SEJARAH TEKS AL-QURAN Studi Atas Pemikir PDF
SEJARAH TEKS AL-QURAN Studi Atas Pemikir PDF
Abstract
The history of the Qur’an is not only intended to illustrate the process of
memorizing, recording, collecting Qur'an in chronological order, but
more important is the placement of such material as an argument to
prove the genuineness and authenticity of the Qur'an. Is there any
guarantee that the verses of the Quran does not change in any process
that elapsed before recorded in Mushaf Utsmani?. This statement was
expressed by John Wansbrough criticize the history of the Qur'anic text.
assurance of God in keterpeliharaannya, many opportunities that enable
change. Initial recording of the companions of the Qur’an in the form of
remembering, of course, is still questionable, because of forgetfulness
possessed by humans. Thus they create a record then used as the basis
for unification, there may be a doubt for reasons of simplicity existing
stationery. On the basis of all the opponents of the Qur'an does not stop
doubting the authenticity and originality of the Qur'an.
187
Sulaiman Ibrahim
Keywords:
History of al-Qur’an; Authenticity of al-Qur’an; Mushaf Utsmani; John
Wansbrough
Pendahuluan
Sejak pewahyuannya hingga kini, al-Qur’an telah mengarungi sejarah
panjang selama empat belas abad lebih. Diawali dengan penerimaan pesan
ketuhanan al-Qur’an oleh Nabi Muhammad Saw, kemudian disampaikan
kepada generasi pertama Islam yang telah menghafal dan merekamnya
secara tertulis, hingga stabilisasi teks dan bacaannya yang mencapai
kemajuan yang berarti pada abad ke-3 H/9 M dan abad ke-4 H/10 M serta
berkulminasi dengan penerbitan edisi standar al-Qur’an di Mesir pada
1342 H/1923 M, dan al-Qur’an ini masih menyimpan sejumlah misteri
dalam berbagai tahapan perjalanan kesejarahannya.1
Al-Qur’an sebagai kitab suci ternyata tidak hanya menarik perhatian umat
Islam, namun juga para orientalis.2 Ketertarikan pada sarjana orientalis
1
Taufik Adnan Amal, Rekontruksi Sejarah al-Qur’an (Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2005), h. 2.
2
Orientalis berasal dari kata “orient” yang artinya “Timur”. Secara etnologis
orientalisme bermakna “bangsa-bangsa di Timur”. Dan secara geografis bermakna “hal-
hal yang bersifat Timur”, yang sangat luas cakupannya. Jadi orientalis adalah sarjana
yang menekuni studi tentang masalah-masalah ketimuran, bahasa-bahasanya,
kesusastraannya dan sebagainya. Lihat Edward W. Said, Orientalisme (Bandung: Pustaka
Salman, 1996), h. 140. Selanjutnya Edward W. Said menyatakan bahwa orientalis
memandang Timur sebagai suatu yang keberadaannya tidak hanya disuguhkan melainkan
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
188
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
dimulai sejak abad ke-12 dan terus berlangsung hingga sekarang, hal ini
ditandai dengan tulisan-tulisan mereka, baik dalam bentuk buku maupun
artikel-artikel tentang al-Qur’an, seperti, Bell’s Introduction to The Qur’an
karya Richard Bell dan Montgomery Watt, Geschishte des Qorans karya
Theodor Noldeke. Tidak terlupa buku Quranic Studies: Sources and
Methods of Sriptural Interpretation karya John Wansbrough3 yang
menjadi fokus kajian dalam tulisan ini, atau The Collection of the Qur’an
karya John Burton dan masih banyak lagi karya-karya lainnya.
Ketertarikan umat Islam dalam hal ini, sejak awal hingga kini, jelas tidak
banyak mengundang pertanyaan yang bernada sinis, bahkan dipandang
sebagai suatu keharusan. Sebab al-Qur’an memang kitab sucinya dan
menjadi pegangan hidup dalam beragama, baik hal yang berkaitan dengan
ibadah maupun masalah muamalah. Sebaliknya, pertanyaan bahkan
kecurigaan muncul ketika menghadapi fenomena bahwa para orientalis
yang notabene tidak beragama Islam juga tertarik untuk mengkaji al-
Qur’an.
Berkenaan dengan sejarah al-Qur’an, investigasi kritis terhadap teks
barangkali belum memperoleh perhatian serius dari kalangan sarjana
Muslim, khususnya generasi salaf. Dalam karya yang berjudul al-Itqân fî
‘Ulûm al-Qur’ân, al-Suyuthi misalnya, belum menyentuh upaya
investigasi teks. Padahal menurut beberapa pemerhati al-Qur’an, karya al-
Suyuthi ini memiliki pesona tersendiri melihat kelengkapan informasinya
berkenaan dengan disiplin ‘Ulûm al-Qur’ân, termasuk di dalamnya sejarah
penafsiran al-Qur’an.
juga tetap tinggal pasti dalam waktu dan tempat bagi Barat seluruh periode sejarah
budaya, politik, dan sosial Timur hanyalah dianggap sebagai tanggapan semata-mata
terhadap Barat. Barat adalah Pelaku (actor), sedangkan Timur hanyalah penanggap
(reactor) yang pasif. Barat adalah penonton, penilai dan juri bagi setiap tingkah laku
Timur. Ibid., h. 143-144.
3
Nama lengkapnya adalah Yohanes Edward Wansbrough. Ia adalah seorang
Sejarawan sekaligus ahli tafsir yang lahir di Peoria, Illinois pada tanggal 19 Pebruari 1928
dan meninggal di Montaigu-De-Quercy, Perancis pada 10 juni 2002. Ia menyelesaikan
studinya di Harvard University dan mengabdikan dirinya di London University dan
School of Oriental and African Studies (SOAS).
http://en.wikipedia.org/wiki/John_Wansbrough. Adapun karya tulis John Wansbrough
adalah “A Note on Arabic Rethoric” dalam Lebende Antike: Symposium fur Rudolf
Suhnel, “Arabic Rethoric and Qur’anic Exegesis”, dalam Buletin of the School of
Oriental and African Studies, Majas al-Qur’an: Peripharastic Exegesis, The Sectarian
Millieu: Content and Composition of Islamic Salvation History.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
189
Sulaiman Ibrahim
Dalam beberapa hal kajian orientalis tentang Islam memiliki sisi positif.
Studi mereka tentang sejarah al-Qur’an misalnya, sangat padat dan kaya
dengan rujukan sumber-sumber Islam klasik. Penguasaan mereka akan
bahasa Arab dan peradaban Mediterania membantu kita dalam
mengeksplorasi hal-hal yang selama ini tercecer dalam tumpukan kitab-
kitab klasik. Dengan bantuan para orientalis, kita dapat melihat secara
lebih komprehensif lagi sejarah pembentukan al-Qur’an. Dalam buku The
Major Themes of the Qur’an Fazlur Rahman menyebutkan tiga tipe karya
orientalis tentang al-Qur’an. Pertama, karya-karya yang ingin
membuktikan keterpengaruhan al-Qur’an oleh tradisi Yahudi dan Kristen.
Kedua, karya-karya yang mencoba untuk membuat rangkaian kronologis
dari ayat-ayat al-Qur’an, dan ketiga, karya-karya yang bertujuan untuk
menjelaskan keseluruhan atau aspek-aspek tertentu saja di dalam ajaran al-
Qur’an.4
Berangkat dari sinilah penulis berkeinginan melihat argumen dari sarjana
orientalis -dalam hal ini John Wansbrough- ketika “memahami” ataupun
“mengkritisi” al-Qur’an dalam dimensi kesejarahannya.
4
Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1996
M), h. Xi.
5
Karya Wansbrough ini ditulis antara tahun 1968 dan juli 1972, tetapi baru
diterbitkan pada tahun 1977 oleh Oxford University Press.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
190
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
6
John Wansbrough, Quranic Studies: Sources and Methods of Scriptural
Interpretation (Oxford: Oxford Univ Press, 1977), h. 43-45.
7
Ibid., h. Ix.
8
Untuk lebih lanjutnya lihat Taufik Adnan Amal, Rekontruksi Sejarah al-
Qur’an (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), h. 293.
9
Buku ini telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Tema Pokok
al-Qur’an.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
191
Sulaiman Ibrahim
10
Richard Bell, “Muhammad Vision’s,” dalam Rudi Paret (ed), Der Koran
(Darristadt: Wissenchaflecthe-Bucgesselchaft, 1975), h. 95-96. Di sini, Bell mengatakan
“even when the agent of wahyu is Allah and the words of a revelation, but as in most of
the instances already given, a practical line to conduct, samething to do not to say” h. 95.
kemudian ia menyimpulkan, “when therefore in other passages Muhammad speaks of the
Qur’an being “suggested” to him, it is a question weather we should not understand not
that the actual words of the Alqur’an had been conveyed to him verbally, but that the idea
of composing the Alqur’an had come to him in this way”, h. 96.
11
Sahiron Syamsuddin dkk., Hermenutika al-Qur’an Mazhab Yogya
(Yogyakarta: Islamika, 2003), h. 76-78.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
192
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
12
Ibid., h. 4.
13
Disebutkan bahwa ada sekitar 70 hingga 500 qurra yang meninggal pada
pertempuran Yamamah (12 H.) Laporan ini tampaknya terlalu dibesar-besarkan, karena
kebanyakan kaum Muslim yang meninggal pada pertempuran tersebut –jumlahnya
sekitar 1200 orang- hampir seluruhnya merupakan pengikut-pengikut baru Islam. F.
Schwally bahkan hanya menemukan dua penghafal al-Qur’an –yakni Abdullah ibn
Hafsah ibn Ghanim dan Salim ibn Ma’qil- yang tewas dalam pertempuran itu. Lihat
Amal, Rekonstruksi..., h. 388-389.
14
W. Montgomery Watt, Richard Bell; Pengantar Quran (Jakarta: INIS, 1989),
h. 35.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
193
Sulaiman Ibrahim
15
Huzaifah al-Yamani mengingatkan Khalifah pada tahun 25 H. dan pada tahun
itu juga Utsman menyelesaikan masalah perbedaan yang ada sampai tuntas. Beliau
mengumpulkan umat Islam dan menerangkan masalah perbedaan dalam bacaan al-Qur'an
sekaligus meminta pendapat mereka tentang bacaan dalam beberapa dialek, walaupun
beliau sadar bahwa beberapa orang akan menganggap bahwa dialek tertentu lebih unggul
sesuai dengan afiliasi kesukuan. Lihat M.M. Al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur'an dari
Wahyu sampai Kompilasi, Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 98.
16
Syamsuddin dkk., Hermenutika..., h. 6.
17
Ibid., h. 7.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
194
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
18
Taufik Adnan Amal, “al-Quran di Mata Barat: Kajian Baru Wansbrough”,
dalam Jurnal Ulumul Qur’an, vol. I, No. 4, 1994, h. 38.
19
Ibid., h. 38.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
195
Sulaiman Ibrahim
20
Wansbrough, Qur’anic ..., h. 68
21
Lihat QS. 11:116, 26:120, 37:77, 43:28, 2:248, 69:8, 53:51.
22
Wansbrough, Qur’anic..., h. 4
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
196
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
23
Rahman, Tema Pokok..., h. 55.
24
Amal, “Al-Qur’an..., h. 40.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
197
Sulaiman Ibrahim
25
Wansbrough, Qur’anic..., h. 25
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
198
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
199
Sulaiman Ibrahim
26
Wansbrough, Qur’anic..., h. 25-27, lihat juga Amal, Rekonstruksi..., h. 294-
295.
27
Amal, “Al-Quran..., h. 41.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
200
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
28
Ibid., h. 42.
29
Andrew Rippin, “Literary Analysis of the Quran, Tafsir and Sira; The
Methodologies of John Wansbrough”, dalam Richard C. Martin (ed), Approaches to
Islam in Religious Studies (Berkeley: University of Arizona Press, 1985), h. 154.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
201
Sulaiman Ibrahim
30
Ibid., h. 154
31
Ibid., h. 154
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
202
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
32
Patricia Crone dan Michael Cook, “Hagarism: the Making of the Islamic
World”, dalam Issa J. Boullata (ed), An Anthology of Islamic Studies Part I No 5 (Canada:
McGill Indonesia IAIN Development Project, 1992), h. 3-9.
33
Issa J. Boullata, Resensi terhadap Qur’anic Studies, dalam The Muslim World,
no. 67, 1977, h. 265
34
Andrew Rippin, “Lexicoghraphical Texts and The Qur’an” dalam Andrew
Rippin (ed), Approaches to the History the Interpretation of the Qur’an (Oxford:
Clarendon Press, 1988).
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
203
Sulaiman Ibrahim
35
Rahman, Tema..., h, xiv.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
204
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
konsekuensi dari sikap kritis tersebut. Dengan kata lain, kritik yang
sebaiknya diarahkan pada mereka itu bukan didasarkan atas alasan mereka
tidak beragama Islam, tetapi didorong semangat untuk mencari kebenaran
ilmiah. Dengan demikian, kritik yang dihasilkan tidak bersifat emosional,
tetapi bersikap akademis.
Pendekatan yang dilakukan oleh Wansbrough yang diungkap Rippin
adalah skeptisisme, ketika menjawab pertanyaan yang diajukan mengenai
ketidakpercayaan atas sumber-sumber Islam. Pandangan ini sama dengan
John Burton yang memandang bahwa ada kontradiksi dalam sumber
Muslim tentang pengumpulan al-Qur’an.36 Namun demikian pandangan
seperti ini berbeda dengan pandangan yang telah berkembang jauh di Barat
dan keyakinan Muslim. Pendekatan historis dalam keislaman
menimbulkan nilai yang berbeda tergantung bidang apa yang dikaji.
Metode ini memiliki kelemahan di mana menampakkan sisi luar dari
fenomena keagamaan yang dikaji dan tidak mampu mengungkapkan
makna yang essensial dan substansial. Kekurangan tersebut sering juga
didukung oleh ketidaktersediaannya sumber kajian yang lengkap dan
sumber yang salah.
Adanya perbedaan pandangan tersebut disebabkan penggunaan biblical
criticism. John Wansbrough menolak mushaf Utsmani. Ia mengundurkan
penulisan al-Qur’an selama tiga ratus tahun kemudian. Hal ini
diidentikkan dengan kodifikasi perjanjian lama yang ditulis selama 900
tahun yang diambil dari tradisi lisan. Inilah tesis lain dari apa yang
diungkapkan Wansbrough selain adanya perpaduan tradisi Yahudi dan
Kristen dalam al-Qur’an. Adapun metode literary analysis diterapkan John
Wansbrough dalam menganalisis cerita-cerita yang diungkapkan dalam al-
Qur’an. Menurutnya, adanya perbedaan cerita dalam al-Qur’an
menunjukkan adanya perpaduan tradisi di dalamnya.
Beberapa pendapat John Wansbough di atas dikritik oleh Watt dengan
mengatakan bahwa asumsi yang dilakukannya adalah meragukan
walaupun kajiannya dilakukan secara ilmiah. Penyanggah lain adalah
Bucaille, ia menyetarakan Bibel dengan Hadis. Sedangkan al-Qur’an tidak
36
Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Pendekatan Historis John Wansbrough
Dalam Studi al-Quran”, dalam Abdul mustaqim dan Sahiron Syamsuddin (ed.), Studi al-
Quran Kontemporer. Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2002), h. 218
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
205
Sulaiman Ibrahim
dapat disangkal keotentikannya dan telah ada dan telah ditulis sejak zaman
Nabi Muhammad Saw. dan dikumpulkan oleh sahabat-sahabat pada masa
nabi hidup.
Penutup
Sikap kritis pada setiap karya para orientalis, baik yang berkaitan dengan
Islam pada umumnya, dan al-Qur’an pada khususnya, jelas sangat
diperlukan dalam dunia akademis. Sebab tidak dapat disangkal bahwa
perkembangan ilmu keagamaan, saya kira, antara lain merupakan
konsekuensi dari sikap kritis tersebut. Dengan kata lain, kritik yang
sebaiknya diarahkan pada mereka itu bukan didasarkan atas satu alasan,
yaitu bahwa mereka tidak beragama Islam, tetapi didorong semangat untuk
mencari kebenaran ilmiah. Dengan demikian, kritik yang dihasilkan tidak
bersifat emosional, tetapi bersikap akademis.
Kajian terhadap kitab suci sebuah agama terkadang menimbulkan persepsi
yang berbeda antar pengkaji luar dan pengkaji dalam. Dalam kasus al-
Qur’an, perspektif sarjana Islam, yakni orang Muslim sendiri tentunya
dibarengi dengan pemihakan terhadap kebenaran kitab sucinya, dan
berkeyakinan bahwa al-Qur’an diturunkan secara tawqifi. Berbeda dengan
peneliti Barat -dalam hal ini Wansbrough- tidak sepenuhnya menerima
salinan final al-Qur’an perspektif Muslim. Bahkan mereka berusaha
mencari data-data historis untuk melihat kekurangan-kekurangan yang ada
pada al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
206
Sejarah Teks Al-Qur’an: Studi Atas Pemikiran John Wansbrough
Bell, Richard. “Muhammad Vision’s.” Dalam Paret, Rudi (ed). Der Koran.
Darristadt: Wissenchaflecthe-Bucgesselchaft, 1975
Boullata, Issa J. Resensi terhadap Qur’anic Studies, dalam The Muslim
World, no. 67, 1977.
Crone, Patricia dan Cook, Michael. “Hagarism: the Making of the Islamic
World”, dalam Boullata, Issa J (ed). An Anthology of Islamic
Studies Part. I No.5. Canada: McGill Indonesia IAIN Development
Project, 1992,
Said, W. Orientalisme. Bandung: Pustaka Salman, 1996
Syamsuddin, Sahiron dkk. Hermenutika al-Qur’an Mazhab Yogya.
Yogyakarta: Islamika, 2003
Mustaqim, Abdul dan Syamsuddin, Sahiron (ed.). Studi al-Quran
Kontemporer. Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.
Rippin, Andrew. “Literary Analysis of the Quran, Tafsir and Sira; The
Methodologies of John Wansbrough”, dalam Martin, Richard C.
Approaches to Islam in Religious Studies. Berkeley: University of
Arizona Press, 1985
___________. “Lexicoghraphical Texts and The Qur’an” dalam Rippin,
Andrew (ed). Approaches to the History the Interpretation of the
Qur’an. Clarendon Press, Oxford, 1988
Wansbrough, John. Quranic Studies: Sources and Methods of Scriptural
Interpretation. Oxford: Oxford Univ Press, 1977.
Watt, W. Montgomery. Richard Bell: Pengantar Quran. Jakarta: INIS,
1989
http://en.wikipedia.org/wiki/John_Wansbrough
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 2 Desember 2016 ISSN 1907‐0993 E ISSN 2442‐8264
207