Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fitrah Rismi Adinda Ramadhanty

Npm : 17.01.7089
Semester VI
M.K : Manajemen Keuangan Internasional
Manajemen Keuangan Pagi

Materi Pembahasan : MULTINATIONAL CAPITAL BUDGETING

I. Subsidiary versus Parent Perspective


Haruskah capital budgeting bagi suatu proyek multinasional dilakukan dari
perspektif subsidiary yang akan mengelola proyek atau dari sudut pandang parent
company yang kemungkinan akan membiayai sebagian besar proyek ? Sejumlah
pihak berpendapat bahwa perspektif subsidiary harus digunakan, karena
subsidiary lah yang bertanggung jawab mengelola proyek. Disamping itu, karena
subsidiary merupakan bagian dari MNC, apa yang baik bagi subsidiary tentu baik
bagi MNC secara keseluruhan. Tetapi, penalaran ini tidak selalu benar. Sejumlah
pihak berpendapat bahwa jika parent company yang membiayai proyek,maka
evaluasi juga harus dilakukan dari sudut pandang parent company . Implementasi
analisa capital budgeting bervariasi menurut sudut pandang, karena arus kas
setelah pajak neto bagi subsidiary bisa berbeda secara substansial dari arus kas
setelah pajak parent . Perbedaan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor,
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Perbedaan tariff pajak


Andai parent company hendak memperluas departemen marketing dari sebuah
subsidiary . Asumsikan juga bahwa pemerintah Negara dimana subsidiary berada
mengenakan tariff pajak yang sangat rendah atas laba yang dihasilkan oleh
subsidiary .Jika laba yang dihasilkan proyek suatu saat dipulangkan ke parent
company, MNC perlu memperhitungkan bagaimana pemerintah Negara parent
mengenakan pajak atas laba tersebut. Jika pemerintah Negara parent mengenakan
tariff pajak yang tinggi atas laba yang dipulangkan, proyek tersebut layak
diimplementasikan dari sudut pandang subsidiary, namun tidak layak dari sudut
pandang parent. Dalam scenario semacam ini, parent sebaiknya tidak
mengimplementasikan proyek perluasan tersebut, walaupun tampaknya layak
diterapkan dari sudut pandang subsidiary.
b. Pembatasan Pemulangan Laba
Pertimbangkan sebuah proyek yang akan diimplementasi dalam Negara yang
pemerintahnya melarang sebagian laba subsidiary dibawa keluar Negara tersebut.
Karena mungkin tidak akan pernah dapat mengakses laba subsidiary-nya, proyek
tadi tidak menarik bagi parent . Tetapi, proyek tersebut mungkin saja menarik
bagi subsidiary. Salah satu solusi yang mungkin untuk masalah semacam ini
adalah meminta subsidiary untuk mendapatkan sebagian kebutuhan dana bagi
proyek di dalam Negara dimana subsidiary berada. Dalam hal ini, dana yang tidak
dibolehkan untuk dipulangkan kepada parent dapat digunakan untuk melunasi
pinjaman.
c. Pemulangan Berlebihan
Pertimbangkan sebuah parent yang mengenakan administration fee terlalu
tinggi atas subsidiary-nya, karena sistem manajemen terpusat yang
digunakan. Bagi subsidiary fee tersebut merupakan beban. Bagi parent ,
fee mewakili pendapatan yang kadang-kadang melebihi biaya actual
pengelolaan subsidiary . Dalam hal ini, laba dari proyek bisa jadi rendah
dari sudut pandang subsidiary dan tinggi dari perspektif parent.
Kelayakan dari proyek sekali lagi tergantung pada perspektif mana yang
digunakan. Dalam banyak kasus, mengabaikan sudut pandang parent
akan mendistorsi nilai sebenarnya dari proyek luar negeri.
d. Pergerakan Nilai Tukar
Saat laba dipulangkan ke parent , biasanya harus dikonversikan dari valuta lokal
subsidiary ke dalam valuta parent . Jumlah yang diterima oleh parent dengan
demikian dipengaruhi oleh nilai tukar. Jika proyek dinilai dari perspektif
subsidiary, proyeksi arus kas yang bakal diterima dari subsidiary tidak perlu
dikonversikan ke dalam valuta parent.
A. Restrictions on Remitted Earnings

B. Exchange Rate Movements


C. Summary of Factors

II. Input for Multinational Capital Budgeting


The following forecasts are usually required:
1. Initial investment (Investasi awal)
2. Consumer demand over time
3. Product price over time
4. Variable cost over time
5. Fixed cost over time
6. Project lifetime
7. Salvage (liquidation) value

8. Restrictions on fund transfers

9. Tax payments and credits

10. Exchange rates


11. Required rate of return
III. Multinational Capital Budgeting merupakan Serangkaian Proses Perusahaan
multinasional dalam mengevaluasi proyek dengan menggunakan
penganggaran modal, yang membandingkan manfaat dari suatu proyek dengan
biaya - biayanya.

k = the required rate of return on the project


n = project lifetime in terms of periods
• If NPV > 0, the project can be accepted.
A. Capital Budgeting Analysis
Period t
1. Demand (1)
2. Price per unit (2)
3. Total revenue (1)+(2)=(3)
4. Variable cost per unit (4)
5. Total variable cost (1)+(4)=(5)
6. Annual lease expense (6)
7. Other fixed annual expenses (7)
8. Noncash expense (depreciation) (8)
9. Total expenses (5)+(6)+(7)+(8)=(9)
10. Before-tax earnings of subsidiary (3)–(9)=(10)
11. Host government tax tax rate x (10)=(11)
12. After-tax earnings of subsidiary (10)–(11)=(12)
1. Exchange Rate Fluctuations (Fluktuasi Nilai Tukar)
Perusahaan mengetahui bahwa umumnya kurs akan berubah seiring waktu, tetapi
perusahaan tidak mengetahui berapa perubahan kurs di masa mendatang.
Meskipun kesulitan untuk memprediksi kurs, telah diketahui analisis
penganggaran modal multinasional paling tidak dapat memasukkan skenario lain
untuk perubahan kurs, seperti skenario pesimis dan skenario optimis. Oleh karena
itu, MNC dapat mengestimasi ulang NP; proyek berdasarkan skenario devaluasi
tertentu yang diperkirakan mungkin terjadi. Jika berdasarkan skenario devaluasi
proyek tetap memungkinkan untuk dilakukan, maka MNC akan merasa lebih pasti
untuk melakukan proyek tersebut.

2. Inflation
Inflasi terjadi apabila biaya variabel per unit dan harga barang secara umum naik
terus menerus. Inflasi dalam setiap negara dapat berubah dari tahun ke tahun, sehingga
akan mempengaruhi aliran khas neto suatu proyek. Peramalan inflasi yang tidak
akurat akan menyebabkan ketidakakuratkan peramalan aliran kas neto. Tingkat
inflasi di beberapa negara berkembang dapat mencapai 200% atau lebih. Hal ini
menyebabkan perusahaan anak tidak mungkin melakukan peramalan tingkat inflasi
secara akurat.

3. Financiang Arrangement
Secara umum penambahan investasi oleh induk perusahaan meningkatkan
eksplosur kurs induk perusahaan karena beberapa alasan. Pertama, karena induk
perusahaan menyediakan seluruh investasi, maka tidak diperlukan pembiayaan
asing. Maka, anak perusahaan tidak perlu membayar bunga dan karenanya
mengirim arus kas yang lebih besar untuk induk perusahaan. kedua nilai sisa yang
akan dikirim ke induk perusahaan akan lebih besar. Dengan mempertimbangkan
pembayaran pada induk perusahaan yang lebih besar, arus kas akhir yang akan
diterima oleh induk perusahaan lebih rentan terhadap perubahan kurs. Pembiayaan
dari anak perusahaan memindahkan beberapa beban pada mata uang sama yang
akan diterima oleh anak perusahaan dan karenanya akan mengurangi jumlah akhir
yang akan dikonversi menjadi dolar untuk dikirim kembali pada induk
perusahaan.

4. Blocked Funds
Pada beberapa kasus, pemerintah setempat mungkin memblokir dana yang akan
dikirim anak perusahaan untuk induk perusahaan. Beberapa Negara
mengharuskan laba yang dihasilkan anak perusahaan diinvestasikan kembali di
Negara tersebut selama paling tidak tiga tahun sebelum dikirim ke luar negeri.
5.Uncertain Salvage Value Nilai sisa yang tidak pasti
Jika nilai sisa tidak pasti, MNC dapat menggunakan berbagai kemungkinan nilai
sisa dan melakukan estimasi ulang NPV; berdasarkan setiap kemungkinan
tersebut. MNC juga dapat memperkirakan nilai sisa pada titik impas (juga disebut
nila akhir pada titik impas), yang merupakan nilai sisa yang dibutuhkan agar NPV
proyek bernilai nol. Jika nilai sisa aktual diperkirakan akan sama atau melebihi
nilai sisa pada titik impas, maka proyek dianggap layak.
6. Impact of Project on Prevailing Cash Flows
sejauh ini, pada contoh yang diberikan, diasumsikan bahwa proyek baru tidak
memiliki dampak terhadap arus kas berjalan. Namun kenyataannya, proyek baru
sering kali memengaruhi arus kas berjalan.
7. Host Government Incentive
Proyek asing yang diusulkan olh MNC dapat memiliki dampak menguntungkan
bagi kondisi perekonomian Negara setempat dan karenanya sering kali didukung
oleh pemerintah setempat. Insentif yang ditawarkan pemerintah setempat harus
dipertimbangkan dalam analisis penganggaran modal. Jika pemerintah memberi
subsidi saat awal pendirian anak perusahaan, maka investasi awal MNC akan
berkurang.
8.Real Options.
Beberapa proyek penganggaran modal memiliki opsi riil, dalam bentuk adanya
Peluang bisnis tambahan. Karena peluang ini dapat menghasilkan arus kas, maka
peluang ini dapat menambah nilai proyek

Anda mungkin juga menyukai