Anda di halaman 1dari 4

Jenis Nutrisi pada BBLR (Susu Formula)

Susu formula merupakan susu buatan atau susu sapi yang diubah komposisinya dan dijual
dalam bentuk kemasan (Djitowiyono, 2010). Susu formula tidak dianjurkan untuk bayi
karena susu formula mudah terkontaminasi, pemberian susu formula yang terlalu encer
membuat bayi kurang gizi, yang terlalu kental akan membuat bayi kegemukan, tetapi apabila
disebabkan oleh alasan tertentu bayi harus mendapatkan atau menggunakan susu formula
maka untuk mencegah resiko harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: hanya boleh
memberi susu formula bila pemberian ASI tidak memungkinkan, membaca label susu
formula harus dengan petunjuk yang jelas tentang cara penyajian dan diberikan harus atas
persetujuan kepala dinas kesehatan setempat (Proverawati & Rahmawati, 2010). Jenis susu
formula neonatus diantaranya: 1,2,3

1) Formula adaptasi, merupakan susu formula yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan
ASI dan sangat baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur dibawah 3-
4 bulan fungsi saluran pencernaan dan ginjal belum sempurna hingga pengganti ASI
harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak mengandung mineral
yang berlebihan maupun kurang.
2) formula awal lengkap berarti susunan zat gizinya,lengkap dan pemberiannya dapat
dimulai setelah bayi dilahirkan. Pada jenis formula ini terdapat kadar protein yang
tinggi dan rasio antara fraksi-fraksi proteinnya disesuaikan dengan rasio yang terdapat
dalam ASI.

Selain ASI untuk megoptimalkan tumbuh kembang, pada bayi BBLR diperlukan pemberian
susu formula BBLR. Susu formula BBLR adalah susu formula yang lebih bernutrisi daripada
susu biasa yang diberikan untuk bayi BBLR atau prematur tergantung seberapa matur dan
kondisi medis (BabyCentre Medical Advisory Board, 2012). Dalam berbagai kasus, susu
formula BBLR selalu dijadikan alternatif jika ibu memilih untuk tidak mau maupun tidak
mampu memberikan ASI (Colaizy et al., 2012). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
frekuensi pemberian ASI ditambah susu formula BBLR memiliki korelasi bermakna terhadap
penambahan berat badan bayi. 3,4

Susu formula BBLR mempunyai kandungan antara lain: energi 24 kkal/oz; protein 2,2 g/100
mL; lemak 4,5 g/100 mL; karbohidrat 8,5 g/100 mL; dan kalsium 730 mEq/L. Penggunaan
susu formula BBLR dapat meningkatkan rerata pertumbuhan yang lebih cepat pada bayi
BBLR dan berkurangnya kejadian abnormalitas biokimia dibandingkan dengan human milk-
based dikarenakan adanya insufisiensi dari protein dan mineral.4

Bayi BBLR yang diberi susu formula BBLR akan mengalami kenaikan berat badan dengan
rata rata 171,8 g/minggu pada satu bulan pertama. Bayi BBLR yang berumur 1-2 bulan
mengalami kenaikan berat badan dengan rata rata 242,4 g/minggu. Namun pemberian susu
formula BBLR terlalu dini pada bayi BBLR dapat meningkatkan tingkat kesakitan
(morbiditas).2,4

Penggunaan susu formula BBLR dapat meningkatkan rerata pertumbuhan yang lebih cepat
pada bayi BBLR dan berkurangnya kejadian abnormalitas biokimia dibandingkan dengan
human milk-based dikarenakan adanya insufisiensi dari protein dan mineral.

Analisa penelitian didapatkan rata-rata berat badan responden sebelum diberi susu formula
adalah 1867,13 gr, setelah diberi susu formula selama dua minggu pertama perawatan
diperoleh rata-rata berat badan responden 1902,25 gr, terdapat perbedaan nilai mean antara
berat badan lahir dengan berat badan setelah diberi susu formula selama dua minggu pertama
perawatan sebesar 35,12 gr. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 atau p<0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara berat badan lahir dengan
berat badan setelah dua minggu pertama perawatan pada bayi yang diberi susu formula. Hal
ini disebabkan pada Susu formula juga terdapat kadar protein yang tinggi dan rasio antara
fraksi-fraksi proteinnya disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam ASI. Sehingga ASI
juga dapat meningkatkan berat badan BBLR.5

Pemberian susu formula yang terlalu dini dapat meningkatkan angka kesakitan (morbiditas).
Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS) tahun 2001 menunjukkan adanya angka
kesakitan gangguan perinatal 34,7%, infeksi saluran pernapasan akut 27,6%, diare 9,4%,
sistem pencernaan 4,3%, syaraf 3,7% dan infeksi lain 1% . Penggunaan susu formula BBLR,
menunjukkan adanya peningkatan insidensi dari kasus NEC jika dibandingkan dengan
pengunaan ASI maupun Human Milk Fortifier (HMF), dikarenakan kurangnya elemen nutrisi
yang dapat menaikkan imunitas dan perlindungan terhadap infeksi. Menurut penelitian
Schanler RJ (1999), bayi preterm maupun BBLR yang menerima ASI ibu sendiri mempunyai
toleransi pemberian makanan yang lebih baik dan insidensi NEC yang lebih rendah daripada
pemberian susu formula BBLR.5

Perbedaan kasus infeksi pada penggunaan human milk-based dan formula BBLR, tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kasus ini menunjukkan banyaknya kasus infeksi
ditemukan lebih rendah pada penggunaan human milk-based. Penggunaan susu formula juga
menunjukkan adanya jangka waktu yang lebih lama dalam perawatan di rumah sakit serta
adanya kasus perawatan kembali dirumah sakit yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
jika dibandingkan dengan human milk-based.5
Daftar Pustaka

1) Djitowiyono S, Kristiyanasari, W. Asuhan keperawatan neonatus dan anak.


Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.
2) Proverawati A, Ismawati, C. Berat badan lahir rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.
2010.
3) Proverawati A, Rahmawati, E. Kapita selekta ASI dan menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika. 2010.
4) Anggraini D I, Septira S. Nutrisi bagi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang. 2016.
5) Susanti R, (dkk). Perbandingan kenaikan berat badan BBLR yang diberi ASI dan susu
formula pada dua minggu pertama perawatan. 2013.

Anda mungkin juga menyukai