Anda di halaman 1dari 37

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KESEHATAN LANSIA”

DISUSUN OLEH :

AAM MAESAROH
ANGGARINI
KIKI ANWAR
YULIZAR NURLATIFAH MAULIDIAH

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATANAN DHARMA HUSADA BANDUNG
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha ESA karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sebuah
makalah yang berisi tentang ” Asuhan Keperawatan Agregrat dalam Komunitas pada
Kesehatan Lansia”

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna yang mungkin
diakibatkan kurangnya penguasaan dalam penyusunan makalah dan singkatnya waktu
penyusunan makalah, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan guna penyusunan makalah di masa yang akan datang.

Akhirnya, semoga makalah ini berguna bagi kita semua, khususnya mahasiswa/i
Stikes Dharma Husada Bandung.

Bandung, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................
D. Manfaat.............................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Penyakit ..................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................

BAB III TINJAUAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian .....................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................
C. Rencana Keperawatan.....................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam
sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih
sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk
menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “
sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama
dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,
2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar,
ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas
menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang
dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara
menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di
sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat
untuk seluruh pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang
berarti untuk akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam
perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social,
dan kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan
berfokus pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan
peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah
masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat
semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah,
terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia.
Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan
struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia
mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya
sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan
85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah
kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?
5. Bagaimana askep pada lansia?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Stikes Dharma Husada Bandung
memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada
Kelompok Khusus Lansia.
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah
yang ada.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus
lansia.
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia.
f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia yang bermasalah.
D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Lansia dan Masyarakat Umum
Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan
lansia di komunitas.
2. Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan
keperawatan lansia sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan asuhan
keperawatan terhadap lansia dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan
75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif
sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /
mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia
(WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59
tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas
90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi  pada tingkat
kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat,
dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan
dengan kebutuhan mereka.
a. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut
usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman,
kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala
usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,
membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.
Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan
tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia
meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau
biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan
ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman,
baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan,
kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan
untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,
organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4)
Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui
akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan
dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang
lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman
terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung
pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan
tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut
usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
b. Teori – teori Proses Menua                                                                                   
Sebenarnya secara individual :
1) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2) Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3) Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1) Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang
telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis
dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika
jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa
ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
2) Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori ) Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi.
3) Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi
dari produk sisa”.
5) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6) Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7) Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.
8) “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9) Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat
dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11) Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
12) Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel
mati.
c. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik :
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya
b) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c) Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e) Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2) Sistem pernafasan
a) Cepat menurunnya persarafan
b) Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c) Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap
perubahan  suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d) Kurangnya sensitif pada sentuhan
3) Sistem Pendengaran
a) Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65
tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatin
d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stres
4) Sistem penglihatan
a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b) Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada
lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d) Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c) Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak)
d) Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90
mmHg
6) Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,
yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a) Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35
derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
a) Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas
silia
b) Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
c) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak
berganti
e) Kemampuan untuk batuk berkurang
f) Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
8) Sistem gastrointestinal
a) Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b) Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c) Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun
d) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e) Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah
f) Menciutnya ovari dan uterus
g) Atropipayudara
h) Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
i) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j) Selaut lendir menurun
9) Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a) Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b) Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c) Atrofi vulva
10) Sistem Endokrin
a) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c) Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT, TSH, FSH dan LH.
d) Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e) Menurunnya produksi aldosteron
f) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron
11) Sistem kulit
a) Kulit keriput atau mengkerut
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik
c) Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e) Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f) Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g) Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12) Sistem muskoloskeletal
a) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b) Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d) Persendian membesar dan kaku
e) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f) Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.
d. Tugas Perkembangan Lansia
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik
antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
1) Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang
ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran
dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru
memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.
2) Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan
berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan
terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki
kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial
sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck
mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan
sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan
fisik semata.”
3) Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan :
”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian
personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting
dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang
lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.”
manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka,
kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin
membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang
yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang
panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa  yang mereka lakukan
daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka
sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris. (Stanley & Beare,
2006).
e. Permasalahan yang timbul Pada Lansia
Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1) Permasalah Umum
a) Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan
bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat
menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28%
(Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk
lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41%  dan merupakan yang tertinggi
didunia ( Darmojo, 1999:1)
b) Jumlah lansia miskin makin banyak
c) Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d) Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e) Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f) Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2) Permasalahan Khusus
a) Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik.
Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi
kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian
dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman
berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat
badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan
mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek,
terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah
menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien,
terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita,
otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas
tidak selalu menurun
b) Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya:
katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia
f. Sikap perawat terhadap lansia
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan
dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi
yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan
pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan
pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga
kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan
atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan,
mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang
bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus,
pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap
tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif,
perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat
mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh
lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam
fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini
sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga
memandang mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga
diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi
dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena
lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi
perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
Pendekatan perawatan lanjut usia :
1) Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
a) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain.
b) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
2) Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab.
3) Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis,
social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh
menyangkut aspek tersebut.
a. Fisik / Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan
menanyakan tentang:
1) Pandangan lansia tentang kesehatannya
2) Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
3) Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
4) Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
6) Kebiasaan gerak badan / olahraga
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
9) Masalah-masalah seksual yang dirasakan
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan
dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument,
muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi
sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman.
c. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk
melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji
alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian
masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses
fikir yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-
hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
1) Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
2) Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
3) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
4) Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
5) Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
6) Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
7) Apakah lansia sering mengalami kegagalan
8) Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
d. Sosial – Ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan
teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia
dalam organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari
penghasilan yang mereka peroleh. Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social
ekonomi, hal inipun terkait dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai
penghasilan tentu merasa dirinya berharga karena masih mampu menghasilkan
sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1) Apa saja kesibukan lansia
2) Dari mana saja sumber keuangannya
3) Dengan siapa ia tinggal
4) Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
5) Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
6) Siapa saja yang biasa mengunjunginya
7) Seberapa besar ketergantungannya
8) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada
e. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia
dan sejauh mana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik,
keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih
mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. Yang perlu dikaji pada lansia :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah (apakah dengan berdoa?)
4) Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat
dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin
timbul pada lansia.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nursalam (2009), tipe diagnosis keperawatan yaitu :
a. Diagnosis keperawatan aktual, yaitu diagnosis yang menjelaskan masalah yang nyata
terjadi saat ini dan harus ada unsur PES.
b. Diagnosis keperawatan resiko atau resiko tinggi, yaitu keputusan klinis bahwa
individu, keluarga/komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding yang
lain pada situasi yang sama atau hampir sama atau keputusan klinis yang divalidasi
oleh faktor resiko dan biasanya harus ada unsur PE.
c. Diagnosis keperawatan kemungkinan yaitu pernyataan tentang masalah yang diduga
akan terjadi masih memerlukan data tambahan yang akan digunakan untuk
memastikan adanya tanda/gejala utama. Contoh : kemungkinan konstipasi yang
berhubungan bed rest.
d. Diagnosis keperawatan sindrom, yaitu kelompok diagnosis keperawatan
aktual/resiko/resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu atau terjadi secara bersamaan yang memiliki penyebab tunggal.
Contohnya : sindrom kurang perawatan diri, terdiri dari : makan mandi berpakaian dan
toileting, dengan rumusan P.
e. Diagnosis keperawatan sejahtera, yaitu keputusan klinis tentang keadaan individu,
keluarga, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat
sejahtera yang lebih tinggi. Biasanya menggunakan kata potensial peningkatan, contoh
: potensial terhadap peningkatan peran menjadi orang tua, masalah kolaborasi
(potensial komplikasi), yaitu komplikasi fisiologis yang diakibatkan oleh patofisiologi,
berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain, tugas perawat adalah
memonitor untuk mendeteksi status klien dan berkolaborasi dengan tim medis.
Contoh : PK (potensial komplikasi) sepsis.
3. Intervensi Keperawatan
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan
tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang
melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat
berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis
dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain. Tujuan tindakan keperawatan pada
lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar antara lain :
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
c. Memelihara kebersihan diri
d. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
e. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif
Tindakan Keperawatan :
a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan
dan kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan
tulang (osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin
hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan
oleh factor fisik, psikologi dan sosial.
Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna
dan rasa kurang nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh
diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus akan
menyebabkan nafsu makan lansia kurang.
Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia
menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia
menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga / lingkungan sangat
melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan keinginan lansia,
hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan
Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :
1) Gizi berlebihan
Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada lansia
penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat menyebabkan
berat badan berlebihan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya
penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah
tinggi dan sebagainya.
2) Gizi berkurang
Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang dapat
menyebabkan banyak kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut
cepat rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi kurang
dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan penyakit, serta
ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan kebiasaan makanan yang salah
dari usia mudah.
3) Kekurangan vitamin
Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam
makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam
makanan.
4) Kelebihan vitamin
Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa resep dokter,
yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari vitamin ini
akan terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya.
Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi
pada orang dewasa normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama,
bentuk dan pengurangan porsi untuk mengimbangi aktivitasnya.
1) Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah 1.700
kalori, kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut,
misalnya gemuk atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing manis, dll).
2) Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang
mudah diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses
metabolisme, misalnya madu, nasi, buah-buahan yang manis
3) Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan
timbulnya hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20
%dr total kalori yg dibutuhkan
4) Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan
didapatkan dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.
5) Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah konstipasi
maka pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.
Rencana Makanan Untuk Lansia :
1) Berikan makanan porsi kecil tapi sering
2) Banyak minum & kurangi makan dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan dan hindari makanan yang terlalu asin
3) Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur
4) Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam
keadaan seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan berlemak.
5) Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan
usus & menambah nafsu makan.
b. Meningkatkan Keamanan & Keselamatan Lansia
Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu
lintas dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas
dari kaki mulai berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat
nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut menyebabkan Usila tidak mampu
menyanggah tubuhnya dengan baik.
Selain itu penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran menyebabkan
lansia tidak dapat mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya
kecelakaan lalu lintas dan luka baker.
Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang tidak
tepat untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak
rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah
bergerak. Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang harus
dilakukan antara lain:
1) Klien / lansia
a) Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
b) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
c) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
d) Jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan,
latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat Bantu berjalan
e) Bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang atau diuretika
f) Menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu
g) Usahakan ada yang menemani jika bepergian.
2) lingkungan
a) tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di
observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
b) letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
c) gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
d) letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-
alat yang selalu digunakan
e) upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
f) kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang
menggunakan
g) pasang pegangan dikamar mandi
h) hindari lampu yang redup dan menyilaukan
i) sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
j) jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk
memejamkan mata sesaat
k) gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet
3) Memelihara Kebersihan Diri
Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi
untuk melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan
diri pada lansia akibat penurunan daya ingat, sehingga tidak dapat melakukan
upaya kebersihan diri secara tepat dan teratur. Hal ini juga berkaitan dengan
kebiasaan lansia pada usia muda. Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya
rapi, tentu ia akan tetap melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik,
perawatan diri yang kurang dapat pula akibat dari kelemahan atau
ketidakmampuan fisik lansia. Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat
berkurang seringkali kulit lansia bersisik dan kering.
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:
a) Mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
b) Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
miyak atau berikan skin lotion
c) Mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata,
dan gunting kuku
4) Memelihara Keseimbangan Istrahat Dan Tidur
pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan
antara lain:
a) Menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman
b) Mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan
c) Melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi
darah dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai
hobby, misalnya berkebun, berjalan santai, dll.
d) Memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat.
5) Meningkatkan Hubungan InterPersonal
Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang menurun,
pikun, depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan
karena hubungan inter personal yang tidak adikuat. Upaya yang dilakukan antara
lain:
a) Berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata
b) Memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
c) Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
d) Memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap respon
verbal dan non verbal lansia
e) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia
f) Menghargai pendapat lansia
4. Implementasi Keperawatan
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
lansia. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Berbicara dengan lembut dan sopan
b. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan
berulan kali, jika perlu dengan gambar
c. Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya
5. Evaluasi
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun
non verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan apa
yang telah dianjurkan.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan
situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat
(Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian
secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang
mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama,
keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem sebagai berikut :
1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia
dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama,
nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat
dicontohkan sebagai berikut :
Jumlah penduduk          : 987 jiwa
1) Laki – laki                : 523 jiwa
2) Perempuan                : 464 jiwa
Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga lulus SLTA
dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa                 : Suku Jawa
Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas tersebut
adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya
meninggal.
Nilai dan kepercayaan  : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal nilai
kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya.
Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja
bakti, arisan, dan takziyah.
Agama : Mayoritas beragama Islam dan beberapa diantaranya
beragama nasrani
2. Data subsistem
a) Lingkungan fisik
1) Kualitas udara, Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk
atau panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan
warga atau tidak.
2) Kualitas air, Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya Adanya sumber suara/bising yang dapat mengganggu
keadaan lansia, contohnya seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan, Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya,
apakah saling berdempetan.
b) Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c) Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam
atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak.
Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan
kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d) Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e) Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas
pelayanan kesehatan.
f) Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut
untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari
luar  misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada
komunitas.
g) Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau
tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h) Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas
untuk mengurangi stress.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a. Masalah (Problem) Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang terjadi.
b. Penyebab (Etiologi) Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi
perilaku dengan lingkungan.
c. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton) Yaitu informasi yang perlu untuk
merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
No. Data Problem Etiologi
1 Ds: Diabetes pada lansia Kebiasaan hidup lansia yang tidak
- Kader posyandu terkontrol
mengatakan 35% lansia
menderita diabetes
namun jarang
memeriksakan
kondisinya.
Do:
- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
harinya
2 DS: Bidan desa Hipertensi Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
mengatakan lansia posyandu lansia
banyak yang menderita
hipertensi dan lansia
malas mengikuti
posyandu lansia yang
diselengarakan setiap
bulannya.
3. Ds: Resiko kerusakan Perubahan status kesehatan
-     Banyak warga yang integritas kulit
mengeluh gatal-gatal
pada tubuhnya.
Do:
-    Tubuh terlihat bintik-
bintik merah.
Diagnosa :
1. Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu
lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status kesehatan.
2. Kriteria Penapisan
Dx. Kep Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42
Dx. 2 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 40
Dx.3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 39

Keterangan :
1. Sesuai degan peran perawat komunitas.
2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia

Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 121
C. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang
Diabetes berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan tindakan keperawatan
lansia yang tidak selama 4 minggu, selama 8 minggu,
terkontrol ditandai komunitas diharapkan: komunitas diharapkan
dengan 35 % lansia
1. - Lansia mampu angka diabetes (kadar
menderita diabetes mengontrol asupan glukosa) pada lansia
makanan sehari harinya dapat menurun
dan dapat melakukan
sedikit aktivitas.
2. - Lansia rutin setiap
bulannya menghadiri
kegiatan posyandu lansia
yang diadakan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penulis temukan mengenai
perkembangan yang terjadi pada lansia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut
usia. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi
dan sosial sangat terbesar
2. Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki cirri-ciri khas, diantaranya
usia lanjut merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status
kelompok minoritas, menua membutuhkan perubahan peran, dan penyesuaian
yang buruk pada lansia
3. Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit
demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap
usia lanjut adalah tahap dimana terjadi penuaan dan penurunan yang
penurunannya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya
4. Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik,
perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spiritual,
perubahan sosial, perubahan kehidupan keluarga, dan hubungan sosio-emosional
lansia
5. Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan
beberapa masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik,
intelektual, emosi, dan spiritual. Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia lebih
sering mengalami pikun atau sulit untuk mengingat
6. Masalah-masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada
lansia dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga
akan mengalami masa-masa ini.

B. Saran
Setelah penulis membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu tentang
perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang
mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh
karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik-baiknya masa tua
kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di
masa tua.

DAFTAR PUSTAKA
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada
Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home Care.
Universita Muhammadiyah Malang

Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC

Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd

Anda mungkin juga menyukai