Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DESAIN STASIUN KERJA

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANDRY MAULANA
NIM :170130155

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TAHUN AJARAN 2020
1 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
2.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
2.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
2.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
3.1 Pengertian Ergonomi ................................................................................ 3
3.2 Pendekatan Ergonomis Dalam Perancangan Stasiun Kerja ..................... 3
3.3 Pertimbangan Antropometri Dalam Desain ............................................. 6
3.4 Jenis Pengukuran Antropometri ............................................................... 8
3.4.1 Pengukuran Antropometri Statis........................................................... 8
3.5 Desain Stasiun Kerja Dan Sikap Kerja Duduk ......................................... 9
3.6 Desain Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Berdiri ....................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12
4.2 Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
2 KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Rasa syukur itu dapat kita
wujudkan dengan cara memelihara lingkungan dan menjaga kesehatan serta
mengasah akal budi untuk memanfaatkan karunia Tuhan itu dengan sebaik-
baiknya. Jadi, rasa syukur itu harus senstiasa kita wujudkan dengan rajin belajar
dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan cara itu, kita akan
menjadi generasi bangsa yang tangguh dan berbobot serta pintar.
Atas berkat Rahmat Allah SWT, penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dalam waktu yang relative singkat.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi pada
khususnya dan pembaca pada umumnya untuk menambah wawasan tentang
“Desain Stasiun Kerja”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan yang mungkin kurang sesuai dengan
keinginan pembaca. Olehnya itu, penulis sangat terbuka untuk menerima semua
saran dan kritikan yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan
juga bertambahnya pengawasan dan wawasan penulis dalam pembuatan makalah
berikutnya.

Lhokseumawe, 22 April 2020

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia
merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan
itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan
interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan
pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor
manusia.
Ergonomi merupakan suatu bidang ilmu yang mencari atau menangani
desain peralatan yang tugas-tugas yang cocok dengan kapabilitas manusia beserta
batasnya, atau juga disebut dengan faktor kenyamanan kerja. Faktor kenyamanan
kerja yang istilah tekhnisnya disebut dengan ergonomik, dalam bidang pekerjaan
apapun, mempunyai pengaruh yang nyata dalam hal peningkatan maupun
penurunan efisiensi dan aktivitas kerja. Bagi pekerja yang lingkungan kerjanya
cukup bervariatif dan tidak harus terpaku pada suatu tempat barangkali lebih
mudah mendapatkan kenyamanan kerja. Lain halnya dengan bagi pekerja yang
harus duduk terpaku secara berjam-jam, misalnya operator telepon dan
telepon, penjual tiket, tukang ketik dan lain-lain mudah diserang rasa bosan.
Dalam penggunaan komputer, khususnya lingkungan fisik tempat penguna
komputer melakukan aktifitas mempunyai pengaruh yang kuat dalam interaksi
manusia dan komputer. Isu yang melibatkan lingkungan kerja secara fisik kadang-
kadang diabaikan. Tetapi harus didasari bahwa lingkungan fisik yang jelek
sedikit banyak akan mempengaruhi bahkan menjadikan kemajuan teknologi yang
telah dicapai menjadi tidak bermanfaat. Sebaliknya, dengan memperhatikan
lingkungan fisik, kita dapat memperoleh manfaat yang berupa peningkatan kinerja
manusia maupun kepuasan para pekerja, yang untuk mencapai hal ini kadang-
kadang membutuhkan biaya yang besar.

2.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ergonomi ?
2. Bagaimana pendekatan ergonomis dalam perancangan stasiun kerja ?
3. Bagaimana pertimbangan antropometri dalam desain ?
4. Bagaimana jenis pengukuran antropometri ?

1
5. Bagaimana desain stasiun kerja dan sikap kerja duduk ?
6. Bagaimana desain stasiun kerja dan sikap kerja berdiri ?

2.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari ergonomi
2. Untuk mengetahui pendekatan ergonomis dalam perancangan stasiun
kerja
3. Untuk mengetahui pertimbangan antropometri dalam desain
4. Untuk mengetahui jenis pengukuran antropometri
5. Untuk mengetahui stasiun kerja dan sikap kerja duduk
6. Untuk mengetahui desain stasiun kerja dan sikap kerja berdiri

2
3 BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Ergonomi


Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah
Ergonomi atau ergonomics ( bahasa Inggrisnya ) sebenarnya berasal dari kata
yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan
demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus
akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi
dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari
kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek
maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem
kerjanya yang berupa perangkat keras/hard-ware ( mesin, peralatan kerja dll )
dan/atau perangkat lunak/soft-ware (metode kerja, sistem dan prosedur, dll ).
Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multi
disiplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu
kehayatan ( kedokteran, biologi ), ilmu kejiwaan (psychology ) dan
kemasyarakatan ( sosiologi ).
Pendapat lain definisi ergonomi yang menitik beratkan pada penyesuaian
desain terhadap manusia adalah di kemukakan oleh Annis dan McCinville
(1996)ndan Manuaba (1999). Mereka manyatakan bahwa ergonomi adalah
kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas
dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan
kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat,
aman, nyaman dan efisien. Sedangkan Pulat (1992) menawarkan konsep desain
produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam penggunaan desain
produk. Konsep tersebut adalah desain untuk rehabilitas, kenyamanan, lamaya
waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian dan efisien dalam pemakaian.

3.2 Pendekatan Ergonomis Dalam Perancangan Stasiun Kerja


Secara umum baik dalam memodifikasi atau dalam meredesain stasiun kerja
yang sudah ada maupun mendesain stasiun kerja baru, para perancang sering
dibatasi oleh faktor finansial maupun teknologi seperti, keleluasaan modifikasi,
ketersediaan ruangan, lingkungan, ukuran frekuensi alat yang digunakan,
kesinambungan pekerjaan dan populasi yang menjadi target. Dengan demikian
desain dan redesain harus selalu berkompromi antara kebutuhan biologis operator
dengan kebutuhan stasiun kerja fisik baik ukuran dan fungsi alat dalam stasiun
kerja. Kompromi untuk kesesuaian tersebut perlu mempertimbangkan

3
antropometri dan lokasi elemen mesin terhadap posisi kerja, jangkauan,
pandangan, ruang gerak dan interface antara tubuh operator dengan mesin. Di
samping itu, teknik dalam mendesain stasiun kerja harus mulai dengan identifikasi
variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada faktor-faktor seperti etnik,
jenis kelamin, umur dan lain-lain.
Menurut Das and Sengupta (1993) pendekatan secara sistemik untuk
menentukan secara dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada
etnik, jenis kelamin dan umur.
2. Mendapatkan data antropometri yang relavan dengan populasi pemakai
3. Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pemakaian,
sepatu dan posisi normal
4. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi
dan meja kerja yang dapat distel, sehingga operator dimungkinkan bekerja
dengan posisi duduk maupun berdiri secara berrgantian.
5. Tata letak dari alat-alat tangan, control dalam kisaran jangkauan optimum
6. Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pandangan yang tepat dan nyaman
7. Review terhadap stasiun kerja secara berkala
Setiap system kerja mengandung beberapa atau seluruh komponen kerja,
masing-masing saling berinteraksi dengan yang lain. Menurut Corlett and Clark
(1995) bahwa ergonomi baik sebagai ilmu maupun teknologi selalu konsen
dengan interface dan interaksi antara operator dengan komponen-komponen kerja,
serta konsen terhadap pengaruh dari interaksi pada performansi system kerja.
Secara ideal perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan
fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia,
mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan
didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan
aspek pengamatan, kognitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian juga peranan
atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang manusia (operator) dalam
melaksanakan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja juga berfungsi
menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat
beban kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan
tetapi berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia.
Selanjutnya mengenai peranan dan fungsi dari lingkungan fisik kerja akan
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan
menjamin manusia dan mesin agar dapat berfungsi pada kapasitas maksimalnya.
Dalam kaitannya dengan lingkungan fisik kerja seringkali dijumpai bahwa

4
perencana sistem kerja justru lebih memperhatikan mesin/peralatan yang harus
lebih dilindungi dari pada melihat kepentingan manusia-pekerjanya.
Berkaitan dengan perancangan areal/stasiun kerja dalam industri, maka
ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :
Menurut Das and Sengupta (1993) pendekatan secara sistemik untuk
menentukan secara dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada
etnik, jenis kelamin dan umur.
2. Mendapatkan data antropometri yang relavan dengan populasi pemakai
3. Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pemakaian,
sepatu dan posisi normal
4. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi
dan meja kerja yang dapat distel, sehingga operator dimungkinkan bekerja
dengan posisi duduk maupun berdiri secara berrgantian.
5. Tata letak dari alat-alat tangan, control dalam kisaran jangkauan optimum
6. Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pandangan yang tepat dan nyaman
7. Review terhadap stasiun kerja secara berkala
Setiap system kerja mengandung beberapa atau seluruh komponen kerja,
masing-masing saling berinteraksi dengan yang lain. Menurut Corlett and Clark
(1995) bahwa ergonomi baik sebagai ilmu maupun teknologi selalu konsen
dengan interface dan interaksi antara operator dengan komponen-komponen kerja,
serta konsen terhadap pengaruh dari interaksi pada performansi system kerja.
Secara ideal perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan
fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia,
mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan
didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan
aspek pengamatan, kognitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian juga peranan
atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang manusia (operator) dalam
melaksanakan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja juga berfungsi
menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat
beban kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan
tetapi berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia.
Selanjutnya mengenai peranan dan fungsi dari lingkungan fisik kerja akan
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan
menjamin manusia dan mesin agar dapat berfungsi pada kapasitas maksimalnya.
Dalam kaitannya dengan lingkungan fisik kerja seringkali dijumpai bahwa
perencana sistem kerja justru lebih memperhatikan mesin/peralatan yang harus
lebih dilindungi dari pada melihat kepentingan manusia-pekerjanya.

5
3.3 Pertimbangan Antropometri Dalam Desain
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari " anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun
sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
1. Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dll )
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk
tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90 % - 95
% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang
sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri pamakainya. Menurut
Sanders dan McCormick (1987), Phaesant(1988) dan Pulat (1992) bahwa
antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh karakteristik fisik tubuh lainnya
yang relavan dengan sesain tentang sesuatu yang dipakai orang. Selanjutnya
Annis dan McConville (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam kaitannya
dengan antropometri menjadi dua devisi utama yaitu:
1. Ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana
pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomic dari devisi ini
adalah untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan
sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja dapat terus dipeliharan
serta efisiensi produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan
optimal
2. ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang
berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.

6
Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung
lainnya, data antropomentri tenaga kerja memegang peranan penting. Menurut
Sutarman (1972), bahwa dengan mengetahui ukuran antropomentri tenaga kerja
akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang
akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan,
keselamatan dan estetika kerja. Lebih lanjut Macleod (1995) menjelaskan bahwa
factor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan
stasiun kerja. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
1. Manusia adalah berbeda satu sma lainnya. Setiap manusia mempunyai
bentuj dan ukuran tubuh yang berbeda-beda soerti tinggi-pendek, tua-
muda, kurus-gemuk, normal-cacat dan lain-lain. Tetapi kita sering hanya
mengatur atau mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua
orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai
atau tepat untuk menggunakan.
2. Manusia mempunyai keterbatasan. Manusia sering mempunyai
keterbatasan baik fisik maupun mental.
3. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadapa apa
yang ada disekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa
dengan kondisi seperti, warna merah berarti larangan atau berhenti, warna
hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu kebawah berarti hidup, dan
lain-lain. Kondisi tersebur menyebabkan harapan dan prediksi kita bahwa
kondisi tersebut juga berlaku dimana saja. Maka respon yang bersifat
harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap
desain alat dan stasiun kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan
dan kebingungan pekerja atau pengguna produk.
Dengan demikian dalam setiap desain peralatan dan stasiun kerja,
keterbatasan manusia harus selalu diperhitungkan, disamping kemampuan dan
kebolehannya. Mengingat bahwa setiap manusia berbeda satu dengan yang
lainnya, maka aplikasi dan antrometri dalam desain produk dapat meliputi, desain
untuk orang ekstrem (data terkecil atau terbesar). Desain untuk ohrang perorang,
desain untuk kidsaran yang dapat diatur (adjustable range) dalam menggunakan
persentil-5 dan persentil-95 dari populasi dan desain untuk ukuran rerata dengan
menggunakan pengumpulan data antropometri yang akan digunakan untuk
mendesain suatu produk, harus memperhitungkan variabilitas fariasi pemakian
seperti variabilis ukuran tubuh secara umum, variasi jenis kelamin, variasi umur
dan variasi rasa tau etnik.
Disamping pertimbangan variabilitas populasi, ternyata ukuran tubuh
manusia dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Factor yang
mempengaruhi antara lain perbaikan tingkat kemakmuran yang menyebabkan
peningkatan status gizi masyarakat. Tarwaka (1995) dalam penelitian tentang

7
perkembangan antrometri tenaga kerja di Bali (n = 630 orang) melaporkan bahwa
pendapatan sebagai ilustrasi bahwa antara kedua decade tersebut ternyata rerata
tinggi badan telah mengalami perkembangan sebesar ± 2,46 cm, tinggi siku
berdiri sebesar ± 4,88 cm, lebar bahu ± 6,25 cm. sedangkan untuk lebar pinggul
ternyata lebih kecil sebesar ± 2,41 cm. kemungkinan besar disebabkan karena
adnya kecenrungan untuk melangsingkan tubuh sehingga pinggul lebih ramping.
Untuk ukuran tinggi siku duduk lebih rendah sebesar ± 1,59 cm, kemungkinan
disebabkan karena ukuran lengan atas bertambah pangjang sehingga
menyebabkan ketinggian siku semakin rendah.

3.4 Jenis Pengukuran Antropometri


Secara umum pengukuran antropometri dapat di lakukan menjadi dua jenis
yaitu pengukuran antropometri statis dan antropometri dinamis.dalam tulisan ini
hanya di sajikan jenis pengukutan antroprmetri statis.pemilihan mata ukur
antropomrtri baik statis maupun dinamis dapat di tentukan berdasarkan fungsi dan
kegunaannya(sebagian atau keseluruhan mata ukur anropomrtri)alat ukur yang
harus di gunakan untuk mengukur antropometri adalah antropometer.pada
pengukuran posisi duduk harus di gunakan bangku atau kursu dengan ukuran
40x40x40 cm tanpa sandaran pinggang

3.4.1 Pengukuran Antropometri Statis


Jenis pengukuran ini biasanya di lakukan dalam dua posisi yaitu pisisi
berdiri dan duduk di kursi mata ukur antropometri statis meliputi antara lain:
3.4.1.1 Posisi berdiri:
1. Tinggi badan
2. Tinggi mata
3. Tinggi bahu
4. Tinggi siku
5. Tinggi pinggang
6. Tinggi tulang pinggul
7. Tinggi kepalan tangan posisi siap
8. Tinggi jangkauan atas
9. Panjang depa
10. Panjang lengan
11. Panjang lengan atas
12. Panjang lengan bawah
13. Lenar bahu
14. Lebar dada

8
3.4.1.2 Posisi duduk :
1. Tinggi kepala
2. Tinggi mata
3. Tinggi bahu
4. Tinggi siku
5. Tinggi pinggang
6. Tinggi tulang pinggul
7. Panjang buttock-popliteal (lekuk lutut)
8. Tinggi telapak kaki lutut
9. Tinggi telapak kaki popliteal (lekuk lutut)
10. Panjang kaki (tungkai ujung jari kaki)
11. Lebal paha dan lain-lain

3.5 Desain Stasiun Kerja Dan Sikap Kerja Duduk


Posisi tubuh dalam kerja sama ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
dilakukan. Masing-masing posisi kerj mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap tubuh. Grandjean (1993) berpendapat bahwa bekerja pada posisi duduk
mempunyai keuntungan antara lain : pembebanan pada kaki, pemakaian energy
dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi.
Namun demikian kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebankan
otot perut melembek atau tukang belakang yang melengkung sehingga cepat lelah.
Sedangkan Clark (1995), menyatakan bahwa desain stasiun kerja dengan posisi
dudk mempunyai derajat stbulitas tubuh yang tinggi, mengurangi kelelahan dan
keluhan subjektif bila bekerja lebih dari dua jam. Di samping itu tenaga kerja juga
dapat mengendalikan kaki untuk melakukan gerakan.
Mengingat posisi duduk mempunyai keuntungan maupun kerugian, maka
untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh,
perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja yang sesuia dilakukan
dengan posisi duduk. Untuk maksud tertentu, Pulat (1992) memberikan
pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk
adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan yang memerlukan control dengan teliti pada kaki
2. Pekerjaan utaman adalah menulis atau memerlukan katelitian pada tangan
3. Tidak diperluka tenaga dorong atau besar
4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian
lebih dari 15 cm dari landasan kerja
5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi
6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama
7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai amsih dalam jangkauan
dengan posisi duduk

9
Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat dudu yang
dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan tubuh. Ukuran
tempat duduk disesuai dengan dimensi ukuran ontropometri pemakainya. Fleksi
lutut membentuk sudut 90º dengan telapak kaki bertumpu pada kaki atau injakan
kaki (Pheasant 1988). Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang akan
membentuk kedepan, dan jika terlalu tinggi bahu akan terangkat dari posisi rileks,
sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman. Sanders dan
McCormick (1987) memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian landasan
kerja pada posisi kerja sebagai berikut :
1. Jika memungkinkan menyediakan meja dan dapat diatur turun dan naik
2. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi
rileks pada bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau
sedikit menurun (sloping dwon slightly)
3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang
berlebihan

3.6 Desain Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Berdiri


Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan
diperusahaan. Sperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai
keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000), bahwa sikap berdiri
merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga kativitas kerja yang
dilakukan lebih cepat kuat dan teliti. Namun demikian, posisi duduk keberdiri
dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan. Pada dasarnya
berdiri itu sendiri lebih melelahkan dari pada duduk dan energy yang dikeluarkan
untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk
Pada desain stasiun kerja berdiri,apa bila tenaga kerja harus bekerja untuk
periode yang lama, maka factor kelelahan menjadi utama. Untuk meminimalkan
pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus di desain agar
tidak terlalu banyak menjangkau, menbungkuk, atau melakukan gerakan dengan
posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut Pulat (1992) dan Clark
(1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik di lakukan
dengan posisi berdiri adalah sebagai berikut :
1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut
2. Harus memegang objek yang berat(lebih dari 4,5 kg)
3. Sering menjangkau ke atas,kebawah,dan ke samping
4. Sering di lakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah
5. Di perlukan mobilitas tinggi
Dalam mendesain ketinggian landasan kerja untuk posisi berdiri,secara
perinsip hamper sama dengan desain ketinggian landasan kerja posisi duduk.
Manuaba (1986),Sanders dan McCormick(1987) Grandjean(1993) memberikan

10
rekomendasi ergonomis tentang ketinggian landasan kerja posisi berdiri di
dasarkan pada ketinggian siku berdiri sebagai berikut
1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk mengurangi
pembebanan statis pada otot bagian belakang, tinggi landasan kerja adlah
5-10 cm diatas tinggi siku berdiri.
2. Selama kerja manual,di mna pekerja sering memerlukan ruangan untuk
peralatan,material dan konteiner dengan berbagai jenis,tinggi landasan
kerja adalah 10-15 cm di bawah tinggi siku berdiri.
3. Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat,tinggi landasan
kerja adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri.

11
4 BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan
disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan,
salah satunya yaitu desain stasiun kerja, dimana dalam stasiun kerja ini berbicara
mengenai konsep desain produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan
dalam penggunaan desain produk. Namun dalam hal tersebut perlu
mempertimbangkan antropometri dan lokasi elemen mesin terhadap posisi kerja,
jangkauan, pandangan, ruang gerak dan interface antara tubuh operator dengan
mesin. Di samping itu, teknik dalam mendesain stasiun kerja harus mulai dengan
identifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada faktor-faktor
seperti etnik, jenis kelamin, umur dan lain-lain.

4.2 Saran
Dari pembahasan di atas diharapkan para pembaca dapat lebih pandai dalam
memilih produk terutama yang berkaitan dengan kenyaman dalam bekerja, agar
terhindar dari kelelahan dan rasa nyeri pada punggung akibat dari duduk yang
tidak ergonomis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Annis,J.F dan McConville,J.T.1996.Anthropometry.Dalam:Battacharya,A.dan


McGlothlin,J.D.eds.Occupational Ergonomic.Marcel Dekker Inc. USA:1-
46.
Clark,D.R.1996. Worksatation Evaluation and Design. Dalam: Battacharya,A.&
McGlothlin,J.D.eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA:
279-302
Das, B and Sengupta, A.K.,1993. A Systemic Approachto Industrial Wprkstation
Design. Dalam : Marras W.S., et al. Eds. The Ergonomics Of Manual Work.
: Taylor& Francis, London-Wasington DC.
Grandjean, E.1993. Fitting The Task To The Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc.
London.
Helander, M. 1995. A Guide To The Ergonomics Of Manufacturing. Taylor &
Francis. Great Britain: 55-64.
Macleod, D.,1995. The Ergonomics Edge. Van Nostrand reinhold, A Division of
International Thomson Publishing Inc.USA.
Manuaba, A.1999. Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja Dan
Perusahaan. Dalam: Proceedings Symposium Dan Pameran Ergonomi
Indonesia 2000, Tehnology Business Operation Unit IPTN. Bandung: I:1-9
Pheasant, S. 1988. Body Space. Anthropometry, Ergonomics And Design, Taylor
& Francis. London
Pulat, B.M.1992. Fundamentals Of Industrial Ergonomics. Hall International.
Englewood Cliffs. New Jersey. USA.
Sanders,M.S.&McCormick,E.J.1987.Human Factors In Engineering And Design,
6th
Sutalaksana, I.Z.2000. Duduk, Berdiri Dan Ketenagakerjaan Indonesia, Dalam :
Wignyosoebrotro,S.& Wiratno,S.E.Eds. Proceedings Seminar Nasional
Ergonomi. PT. Guna Widya. Surabaya:9-10
Sutarman,1972. Pengetrapan Ergonomi Di Perusahaan. Majalah Hiperkes Dan
Keselamatan Kerja, Jakarta: V(1): 19-28
Tarwaka,1995. Penyerasian Alat Kerja Terhadap Perkembangan Antropometri
Tenaga Kerja Wanita Pada Sektor Industry Pakaian Jadi Di Bali. Majalah
Hiperkes Dan Keselamatan Kerja , Jakarta: XXVIII(2): 47-55.

13

Anda mungkin juga menyukai