Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STRUKTUR
BETON 1
Modul 13 & 14: Detail Penulangan
Struktur Balok
14
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Diharapkan setelah membaca modul ini
ketepatan pemahaman pasal-pasal SNI mahasiswa dapat memahami mengenai
2847:2013 terkait ketentuan ketepatan pemahaman pasal-pasal SNI
pendetailan tulangan struktur balok 2847:2013 terkait ketentuan
pendetailan tulangan struktur balok
Pembahasan
1. Pendahuluan
Pada suatu balok beton bertulang, gaya tekan yang timbul akibat lentur akan dipikul oleh beton
sedangkan gaya tarik akan ditahan oleh tulangan baja. Agar proses tersebut dapat terjadi, maka harus
ada transfer gaya atau lekatan di antara kedua material tersebut. Tegangan lekatan muncul agar tulangan
baja berada dalam kesetimbangan. Apabila tegangan lekatan ini hilang, tulangan baja akan tercabut dari
beton, dan gaya tarik T akan hilang pula yang selanjutnya berakibat pada keruntuhan dari balok tersebut.
2. Panjang Penyaluran
2.1. Panjang penyaluran kondisi tarik
Dalam SNI 2847:2013 pasal 12.2.2 panjang penyaluran tulangan pada kondisi tarik sebagai berikut:
Tabel 1. Panjang penyaluran tulangan kondisi tarik
Jarak tulangan dan selimut
Diameter tulangan < D19 Diameter tulangan > D22
beton
Jarak bersih tulangan yang 𝑓𝑦 Ψ𝑡 Ψ𝑒 𝑓𝑦 Ψ𝑡 Ψ𝑒
ld = db (11.12.a) ld = db (11.12.b)
disalurkan atau disambung 2,1 λ √𝑓′𝑐 1,7 λ √𝑓′𝑐
tidak kurang dari db, selimut
beton bersih tidak kurang dari
db dan sengkang atau sengkang
ikat yang dipasang sepanjang ld
tidak kurang dari persyaratan
minimum sesuai peraturan.
Panjang penyaluran boleh direduksi apabila luasan tulangan terpasang pada elemen struktur lentur
melebihi luasan yang dibutuhkan dari hasil analisis, kecuali apabila angkur atau penyaluran untuk fy
secara khusus diperlukan, atau tulangan direncanakan dengan mempertimbangkan pengaruh beban
gempa.
Untuk semua kasus, nilai ld tidak boleh lebih kecil daripada 300 mm
Tabel 2. Panjang penyaluran tulangan ld (mm) pada kondisi tarik fy=400 MPa (Ψ𝑡 = Ψ𝑒 = λ = 1,0)
f'c = 20 MPa f'c = 25 MPa f'c = 30 MPa f'c = 35 MPa f'c = 40 MPa
db (mm) a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus a&b Kasus
terpenuhi lain terpenuhi lain terpenuhi lain terpenuhi lain terpenuhi lain
13 553,7 830,5 492,5 742,9 452,1 678,1 418,6 627,8 391,5 587,3
16 681,5 1.022,2 609,5 914,3 556,4 834,6 515,5 772,7 481,9 722,8
19 809,2 1.213,9 723,8 1.085,7 660,7 991,1 611,7 917,6 572,2 858,3
22 1.157,5 1.788,9 1.035,3 1.600,0 945,1 1.460,6 875,0 1.352,2 818,5 1.264,9
25 1.315,3 2.032,8 1.176,5 1.818,2 1.074,0 1.659,8 994,3 1.536,6 930,1 1.437,4
29 1.525,8 2.358,0 1.364,7 2.109,1 1.245,8 1.925,3 1.153,4 1.782,5 1.078,9 1.667,4
32 1.683,6 2.602,0 1.505,9 2.327,3 1.331,0 2.124,5 1.272,7 1.966,9 1.190,5 1.839,9
Nilai yang diperoleh dari kedua persamaan tersebut tidak boleh lebih kecil daripada 200 mm. Panjang
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
penyaluran boleh direduksi dengan mengalikan ldc dan faktor kelebihan tulangan, Rs = 𝐴 .
𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
Sedangkan untuk elemen struktur tekan dengan tulangan spiral diameter 6 mm atau lebih dengan jarak
minimal 100 mm, panjang penyaluran yang dihitung dari persamaan di atas masih boleh direduksi
dengan mengalikannya dengan faktor 0,75. Tabel 2 menunjukkan nilai panjang penyaluran untuk
tulangan kondisi tekan:
Tabel 3. Panjang penyaluran tulangan ld (mm) pada kondisi tekan, fy=400MPa
db (mm) f'c = 20 MPa f'c = 25 MPa f'c = 30 MPa f'c > 35 MPa
13 279,1 249,6 227,9 223,6
16 343,5 307,2 280,4 275,2
19 407,9 364,8 333,0 326,8
22 472,3 422,4 385,6 378,4
25 536,7 480,0 438,2 430,0
29 622,5 556,8 508,3 398,8
32 686,9 614,4 560,9 550,4
SOLUSI:
1. Periksa terhadap syarat pada tabel 1
a. Tulangan memanjang diameter 25, maka db = 25 mm
b. Selimut bersih = 65 – db/2 = 65 – 25/2 = 50 mm, sudah lebih besar dari db
300−2(65)
c. Jarak bersih antar tulangan (s) = -25 = 31,67 mm, sudah lebih besar dari db
3
maka:
𝑓𝑦 Ψ𝑡 Ψ𝑒 400 (1,0)(1,0)
ld = db = 1,7 (1,0) √20
(25) = 1.315,33 mm ≅1.325 mm. (dapat dilihat pada tabel 2)
1,7 λ √𝑓′𝑐
3. Apabila tulangan tarik tidak diberi kekangan dengan baik oleh tulangan sengkang, maka panjang
ld harus dikalikan dengan 1,5 (s = 31,67 < 2db (=50 mm)). Sehingga panjang penyaluran ld dihitung
menggunakan persamaan 11.13 (b).
𝑓𝑦 Ψ𝑡 Ψ𝑒 400 (1,0)(1,0)
ld = db = 1,1 (1,0) √20
(25) = 2.032,79 mm ≅2.050 mm
1,1 λ √𝑓′𝑐
SOLUSI:
Panjang penyaluran berdasarkan nilai terbesar antara:
0,24 𝑓𝑦 0,24 (400)
ldc = db = (1,0) √25
32 = 614,4 mm
λ √𝑓′𝑐
namun nilai tersebut tidak kurang dari 200 mm. maka dipilih jarak 614,4 mm ≅ 625 mm
Gambar 4. Kait sengkang dan sengkang ikat - SNI 2847:2013 Pasal 7.1.3
Panjang penyaluran yang dibutuhkan oleh kait ldh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
0,24 𝑓𝑦 Ψ𝑒
ldh = x db
λ √𝑓′𝑐
SOLUSI:
1. Untuk tulangan D25 (db = 25 mm) yang disalurkan secara lurus. Karena jarak bersih antar tulangan
2db dan selimut tulangan lebih besar dari db serta tulangan dikekang dengan sengkang maka
kondisi a dan b pada tabel 1 terpebuhi, sehingga perhitungan panjang penyaluran dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Asumsi faktor Ψ𝑡 Ψ𝑒 dan λ:
Ψ𝑡 = 1,0 untuk tulangan bawah
Ψ𝑡 = 1,3 untuk tulangan atas
Ψ𝑒 = 1,0 untuk tulangan tanpa epoksi
λ = 1,0 untuk beton normal
2. Untuk tulangan D25 (db = 25 mm) dengan kait 90o. Panjang penyaluran dihitung dengan
persamaan:
0,24 𝑓𝑦 Ψ𝑒 0,24 (400)(1,0)
ldh = x db = (1,0) √25
(25) = 480 mm > 8db maka syarat terpenuhi
λ √𝑓′𝑐
Nilai tidak dapat direduksi karena tidak memenuhi kententuan untuk direduksi.
3. Untuk tulangan D25 (db = 25 mm) dengan kait 180o. Panjang penyaluran dihitung dengan seperti
Langkah ke 2 diperoleh ldh = 480 mm.
4. Sambungan Lewatan
Tulangan baja yang digunakan dalam struktur beton bertulang, pada umumnya difabrikasi dalam
ukuran panjang tertentu seperti 6 m, 12 m dan 18 m, tergantung diameter tulangan, fasilitas transportasi
dan alasan lainnya. Tulangan ini biasanya akan dipotong, dibengkokkan atau disesuaikan dengan detail
penulangan yang dibutuhkan dalam suatu struktur beton bertulang.
Terkadang panjang tulangan yang dibutuhkan melebihi ketersediaan panjang tulangan yang ada di
lapangan, maka dalam hal ini diperlukan penyambungan tulangan dengan panjang penyambungan
yang mencukupi untuk mentransfer tegangan lekatan dari tulangan yang satu ke tulangan yang lainnya.
Penyambungan tulangan yang banyak digunakan adalah berupa sambungan lewatan dan sambungan
mekanis atau las.
Sambungan lewatan sebaiknya tidak diletakkan pada daerah terjadi momen lentur maksimum,
selain itu sebaiknya pula beberapa sambungan lewatan tidak terkumpul pada satu lokasi yang sama
karena akan memperlemah penampang beton. Penempatan beberapa sambungan lewatan pada satu
lokasi juga akan mengakibatkan penumpukan tulangan pada lokasi tersebut, yang akhirnya akan
menimbulkan kesulitan pada saat pelaksanaan penuangan adukan beton ke dalam cetakan balok.
Dalam semua hal, panjang lewatan pada kondisi tekan tidak boleh kurang daripada 300 mm. Di
samping itu untuk nilai kuat tekan beton, f’c yang kurang dari 21 MPa, maka panjangmlewatannya
harus dinaikkan sepertiganya.
Pada komponen struktur tekan dengan lilitan spiral, maka panjang lewatan yang berada dalam
lingkupan tulangan spiral diijinkan untuk dikalikan dengan 0,75, namun tidak boleh kurang dari 300
mm. Sedangkan pada komponen struktur tekan dengan sengkang ikat, dengan sengkang ikat sepanjang
daerah sambungan lewatan memiliki luas efektif tidak kurang dari 0,0015hs, panjang sambungan
lewatan diperbolehkan dikalikan dengan 0,83, namun tidak boleh kurang dari 300 mm, dengan h
adalah tinggi penampang kolom, dan s adalah jarak antar sengkang ikat
Untuk alasan keekonomisan, maka beberapa buah tulangan memanjang dapat dipotong pada
daerah-daerah tertentu, apabila sudah tidak diperlukan lagi. Namun akibat pemotongan tulangan
tersebut, akan mengakibatkan terjadinya kenaikan tegangan tarik secara tiba-tiba pada tulangan yang
tersisa. Akibatnya akan timbul pula kenaikan regangan yang cukup besar pada balok, yang selanjutnya
akan menyebabkan munculnya retak tarik pada penampang balok. Retak tarik yang terjadi akan
mengurangi luas penampang melintang balok, dan lebih jauh lagi akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya kegagalan geser yang bersifat getas.
Dept. Kimpraswil, 2013, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-28472013
MacGregor, J. G., dan Wight, J., K., 2005, Reinforced Concrete Structure, Prentice-Hall,Inc,
New Jersey.
Setiawan, Agus, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013,
Erlangga, Jakarta
Vis, W. C., Kusuma, G., 1995, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang (Berdasarkan
SKSNI T-15-1991-03), Seri Beton 1, Erlangga, Jakarta.