidemiologi
Di China pada tanggal 30 Januari 2020 ditemukan 7.736 kasus yang terkonfirmasi
COVID-19 dan 86 kasus diberbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri
Lanka dll. Sedangkan di Indonesia pertama kali pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah 2 kasus.
Data pada tanggal 31 Maret 2020 yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus
kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9% , angka tersebut menjadi
angka tertinggi di Asia Tenggara (Susilo et al., 2020).
Menurut (Safrizal, 2020) karakteristik epidemiologi ada beberapa yiatu:
a. Orang dalam pemantauan
2
Orang dengan gejala demam >380C dan pasien yang memiliki riwayat demam atau ISPA
tanpa pneumonia. Seseorang yang memiliki riwayat perjalan ke negara selama 14 hari
sebelum munculnya gejala, hal itu juga dapat dikategorikan oraang dalam pemantauan
b. Pasien dalam pengawasan
1. Orang yang mempunyai riwayat perjalan keluar negara yang terjangkit pada 14 hari
sebelum timbul gejala. Gejala yang dialami seperti demam >380C, batuk pilek dan
radang tenggorokan, pneumonia ringan hingga berat.
2. Orang yang demam >380C dan memiliki riwayat demam ISPA ringan sampai berat
dan sampai 14 hari belum memiliki gejala. Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi
COVID-19, mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien
COVID-19.
c. Mekanisme penularan
COVID-19 ditransmisikan oleh aerosol pasien dan melalui kontak secara langsung.
Aerosol dapat di transmisikan ketika memiliki kontask secara langsung dalam waktu yang
lama. Konsentrasi aerosol pada ruangan tertutup akan semakin mudah penularan.
d. Karakteristik klinis
Masa inkubasi COVID-19 antara 1 hingga 14 hari dan akan terjadi dalam 3 sampai 7 hari.
Manifestasi klinis utama seperti demam, kelelahan dan batuk kering. Sedangkan gejala
seperti hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia, myalgia dan diare jarang terjadi pada kasus
yang parah, dyspnea dan hipoksia terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan
yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang enjadi sindrom gangguan pernafasan
akut, syok septik, asidosis metabolic dan disfungsi perdarahan.
1.3 Etiologi
Corona virus adalah virus dengan RNA positif memiliki mahkota dibawah mikroskop
electron (nama korona merupakan istilah untuk mahkota) karena adanya lonjakan gliko
protein di amplop. Subfamili Orthocoronavirinae dari keluarga coronaviridae
(ordeNidovirales) yang digolongkan ke empat gen CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV),
Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV), dan Gammacoronavirus
(deltaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV membelah menjadi lima sub- genera atau garis
3
keturunan. Anggota keluarga besar virus ini dapat menyebabkan pernafasan, enteric, hati dan
neurologis pada hewan termasuk unta, sapi, kucing dan kelelawar (Safrizal, 2020).
1.4 Patofisiologi
Corona virus tidak dapat hidup tanpa sel host nya, untuk memperbanyak diri melalui sel
host-nya. Berikut siklus dari coronavirus, yang pertama menempal dan pada akhirnya masuk
ke sel hist yang diperantai protein S yang terdapat pada permukaan virus. Proteinn S penentu
utama dalam menginfeksi spesies host-nya (Wang, 2020 dalam Yuliana, 2020) protein S
diberikan berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting
enzyme 2). ACE-2 ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus
halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar
pari, sel usus halus. Setelah berhasil masuk selanjutnya melakukan translasi replikasi gen
dari RNA genom virus. Selanjutnya sintesis virus melalui translasi dan perakitan dari
kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya yaitu perakitan dan rilis virus ( Fehr, 2015
dalam Yuliana, 2020).
Setelah malakukan transmisi, virus masuk ke saluran nafas bagian atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran nafas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu
menyebar ke saluran nafas bagian yang bawah. Pada infksi akut di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020
dalam Yuliana, 2020).
Menurut (Safrizal, 2020) beberapa gejala yang mungkin terjadi, antara lain:
6
d. Terapi oksigen pada pasien yang mengalami distress pernafasan, hipoksemia dan syok.
Terapi oksigen yang diberikan 5L/menit yang ditargetkan dengan SPO2 lebih dari 90%.
Pada pasien hamil SPO2 antara 92-95%.
e. Kenali gagal nafas yang hipoksemia berat
f. Terapi cairan konservatif jika tidak ada bukti syok dengan SARI dan harus diperhatikan
terapi cairannya. Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolitnya.
g. Antibiotik empiris
h. Terapi simptomatik diberikan seperti contohnya antipiretik, obat batuk
i. Diberikan kortikosteroid sistemik diberikan tidak rutin dengan diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS
j. Dilakukan observasi yang ketat
k. Pahami komorbid pasien
Sedangkan menurut (Safrizal, 2020) untuk strategi-strategi PPI untuk mencegah atau
membatasi penularan virus di layanan kesehatan, meliputi:
8
Di instalansi Gawat darurat menyiapkan IGD khusus pasien yang memilikigejala
virus corona, sehingga dapat melindungi pasien yang lain dari penularan virus corona.
Selain itu di IGD dilakukan penanganan yang tepat sehingga akan mempermudah
penanganan selanjutnya. DI ruang IGD harus memiliki peralatan medis yang lengkap, alat
pemeriksaan khusus untuk pasien yang diduga virus corona. Jika sudah menyiapkan
pelaralatan medis yang lengkap, maka pasien dapat ditangani dengan tepat dan efektif.
Diruang IGD pasien di cek riwayatnya, selanjtnya pasien dilakukan Ro Thorak
dengan gambaran pneumonia. Selanjutnya dilakukan pengecekan darah lengkap. Jika
pasien dinyatakan tidak positif, maka pasien termasuk orang dalam pemantauan (ODP).
Untuk selanjtnya pasien dilakukan rawat jalan atau rawat inap sesuai kondisi pasien. Jika
pasien dinyatakan positif suspect virus corna, maka pasien masuk ke dalam pasien dalam
pengawasan. Selanjutnya pasien dilakukan isolasi atau dilakukan dimasukan ke ruang
isolasi.
b. Pengendalian Adminitrasi
9
a. Petugas yang masuk ruang isolasi dibatasi, dilakukan atur jadwal kunjungan ataupun
dilakukan pendelegasian pemeriksaan jika memungkinkan
b. Petugas IGD dilakukan pengaturan shif (misalnya pergantian bertugas setiap 3 jam)
c. Petugas menjaga jaga jarak dengan pasien minimal 1-2 meter, kecuali diperlukan
mendekat atau kontak langsung dengan pasien
d. Pasien yang memiliki gejala COVID-19 ataupun memiliki gejala infeksi saluran
pernafasan, pasien tersebut harus menggunakan masker bedah
e. Pasien yang memiliki gejala COVID-19 ataupun memiliki gejala infeksi saluran
pernafasan, diletakkan diruang isolasi yang memiliki ventilasi udara baik dengan jarak
antar pasien lebih dari satu meter
f. Pastikan gejala pasien COVID-19 harus mematuhi menjaga kebersihan pernafasan,
etika batuk dan cuci tangan
a. Terpasang poster etika batuk dan hand hygiene yang terpasang di pintu masuk dan
ruang tunggu
b. Di area IGD menyediakan masker bedah, hand rub, tissue, tempat sampah dll
g. Petugas diberikan pelatihan dan edukasi tentang pencegahan dan pelatihan infeksi
(PPI) yang meliputi penggunaan APD seperti fit test dan seal check, cara
menggunakan dan melepas APD, dan peringatan untuk tidak memengang wajah,
hidung dan mulut sebelum mencuci tangan
h. Membatasi transportasi dan pada saat memindahkan pasien keluar ruangan isolasi
untuk dilakukan pemeriksaan medis, misalnya menggunakan alat X-ray portable.
i. Tindakan seperti suction, intubasi, induksi sputum yang berpotensi menimbulkan
aerosol harus menggunkan masker N95, menggunakan pelindung mata, sarung tangan
dan gown
j. Jika keterbatasan respirator N95, maka penggunaan N95 memanjang atau berulang
k. Penunggu pasien ruang IGD hanya 1 orang (pasien tidak boleh dibesuk)
l. Petugas mengikuti pelatihan dan edukasi tentang prosedur kerja, pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI), termasuk cara penggunaan respirator N95 yang benar,
cara menggunaan dan pelepasan APD yang benar, dan peringatan untuk tidak
menyentuh wajah, hidung dan mulut sebelum cuci tangan
10
m. Jangan menggunakan handphone dan jangan bekerja sambil makan disaat dilakukan
pemeriksaan medis
n. Pada (hand pintu, saklar lampu dan meja dll dilakukan pembersihan disinfektasn 2-3
kali/hari, maksimal setiap 2 jam sekali
o. Peralatan medis dilakukan pembersihan dengan disinfeksi secara berkala
p. Cuci tangan sesuai 6 lankah cuci tangan pada 5 momen yaitu sebelum memakai dan
melepas APD dan setelah melepas sarung tangan. Rumah sakit memfasilitasi hand
hygiene
Pemakaian APD pada pekerja yang bekerja di pelayanan kesehatan (Spesialis & Okupasi,
2020)
Jika di ruang IGD tidak memiliki ruang isolasi yang bertekanan negative maka akan
berpotensi terkontaminasi airbone dari tindakan medis sehingga penggunaan APD
yang sesuai standart ruang perawatan atau tindakan IGD.
c. Petugas kebersihan
11
1. Baju kerja sesuai ketentuan rumah sakit
2. Penggunaan APD menggikuti ketentuan
3. Menggunakan sarung tangan untuk limbah infeksius
4. Menggunakan sepatu yang tertutup
d. Petugas pemelihara dll
1. Baju kerja sesuai ketentuan rumah sakit
2. Menggunakan APD mengikuti ketentuan dari lokasi kerja
3. Menggunakan sarung tangan limbah infeksius
4. Sepatu yang tertutup
12
BAB III. REKOMENDASI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Covid-19 merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang aku yang
disebabkan oleh infeksi novel Coronavirus (SARS-Cov-2) yang ditularkan melalui droplet dan
aerosol.
A. Pesnggunaan APD yang baik dan benar saaat melakukan tindakan pelayanan
kesehatan.
Berikut ini standart APD yang direkomendasikan oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19
(Syafri, Sp., at all, 2020).
1. Gown coverall
Bahan terbuat dari polyester atau kain katun-poliester. Gaun ini dapat digunakan kembali
yang sebelumnya dicuci dengan aman sesuai prosedur rutin. Dan hal yang harus diperhatikan
yaitu tida menyentuh permukaan luar gaun selama perawatan
13
Gambar contoh gown coverall
2. Masker
a. Masker bedah dengan 3 Ply (surgical mask 3 ply)
Masker bedah yang memiliki 3 lapisan yaitu lapisan paling luar kain tanpa anyaman
kedap air, lapisan dalam yaitu lapisan filter densitas tinggi dan lapisan yang paling dalam
menempel langsung dengan kulit yang memiliki fungsi untuk menyerap cairan
beruukuran besar yang keluar ketika batuk dan bersin.
b. Masker N95
Masker N95 memiliki kelebihan yaitu tidak hanya melindungi dari paparan ukuran
droplet, tapi hingga cairan yang berukuran aerosol. Masker ini memiliki face seal fit
untuk terhindar dari paparan aerosol asalkan seal fit terpasang degan benar.
3. Pelindung mata (google dan face shield)
Digunakan untuk melindungi diri dari papahan bahan kimia yang berbahaya, percikan
darah dan cairan tubuh, uap panas sinar ultraviolet. Jenis-jenis pelindung mata yaitu
goggle, face shield, kacamata pelindung (safety glass) dan respirator seluruh muka (full
face).
14
Gambar contoh google
4. Headcap
Tujuan menggunakan headcap untuk melindungi kulit kepala, leher serta rambut dari
terkontaminasi virusdan adanya kemungkinan penularan tidak dikenal berikutnya
kemukosa mata, hidung dan mulut:
Spesifikasi dari penutup kepala
a. Sekali pakai
b. Tahan cairan
c. Tidak mudah bergerak setelah sesesuaikan
d. Ada bagain terbuka (bagian wajah) tidak elastis. Selain menutupi wajah, panjang
bagain ini adalah mencapai bagian atas gaun.
15
Gambar contoh sepatu boot
Spesifikasi teknis:
a. Nonslip, memiliki sol PVC yang sepenuhnya tersegel
b. Ukuran yang lebih tinggi dari tepi gaun
c. Warna yang terang dapat mendeteksi kemungkinan terkontaminasi
d. Terdapat berbagai ukuran untuk meningkatkan kenyamanan dan menghindari
trauma pada kaki
B. Penggunaan APD berdasarkan lokasi dan prosedur tindakan
Adapun rekomendasi penggunaaan APD yang disesuaikan dengan lokasi dan prosedur
tindakan anatara lain (Syafri et al., 2020)
1. Tingkat 1
Lokasi
a. triaase pra-pemeriksaan, poliklinik
b. kegiatan yang tidak menimbulkan aerosol
16
Gambar APD tingkat 1
2. Tingkat 2
Lokasi/cakupan:
a. Ruang perawatan pasien/UGD post-triase
b. Kegiatan yang tidak menimbulkan aerosol
a. Pelindung mata
b. Penutup mata
c. Masker bedah 3 ply
d. Gown
e. Sarung tangan karet sekali pakai
17
Gambar APD tingkat 2
3. Tingkat 3
Lokasi/cakupan
a. Ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien dengan kecurigaan atau sudah
terkonfirmasi COVID-19
b. Kegiatan yang menimbulkan aerosol
18
Gambar APD tingkat 3
Fathiyah Isbaniah, & at all. (2020). Pedoman pencegahan dan pengendalian coronavirus disease
(covid-19) revisi ke-4 1, (136).
Manullang, S. H., & All, E. (2020). Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) dalam
Menghadapi Wabah Covid-19, (April).
Spesialis, P., & Okupasi, K. (2020). Panduan Perlindungan Bagi Pekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dalam Masa Pandemi COVID-19, (April).
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R., … Cipto, R.
(2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019 :
Review of Current Literatures, 7(1), 45–67.
Syafri, P., Sp, K. A., & Kic, A. (2020). Buku Pedoman Penanganan Pasien Kritis Covid-19,
Versi 1, (April).
20