Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH JARINGAN TEGANGAN RENDAH DAN PHB

SISTEM PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR

Oleh :
Wayan Mahendra Pratama (1815333006)
Ni Made Vina Restu Wahyuni (1815333008)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI BALI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia
Beliaulah Makalah Teknologi Komunikasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi baik
secara teknis maupun non teknis dalam penulisan makalah ini, yaitu kepada:

1. Bapak Ir. I Wayan Raka Ardana, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
2. Bapak I Ketut Ta, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro
3. Bapak I Ketut Parti, S.T., M.T., selaku Kepala Workshop Elektronika
4. Bapak I GK Abasana, selaku dosen pengampu matakuliah Jaringan Tegangan
Rendah dan Metodologi.
5. Orang Tua, Saudara dan Keluarga Penulis

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga
kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah dapat menjadi sarana informasi dan evaluasi dalam pembelajaran teknologi
komunikasi masa kini.

Bukit Jimbaran, 6 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB 1 PEBDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................................2

BAB 2 ISI........................................................................................................................................3

2.1 Proteksi......................................................................................................................................3

2.2 Jenis Proteksi ............................................................................................................................4

2.3 Unsur Pertimbangan Pengaman...............................................................................................12

2.4 Gangguan pada trafo................................................................................................................14

BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17

3.2 Saran........................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

3
Zaman modern ini, kebutuhan semakin meningkat terutama di bidang
elektronika. Kebanyakan kegiatan telah dibantu dan didukung dengan adanya alat-alat
elektronik. Untuk mengoperasikan alat-alat tersebut membutuhkan sumber energi
yaitu listrik. Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus
memenuhi aspek andal, aman dan ramah lingkungan. Keandalan sistem tenaga listrik
ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenuhi ketentuan dan
persyaratan yang berlaku. Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem
pengaman (protection system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan
kebutuhan sistem yang ada. Proteksi sistem tenaga listrik merupakan perlindungan
atau pengaman pemabangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyalur (transmisi),
pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
Dalam penyaluran listrik tersebut dibutuhkan suatu alat yaitu transformator.
Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk memindahkan
daya dari sisi rangkaian primer ke sisi sekunder dengan frekuensi yang sama. Dengan
mengatur tegangan dan arus pada transformator, akan diperoleh suatu tegangan dan
arus sistem sesuai yang direncanakan.
Pada umumnya transformator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
transformator ukur dan transformator daya. Transformator ukur masih dapat
dibedakan lagi menjadi dua, yaitu transformator arus dan transformator tegangan.
Transformator ukur terutama berfungsi untuk menurunkan arus atau tegangan,
yang mana besaran arus atau tegangan tersebut digunakan sebagai besaran masukan,
misalnya untuk masukan relai-relai pengaman atau untuk pengukuran besaran yang
mempunyai kapasitas tinggi (KV,KA).
Transformator daya merupakan transformator dengan kapasitas pemindahan
daya yang besar, misalnya transformator daya pada saluran distribusi dengan rating
150KV/20KV, 20MVA. Pada sistem tenaga listrik, transformator daya bisa
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu transformator daya untuk sistem transmisi dan
transformator daya untuk saluran distribusi.
Transformator adalah unsur utama dan merupakan mata rantai terpenting
dalam penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Seiring dengan semakin meningkatnya
permintaan energi listik maka keperluan akan transformator dengan sendirinya
meningkat mengikuti bertambah besarnya daya listrik yang dibangkitkan. Oleh
karena transformator merupakan unsur utama dari sistem penyaluran dan distribusi
energi listrik dan merupakan peralatan yang paling mahal harganya, maka sistem
4
proteksi atau pengamanan terhadap sebuah transformator baik terhadap gangguan-
gangguan yang terjadi dari dalam transformator itu sendiri maupun dari luar
transformator tersebut sangat perlu diperhatikan. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai system proteksi pada transformator

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud transformator?
2. Apa yang dimaksud dengan proteksi?
3. Apa saja jenis pengaman pada trasformator?
4. Apa saja unsur-unsur yang digunakan untuk mempertimbangkan proteksi yang
digunakan pada transformator?
5. Apa saja jenis gangguan yang dapat terjadi pada transformator?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui transformator secara umum.
2. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan proteksi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis pengaman pada trasformator
4. Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur yang digunakan untuk
mempertimbangkan proteksi yang digunakan pada transformator?
5. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis gangguan yang dapat terjadi pada
transformator

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Transformator

5
Transformator adalah suatu alat listrik statis yang dipergunakan untuk
mengubah tegangan bolak-balik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan digunakan
untuk memindahkan energi dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian lainnya tanpa
merubah frekuensi. Transformator disebut peralatan statis karena tidak ada bagian
yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau generator. Dalam bentuknya
yang paling sederhana, transformator terdiri atas dua kumparan dan satu induktansi
mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder.
Kumparan primer adalah kumparan yang menerima daya dan dinyatakan
sebagai terminal masukan dan kumparan sekunder adalah kumparan yang melepas daya
dan dinyatakan sebagai terminal keluaran. Kedua kumparan dibelit pada suatu inti yang
terdiri atas material magnetik berlaminasi. Secara sederhana transformator dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu lilitan primer, lilitan sekunder dan inti besi.
Lilitan primer merupakan bagian transformator yang terhubung dengan
sumber energi (catu daya). Lilitan sekunder merupakan bagian transformator yang
terhubung dengan rangkaian beban. Sedangkan inti besi merupakan bagian
transformator yang bertujuan untuk mengarahkan keseluruhan fluks magnet yang
dihasilkan oleh lilitan primer agar masuk ke lilitan sekunder.
Adapun prinsip kerja pada transformator terdiri dari dua gulungan kawat yang
terpisah satu sama lain, yang dibelitkan pada inti yang sama. Daya listrik dipisahkan
dari kumparan primer ke kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnet
(fluks magnet) yang dibangkitkan oleh aliran listrik yang mengalir melalui kumparan
primer. Untuk dapat membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder, fluks
magnet yang dibangkitkan oleh kumparan primer harus berubah-ubah. Untuk
mengetahui hal ini, aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer haruslah
aliran listrik bolak-balik. Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC,
pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet
.

6
Gambar 2.1 Bagian–bagian transformator

Keterangan gambar :
U1 : tegangan primer
U2: tegangan sekunder
I1: arus primer
I2: arus sekunder
ep: GGL induksi pada kumparan primer
es: GGL induksi pada kumparan sekunder
Np: lilitan primer
Ns: lilitan sekunder
Φb: fluks magnet bersama
Z : beban
GGM bersama yang bolak-balik juga. Dengan adanya ggm ini, di sekitar
kumparan primer timbul fluks magnet bersama dan pada ujung-ujung kumparan
sekunder timbul gaya gerak listrik (ggl) induksi sekunder yang mungkin sama, lebih
tinggi, atau lebih rendah dari gaya gerak listrik primer. Hal ini tergantung pada
transformasi kumparan transformator. Jika kumparan sekunder dihubungkan kebeban,
maka pada kumparan sekunder timbul arus bolak-balik sekunder akibat adanya gaya
gerak listrik induksi sekunder. Hal ini mengakibatkan timbul gaya gerak magnet pada
kumparansekunder dan akibatnya pada beban timbul tegangan sekunder.
Pada sistem distribusi tenaga listrik menggunakan gardu distribusi portal yang
memiliki fungsi menurunkan tegangan 20 KV menjadi 220/380 V.

7
2.2 Proteksi

Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi
pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama
proteksi adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan
yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya,
8
biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-
bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian listrik
dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal dengan
kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu
sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu :
1. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan relai proteksi terhadap segala macam
gangguan dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah
perlindungannya. Sensitifitas suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai
terkecil dari besaran penggerak saat peralatan proteksi mulai beroperasi.
Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus
gangguan dalam daerah yang dilindunginya.
2. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem
yang harus diisolir apabila relai proteksi mendeteksi gangguan. Bagian
yang dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang
terganggu saja. Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi harus mampu
membedakan antara kondisi normal dan kondisi abnormal. Ataupun
membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam atau di luar
daerah proteksinya.
3. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan
stabilitas operasi.

4. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila
gagal bekerja pada saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak
seharusnya bekerja.
5. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari
pertimbangan nilai ekonomisnya. Suatu relai proteksi yang digunakan

9
hendaknya ekonomis mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan
keandalannya.
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main protection)
dan proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama dalah pertahanan utama
dan akan membebaskan gangguan pada bagian yang akan diproteksi secepat mungkin.
Mengingat keandalan 100 % tidak hanya dari perlindungan tetapi juga dari trafo arus,
trafo tegangan dan pemutus rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan
perlindungan pembantu (auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi
pembantu bekerja bila relai utama gagal dan tidak hanya melindungi daerah
berikutnya dengan perlambatan waktu yang lebih lama dari pada relai utamanya

2.3 Jenis Pengaman Pada Transformator

Sistem pengaman transformator akan berbeda dari transformator yang satu


dengan lainnya. Jenis pengaman tersebut berupa relai-relai pengaman transformator
yang dapat kita pelajari sebagai berikut ini :
1. Relai Bucholz

Relai bucholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator


ataupun dari OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah
dikedua pipa tersebut dipasang relai bucholz. Relai bucholz berfungsi
untuk mendeteksi dan mengamankan gangguan di dalam transformator
yang menimbulkan gas. Selama transformator beroperasi normal, relai akan
terisi penuh dengan minyak. Pelampung akan berada pada posisi awal.
Bila terjadi gangguan yang kecil di dalam tangki transformator,
misalnya hubung singkat dalam kumparan, maka akan menimbulkan gas.
Gas yang terbentuk akan berkumpul dalam relai pada saat perjalanan
menuju tangki konservator, sehingga level minyak dalam relai turun dan

10
akan mengerjakan kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level
minyak transformator turun secara perlahan-lahan akibat dari suatu
kebocoran, maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila
penurunan minyak tersebut terus berlanjut, maka pelampung bawah akan
memberikan sinyal trip. Bila terjadi busur api yang besar, kerusakan
minyak akan terjadi dengan cepat dan timbul surja tekanan pada minyak
yang bergerak melalui pipa menuju ke relai Bucholz.
Pada dasarnya relai bucholz termasuk dalam kategori relai termis.
Relai ini digunakan untuk mendeteksi dan mengamankan transformator
terhadap gangguan didalam transformator yang menimbulkan gas. Gas
yang timbul ini diakibatkan oleh :
a) Hubung singkat pada kumparan
b) Busur listrik antar laminasi
c) Busur listrik akibat kontak yang kurang baik

2. Relai Suhu

a. Relay HV/LV Winding Temperature bekerja apabila suhu kumparan


trafo melebihi setting dari pada relai HV/LV Winding, besarnya
kenaikan suhu adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu
udara luar trafo. Urutan kerja relai suhu kumparan/ winding ini dibagi 2
tahap:
 Mengerjakan alarm (winding temperature alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (winding temperature trip)
b. Relai HV/LV Oil temperature bekerja apabila suhu minyak trafo
melebihi setting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu
adalah sebanding dengan faktor pembebanan dan suhu udara luar trafo.
Urutan kerja relai suhu minyak/ oil ini dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alarm (oil temperatur alarm)

11
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)
3. Relai Hubung Tanah
Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF)
untuk mengamankan transformator bila ada gangguan satu fasa ketanah
didekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele diferensial.

4. Relay Jansen
Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang
berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban
maupun variasi tegangan pada sistem masukannya (input). Tap changer
umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat
kumparan, dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan
minyak tangki utama. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila
terjadi gangguan pada sistem tap changer, digunakan pengaman yang biasa
disebut rele jansen (buchholtnya tap changer). Rele jansen dipasang antara
tangki tap changer dengan konservator minyak tap changer.

Prinsip kerja rele jansen, yaitu :


a. Rele buchholz tap changer (jansen) untuk mengamankan ruangan
beserta isinya dari diverter switch.

12
b. Rele jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi
akibat flash over antar bagian bertegangan atau bagian bertegangan
dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan
eksternal.
c. Prinsipnya ada aliran minyak yang deras, ada tekanan minyak
sehingga ada minyak mengalir ke konservator, goncangan minyak
yang cukup besar, dan semua itu menyebabkan katup akan berayun
dan megerjakan kontak triping, akhirnya melepas gangguan.

5. Relai Arus Lebih


Relai arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Relai arus lebih akan pick up jika besar arus
melebihi nilai setting. Pada proteksi transformator daya, relai arus lebih
digunakan sebagai tambahan bagi relai differensial untuk memberikan
tanggapan terhadap gangguan luar. Relai ini digunakan untuk
mengamankan peralatan terhadap gangguan hubung singkat antar fasa,
hubung singkat satu fasa ke tanah dan beberapa hal dapat digunakan
sebagai pengaman beban lebih.

6. Relai Diferensial

Relai diferensial berfungsi untuk mengamankan transformator


13
terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam daerah pengaman
transformator. Relai ini merupakan pengaman utama (main protection)
yang
sangat selektif dan cepat sehingga tidak perlu dikoordinir dengan relai lain
dan tidak memerlukan time delay. Prinsip dari relai ini yaitu
membandingkan arus yang masuk keperalatan dengan arus yang keluar dari
peralatan tersebut.
a. Relai deferensial dalam keadaan normal
Diferensial sebagai pengaman trafo
 Dalam keadaan normal arah Ip dan Is seperti pada gambar
 Disisi sekunder masing-masing CT, arus keluar dari terminal
DOT
 Ip sama besar Is tapi arah berlawanan maka diferensial relai tidak
dialiri arus.

b. Gambar relai deferensial dalam keadaan gangguan


 Dalam keadaan gangguan arah Ip seperti pada dan hanya Ip.
 Disisi sekunder CTp, arus Ip keluar dari terminal DOT, dan
mengerjakan DIFF RY (Differensial Relai).
 Perhatikan terminal sekunder CTp dan Cts terhubung ke DIFF.
RY difasa yang berlawanan atau beda sudut 1800.

7. Relai Tekanan Lebih

14
Relai tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relai buchollz
yaitu mengamankan transformator dari gangguan internal. Bedanya relai ini
hanya
bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh
hubung singkat.
 Tipe Membran
Plat tipis yag didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila
menerima tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali
pakai sehingga bila pecah harus diganti baru.
 Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain
sedemikian rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam
transformator melebihi tekanan pegas maka akan membuka dan
membuang tekanan keluar bersama-sama sebagian minyak. Katup
akan menutup kembali apabila tekanan didalam transformator turun
atau lebih kecil dari tekanan pegas.

8. Pengaman Tangki Tanah


Berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat antara
fasa dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan.

Relai 51G yang terpasang, mendeteksi arus gangguan dari tangki


trafo ketanah, kalu terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke tangki,
arus yang mengalir ketanah akan dideteksi relai arus lebih melalui CT.
Relai akan mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus
gangguan kembali kesistem melalui pembumian trafo.

15
9. Arrester

Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung
terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga
listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah.
Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan
system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja
arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh
kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan.
Selain melindungi perlatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang
diakibatkan oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu
arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system
tenagan listrik. Bila surja dating ke gardu induk arrester bekerja
melepaskan muatan listrik serta mengurangi tegangan abnormal yang akan
mengenai peralatan dalam gardu induk.
10. Fuse Cut Out(FCO)

16
Ketika terjadi gangguan arus lebih maka fuse link pada tabung fuse
akan meleleh dan terputus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas,
dan menggantung di udara, sehingga aliran arus ke sistem terputus.
Untuk memutuskan arus gangguan, di dalam fuse terjadi 2 proses :
 Proses melelehnya fuse link
 Proses pemadaman busur api listrik.
 Karena itu daerah operasi fuse dibatasi oleh :
- Batas bawah berdasarkan waktu minimum mulai melelehnya
fuse link dari sejak terjadi arus lebih (minimum melting time)
- Batas atas ditentukan oleh total waktu maksimum yang
dibutuhkan untuk memadamkan busur api listrik dan
memutuskan gangguan (total clearing time).

11. NH Fuse atau NT Fuse

17
Ukuran Size Pilihan Rating Ampere

Size 00 16 Ampere s/d 160 Ampere

Size 0 35 Ampere s/d 160 Ampere

Size 1 50 Ampere s/d 250 Ampere

Size 2 250 Ampere s/d 400 Ampere

Size 3 425 Ampere s/d 630 Ampere

Size 4 800 Ampere s/d 1250 Ampere

NT Fuse atau NH Fuse adalah alat listrik yang digunakan sebagai


pengaman pada rangkaian listrik. NT Fuse/ NH Fuse berfungsi untuk
memutuskan arus apabila dilewati arus berlebih, sehingga tidak merusak
alat listrik atau mesin yang terpasang. NT Fuse / NH Fuse bekerja pada
listrik tegangan rendah hingga 630 Volt. NH Fuse / NT Fuse merupakan
fuse sakali pakai, dimana apabila sudah terputus, tidak bisa dipakai lagi dan
perlu diganti dengan fuse baru yang memiliki karakteristik sama.
NT Fuse / NH Fuse terdiri dari tabung keramik berbentuk kotak
dengan batangan metal / blade terminal di kedua ujungnya. NT Fuse / NH
Fuse memiliki beragam ukuran size dan rating ampere yang berbeda.

18
Berikut ini adalah bagan satu garis transformator.

2.3 Unsur Pertimbangan Penggunaan Proteksi Pada Trafo

Perencanaan sistem pengaman transformator harus mempertimbangkan hal-


hal sebagai berikut ini :
1. Jenis transformator yang diamankan
Jenis transformator sangat menentukan sistem pengaman yang
harus diterapkan. Jenis yang dimaksud disini adalah transformator
daya untuk transmisi atau saluran distribusi. Transformator saluran
distribusi sekunder tidak memerlukan sistem pengaman yang serumit

19
atau selengkap seperti pada transformator distribusi primer. Biasanya
pada transformator distribusi sekunder cukup diamankan dengan
sekring cutout dan arrester atau surge diverter saja. Namun untuk
transformator distribusi primer dan saluran transmisi harus
dilengkapi dengan relai-relai pengaman.

2. Ukuran transformator
Rating atau kemampuan transformator merupakan dasar
pertimbangan yang penting dalam perencanaan sistem pengaman.
Ukuran transformator biasanya diberikan dalam besaran rating
tegangan dan daya, misalnya 15KV/150KV dengan daya 100 MVA.
Pertimbangan dari segi teknis, misalnya panas dan arus gangguan
hubung singkat yang timbul pada transformator. Gangguan itu bisa
merupakan hubung singkat antara kumparan maupun kumparan
dengan tangki atau penghantar dengan bodi. Hubung singkat tersebut
tergantung juga pada rating transformator, baik tegangan, daya maupun
reaktansi-reaktansinya. Dilihat dari segi ekonomis, biaya relai-relai
pengaman tidaklah murah. Oleh karena itu, biaya pengaman harus
sebanding dengan kapasitas transformator yang diamankan.
3. Jenis pendinginan
Ada beberapa jenis pendinginan yang digunakan pada
transformator tenaga, antara lain pendingin dengan kipas untuk minyak
bersirkulasi secara alamiah atau secara paksa, pendinginan dengan air
dan sejenisnya. Sistem pendinginan berfungsi untuk menjaga agar suhu
transformator, baik minyak transformator maupun kumparan dapat
dikendalikan pada suatu nilai tertentu. Panas yang berlebihan pada
transformator akan merusak isolasi kumparan dan bisa mengakibatkan
hubung singkat. Sistem pendingin yang digunakan pada transformator
erat kaitannya dengan pemakaian relai-relai suhu.
4. Lokasi pemakaian
Sistem jaringan tenaga listrik dimana transformator dipasang
merupakan faktor yang juga dipertimbangkan. Hal ini terutama
berkaitan dengan kemungkinan gangguan yang terjadi pada
transformator. Pada daerah-daerah tertentu dimana sering turun hujan

20
yang disertai dengan sambaran petir perlu dilengkapi dengan piranti
pengaman pengalih surja/penangkal petir (arrester). Disamping itu
pemakaian pengaman transformator di daerah pedesaan tidak
selengkap pemakaian transformator di perkotaan, karena di perkotaan
jaringan listriknya sudah demikian luas dan kompleks sehinggan
memerlukan selektivitas yang lebih tinggi.
5. Prioritas pelayanan
Untuk transformator yang melayani lokasi-lokasi strategis dan
vital, misalnya rumah sakit, gedung-gedung negara dan sebagainya,
diperlukan sistem pengaman yang sangat andal sehingga
kemungkinan pemadamannya sangat kecil.
2.4 Gangguan Pada Transformator
1. Gangguan Dalam
Gangguan dalam (internal faults) adalah gangguan yang disebabkan
karena adanya gangguan yang terjadi di dalam transformator, gangguan itu
antara lain:
 Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal yang dapat
disebabkan oleh:
1. Cara penyambungan konduktor yang tidak baik
2. Kontak-kontak listrik yang tidak baik
3. Kerusakan isolasi antara inti baut
 Gangguan pada sistem pendingin

Sebagaimana diketahui, banyak transformator daya mempergunakan


minyak transformator sebagai isolasi yang sekaligus merupakan bahan
pendingin. Suatu kenyataan adalah bahwa terjadinya suatu gangguan
atau kerusakan di dalam transformator, maka dalam minyak itu akan
terbentuk sejumlah gas.
 Gangguan hubung singkat
Pada umumnya gangguan ini dapat dideteksi karena akan selalu timbul
arus maupun tegangan yang tidak normal/tidak seimbang. Jenis
gangguan ini antara lain, hubung singkat antar belitan, yaitu:
1. Hubung singkat antara kumparan dengan tanah
2. Hubung singkat dua fasa
3. Kerusakan pada isolator transformator
2. Gangguan Luar

21
Jenis gangguan luar (external faults) ini dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
 Hubung singkat luar
Hubung singkat jenis ini terjadi di luar transformator daya, misalnya:
hubung singkat di bus, hubung singkat di feeder dan gangguan hubung
singkat di sistem yang merupakan sumber bagi transformator daya
tersebut. Gangguan ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang
sangat besar, mencapai beberapa ratus kali arus nominalnya.

 Beban lebih (overload)


Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada beban
nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar 100 %,
transformator daya akan mendapat pemanasan lebih. Kondisi ini
memungkinkan tidak segera menimbulkan kerusakan pada
transformator daya, tetapi apabila berlangsung secara terus-menerus
akan mengakibatkan umur isolasi bertambah pendek.
 Keadaan beban lebih berbeda dengan keadaan arus lebih. Pada beban
lebih, besar arushanya kira-kira 10 % di atas nominal dan dapat
diputuskan setelah berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan
pada arus lebih, besar arus mencapai beberapa kali arus nominal dan
harus secepat mungkin diputuskan.
Adapun tujuan dari pemasangan proteksi pada trafo daya yaitu:
 Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/
ketidak normalan yang terjadi pada transformator atau gangguan
pada bay transformator.
 Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang
dapat membahayakan peralatan atau sistem.
 Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang
mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga
kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan
dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem
lainnya tetap dapat beroperasi.
 Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
 Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik
kepada konsumen.
22
 Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan ole
listrik.

BAB III

23
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi pada bagian yang


memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama proteksi adalah
untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan yang telah terjadi
dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan
mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa syarat relay
proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif, selektif, handal, cepat, lebih
ekonomis, sederhana.
Adapaun jenis-jenis dari proteksi ini diantaranya:

1. Relai Buchollz
2. Relai Jansen
3. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)
4. Relay HV/ LV Winding Temperature
5. Relai Arus Lebih (Over Current Relay)
6. Relai Tangki Tanah
7. Restricted Earth Fault (REF)
8. Relai Diferensial (Differential Relay)
9. Arester
10. FCO
11. NH Fuse

Prinsip kerja rele proteksi yang digunakan adalah jika rele tersebut mendeteksi
gangguan baik berupa gas, suhu, tekanan, dan arus gangguan hubung singkat, terlebih
dahulu diawali dengan bunyi alarm atau lampu indikator menyala sebelum rele tersebut
bekerja, kemudian memerintahkan PMT untuk trip.
3.2 Saran
Adapun saran dari kami yaitu :
1. Dalam mempelajari system proteksi pada transformator ini sekiranya,
mahasiswa diberikan pengenalan ke lapangan agar memahami materi ini.
2. Dalam pembelajaran, mengingat ini merupakan kelas online agar pemahman
isswa bertambah diberikan materi mengenai keadaan di lapangan yang real.

DAFTAR PUSTAKA
24
Supriyadi, Edy. (1999). “Sistem Pengaman Tenaga Listrik”. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.

Relay Proteksi Pada Transformator, Oleh Alief Rahman. Diambil Pada tanggal
4 Mei 2014 dari http://rakhman.net/2013/09/relay-proteksi-pada-
transformator.html

Arester, Oleh Rafiq Saimuri. Diambil Pada Tanggal 4 Mei 2014


dari http://rangpisang.wordpress.com/2011/10/31/arrester/

Sistem Proteksi Pada Transformator, Oleh Rinaldi Aldi. Diambil Pada Tanggal
28 April 2014 dari http://tekniklistrikumum.blogspot.com/2013/11/sistem-
proteksi- pada-transformator.html

SOAL:

25
1. Fungsi transformator pada gardu distribusi adalah…
a. Menaikan dan menurunkan tegangan.
b. Menaikan tegangan.
c. Menurunkan tegangan
d. A,b,c benar
2. Relai yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengamankan gangguan di dalam
transformator yang menimbulkan gas…
a. Relai Jansen
b. Relai Suhu
c. Relai Arus Lebih
d. Semua Salah
3. NH fuse dengan size 1 cocok digunakan peralatan yang memiliki rating amper…
a. 16 Ampere s/d 160 Ampere
b. 35 Ampere s/d 160 Ampere
c. 50 Ampere s/d 250 Ampere
d. 250 Ampere s/d 400 Ampere
4. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan pada sistem
tap changer adalah…
a. Relai Jansen
b. Relai Suhu
c. Relai Arus Lebih
d. Semua Salah.
5. Tujuan dari pemasangan proteksi pada trafo daya yaitu…
a. Mencegah kerusakan transformator
b. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal
c. Memberikan pelayanan keandalan
d. Semua benar

26

Anda mungkin juga menyukai