Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


CONGINETAL TALIPES EQUINUS VARUS (CTEV)/CLUBFOOT

STASE PEDIATRI

Disusun oleh :

Risza Naurah Qatrunnada 201910641011041

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHTAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MALANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAAPI PADA KASUS CONGINETAL


TALIPES EQUINUS VARUS (CTEV)/CLUBFOOT

MAKALAH

Disusun Oleh :

RISZA NAURAH QATRUNNADA

201910641011041

Clinical Edukator

Atika Yulianti, SST.Ft.,M.Fis


NIDN. 0729078801

Mengetahui,
Kepala Prodi Profesi Fisioterapi

Safun Rahmanto, S.ST.Ft., M.Fis


NIDN. 071008403

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
A. Definisi Conginetal Talipes Equino Varus (CTEV)/Clubfoot...........................3
B. Anatomi Ankle...................................................................................................3
C. Etiologi...............................................................................................................5
D. Klasifikasi CTEV...............................................................................................6
E. Patofisiologi Conginetal Talipes Equino Varus (CTEV)...................................7
F. Tanda dan Gejala Conginetal Talipes Equino Varus (CTEV)...........................7
G. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Conginetal Talipes Equino Varus (CTEV). .7
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................12
A. Status Klinis......................................................................................................12
B. Keaslian Penelitian...........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya


berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun
individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan
satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses
diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya
(Cahyono, 2012).
Bayi yang lahir dengan keadaan sehat serta memiliki anggota tubuh
yang lengkap dan sempurna merupakan harapan dari seorang Ibu dan seluruh
keluarga. Namun terkadang pada beberapa keadaan tertentu didapati bayi
yang lahir kurang sempurna karena mengalami kelainan bentuk anggota
tubuh. Salah satu kelainan adalah kelainan bawaan pada kaki yang sering
dijumpai pada bayi yaitu kaki bengkok atau CTEV(Congeintal Talipes
Equino Varus). CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari
pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi
medial dari tibia dan salah satu anomali ortopedik kongenital yang sudah lama
dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM (Miedzybrodzka, 2002).
CTEV atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum untuk
menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah atau bengkok dari
keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas kaki termasuk
deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang
artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Congenital talipes equinovarus
(CTEV) merupakan abnormalitas kongenital pada kaki yang paling sering
dijumpai. Insidens CTEV bervariasi, bergantung dari ras dan jenis kelamin.
CTEV rata-rata muncul dalam 1-2:1000 kelahiran bayi di dunia dan
merupakan salah satu defek saat lahir yang paling umum pada system
musculoskeletal(Baruah et al, 2013). Insidensi CTEV beragam pada beberapa
Negara, di Amerika Serikat 2,29:1000 kelahiran; pada ras Kaukasia 1,6:1000
kelahiran; pada ras Oriental 0,57:1000 kelahiran; pada orang Maori 6,5-
7,5:1000 kelahiran; pada orang China 0,35:1000 kelahiran; pada ras Polinesia
6,81:1000 kelahiran; pada orang Malaysia 1,3:1000 kelahiran; dan 49:1000

1
2

kelahiran pada orang Hawaii (Hosseinzaideh, 2014). Terdapat predominansi


laki-laki sebesar 2:1 terhadap perempuan, dimana 50% kasusnya adalah
bilateral. Pada kasus unilateral, kaki kanan lebih sering terkena. (Bergerault et
al, 2013).
Insidensi akan semakin meningkat (pada 25% kasus) bila ada riwayat
keluarga yang menderita CTEV. Kemungkinan munculnya CTEV bila ada
riwayat keluarga yaitu sekitar 1:35 kasus, dan sekitar 1:3 (33%) bila anak
terlahir kembar identic (Noordin et al, 2002).
Clubfoot yang terbanyak merupakan kombinasi dari
beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe
Talipes EquinoVarus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung ke bawah
dan ke dalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih
umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan
yang berhubungan dengan sindroma lain seperti aberasikromosomal,
artrogriposis (imobilitas umum dari persendian), cerebral palsy atau spina
bifida. Deformitas ini memerlukan terapi dan penanganan sedini mungkin.
Tanpa terapi, pasien dengan clubfoot akan berjalan dengan bagian luar
kakinya, yang mungkin menimbulkan nyeri dan atau disabilitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Conginetal Talipes Equino Varus (CTEV)/Clubfoot

Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) atau deformitas clubfoot


adalah deformitas kaki yang komplek pada bayi baru lahir yang secara umum
sehat. Deformitas ini telah dikenal sejak jaman Mesir kuno dan telah ditulis
oleh Hippocrates. Implikasi dari namanya maka deformitas ini memiliki
empat komponen yaitu: hind foot equinus (plantar fleksi) dan varus
(inverted), mid foot cavus (abnormally high arcus) dan adductus.
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) yang juga dikenal sebagai
‘club-foot’ adalah suatu gangguan perkembangan pada ekstremitas inferior
yang seringditemui, tetapi masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam
terminologi “sindromik” bila kasus ini ditemukan bersamaan dengan
gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom genetik. CTEV dapat
timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain, dan sering disebut
sebagai CTEV “idiopatik”. CTEV sindromik sering menyertai gangguan
neurologis dan neuromuskular, seperti spina bifida maupun spinal muskular
atrofi. Tetapi bentuk yang paling sering ditemui adalah CTEV “idiopatik”,
dimana pada bentuk yang kedua ini ekstremitas superior dalam keadaan
normal.
Deformitas CTEV meliputi tiga persendian, yaitu inversi pada sendi
subtalar, adduksi pada sendi talonavicular, dan equinus pada ankle joint.
Komponen yang diamati dari clubfoot adalah equinus, midfoot cavus, forefoot
adduction, dan hindfoot varus (Hawlader, 2018).

B. Anatomi Ankle

Ankle dan kaki merupakan struktur komplek yang terdiri dari 28


tulang dan 55 artikulasi yang dihubungkan dengan ligamen dan otot. Ankle
merupakan sendi yang menopang beban tubuh terbesar pada permukaannya,
puncak beban mencapai 120% ketika berjalan dan hampir 275% ketika
berlari. Sendi dan ligamen berperan sebagai stabilitator untuk melawan gaya
dan menyesuaikan ketika aktivitas menahan beban agar stabil.
1. Tulang pada Ankle
Bagian distal dari tulang tibia dan fibula berartikulasi dengan tulang tarsal
padapergelangan kaki yang membentuk struktur kaki. Yang termasuk tulang
tarsal adalah calcaneus, talus, navicular, cuneiform 1, cuneiform 2, cuneiform
3 dan cuboid, hampir sama dengan tulang carpal pada tangan. Dikarenakan
menumpu beban yang besar maka bentuk dan ukurannya lebih luas. Kaki
memiliki persendian yang kompleks dengan 7 tulang tarsal, 5 tulang meta

3
4

tarsal dan 14 tulang phalang yang menopang beban tubuh ketika berdiri,
berjalan dan berlari. Penyusun tulang kaki tertera pada gambar 2.1 dan
gambar 2.2.

Gambar 2.1 Tulang pada kaki lateral view (Milner, 2008)

Gambar 2.2 Tulang pada kaki medial view (Milner, 2008)

2. Otot pada Ankle


Sendi ankle terbentuk dari struktur yang kompleks seperti tulang, ligamen
dan otot. Struktur tersebut yang memungkinkan sendi ankle menjadi fleksibel
dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Fleksibilitas ini dibutuhkan karena
kaki beresentuhan langsung dengan tanah dan harus dapat beradaptasi ketika
berubah posisi. Fungsi otot sangat berpengaruh terhadap fleksibilitas tersebut.
Otot pada kaki dibedakan menjadi empat macam, yaitu : Otot bagian anterior
(m. tibialis anterior, m. peroneus tertius, m. extensor digitorum longus, m.
extensor hallucis longus) berfungsi untuk gerakan dorsi fleksi.
1. Otot bagian posterior (m. gastrocnemius, m. soleus, m. plantaris, m. flexor
digitorum longus, m. flexor hallucis longus, m. tibialis anterior) berfungsi
untuk gerakan plantar fleksi.
2. Otot bagian lateral terdiri dari m. tibialis anterior untuk gerakan supinasi
dan m. peroneus tertius yang berfungsi untuk gerakan pronasi.
3. Otot bagian dalam, m. extensor digitorum longus untuk gerakan ekstensi
empat jari kaki dan m. extensor hallucis longus untuk gerakan supinasi
serta gerakan ekstensi tungkai kaki. M. dorsal pedis untuk gerakan
abduksi jari kaki, m. plantar interossei, m. lumbricalis, m. digiti minimi,
m.flexor digiti minimi, m. flexor hallucis brevis, m. flexor digitorum
brevis, m. abductor digit minimi, m.abductor.
3. Persendian pada Ankle
5

Sendi pergelangan kaki (Ankle Joint) terdiri dari bagian distal dari tulang
tibia, distal fibula dan bagian superior tulang talus. Jenis dari ankle joint
adalah hinge joint. Dengan bagian lateral dan medial diikat oleh ligamen.
Adapun artikulasi disekitarnya antara lain adalah talus dan calcaneus (subtalar
joint), antara tulang tarsal (midtarsal joint), antar tarsal bagian depan (anterior
tarsal joint), antara tarsal dengan metatarsal (tarsometatarsal joint), antara
metatarsal dengan phalang (metatarsophalangeal joint) dan antara phalang
(proximal & distal interphalangeal joint).
4. Ligamen pada Ankle
Talocrural joint (sendi ankle) termasuk dalam dua artikulasi antara os tibia
dengan os talus dibagian medial dan os fibula dengan os talus dibagian lateral
yang tergabung dalam satu kapsul sendi. Jaringan pada sendi ankle diikat oleh
beberapa ligamen, antara lain adalah ligamen anterior tibiofibular dan ligamen
posterior tibiofibular yang mengikat antara tibia dengan fibula, ligamen
deltoid yang mengikat tibia dengan telapak kaki bagian medial, ligamen
collateral yang mengikat fibula dengan telapak kaki bagian lateral. Tendon
calcaneal (Achilles) terletak pada otot betis sampai calcaneus yang membantu
kaki untuk gerakan plantar fleksi dan membatasi dorsi fleksi.
5. Biomekanik pada Ankle
Secara gerakan sendi ini dapat melakukan gerakan dorsofleksi,
plantarfleksi, inversi dan eversi. ROM (Range of Motion) dalam keadaan
normal untuk dorsofleksi adalah 20˚, plantarfleksi adalah 50˚, gerakan eversi
adalah 20˚, dan gerakan inversi adalah 40˚.

C. Etiologi

Etiologi dari CTEV belum sepenuhnya dimengerti. CTEV umumnya


merupakan isolated birth defect dan diperkirakan idiopatik, meskipun kadang
muncul bersamaan dengan myelodysplasia, arthrogryposis, atau kelainan
kongenital multiple (Dobbs, 2009). Ada beberapa teori yang telah diajukan
untuk menjelaskan etiologi CTEV, yaitu (Nordin, 2002) :
1. Faktor mekanik in utero
Teori ini merupakan yang pertama dan tertua, diutarakan oleh
Hippocrates. Dia percaya bahwa kaki tertahan pada posisi equinovarus akibat
adanya kompresi dari luar uterus. Namun Parker pada 1824 dan Browne pada
1939 mengatakan bahwa keadaan dimana berkurangnya cairan amnion,
seperti oligohidramnion, mencegah pergerakan janin dan rentan terhadap
kompresi dari luar. Amniocentesis dini diperkirakan memicu deformitas ini.
2. Defek neuromuskuler
Beberapa peneliti masih berpendapat bahwa equinovarus adalah akibat
dari adanya defek neuromuskuler, walaupun ada beberapa studi yang
6

menemukan gambaran histologis normal. Peneliti menemukan adanya


jaringan fibrosis pada otot, fascia, ligament dan tendon sheath pada clubfoot,
hal ini diperkirakan mengakibatkan kelainan pada tulang (Maranho et al,
2011). Adanya jaringan fibrosis ini ditandai dengan terekspresinya TGF-beta
dan PDGF pada pemeriksaan histopatologis, keadaan ini juga berperan dalam
kasus-kasus resisten (Herring, 2014).
3. Primary germ plasma defect
Irani dan Sherman telah melakukan diseksi pada 11 kaki equinovarus dan
14 kaki normal, mereka menemukan neck talus selalu pendek dengan rotasi ke
medial dan plantar. Mereka berpendapat hal ini karena adanya defek pada
primary germ plasma.
4. Arrested fetal development
 Intrauterina
Heuter dan Von Volkman pada 1863 mengemukakan bahwa adanya
gangguan perkembangan dini pada usia awal embrio adalah penyebab
clubfoot kongenital.
 Pengaruh lingkungan
Beberapa zat seperti agen teratogenik (rubella dan thalidomide) serta
asap rokok memiliki peran dalam terbentuknya CTEV, dimana terjadi
temporary growth arrest pada janin (Meena et al, 2014)
5. Herediter
Pada janin perkembangan kaki terbagi menjadi dua fase, yaitu fase fibula
(6,5 – 7 minggu kehamilan) dan fase tibia (8-9 minggu kehamilan). Ketika
terjadi gangguan perkembangan saat kedua fase tersebut, maka kemungkinan
terjadinya CTEV akan meningkat (Herring, 2014). Semua teori di atas belum
dapat menjelaskan secara pasti etiologi dari CTEV, namun kita dapat
menyimpulkan bahwa penyebab CTEV adalah multifactorial dan proses
kelainan telah dimulai sejak limb bud development (Herring, 2014).

D. Klasifikasi CTEV

Beberapa jenis klasifikasi yang dapat ditemukan antara lain :


1. Typical clubfoot merupakan jenis clubfoot yang klasik hanya menderita
kaki pengkor saja yang sering ditemukan. Umumnya dapat dikoreksi
dengan casting dan manajemen dari Ponseti mengatakan bahwa hasil
jangka panjangnya baik dan sempurna.
2. Positional clubfoot. Sangat jarang ditemukan, sangat fleksibel dan diduga
akibat jepitan intrauterin. Pada umumnya koreksi dapat dicapai dengan
satu atau dua kali digips.
3. Delayed treated clubfoot ditemukan pada anak berusia 6 bulan atau lebih.
7

4. Alternatively treated typical clubfoot termasuk kaki pengkor yang


ditangani secara operatif atau digips dengan metode non-Ponseti.

E. Patofisiologi Conginetal Talipes Equino Varus (CTEV)

Penyebab CTEV atau clubfoot masih belum diketahui sampai saat ini
namun para peneliti percaya ada pengaruh genetik lingkungan dalam kasus
ini, sekitar 80% kasus CTEV ialah idiopatik dan sisanya 20% memiliki
hubungan dengan kasus lainnya yang paling umum Spina Bifida, cerebral
Palsy dan Artogryposis. Beberapa teori diajukan untuk menjelaskan asal usul
CTEV, mempertimbangkan penyebab intrinsik dan eksentrik, termasuk posisi
intrauterine janin, kompresi mekanis atau peningkatan tekanan hidrolik,
gangguan dalam perkembangan janin, infeksi virus, defisiensi pembuluh
darah, perubahan otot, perubahan neurologis, cacat dalam perkembangan
struktur tulang dan cacat genetik (Fadila et al., 2017)
Sebagian besar informasi menunjukkan bahwa CTEV adalah
keturunan, artinya berjalan dari keluarga. Tidak jelas kerusakan genetik apa
yang menyebabkan masalah ini, belum diketahui apakah cacat mempengaruhi
perkembangan otot, pembuluh darah atau tulang pada kaki.
Selama Sembilan bulan kehamilan, terjadi perubahan terhadap janin
termasuk pemisahan setiap tulang dalam tubuh suatu individu. CTEV terjadi
karena kecacatan dalam proses ini, dimana terjadi kegagalan pemisahan pada
tulang tarsal. CTEV ini bukan malformasi embrionik, kaki yang pada mulanya
normal menjadi bengkok pada trisimster kedua kehamilan. Kasus ini jarang
terdeteksi oleh ultrasonografi pada janin dengan usia di bawah 16 minggu
(Adnan,2019).

F. Tanda dan Gejala Conginetal Talipes Equino Varus (CTEV)

CTEV memiliki tanda dan gejala yang dapat terlihat setelah proses
kelahiran ialah sebagai berikut :
1. Bentuk kaki mengarah ke bawah (plantar) dan ke dalam (varus)
2. Terdapat kelemahan terhadap beberapa otot kaki
3. Kaki yang mengalami Club Foot cenderung lebih pendek dari pada kaki
yang sehat (unilateral)
4. Pada kasus bilateral panjang kaki mungkin memiliki beberapa asimetri.

G. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Conginetal Talipes Equino Varus


(CTEV)
8

Perawatan clubfoot terdiri dari tujuan jangka pendek dan jangka

panjang. Tujuan jangka pendek adalah untuk memperbaiki kelainan sehingga

pergelangan kaki berda pada posisi plantigrade pada saat bayi akan berusai 3

bulan. Tujuan jangka panjangnya adalah mempertahankan pergelangan kaki

yang diperbaiki dan menindaklanjuti koreksi yang dipertahankan sampai bayi

mulai berjalan dan jika memungkinan pembrian tidak lanjut yang lebih lanjut

untuk menghindari kekambuhan pada kaki bayi.

1. Teknik Pontesi

Ponseti adalah teknik manipulative yang bertujuan untuk mengoreksi

konginetal CTEV tanpa operasi invasive, adapun prosedur pelaksanaan

posenti yang dapat diberikan sebagai berikut.

a. Temukan kepala lateral talus akan menjadi titik pusat atau titik tumpu

dimana kaki bergerak saat dikoreksi, dan tepat dimana ibu jari seorang

terapis yang memberikan manipulasi perlu memberikan tekanan

lembut. Karena itu penting untuk diidentifikasi sebelum koreksi

dilakukan.

Kepala lateral talus pada bayi biasanya sekitar 1 cm anterior ke lateral

malleolus. Pada beberapa anak prosesus anterior calcaneum juga dapat

dirasakan, tepat dibawah kepala lateral talus.

b. Cara fiksasi pada kaki ada beberapa cara untuk menahan kaki saat

melakukan manipulasi ponseti. Gunakan ibu jari untuk memegang

malleolus sisi lateral dan untuk jari telunjuk dan jari lainnya

memegang sisi medial malleolus usahakan tangan anda tidak

menyentuh bagian calcaneus. Selanjutnya terapis bebes melakukan

memanipulasi gerakan yang ada di ankle


9

c. Koreksi arkus, cavus dikoreksi dengan mengutamankan kaki depan,

sehingga menempatkan kaki depan selaras dengan kaki belakang.

Telapak kaki harus diperiksa saat melakukan ini, dengan tujuan

memposisikan kaki depan untuk membuat lengkugan kaki yang

normal, karena cavus biasanya bukan cacat tetap saat lahir, koreksi

cavus yang parah pada kaki yang kaku akan membutuhkan waktu 2

atau 3 perubahan cast dengan kaki depan di supinasi.

d. Koreksi adductus setelah cavus dikoreksi maka manipulasi untuk

memperbaiki adduksi kaki depan dapat dimulai kaki yang mengalami

plantar fleksi secara perlahan diadduksikan, sementara tekanan

diberika kepada kepala talus. Ligament yang ada pada sisi medial kaki

diberikan stretch. Ujung distal calcaneum terlepas dari posisinya di

bawah kepala talus dan memungkinakan calcaneum untuk

diabduksikan.

e. Automic correction of farus varus pada tumit dan seluruh kaki tidak

perlu dikoreksi secara aktif karena ia akan mengoreksi secara otomatis


10

karena adduksi kaki deoan dikoreksi. Sementara kaki depan

diabduksikan, navicular berbentuk kubus, dan seluruh kaki

dipindahkan secara lateral sehubungan dengan kepala talus. Bagian

anterior calcaneum mengikuti, dan secara otomatis kelainan bentuk

varus dikoreksi.

f. Koreksi equinus tahap ini adalah tahap terakhir dalam koreksi

deformitas pada kasus CTEV, sedikit koreksi equinus secara alami

ketika kaki diarahkan ke abduksi, tetapi tidak ada upaya yang harus

dilakukan untuk dorsofleksi aktif sampai kepala talar tertutup, kaki

diabduksikan hingga 50-70 dderajat, tumit dalam valgus atau

setidaknya normal

g. Penggunaan gips merupakan bagian penting dari koreksi deformitas

CTEV. Hal ini dibutuhkan untuk mempertahakan koreksi yang telah

dicapai dengan manoipulasi. Jika gips dipasang tidak tepat dapat

membuat koreksi menjadi tidak optimal dan menyisakan luka pada

kaki anak.

h. Foot abductor brace selanjutnya setelah beberapa treatment diatas

dilakukan selanjutnya diberikan penanganan pemberian brace harus

dipakai selama 2 sampai 3 bulan dan setelah itu pada malam hari

selama 3-4 tahun. Penjepit yang dikenal sebgai oot abductor brace

terdiri dari sebuah bar (panjangnya adalah jarak antara bahu bayi)

dengan sapatu berujung terbuka yang terpasang di ujung bar antara 70

derajat rotasi eksternal. Bayi mungkin merasa tidak nyaman pada

awalnya ketika mencoba melakukan gerakan menendang dengan satu

kakise secara bersamaan dan merasa nyaman. Pada anak-anak yang


11

hanya memiliki atu kaki yang bermasalah, sepatu untuk kaki normal

dioasang di bar dalam 40 derajat rotasi eksternal. Pada siang hari anak-

anak memakai sepatu biasa.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Status Klinis

NAMA MAHASISWA : Risza Naurah Qatrunnada


NIM : 201910641011041
TEMPAT PRAKTIK :
PEMBIMBING : Atika Yulianti, SST.FT.,M.Fis
Tanggal Pembuatan Laporan: Mei 2020
Kondisi/ Kasus: Conginetal Talipes Equeni Varus (CTEV)/ Clubfoot
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : An. WA
Umur : 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Ponorogo
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
CTEV

B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
-

C. RUJUKAN DARI DOKTER


Spesialis Anak

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

12
13

B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1. KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan bahwa pergelangan kaki anaknya terlihat bengkok
kedalam. Keadaan kaki anaknya tersebut sudah didapatkan sejak ketika
lahir.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap
perkembangan, gambaran perkembangan, dll)
Riwayat ibu pasien saat hamil tidak mengalami masalah kesehatan dan
kelahiran pasien pada saat usia kandungan cukup bulan. Diketahui bahwa
paman pasien memiliki riwayat kasus CTEV/clubfoot sebelumnya.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


-
4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA
-
5. RIWAYAT PENGOBATAN
-

6. ANAMNESIS SISTEM
a. Kepala dan Leher
-
b. Kardiovaskular
-
c. Respirasi
-
d. Gastrointestinal
-
14

e. Urogenital
-
f. Musculoskeletal
Kontraktur otot tungkai bawah dextra bagian medial, keterbatasan
lingkup gerak sendi ankle joint dexrta.

g. Nervorum
-

C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Denyut nadi : 88x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Temperatur : 36⁰c
Tinggi badan : 65,4 cm
Berat badan : 5,7 kg

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


Inspeksi Statis :
Pergelangan kaki kanan pasien terlihat terdapat fiksasi dalam posisi
inversi (putaran ke dalam) dan adduksi (deviasi ke dalam) dari
forefoot, varus dari kalkaneus (tumit inversi), equinus (plantar fleksi).
Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur
atau cekungan pada bagian medial plantar bagian belakang equinus.
Tumit tertarik dan mengalami inversi.
Inspeksi Dinamis :
Gerak kaki anak aktif, kaki kanan kaku, kaki depan kanan tidak dapat
diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang kanan tidak dapat
dieversikan dari posisi varus.

c) PALPASI
m. tibialis anterior : overstretch
m. peroneu longu, brevis dan tertius : overstretch
m. gastroc : kontraktur
m. soleus : kontraktur
m. tibialis posterior : kontraktur
otot plantar flexor : kontraktur
15

d) PERKUSI
Tidak dilakukan

e) AUSKULTASI
Tidak dilakukan

f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
- AGA dextra : mampu
- AGA sinistra : mampu
- AGB dextra : tidak full rom
- AGB sinistra : mampu
Gerak Pasif :
- AGA dextra : mampu
- AGA sinistra : mampu
- AGB dextra : tidak
- AGB sinistra : mampu full

g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL


Kognitif : anak mampu merespon panggilan dari terapis
Intra-personal : baik
Interpersonal : anak menangis saaat terapi

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS


FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS
Kemampuan fungsional dasar : anak sudah mampu duduk dengan
penyangga atau tanpa penyangga selama beberapa detik (normal)
Aktivitas fungsional : normal
Lingkungan aktivitas : anak tidur dirumah bersama dengan ibu dan
ayahnya dalam satu bed

2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
a. Reflex
 Moro : -
 Blingking : -
 Babinsky : -
 Flex with drawl : -
 Plantar graps : -
16

 Palmar graps : -
 Rooting : -
 Sucking : -
 Gallant : -
 TLR : -
 ATNR : -
 STNR : -

b. Sensori
 Visual : Baik
 Audio : Baik
 Vestibular : Baik
 Propioseptif : Baik

c. MMT

 AGA dextra : x
 AGA sinistra : x
 AGB dextra : T
 AGB sinistra : x

d. Pirani Score
Paramaters Score
Midfoot Curved lateral border 0,5 (moderate)
Medial Crease 0 (normal)
Talar Head Coverage 0,5 (moderate)
Hindfoot Posterior crease 1 (severe)
Rigid Equines 0,5 (moderate)
Empty heel 0,5 (moderate)
3
17

D. UNDERLYING PROCCESS
 Factor mekanik in utero
Conginetal Talipes Equinus Varus (CTEV)/CLUBFOOT
 Defek Neuromuskuler
 Primary germ plasma defect
Isolated Birth Defect  Arrested Fetal development
 Herediter
Idiopatik

abnormalitas abnormalitas  Ultrasound Diathermy


intraosseus interosseus  Massage
 Peregangan Stretching
 Immobilisasi dengan
CTEV elastic bandage

Anatomi Fungtinal Disability


Impairment Limitation

Anak blm bisa


 kekakuan dan atropi pada otot dan tendon bagian Pasien tidak bisa dipakaikan sepatu
belakang pada ankle dextra melakukan dorso flexi dan pada kakinya
 pada ligament dari grup otot betis bagian belakang eversi ankle dextra. bagian kanan
dan dalam pada ankle sangat tebal, kencang, dan
memendek, sehingga menahan kaki pada posisi
jinjit
 bagian anterior tulang calcaneus mengalami inversi
dan adduksi
 bagian posterior displace kearah proximal,
sehingga posisi calcaneus dalam posisi equinus,
adductus, dan inversi.
18

E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Ankle equinus, plantar inversi , forefoot adduksi dan inversi e.c Conginetal
Talipes Equinus Varus (CTEV)/Clubfoot

Impairment
Overstretch dan kontraktur pada otot tungkai bawah dextra, keterbatasan
ROM sendi ankle dextra.

Functional Limitation
Pasien tidak bisa melakukan dorso flexi dan eversi ankle dextra.

Disability
Anak blm bisa dipakaikan sepatu pada kakinya bagian kanan

F. PROGNOSIS
Qua at Vitam : Bonam
Qua at Sanam : Bonam
Qua at Fungsionam : Bonam
Qua at cosmeticam : Bonam

G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
 Menambah ROM ankle
 Mengurangi kontraktur

b) Jangka Panjang
 Mengkoreksi deformitas
 Mengembalikan bentuk, struktur dan kekuatan otot ankle dan
tungkai bawah dextra untuk persiapan berjalan
 Mencegah terjadinya deformitas lain

2. Rencana tindakan
Terapi harian berlangsung selama dua bulan, lalu menjadi 3 kali seminggu
selama enam bulan. Saat kaki telah berhasil terkoreksi, tetap dilakukan home
exercise dan night splint hingga sang anak mencapai usia berjalan, kira-kira
usia 2-3 tahun
19

Teknologi Fisioterapi
 Ultrasound Diathermy
 Massage
 Peregangan Stretching
 Immobilisasi dengan elastic bandage

H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

Persiapan terapis : mencuci tangan dengan hand rub/ sabun

 Ultrasound Diathermy
F : 2x seminggu
I : 2 w/cm
T : sirkuler
T : 3 menit

 Massage
 Persiapan pasien : Posisikan bayi senyaman mungkin , terutama pada
daerah yang akan diterapi. Posisi terapis berada di depan pasien.
 Tata laksananya sebagai berikut:
1. Stroking, pemerataan media seperti baby oil, bedak, dan lain-lain
2. Effleurage, Gerakan pembuka untuk mengawali, transisi, dan
mengakhiri massage. Gerakan dari distal ke proksimal secara
bergantian dari area medial ke lateral.
3. Transfer Friction, menggunakan 2 ibu jari atau satu ibu jari yang
digerakkan secara transversal pada otot m. Tibialis anterior dan tendo
achilles dan sedikit otot gastrocnemius.
4. Effleurage (Seperti no.2)
5. Stretching, dilakukan dengan awal traksi ke arah distal, gerakan eversi,
dan dorsi fleksi ( lawan dari pes varus)
 Stretching
 Persiapan pasien : Posisikan bayi senyaman mungkin , terutama pada
daerah yang akan diterapi. Posisi terapis berada di depan pasien.
 Tata laksana sebagai berikut :
1. Elongasi otot triceps Surae, kapsul posterior dan lig.ankle dan sendi
subtalar.
- Os calcaneus dipegang dgn jari telunjuk dan ibu jari 1 tangan
kemudian tarik ke arah distal tumit akan tertarik ke bwh dan
terdorong menjauhi maleolus medial fibula.
20

- Dengan tangan lain,area calcaneocuboid didorong ke posisi


dorsofleksi.
- Posisi ini dipertahankan dalam hitungan 10, lalu
dilepaskan.Ulangi stretching pasif ini 20-30 kali/sesi.
2. Elongasi otot tibialis posterior dan lig.tibionavicularis.
- Untuk stretching os.calcaneus dipegang dengan jari telunjuk
dan ditarik ke bawah ke arah distal.
- Tangan lain menjepit naviculare dengan jari telunjuk dan ibu
jari menarik naviculare dan midfoot ke arah distal ibu jari kaki
dan diabduksi.
3. Elongasi ligamen calcaneonaviculare plantaris dan jaringan lunak
lantar.
- Dengan 1 tangan tumit didorong naik. Dengan tangan lain,
midfoot didorong ke arah dorsofleksi.
- Ibu jari 1 tangan berada di atas maleolus medial dan ibu jari
tangan lain di atas naviculare.
- Posisi ini dipertahankan 10 hitungan lalu dilepas dan diulangi
20-30 kali tiap sesi.
 Immobilisasi
Menggunakan elastic bandage atau tapping pada ankle yang
mengalami pes varus.

21

I. HASIL EVALUASI TERAKHIR

T1 T2 T3 T4 T5 T6
MMT MMT MMT MMT MMT MMT
AGA dextra : x AGA dextra : x AGA dextra : x AGA dextra : x AGA dextra : x AGA dextra : x
AGA sinistra : x AGA sinistra : x AGA sinistra : x AGA sinistra : x AGA sinistra : x AGA sinistra : x
AGB dextra : T AGB dextra : T AGB dextra : T AGB dextra : T AGB dextra : T AGB dextra : T
AGB sinistra : x AGB sinistra : x AGB sinistra : x AGB sinistra : x AGB sinistra : x AGB sinistra : x

PIRANI PIRANI
Paramaters Score Paramaters Score
SCORES SCORES
Midfoot Curved lateral 0,5 Midfoot Curved lateral 0,5
PIRANI border (moderate) PIRANI border (moderate)
Paramaters
Medial Crease Score
0 (normal) Paramaters Score
SCORES SCORES Medial Crease 0 (normal)
Midfoot Talar
CurvedHead
lateral 0,5
0,5 Midfoot Talar Head
Curved lateral 0,5
T1 Coverage
border (moderate)
(moderate) T4 Coverage
border (moderate)
(moderate)
PIRANI
Hindfoot Posterior crease 10Score
(severe) PIRANI
Paramaters
Medial Crease (normal) Hindfoot Posterior
Medial crease 01 (normal)
Crease (severe)
SCORES Paramaters Score
Rigid Equines
Talar Head 0,5
0,5 SCORES Rigid Equines
Talar Head 0,5
0,5
Midfoot Curved lateral 0,5 (moderate)
(moderate)
T2 Coverage
border
(moderate) T5 Midfoot Curved lateral
Coverage 0,5 (moderate)
(moderate)
Hindfoot Empty heel 0,5
Posterior crease 1 (severe) border
Posterior crease 10,5
Empty heel
Medial Crease 0 (normal) J. Hindfoot (severe)
Rigid Equines (moderate)
0,5 Medial Crease
Rigid Equines 0 (normal)
(moderate)
0,5
Talar Head 0,5 (moderate) 3 Talar Head 0,5 (moderate)
T3 (moderate) T6 (moderate)3
Coverage Coverage
Empty heel 0,5 Empty heel 0,5
Hindfoot Posterior 1 (severe) Hindfoot Posterior crease 0,5 ((moderate)
moderate )
(moderate)
crease
3 Rigid Equines 0,5 (moderate)3
Rigid Equines 0,5 (moderate)
Empty heel 0,5 (moderate)
Empty heel 0,5 (moderate)
J. 2,5
3
J. EDUKASI DAN KOMUNIKASI
 Mengedukasikan kepada orangtua untuk rutin melakukan control dan
terapi
 Mengajari orangtua pasien untuk melakukan exercise dirumah
 Memotivasi orangtua agar selalu sabar dan telaten agar mendapatkan
hasil yang maksimal

K. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK

L. CATATAN TAMBAHAN

..................,..........
..............
Pembimbing
22

(________________)

B. Keaslian Penelitian

NO Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian


Penelitian

1 Tatalaksana Congenital Observatif Berdasarkan


Talipes Equino Varus (CTEV) anamnesis,
pada Anak Usia 6 bulan pemeriksaan
fisik, dan
Alfianita Fadila, 2017 pemeriksaan
Lampung penunjang
diagnosis pada
kasus ini adalah
Congenital
Talipes Equino
Varus.
Penatalaksanaan
pada pasien ini
adalah
pembedahan.
Prognosis pasien
pada kasus ini
adalah ad bonam.

2 Efektivitas Penggunaan Pre-eksperimen Kesimpulan pada


Dennis Brown Splint penelitian ini
Terhadap Derajat Equinus adalah Dennis
Pada Pasien Congenital Brown Splint
berpengaruh
Talipes Equino Varus (Ctev)
terhadap derajat
equinus pada
Ardesa,2015 pasien Congenital
Surakarta Talipeas Equinus
Varus (CTEV). Hal
ini terlihat dari
penelitian ini, dari
10 orang subyek
penelitian pada
awal penelitian
tercatat derajat
equinus dengan
rata-rata 10.50o
dan setelah 2 bulan
maka pada akhir
penelitian tercatat
23

derajat genu varus


dengan rata-rata
6.00o

3 Penatalaksanaan Fisioterapi Eksperimen Stretching dan


Pada Kasus Conginetal pemberian
Talipes Equino Varus (Ctev) strapping dapat
meningkatkan
Bilateral Di Rsup Dr. Sardjito lingkup gerak
Yogyakarta sendi, patterning
jongkok ke berdiri
Muharromah Adillani,2014 dapat
meningkatkan
tonus otot,
standing dapat
meningkatkan
kekuatan otot.
Pada kasus
Conginetal
Talipes Equino
Varus (CTEV)
terapi yang
diberikan tidak
mengalami
perubahan (tetap),
disebabkan
pemberian terapi
yang kurang lama
karena pada kasus
CTEV
memerlukan
penanganan medis
jangka panjang
dan bertahap.
4 Pengaruh Terapi Latihan Dan pre-test dan post Pada kasus ini
Pemasangan Bandage Pada test menunjukkan
Congenital Talipes Equino bahwa terapi
Varus Bilateral Di Ypac latihan yang
diberikan serta
Semarang
pemasagan
bandage pada
Didik Purnomo, 2019 pasien berusia 9
tahun dengan
kondisi CTEV
tidak dapat
memberikan
perubahan pada
lingkup gerak sendi
engkel pasien
tersebut.
24
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono B.C. 2012. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).4 Maret 2012: 178.
Kol. 2-3.

Dobbs MB, Nunley R, Schoenecker PL. Long-term follow-up of patients with


clubfeet treated with extensive soft-tissue release. J Bone Joint Surg Am. 2009

Fadila, Alfianita. Putri, Giska Tri. dan Sitompul, Eddy Marudut. (2017). Diagnosis
dan Tatalaksana Congenital Talipes Equinovarus. Tatalaksana Congenital
Talipes Equinovarus (CTEV) pada Anak Usia 6 bulan. 7(4), 64 - 68.

Hawlader, M. D. H., Khan, J., & Zaman, S. (2018). Outcome of Clubfeet by


Physiotherapist Instructed Ponseti Method: A Case Study of 5 Years. Clin Case
Rep Open Access, 1(3), 115.

Hosseinzadeh, Pooya & Milbrandt, Todd. (2014). Congenital Clubfoot. JBJS


Reviews. 2. e3-e3. 10.2106/JBJS.RVW.M.00078.

Miedzybrodzka C.D,. et al .2002. Genetic Basis of Idiopathic Talipes Equinovarus.


Inggris : J. Hum. Genet

Nordin, S. 2002. Controversies In Congenital Clubfoot: Literature Review.

Singh A.K. et al. 2013. Children’s Orthopaedics. Outpatient taping in the treatment
of Idiopathic congenital talipes equinovarus. VOL. 95-B. No. 2 : February
2013.

25

Anda mungkin juga menyukai