AndryMaulana - Tugas Tambahan UTS
AndryMaulana - Tugas Tambahan UTS
DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANDRY MAULANA
NIM :170130155
ii
2 KATA PENGANTAR
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana desain stasiun kerja dan sikap kerja duduk ?
6. Bagaimana desain stasiun kerja dan sikap kerja berdiri ?
2
3 BAB II
PEMBAHASAN
3
antropometri dan lokasi elemen mesin terhadap posisi kerja, jangkauan,
pandangan, ruang gerak dan interface antara tubuh operator dengan mesin. Di
samping itu, teknik dalam mendesain stasiun kerja harus mulai dengan identifikasi
variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada faktor-faktor seperti etnik,
jenis kelamin, umur dan lain-lain.
Menurut Das and Sengupta (1993) pendekatan secara sistemik untuk
menentukan secara dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada
etnik, jenis kelamin dan umur.
2. Mendapatkan data antropometri yang relavan dengan populasi pemakai
3. Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pemakaian,
sepatu dan posisi normal
4. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi
dan meja kerja yang dapat distel, sehingga operator dimungkinkan bekerja
dengan posisi duduk maupun berdiri secara berrgantian.
5. Tata letak dari alat-alat tangan, control dalam kisaran jangkauan optimum
6. Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pandangan yang tepat dan nyaman
7. Review terhadap stasiun kerja secara berkala
Setiap system kerja mengandung beberapa atau seluruh komponen kerja,
masing-masing saling berinteraksi dengan yang lain. Menurut Corlett and Clark
(1995) bahwa ergonomi baik sebagai ilmu maupun teknologi selalu konsen
dengan interface dan interaksi antara operator dengan komponen-komponen kerja,
serta konsen terhadap pengaruh dari interaksi pada performansi system kerja.
Secara ideal perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan
fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia,
mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan
didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan
aspek pengamatan, kognitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian juga peranan
atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang manusia (operator) dalam
melaksanakan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja juga berfungsi
menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat
beban kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan
tetapi berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia.
Selanjutnya mengenai peranan dan fungsi dari lingkungan fisik kerja akan
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan
menjamin manusia dan mesin agar dapat berfungsi pada kapasitas maksimalnya.
Dalam kaitannya dengan lingkungan fisik kerja seringkali dijumpai bahwa
4
perencana sistem kerja justru lebih memperhatikan mesin/peralatan yang harus
lebih dilindungi dari pada melihat kepentingan manusia-pekerjanya.
Berkaitan dengan perancangan areal/stasiun kerja dalam industri, maka
ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :
Menurut Das and Sengupta (1993) pendekatan secara sistemik untuk
menentukan secara dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada
etnik, jenis kelamin dan umur.
2. Mendapatkan data antropometri yang relavan dengan populasi pemakai
3. Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pemakaian,
sepatu dan posisi normal
4. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi
dan meja kerja yang dapat distel, sehingga operator dimungkinkan bekerja
dengan posisi duduk maupun berdiri secara berrgantian.
5. Tata letak dari alat-alat tangan, control dalam kisaran jangkauan optimum
6. Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pandangan yang tepat dan nyaman
7. Review terhadap stasiun kerja secara berkala
Setiap system kerja mengandung beberapa atau seluruh komponen kerja,
masing-masing saling berinteraksi dengan yang lain. Menurut Corlett and Clark
(1995) bahwa ergonomi baik sebagai ilmu maupun teknologi selalu konsen
dengan interface dan interaksi antara operator dengan komponen-komponen kerja,
serta konsen terhadap pengaruh dari interaksi pada performansi system kerja.
Secara ideal perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan
fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia,
mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan
didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan
aspek pengamatan, kognitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian juga peranan
atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang manusia (operator) dalam
melaksanakan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja juga berfungsi
menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat
beban kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan
tetapi berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia.
Selanjutnya mengenai peranan dan fungsi dari lingkungan fisik kerja akan
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan
menjamin manusia dan mesin agar dapat berfungsi pada kapasitas maksimalnya.
Dalam kaitannya dengan lingkungan fisik kerja seringkali dijumpai bahwa
perencana sistem kerja justru lebih memperhatikan mesin/peralatan yang harus
lebih dilindungi dari pada melihat kepentingan manusia-pekerjanya.
5
3.3 Pertimbangan Antropometri Dalam Desain
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari " anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun
sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
1. Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dll )
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk
tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90 % - 95
% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang
sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri pamakainya. Menurut
Sanders dan McCormick (1987), Phaesant(1988) dan Pulat (1992) bahwa
antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh karakteristik fisik tubuh lainnya
yang relavan dengan sesain tentang sesuatu yang dipakai orang. Selanjutnya
Annis dan McConville (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam kaitannya
dengan antropometri menjadi dua devisi utama yaitu:
1. Ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana
pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomic dari devisi ini
adalah untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan
sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja dapat terus dipeliharan
serta efisiensi produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan
optimal
2. ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang
berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.
6
Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung
lainnya, data antropomentri tenaga kerja memegang peranan penting. Menurut
Sutarman (1972), bahwa dengan mengetahui ukuran antropomentri tenaga kerja
akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang
akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan,
keselamatan dan estetika kerja. Lebih lanjut Macleod (1995) menjelaskan bahwa
factor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan
stasiun kerja. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
1. Manusia adalah berbeda satu sma lainnya. Setiap manusia mempunyai
bentuj dan ukuran tubuh yang berbeda-beda soerti tinggi-pendek, tua-
muda, kurus-gemuk, normal-cacat dan lain-lain. Tetapi kita sering hanya
mengatur atau mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua
orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai
atau tepat untuk menggunakan.
2. Manusia mempunyai keterbatasan. Manusia sering mempunyai
keterbatasan baik fisik maupun mental.
3. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadapa apa
yang ada disekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa
dengan kondisi seperti, warna merah berarti larangan atau berhenti, warna
hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu kebawah berarti hidup, dan
lain-lain. Kondisi tersebur menyebabkan harapan dan prediksi kita bahwa
kondisi tersebut juga berlaku dimana saja. Maka respon yang bersifat
harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap
desain alat dan stasiun kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan
dan kebingungan pekerja atau pengguna produk.
Dengan demikian dalam setiap desain peralatan dan stasiun kerja,
keterbatasan manusia harus selalu diperhitungkan, disamping kemampuan dan
kebolehannya. Mengingat bahwa setiap manusia berbeda satu dengan yang
lainnya, maka aplikasi dan antrometri dalam desain produk dapat meliputi, desain
untuk orang ekstrem (data terkecil atau terbesar). Desain untuk ohrang perorang,
desain untuk kidsaran yang dapat diatur (adjustable range) dalam menggunakan
persentil-5 dan persentil-95 dari populasi dan desain untuk ukuran rerata dengan
menggunakan pengumpulan data antropometri yang akan digunakan untuk
mendesain suatu produk, harus memperhitungkan variabilitas fariasi pemakian
seperti variabilis ukuran tubuh secara umum, variasi jenis kelamin, variasi umur
dan variasi rasa tau etnik.
Disamping pertimbangan variabilitas populasi, ternyata ukuran tubuh
manusia dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Factor yang
mempengaruhi antara lain perbaikan tingkat kemakmuran yang menyebabkan
peningkatan status gizi masyarakat. Tarwaka (1995) dalam penelitian tentang
7
perkembangan antrometri tenaga kerja di Bali (n = 630 orang) melaporkan bahwa
pendapatan sebagai ilustrasi bahwa antara kedua decade tersebut ternyata rerata
tinggi badan telah mengalami perkembangan sebesar ± 2,46 cm, tinggi siku
berdiri sebesar ± 4,88 cm, lebar bahu ± 6,25 cm. sedangkan untuk lebar pinggul
ternyata lebih kecil sebesar ± 2,41 cm. kemungkinan besar disebabkan karena
adnya kecenrungan untuk melangsingkan tubuh sehingga pinggul lebih ramping.
Untuk ukuran tinggi siku duduk lebih rendah sebesar ± 1,59 cm, kemungkinan
disebabkan karena ukuran lengan atas bertambah pangjang sehingga
menyebabkan ketinggian siku semakin rendah.
8
3.4.1.2 Posisi duduk :
1. Tinggi kepala
2. Tinggi mata
3. Tinggi bahu
4. Tinggi siku
5. Tinggi pinggang
6. Tinggi tulang pinggul
7. Panjang buttock-popliteal (lekuk lutut)
8. Tinggi telapak kaki lutut
9. Tinggi telapak kaki popliteal (lekuk lutut)
10. Panjang kaki (tungkai ujung jari kaki)
11. Lebal paha dan lain-lain
9
Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat dudu yang
dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan tubuh. Ukuran
tempat duduk disesuai dengan dimensi ukuran ontropometri pemakainya. Fleksi
lutut membentuk sudut 90º dengan telapak kaki bertumpu pada kaki atau injakan
kaki (Pheasant 1988). Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang akan
membentuk kedepan, dan jika terlalu tinggi bahu akan terangkat dari posisi rileks,
sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman. Sanders dan
McCormick (1987) memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian landasan
kerja pada posisi kerja sebagai berikut :
1. Jika memungkinkan menyediakan meja dan dapat diatur turun dan naik
2. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi
rileks pada bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau
sedikit menurun (sloping dwon slightly)
3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang
berlebihan
10
rekomendasi ergonomis tentang ketinggian landasan kerja posisi berdiri di
dasarkan pada ketinggian siku berdiri sebagai berikut
1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk mengurangi
pembebanan statis pada otot bagian belakang, tinggi landasan kerja adlah
5-10 cm diatas tinggi siku berdiri.
2. Selama kerja manual,di mna pekerja sering memerlukan ruangan untuk
peralatan,material dan konteiner dengan berbagai jenis,tinggi landasan
kerja adalah 10-15 cm di bawah tinggi siku berdiri.
3. Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat,tinggi landasan
kerja adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri.
11
4 BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan
disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan,
salah satunya yaitu desain stasiun kerja, dimana dalam stasiun kerja ini berbicara
mengenai konsep desain produk untuk mendukung efisiensi dan keselamatan
dalam penggunaan desain produk. Namun dalam hal tersebut perlu
mempertimbangkan antropometri dan lokasi elemen mesin terhadap posisi kerja,
jangkauan, pandangan, ruang gerak dan interface antara tubuh operator dengan
mesin. Di samping itu, teknik dalam mendesain stasiun kerja harus mulai dengan
identifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada faktor-faktor
seperti etnik, jenis kelamin, umur dan lain-lain.
4.2 Saran
Dari pembahasan di atas diharapkan para pembaca dapat lebih pandai dalam
memilih produk terutama yang berkaitan dengan kenyaman dalam bekerja, agar
terhindar dari kelelahan dan rasa nyeri pada punggung akibat dari duduk yang
tidak ergonomis.
12
DAFTAR PUSTAKA
13