Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Fluida adalah suatu zat yang dpat mengalir bisa berupa cairan atau gas.
Fluida mengubah bentuknya dengan mudah dan didalam kasus mengenai
gas,mempunyai volume yang sama dengan volume uladuk yang membatasi
gas tersebut. Pemakaian mekanika kepada medium kontinyu,baik benda padat
maupun fluida adalah didasari pada hukum gerak newton yang digabungkan
dengan hukum gaya yang sesuai.
Salah satu cara untuk menjelaskan gerak suatu fluida adalh dengan
membagi –bagi fluida tersebut menjadi elemen volume yang sangat kecil yang
dapat dinamakan partikel fluida danmengikuti gerak masing-masing partikel
ini.
Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi menjadi tabung
aliran,bila aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap tidak
berubah bentuknya dan fluida yang pada suatu saan berada didalam sebuah
tatung akan tetap berada dalam tabung ini seterusnya. Kecepatan aliran
didalam tabung aliran adalah sejajar dengan tabung dan mempunyai besar
berbanding terbalik dengan luas penampangnya.
Mengalirkan fluida dari tempat yang satu ke tempat yang lain diperlukan
peralatan. Selain peralatan utama digunakan, ada bagian-bagian yang tidak
kalah penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-peristiwa yang
dapat mengurangi efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari peralatan ini
dapat berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Dalam menggunakan pipa yang
harus diperhatikan adalah karakteristik dari fluida yang digunakan, misalnya :
sifat korosi, explosive, racun, suhu dan tekanan. Apabila fluida dilewatkan ke
dalam pipa maka akan terjadi gesekan antara pipa dengan fluida tersebut.
Besarnya gesekan yang terjadi tergantung pada kecepatan, kekerasan pipa,
diameter dan viskositas fluida yang digunakan.

1
1.2 TujuanPercobaan
1. Untuk menghitung koefisien friksi pada sistem perpipaan PVC
2. Untuk menghitung daya pompa yang dikerjakan
3. Untuk menghitung efisiensi pompa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluida
Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan
bentuknya secara continue/terus-menerus bila terkena tekanan/gaya geser
walaupun relatif kecil atatu bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir, kata
fluida mencakup zat cair, gas, air, dan udara karena zat-zat ini dapat mengalir.
Sebaliknya batu dan benda2 keras (seluruh zat-zat padat tidak dapat
dikategorikan sebagai fluida karena zat-zat tersebut tidak bisa mengalir secara
continue).
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air
dan gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda
keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak
bisa mengalir. Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan
Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang
dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas
juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke
tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari
satu tempat ke tempat lain. Fluida merupakan salah satu aspek yang penting
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya,
meminumnya, terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat
udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian
juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang
diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia
setiap saat meskipun sering tidak disadari. Fluida ini dapat kita bagi menjadi
dua bagian yakni Fluida statis dan Fluida Dinamis.
2.2 Aliran Fluida
Ada 3 tipe aliran fluida didalam pipa, yaitu :
1. Aliran fluida Laminer yaitu aliran fluida dengan kecepatan rendah.
Dimana partikel-partikel fluida mengalir secara teratur dan sejajar dengan
sumbu pipa. Bilangan Reynolds menunjukkan bahwa untuk aliran laminer

3
berlaku NRe < 2100. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan head loss
berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida, atau H α V.
2. Aliran fluida Turbulen yaitu aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Dimana
partikel-partikel fluida mengalir secara tidak teratur atau acak didalam
pipa. Bilangan Reynolds menunjukkan bahwa untuk aliran turbulen
berlaku NRe < 4000. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan head loss
berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat n, atau H α Vn.
3. Aliran fluida Transisi yaitu aliran fluida dengan kecepatan diantara
kecepatan linear dan kecepatan turbulen. Aliran berbentuk laminar atau
turbulen sangat tergantung oleh pipa dan perlengkapannya. Reynolds
menunjukkan bahwa untuk aliran transisi berlaku 2100 < NRe < 4000.
2.3 Sifat-Sifat Fluida
Fluida didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak menahan perubahan
bentuk secara permanen. Secara umum aliran fluida dapat dibedakan menjadi :
1 Fluida yang tidak dipengaruhi tekanan (Incompressible)
2 Fluida Fluida yang dipengaruhi tekanan (Compressible)
Pada suatu tekanan dan suhu tertentu setiap fluida mempunyai berat jenis
tertentu, yang dalam praktek keteknikan biasa diukur dalam kilogram per-
meter kubik. Walupun berat jenis fluida bergantung pada tekanan dan suhu,
perubahan karena variabel itu mungkin besar dan mungkin kecil.
Fluida diangkut di dalam pipa dan tabung dengan penampang lingkaran
bundar dan tersedia dalam berbagai macam ukuran, ketebalan dinding dan
bahannya. Tidak ada perbedaan antara pipa dengan tabung. Pada umumnya,
pipa mempunyai panjang yang sedang dari 20 ft - 40 ft. Tabung pada
umumnya berdinding tipis dan sering dijumpai sebagai lilitan (coils) dengan
panjang beberapa ratus feet. Pipa logam dapat dibuat ulir, sementara tabung
biasanya tidak. Dinding pipa biasanya besar, tabung mempunyai dinding
yang sangat halus. Pipa disambung dengan ulir, flange atau sambungan las.
Tabung disambung dengan sambungan tekan, fitting, flare fitting atau
soldered fitting.

4
Pipa dan tabung dapat dibuat dari berbagai macam bahan yang meliputi
logam dan logam paduan, plastik, karet, kayu, keramik, beton,
asbes.Pengukuran aliran fluida perlu dilakukan agar dapat melakukan
pengendalian atas proses-proses industri.
2.4 Head Loss dan Friction Loss pada Pipa Horizontal
Menurut (Zainuddin 2012) Head loss biasanya dinyatakan dengan satuan
panjang. Sehingga untuk persamaan (2), head loss adalah harga ∆p yang
dinyatakan dengan satuan panjang mmHg atau inchHg. Harga F sendiri
bergantung pada tipe alirannya. Untuk aliran laminar, dimana N Re <2100,
berlaku persamaan :
2
f L.V
F= .
2 gc . D
Untuk aliran turbulen dengan N Re >4000, berlaku persamaan:
32. μ L. V 2
F= .
gc D 2 ρ
Dengan F :Friction Loss (J/kg)
L :PanjangPipa (m)
V :Velocity (m/s)
μ : Viskositas (kg/m.s)
L :Panjangpipa (m)
D : Diameter pipa (m)
ρ : Massa jenis (kg/m3)
2.5 Head Loss dan Friction Loss pada Pipa Elbow
Sambungan-sambungan didalam pipa, misalnya elbow, kran, valve, tee
akan mengganggu pola aliran fluida dan menyebabkan terjadinya rugi gesekan
atau Friction Loss. Friction loss ini biasanya dinyatakan sebagai rugi gesekan
yang setara dengan panjang pipa lurus. Untuk 45o Elbow, dengan diameter
pipa 1 in – 3 in, misalnya, maka setara dengan panjang pipa 15 x D,
sedangkan untuk 90o Elbow, dengan diameter 3/8 in – 2,5 in, misalnya maka
setara dengan panjang pipa 30 x D.

5
Persamaan-persamaan yang digunakan didalam pipa horizontal, termasuk
untuk menentukan head loss juga berlaku untuk elbow dengan catatan elbow
juga dalam posisi horizontal didalam sistem perpipaan.Hasil pengujian head
loss menunjukkan bahwa, sudut sambungan belokkan berbanding lurus
dengan head loss. Semakinn besar sudut sambungan belokan pipa, nilai head
lossyang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tinggi
tekan pada sebelum dan setelah belokan pipa yang semakin meningkat.Hasil
pengujian menunjukkan bahwa kecepatan air berbanding terbalik dengan
sudut sambungan belokan pipa, semakin besar sudut sambungan belokan pipa
maka kecepatan air semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil sudut
sambungan belokan pipa kecepatan air semakin besar. Hal tersebut disebabkan
karenan waktu yang diperlukanlebih lama untuk sudut belokan yang semakin
besar (Widayana, G. dan T. Yuwono. 2010)
2.6 Friction Loss pada Enlargement dan Contraction
Menurut (Zainudin, dkk. 2012) Untuk pipa dimana diameternya berubah
kecil kebesar, pipa pertama dengan diameter D1 dan pipa kedua dengan
diameter D2, atau Enlargement, dan pipa masih didalam posisi horizontal,
tidak ada kerja pada sistem, maka ∆Z =0, W = 0 dengan persamaan :
∆ v2 L . ∆ p
−F= +
2 gc ρ
∆p ∆ v2
Jika sangat kecil,dan bisa diabaikan terhadap harga dari , maka:
ρ 2 gc
∆V2
=−F
2 gc
Dengan F :Friction Loss (J/kg)
L :PanjangPipa (m)
V :Velocity (m/s)
L :Panjangpipa (m)
ρ : Massa jenis (kg/m3)
∆P :Pressure Drop (kg/m2.s2)

6
2.7 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya
bergantung pada kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan
jenis aliran dalam pipa. Profesor Osborne Reynolds menyatakan bahwa ada
dua tipe aliran yang ada didalam suatu pipa yaitu :
1. Aliran fluida laminar pada kecepatan rendah dimana berlaku h α v
2. Aliran fuida Turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku h α vn
Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi
aliran jenis lain, dan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran laminar berubah
menjadi aliran turbulen. Keadan ini bergantung pada empat buah besaran
yaitu: diameter tabung, viskositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata zat
cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa ke empat faktor itu dapat digabungkan
menjadi suatu gugus, dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada
suatu nilai tertentu gugus itu. Pengelompokan variabel menurut penemuannya
itu adalah :
DVρ
NRe=
μ
Dimana : D = Diameter pipa ( m )
V = Kecepatan rata-rata zat cair ( m / s )
μ = Viskositas zat cair ( kg / m.s )
ρ = Densitas zat cair ( kg / m3 )
Gugus variabel tanpa dimensi yang didefinisikan oleh persamaan di atas
dinamakan Angka Reynolds (Reynolds Number). Aliran laminar selalu
ditemukan pada angka reynolds di bawah 2.100, tetapi bisa didapat pada
angka reynolds sampai beberapa ribu, yaitu dalam kondisi khusus dimana
lubang masuk pipa sangat baik kebundarannya dan zat cair di dalamnya sangat
tenang. Pada kondisi aliran biasa, aliran itu turbulen pada angka Reynolds di
atas kira-kira 4.000. Terdapat suatu daerah transisi yatu pada angka Reynolds
antara 2100 sampai 4000, dimana jenis aliran itu mungkin laminar dan
mungkin turbulen, bergantung pada kondisi di lubang masuk pipa dan

7
jaraknya dari lubang masuk itu (Raswari, 1986). Berdasarkan pengaruh
tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1 Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida tidak
mengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida
tak termampatkan.
2 Fluida termampatkan (compressible), pada keadaan ini, fluida mengalami
perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan.
2.8 Pressure Drop
Pressure menunjukkan penurunan tekanan dari titik 1 ke titik 2 dalam
suatu sistem aliran fluida. Penurunan tekanan,biasa dinyatakan juga dengan
∆Psaja. Jika manometer yang digunakan adalah manometer air raksa,dan beda
tinggi air raksa dalam manometer H ft, maka :
H ( ρHg ) g
∆ p=
g
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan tekanan dari satu titik di dalam pipa atau aliran air. "Penurunan
Tekanan" adalah hasil dari gaya gesek pada fluida seperti yang mengalir
melalui tabung. Gaya gesek disebabkan oleh resistensi terhadap aliran. Faktor
utama yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran fluida adalah kecepatan
fluida melalui pipa dan viskositas fluida. Aliran cairan atau gas selalu akan
mengalir ke arah perlawanan sedikit (kurang tekanan). Pada aliran satu fase,
pressure drop dipengaruhi oleh reynolds number yang merupakan fungsi dari
viskositas, densitas fluida dan diameter pipa (White, Frank.M. 1986).
Menurut (Tim Asisten Laboratorium, 2018), penurunan tekanan yang
terbaca pada manometer akan dapat diketahui besarnya kehilangan energi
akibat gesekan (friksi) pada masing-masing alat, dengan menggunakan
persamaan hukum Bernouli, persamaannya adalah :
p 1 v 21 p2 v 22
+ + Z g+ ∑ F= + + Z g atau
p1 2 α 1 p2 2 α 2

1 2 2 p2 − p 1
( v 2 av −v 1 av ) + g ( z 2−z 1 ) + +∑ F+W s=0 (Geankoplis, 2003).
2α ρ

8
2.9 Neraca Massa Frictional Loss
Menurut (Geankoplis,2003) persamaan ini digunakan untuk menghitung
keseluruhan frictional losses yang didapat sehingga persamaannya adalah :
∆L v2
(
∑ F= 4 f D )
+ K ex + K c + K f
2

9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan


3.1.1 Alat Percobaan
1. Seperangkat alat percobaan aliran fluida
2. Stopwatch
3. Beaker glass 1000 mL
4. Penggaris
3.1.2 Bahan Percobaan
1. Air
3.1.3 Gambar Alat
7
8

ΔH
ΔH

5 9 6
8
10

ΔH
ΔH

5 4 6 7
3

ΔH ΔH

4 2 1
V-3 3

V-2

V-1

P-1

E-2

E-1

Gambar 3.1 Alat Percobaan Aliran Fluida


Keterangan Gambar :
1 : Tangki 5-6 : Aliran Pipa lurus
2 : Pompa 6-7 : Aliran Coupling
H : Selisih Ketinggian 7-8 : Aliran Reducing

10
1-2 : Aliran Elbow 9-10 : Aliran Enlargment
3.4 : Aliran Valve
3.2 Variabel Percobaan
 Diameter pipa : 1” dan ¾”.
 Laju Alir (flow rate) : 1; 3; 5; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 14; 15; 16; 17; 18.
3.3 Skema Percobaan
Mengisi air pada tangki penampung sebanyak 30 liter

Menyalakan pompa dan membuka penuh valve V1


4.

5. Menutup valve V2 yang menuju ke sistem perpipaan ¾ in


6.

Mengubah valve 1 dan valve 3 sesuai variable dari asisten.

7.

8. Mengukur laju alir dan ∆H

9. Mengulangi percobaan untuk sistem perpipaan yang berbeda


10.

Percobaan telah selesai, menguras tangki

Gambar 3.2 Skema percobaan aliran fluida

11
3.4 Prosedur Percobaan
1 Mengisi tangki penampung air dengan air kira-kira tiga perempat dari
tingginya
2 Memastikan semua valve terbukapenuh dan kemudian nyalakan pompa
3 Mengalirkan air kedalam sistem perpipaan dengan cara pelan-pelan
mengurangi bukaan valve bypass (V1) dan pastikan tidak ada udara yang
terjebak dalam sistem perpipaan dan manometer
4 Mengalirkan air kedalam sistem perpipaan 1 in dengan rate tertentu
(menutup valve V2 yang menuju ke sistem perpipaan ¾ in)
5 Mencatat penurunan tekanan (∆P) pada elbow, coupling, reducing
coupling, enlargment coupling, pipa lurus dan valve. ∆P dapat dilihat dari
peredaan tinggi cairan manometer pada setiap titik
6 Mencatat laju alir air dalam perpipaan. Laju alir dapat diukur dengan
menampung air yang keluar dengan gelas ukur dalam selang waktu
tertentu (Q=V/t)
7 Mengulangi langkah 5-6 pada bukaan valve V3 yang lain (bukaan ¾ dan
½ valve V3 tetap dibuka karena air pada manometer dapat keluar terbawa
aliran)
8 Mengulangi langkah 4-7 untuk bukaan valve V2 yang berbeda (laju alir
berbeda, lima macam)
9 Mengulangi langkah 4-8 untuk sistem perpipaan ¾ in (tutup valve V2 ke
sistem perpipaan 1 in)

10.1

12
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan

∆H (m)
Ukura Elbo Pipa Reducing
Q (m³/s) Valve Couplin Enlargemen
n pipa w (1- lurus coupling
(3-4) g (6-7) t (9-10)
2) (5-6) (8-9)
4.81928E-
05 0.5 0.2 0.1 0.1 0.5 0.3
6.96379E-
05 0.3 0.2 0.2 0.1 0.4 0.4
6.84463E-
05 0.2 0.2 0.2 0.1 0.6 0.3
7.3046E-05 0.3 0.2 0.3 0.2 0.4 0.4
7.20981E-
05 0.4 0.2 0.2 0.1 0.5 0.4
0.00008 0.3 0.2 0.2 0.1 0.4 0.4
8.66551E-
05 0.2 0.2 0.4 0.1 0.3 0.4
9.7561E-05 0.2 0.2 0.4 0.2 0.3 0.4
1' 0.00010373
4 0.3 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3
0.00010493
2 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.5
0.00011750
9 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
0.00011587
5 0.1 0.2 0.3 0.2 0.2 0.4
0.000125 0.1 0.2 0.3 0.3 0.3 0.3
0.00013280
2 0.1 0.2 0.3 0.3 0.3 0.4
0.00013966
5 0.1 0.3 0.4 0.4 0.3 0.4

13
4.61042E-
05 0.1 0.2 0.2 0.2 0.4 0.5
6.22278E-
05 0.2 0.3 0.2 0.3 0.1 0.2
7.11744E-
05 0.4 0.3 0.2 0.3 0.2 0.4
7.32601E-
05 0.5 0.2 0.2 0.4 0.2 0.3
7.84929E-
05 0.4 0.5 0.2 0.4 0.1 0.3
8.77963E-
05 0.4 0.4 0.2 0.4 0.4 0.3
0.00010438

3/4'' 4 0.4 0.3 0.3 0.5 0.5 0.5


0.00011236 0.5 0.1 0.3 0.5 0.7 0.5
0.00011363
6 0.8 0.5 0 0.3 0.7 0.3
0.00013459 1 0.7 0.1 0.5 0.2 0.3
0.00013850
4 0.9 1 0.2 0.2 0.4 0.2
0.00013175
2 1 0.5 0.3 0.3 0.6 0.4
0.00012755
1 1 0.8 0.2 0.6 0.4 0.2
0.00013422
8 1.2 1 0.3 0.8 0.8 0.2
0.00013850
4 1.1 1 0.3 0.6 0.5 0.3

4.2 Data Hasil Perhitungan

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Pressure Drop

Ukura Q (m³/s) ∆P V
n pipa

14
Pipa Reducing
Elbow Valve Couplin Enlargement
lurus (5- coupling (m/s)
(1-2) (3-4) g (6-7) (9-10)
6) (8-9)

4.82E-05 48.8868 19.5547 9.7774 9.7774 48.8868 29.3321 0.0952

6.96E-05 29.3321 19.5547 19.5547 9.7774 39.1095 39.1095 0.1376

6.84E-05 19.5547 0.0000 19.5547 9.7774 58.6642 29.3321 0.1353

7.3E-05 29.3321 19.5547 29.3321 19.5547 39.1095 39.1095 0.1444

7.21E-05 39.1095 0.0000 19.5547 9.7774 48.8868 39.1095 0.1425

0.00008 29.3321 19.5547 19.5547 9.7774 39.1095 39.1095 0.1581

8.67E-05 19.5547 19.5547 39.1095 9.7774 29.3321 39.1095 0.1713


1' 9.76E-05 19.5547 19.5547 39.1095 19.5547 29.3321 39.1095 0.1928

0.000104 29.3321 0.0000 19.5547 19.5547 19.5547 29.3321 0.2050

0.000105 9.7774 19.5547 19.5547 29.3321 29.3321 48.8868 0.2074

0.000118 9.7774 0.0000 19.5547 19.5547 19.5547 19.5547 0.2322

0.000116 9.7774 19.5547 29.3321 19.5547 19.5547 39.1095 0.2290

0.000125 9.7774 0.7648 29.3321 29.3321 29.3321 29.3321 0.2470

0.000133 9.7774 19.5547 29.3321 29.3321 29.3321 39.1095 0.2625

0.00014 9.7774 0.0000 39.1095 39.1095 29.3321 39.1095 0.2760

∆P V
Ukura Pipa Reducing
Q (m³/s) Elbow Valve Coupling Enlargemen
n pipa lurus (5- coupling (m/s)
(1-2) (3-4) (6-7) t (9-10)
6) (8-9)
4.61E-05 9.7774 0.0000 19.5547 19.5547 39.1095 48.8868 0.0911
6.22E-05 19.5547 0.0000 19.5547 29.3321 9.7774 19.5547 0.1230
3/4'' 7.12E-05 39.1095 0.0000 19.5547 29.3321 19.5547 39.1095 0.1407
7.33E-05 48.8868 0.0299 19.5547 39.1095 19.5547 29.3321 0.1448
7.85E-05 39.1095 0.0748 19.5547 39.1095 9.7774 29.3321 0.1551

15
8.78E-05 39.1095 0.0000 19.5547 39.1095 39.1095 29.3321 0.1735
0.000104 39.1095 0.0000 29.3321 48.8868 48.8868 48.8868 0.2063
0.000112 48.8868 0.0000 29.3321 48.8868 68.4416 48.8868 0.2221
0.000114 78.2189 0.0000 0.0000 29.3321 68.4416 29.3321 0.2246
0.000135 97.7737 0.0000 9.7774 48.8868 19.5547 29.3321 0.2660
0.000139 87.9963 0.0000 19.5547 19.5547 39.1095 19.5547 0.2737
0.000132 97.7737 0.0000 29.3321 29.3321 58.6642 39.1095 0.2604
0.000128 97.7737 0.0000 19.5547 58.6642 39.1095 19.5547 0.2521
0.000134 117.3284 0.0000 29.3321 78.2189 78.2189 19.5547 0.2653
0.000139 107.5510 0.0000 29.3321 58.6642 48.8868 29.3321 0.2737

16
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan koefisien Friksi

Koefisien Friksi V (m/s)

Ukura
Q (m³/s)
n Pipa Reducin
Enlarge
Elbow Valve Pipa lurus Coupling g
ment (9-
(1-2) (3-4) (5-6) (6-7) coupling
10)
(8-9)
4.81928E-
05 5.4050 148.4052 0.0091 127.2044 233.2081 84.8030 0.0952
6.96379E-
05 2.5886 71.0758 0.0044 60.92211 111.6905 40.6147 0.1376
6.84463E-
05 2.6796 73.5721 0.0045 63.06182 115.6133 42.0412 0.1353
7.3046E-05 2.3527 64.5981 0.0040 55.3698 101.5113 36.9132 0.1444
7.20981E-
05 2.4150 66.3080 0.0041 56.83541 104.1982 37.8903 0.1425
0.00008 1.9615 53.8558 0.0033 46.16216 84.6306 30.7748 0.1581
8.66551E-
05 1.6718 45.9012 0.0028 39.34392 72.1305 26.2293 0.1713
1' 9.7561E-05 1.3189 36.2127 0.0022 31.03943 56.9056 20.6930 0.1928
0.00010373
4 1.1666 32.0307 0.0020 27.45492 50.3340 18.3033 0.2050
0.00010493
2 1.1401 31.3039 0.0019 26.83193 49.1919 17.8880 0.2074
0.00011750
9 0.9091 24.9616 0.0015 21.39563 39.2253 14.2638 0.2322
0.00011587
5 0.9349 25.6705 0.0016 22.00329 40.3394 14.6689 0.2290
0.000125 0.8034 22.0594 0.0014 18.90802 34.6647 12.6053 0.2470
0.00013280
2 0.7118 19.5435 0.0012 16.75159 30.7112 11.1677 0.2625
0.00013966 0.6436 17.6701 0.0011 15.1458 27.7673 10.0972 0.2760

17
5

Koefisien Friksi V (m/s)


Ukuran
Q (m³/s)
Pipa Pipa Reducing
Elbow Valve (3- Coupling Enlargemen
lurus (5- coupling
(1-2) 4) (6-7) t (9-10)
6) (8-9)
4.61042E-05 5.9058 162.1556 0.0100 138.9905 254.8159 92.6603 0.0911
6.22278E-05 3.2419 89.0112 0.0055 76.2953 139.8747 50.8635 0.1230
7.11744E-05 2.4781 68.0402 0.0042 58.32016 106.9203 38.8801 0.1407
7.32601E-05 2.3390 64.2212 0.0039 55.04671 100.9190 36.6978 0.1448
7.84929E-05 2.0375 55.9438 0.0034 47.9518 87.9116 31.9679 0.1551
8.77963E-05 1.6286 44.7157 0.0027 38.32777 70.2676 25.5518 0.1735
0.000104384 1.1521 31.6333 0.0019 27.11422 49.7094 18.0761 0.2063
3/4'' 0.00011236 0.9944 27.3019 0.0017 23.40163 42.9030 15.6011 0.2221
0.000113636 0.9721 26.6918 0.0016 22.8787 41.9443 15.2525 0.2246
0.00013459 0.6930 19.0279 0.0012 16.30961 29.9010 10.8731 0.2660
0.000138504 0.6544 17.9675 0.0011 15.4007 28.2346 10.2671 0.2737
0.000131752 0.7232 19.8562 0.0012 17.01961 31.2026 11.3464 0.2604
0.000127551 0.7716 21.1858 0.0013 18.15926 33.2920 12.1062 0.2521
0.000134228 0.6967 19.1305 0.0012 16.39754 30.0622 10.9317 0.2653
0.000138504 0.6544 17.9675 0.0011 15.4007 28.2346 10.2671 0.2737

18
Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Efisiensi Daya
Ukuran Bukaan valve
pipa Nre ∑ f (j/kg) -ws(j/s) η (%)
V2 V3
(in)
1 10080,78 0,35302 0,453 0,36248
3/4 9744,75 0,33340 0,434 0,34710
1 5/8 9520,73 0,32360 0,422 0,33742
1/2 9184,71 0,86293 0,494 0,39556
1/4 8960,69 2,09848 0,679 0,54328
1 9184,71 1,04924 0,525 0,41993
3/4 8960,69 0,99041 0,502 0,40186
3/4 5/8 8848,68 0,84332 0,473 0,37814
1/2 8736,67 0,39224 0,396 0,31707
1/4 6720,52 2,55937 0,562 0,44948
1 9520,73 0,97079 0,531 0,42519
1
3/4 8400,65 0,99041 0,470 0,37602
5/8 5/8 8176,63 0,92176 0,447 0,35772
1/2 7840,60 0,70603 0,398 0,31856
1/4 7280,56 1,22575 0,436 0,34915
1 4256,33 0,85312 0,225 0,18021
3/4 4480,34 0,87273 0,239 0,19103
1/2 5/8 4592,35 0,86293 0,244 0,19520
1/2 4480,34 0,75506 0,229 0,18352
1/4 4368,34 0,38243 0,195 0,15571
1 4256,33 0,59817 0,206 0,16476
1/4
3/4 4144,32 0,65700 0,205 0,16386
Ukuran Bukaan valve
pipa Nre ∑ f (j/kg) -ws(j/s) η (%)
V2 V3
(in)
5/8 4144,32 0,74526 0,211 0,16907
1 1/4 1/2 4032,31 0,75506 0,206 0,16503
1/4 4032,31 0,44127 0,184 0,14701
1 5950,27 0,37263 0,201 0,16083
3/4 5652,76 0,38243 0,191 0,15315
1 5/8 5355,25 0,37263 0,180 0,14432
3/4 1/2 4760,22 0,37263 0,160 0,12794
1/4 4611,46 0,21573 0,145 0,11611
1 5950,27 0,40205 0,203 0,16271
3/4
3/4 6694,06 0,39224 0,229 0,18309

19
5/8 7586,60 0,51972 0,274 0,21903
1/2 7809,73 0,47069 0,277 0,22169
1/4 4908,98 0,22554 0,155 0,12428
1 9222,92 0,49030 0,333 0,26639
3/4 10710,49 0,69623 0,421 0,33680
5/8 5/8 10412,98 0,59817 0,395 0,31571
1/2 8925,41 1,05905 0,390 0,31166
1/4 4908,98 0,22554 0,155 0,12428
1 5950,27 0,76487 0,232 0,18586
3/4 5504,00 0,72564 0,212 0,16927
1/2 5/8 5206,49 0,73545 0,201 0,16047
1/2 4462,71 0,77467 0,174 0,13904
1/4 4462,71 0,74624 0,172 0,13768
1 4313,95 0,75604 0,167 0,13347
3/4 4165,19 0,78546 0,163 0,13012
1/4 5/8 4165,19 0,77565 0,162 0,12969
1/2 4016,44 0,77565 0,156 0,12500
1/4 4016,44 0,76585 0,156 0,12457

20
4.3 Pembahasan

Pada praktikum ini kami melakukan pengujian tentang aliran fluida pada
sistem perpipaan tertutup, dimana kami harus mengukur perbedaan ketinggian
pada manometer yang telah dipasang pada elbow, pipa lurus, coupling,
reducing coupling, enlargement coupling dan valve. Perbedaan ketinggian
pada manometer ini pada nantinya akan digunakan untuk menghitung
besarnya energi yang hilang akibat gesekan dan digunakan untuk mengetahui
efisiensi pompa. Percobaan ini dilakukan pada dua jenis ukuran pipa yang
berbeda, yaitu pipa ukuran 1 in dan ¾ in dan dengan variabel bukaan valve 1,
¾, 5/8, ½, ¼ .

Chart Title
0.3
0.25 f(x)= =1976.28
f(x) 1976.28x x+ −0 0
R²R²= =1 1
0.2
v (m/s)

0.15
0.1
0.05
0
0 0 0 0 0 0 0
Q (m3/s)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Laju alir dan Kecepatan Aliran

Pada Gambar 4.1 tentang perbandingan laju alir dengan kecepatan aliran
dapat diketahui bahwa semakin besar ukuran pipa maka laju alir yang dihasilkan
juga semakin besar hal ini juga dipengaruhi oleh bukaan valve, dimana semakin
besar bukaan valve maka laju alir juga semakin besar. Pada Gambar 4.1 ini juga
dapat diketahui bahwa laju alir dan kecepatan aliran berbanding lurus, jika
kecepatan aliran tinggi maka laju alir fluida juga semakin tinggi. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur dimana hubungan antara laju alir dan kecepatan aliran akan
berbanding lurus (Haruo Tahara,Sularso.2000). Tapi pada sistem perpipaan tidak
lepas dari kehilangan gaya akibat gesekan atau friksi. Pada Tabel 4.3 dapat kita
ketahui bahwa semakin kecil bukaan valve yang berarti laju alir juga kecil maka

21
friksi pada sistem perpipaan ini semakin besar, pada akhirnya friksi ini nanti akan
mempengaruhi perhitungan daya pompa dan efisiensi pompa.

Grafik Hubungan Laju alir dan Daya pompa


0.35
0.3 f(x) = 1305.69 x + 0.15
0.25 f(x)
R² == 0.33
45.2 x + 0.29
R² = 0.99 Q
0.2
Ws (J/s)

Linear (Q)
0.15 Ws
0.1 Linear (Ws)
0.05
0
0 0 0 0 0 0 0
Q (m3/s)

Grafik 4.2 Grafik Hubungan Laju alir dan Daya pompa

Pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa jika laju alir tinggi maka daya
yang dibutuhkan pompa juga semakin tinggi. Karena semakin banyak massa
yang dipindahkan maka dibutuhkan daya yang semakin besar pula. Selain itu
bukaan valve dan koefisien friction loss juga mempengaruhi besar kecilnya
daya pompa, ini dibuktikan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dimana saat bukaan
valve kecil maka daya pompa akan sedikit lebih besar karena frition loss juga
besar dan sebaliknya jika bukaan valve besar maka friction loss kecil dan daya
pompa juga kecil.

22
Grafik Hubungan Laju alir vs Efisiensi pompa
0
0
0
Efisiensi (%)

0
f(x) = 0 x + 0 Q
0 R² = 0.33 Linear (Q)
0
0
0
0
0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.22 0.24 0.26
Q (m3/s)

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Laju alir dan Efisiensi pompa

Pada Gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa hubungan laju alir berbanding
terbalik dengan effisiensi dimana semakin tinggi laju alir maka efisiensi
pompa semakin kecil, karena saat laju alir tinggi gaya gesek antara fluida dan
permukaan pipa kecil sedangkan saat laju alir kecil gaya gesek antara fluida
dan permukaan pipa menjadi lebih besar. Menurut literatur dijelaskan bahwa
semakin besar ukuran pipa maka efisiensi pompa juga besar, karena luas
permukaan pipa lebih besar sehingga bidang gesek antara fluida dan
permukaan pipa jadi lebih besar.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Semakin kecil bukaan valve maka koefisien friksi yang dihasilkan semakin
besar.
2. Semakin besar bukaan valve maka daya pompa juga semakin besar dan
koefisien friksi semakin kecil.
3. Menurut kami pompa pada praktikum aliran fluida kurang efisien karena
efisiensi yang dihasilkan hanya 1-3% saja.

5.2 Saran
1. Pada praktikum ini sangat rawan sekali terjadi kesalahan dalam mengukur
perbedaan tinggi pada manometer karena terdapat udara yang terjebak
didalam manometer sehingga diharapkan sesering mungkin mengecek
keadaan manometer.
2. Dalam praktikum ini sebaiknya hati-hati dalam membuka valve karena
bila terlalu berlebihan maka selang pada manometer akan terlepas karena
tekanan yang terlalu besar sehingga beresiko basah dan mengotori lantai.

24
DAFTAR PUSTAKA

Widayana, G. dan T. Yuwono. 2010. Studi Eksperimental dan Numerik Aliran


Dua Fase (Air-Udara) Melewati Elbow 300 dri Pipa Vertikal Menuju Pipa
dengan Sudut Kemiringan 600. Jurnal Teknik Mesin. Institut Teknologi
Sepuluh November. Surabaya
Wiryanta, I.K.E.H., T. Yuwono. 2012. Studi Eksperimental dan Numerik
Karakteristik Aliran Dua Fase Air-Udara Melewati Elbow 750 dari Pipa
Vertikal Menuju Pipa dengan Sudut Kemiringan 150.Institut Teknologi
Sepuluh November. Surabaya.
Zainuddin, I.M.A. Sayoga dan I.M. Nuarsa. 2012. Analisa Pengaruh Variasi
Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa.Jurnal
Teknik Mesin. Vol. 2 (2): 14-22
Zainudin, dkk. 2012. Analisis Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan
Terhadap Head Losses Aliran Pipa. Jurnal ISSN: 2088-088x, Vol 2 No. 2:
14-22.
Raswari. 1986. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI – Pres).
White, Frank.M. 1986. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlang

25
26

Anda mungkin juga menyukai