Trafo Distribusi
Trafo Distribusi
Oleh :
Wayan Mahendra Pratama (1815333006)
Ni Made Vina Restu Wahyuni (1815333008)
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia
Beliaulah Makalah Teknologi Komunikasi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi baik
secara teknis maupun non teknis dalam penulisan makalah ini, yaitu kepada:
1. Bapak Ir. I Wayan Raka Ardana, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
2. Bapak I Ketut Ta, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro
3. Bapak I Ketut Parti, S.T., M.T., selaku Kepala Workshop Elektronika
4. Bapak I GK Abasana, selaku dosen pengampu matakuliah Jaringan Tegangan
Rendah dan Metodologi.
5. Orang Tua, Saudara dan Keluarga Penulis
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga
kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah dapat menjadi sarana informasi dan evaluasi dalam pembelajaran teknologi
komunikasi masa kini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB 1 PEBDAHULUAN...............................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB 2 ISI........................................................................................................................................3
2.1 Proteksi......................................................................................................................................3
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
3
Zaman modern ini, kebutuhan semakin meningkat terutama di bidang
elektronika. Kebanyakan kegiatan telah dibantu dan didukung dengan adanya alat-alat
elektronik. Untuk mengoperasikan alat-alat tersebut membutuhkan sumber energi
yaitu listrik. Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus
memenuhi aspek andal, aman dan ramah lingkungan. Keandalan sistem tenaga listrik
ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi listrik yang memenuhi ketentuan dan
persyaratan yang berlaku. Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem
pengaman (protection system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan
kebutuhan sistem yang ada. Proteksi sistem tenaga listrik merupakan perlindungan
atau pengaman pemabangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyalur (transmisi),
pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
Dalam penyaluran listrik tersebut dibutuhkan suatu alat yaitu transformator.
Transformator merupakan suatu perangkat listrik yang berfungsi untuk memindahkan
daya dari sisi rangkaian primer ke sisi sekunder dengan frekuensi yang sama. Dengan
mengatur tegangan dan arus pada transformator, akan diperoleh suatu tegangan dan
arus sistem sesuai yang direncanakan.
Pada umumnya transformator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
transformator ukur dan transformator daya. Transformator ukur masih dapat
dibedakan lagi menjadi dua, yaitu transformator arus dan transformator tegangan.
Transformator ukur terutama berfungsi untuk menurunkan arus atau tegangan,
yang mana besaran arus atau tegangan tersebut digunakan sebagai besaran masukan,
misalnya untuk masukan relai-relai pengaman atau untuk pengukuran besaran yang
mempunyai kapasitas tinggi (KV,KA).
Transformator daya merupakan transformator dengan kapasitas pemindahan
daya yang besar, misalnya transformator daya pada saluran distribusi dengan rating
150KV/20KV, 20MVA. Pada sistem tenaga listrik, transformator daya bisa
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu transformator daya untuk sistem transmisi dan
transformator daya untuk saluran distribusi.
Transformator adalah unsur utama dan merupakan mata rantai terpenting
dalam penyaluran dan distribusi tenaga listrik. Seiring dengan semakin meningkatnya
permintaan energi listik maka keperluan akan transformator dengan sendirinya
meningkat mengikuti bertambah besarnya daya listrik yang dibangkitkan. Oleh
karena transformator merupakan unsur utama dari sistem penyaluran dan distribusi
energi listrik dan merupakan peralatan yang paling mahal harganya, maka sistem
4
proteksi atau pengamanan terhadap sebuah transformator baik terhadap gangguan-
gangguan yang terjadi dari dalam transformator itu sendiri maupun dari luar
transformator tersebut sangat perlu diperhatikan. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai system proteksi pada transformator
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui transformator secara umum.
2. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan proteksi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis pengaman pada trasformator
4. Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur yang digunakan untuk
mempertimbangkan proteksi yang digunakan pada transformator?
5. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis gangguan yang dapat terjadi pada
transformator
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Transformator
5
Transformator adalah suatu alat listrik statis yang dipergunakan untuk
mengubah tegangan bolak-balik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan digunakan
untuk memindahkan energi dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian lainnya tanpa
merubah frekuensi. Transformator disebut peralatan statis karena tidak ada bagian
yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau generator. Dalam bentuknya
yang paling sederhana, transformator terdiri atas dua kumparan dan satu induktansi
mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder.
Kumparan primer adalah kumparan yang menerima daya dan dinyatakan
sebagai terminal masukan dan kumparan sekunder adalah kumparan yang melepas daya
dan dinyatakan sebagai terminal keluaran. Kedua kumparan dibelit pada suatu inti yang
terdiri atas material magnetik berlaminasi. Secara sederhana transformator dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu lilitan primer, lilitan sekunder dan inti besi.
Lilitan primer merupakan bagian transformator yang terhubung dengan
sumber energi (catu daya). Lilitan sekunder merupakan bagian transformator yang
terhubung dengan rangkaian beban. Sedangkan inti besi merupakan bagian
transformator yang bertujuan untuk mengarahkan keseluruhan fluks magnet yang
dihasilkan oleh lilitan primer agar masuk ke lilitan sekunder.
Adapun prinsip kerja pada transformator terdiri dari dua gulungan kawat yang
terpisah satu sama lain, yang dibelitkan pada inti yang sama. Daya listrik dipisahkan
dari kumparan primer ke kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnet
(fluks magnet) yang dibangkitkan oleh aliran listrik yang mengalir melalui kumparan
primer. Untuk dapat membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder, fluks
magnet yang dibangkitkan oleh kumparan primer harus berubah-ubah. Untuk
mengetahui hal ini, aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer haruslah
aliran listrik bolak-balik. Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC,
pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet
.
6
Gambar 2.1 Bagian–bagian transformator
Keterangan gambar :
U1 : tegangan primer
U2: tegangan sekunder
I1: arus primer
I2: arus sekunder
ep: GGL induksi pada kumparan primer
es: GGL induksi pada kumparan sekunder
Np: lilitan primer
Ns: lilitan sekunder
Φb: fluks magnet bersama
Z : beban
GGM bersama yang bolak-balik juga. Dengan adanya ggm ini, di sekitar
kumparan primer timbul fluks magnet bersama dan pada ujung-ujung kumparan
sekunder timbul gaya gerak listrik (ggl) induksi sekunder yang mungkin sama, lebih
tinggi, atau lebih rendah dari gaya gerak listrik primer. Hal ini tergantung pada
transformasi kumparan transformator. Jika kumparan sekunder dihubungkan kebeban,
maka pada kumparan sekunder timbul arus bolak-balik sekunder akibat adanya gaya
gerak listrik induksi sekunder. Hal ini mengakibatkan timbul gaya gerak magnet pada
kumparansekunder dan akibatnya pada beban timbul tegangan sekunder.
Pada sistem distribusi tenaga listrik menggunakan gardu distribusi portal yang
memiliki fungsi menurunkan tegangan 20 KV menjadi 220/380 V.
7
2.2 Proteksi
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau isolasi
pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama
proteksi adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan
yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi pengaruh-pengaruhnya,
8
biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-
bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian listrik
dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal dengan
kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu
sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu :
1. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan relai proteksi terhadap segala macam
gangguan dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah
perlindungannya. Sensitifitas suatu sistem proteksi ditentukan oleh nilai
terkecil dari besaran penggerak saat peralatan proteksi mulai beroperasi.
Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus
gangguan dalam daerah yang dilindunginya.
2. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem
yang harus diisolir apabila relai proteksi mendeteksi gangguan. Bagian
yang dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang
terganggu saja. Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi harus mampu
membedakan antara kondisi normal dan kondisi abnormal. Ataupun
membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam atau di luar
daerah proteksinya.
3. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan
stabilitas operasi.
4. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Sistem proteksi disebut tidak andal bila
gagal bekerja pada saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak
seharusnya bekerja.
5. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari
pertimbangan nilai ekonomisnya. Suatu relai proteksi yang digunakan
9
hendaknya ekonomis mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan
keandalannya.
Ada dua kategori proteksi yang dikenal yaitu proteksi utama (main protection)
dan proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama dalah pertahanan utama
dan akan membebaskan gangguan pada bagian yang akan diproteksi secepat mungkin.
Mengingat keandalan 100 % tidak hanya dari perlindungan tetapi juga dari trafo arus,
trafo tegangan dan pemutus rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan
perlindungan pembantu (auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi
pembantu bekerja bila relai utama gagal dan tidak hanya melindungi daerah
berikutnya dengan perlambatan waktu yang lebih lama dari pada relai utamanya
10
akan mengerjakan kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level
minyak transformator turun secara perlahan-lahan akibat dari suatu
kebocoran, maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila
penurunan minyak tersebut terus berlanjut, maka pelampung bawah akan
memberikan sinyal trip. Bila terjadi busur api yang besar, kerusakan
minyak akan terjadi dengan cepat dan timbul surja tekanan pada minyak
yang bergerak melalui pipa menuju ke relai Bucholz.
Pada dasarnya relai bucholz termasuk dalam kategori relai termis.
Relai ini digunakan untuk mendeteksi dan mengamankan transformator
terhadap gangguan didalam transformator yang menimbulkan gas. Gas
yang timbul ini diakibatkan oleh :
a) Hubung singkat pada kumparan
b) Busur listrik antar laminasi
c) Busur listrik akibat kontak yang kurang baik
2. Relai Suhu
11
Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)
3. Relai Hubung Tanah
Relai gangguan tanah terbatas atau Restricted Earth Fault (REF)
untuk mengamankan transformator bila ada gangguan satu fasa ketanah
didekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh rele diferensial.
4. Relay Jansen
Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang
berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban
maupun variasi tegangan pada sistem masukannya (input). Tap changer
umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat
kumparan, dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan
minyak tangki utama. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila
terjadi gangguan pada sistem tap changer, digunakan pengaman yang biasa
disebut rele jansen (buchholtnya tap changer). Rele jansen dipasang antara
tangki tap changer dengan konservator minyak tap changer.
12
b. Rele jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi
akibat flash over antar bagian bertegangan atau bagian bertegangan
dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan
eksternal.
c. Prinsipnya ada aliran minyak yang deras, ada tekanan minyak
sehingga ada minyak mengalir ke konservator, goncangan minyak
yang cukup besar, dan semua itu menyebabkan katup akan berayun
dan megerjakan kontak triping, akhirnya melepas gangguan.
6. Relai Diferensial
14
Relai tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relai buchollz
yaitu mengamankan transformator dari gangguan internal. Bedanya relai ini
hanya
bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh
hubung singkat.
Tipe Membran
Plat tipis yag didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila
menerima tekanan melebihi disainnya. Membran ini hanya sekali
pakai sehingga bila pecah harus diganti baru.
Pressure Relief Valve
Suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain
sedemikian rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam
transformator melebihi tekanan pegas maka akan membuka dan
membuang tekanan keluar bersama-sama sebagian minyak. Katup
akan menutup kembali apabila tekanan didalam transformator turun
atau lebih kecil dari tekanan pegas.
15
9. Arrester
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung
terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga
listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah.
Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan
system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja
arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Ia berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh
kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan.
Selain melindungi perlatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang
diakibatkan oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu
arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system
tenagan listrik. Bila surja dating ke gardu induk arrester bekerja
melepaskan muatan listrik serta mengurangi tegangan abnormal yang akan
mengenai peralatan dalam gardu induk.
10. Fuse Cut Out(FCO)
16
Ketika terjadi gangguan arus lebih maka fuse link pada tabung fuse
akan meleleh dan terputus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas,
dan menggantung di udara, sehingga aliran arus ke sistem terputus.
Untuk memutuskan arus gangguan, di dalam fuse terjadi 2 proses :
Proses melelehnya fuse link
Proses pemadaman busur api listrik.
Karena itu daerah operasi fuse dibatasi oleh :
- Batas bawah berdasarkan waktu minimum mulai melelehnya
fuse link dari sejak terjadi arus lebih (minimum melting time)
- Batas atas ditentukan oleh total waktu maksimum yang
dibutuhkan untuk memadamkan busur api listrik dan
memutuskan gangguan (total clearing time).
17
Ukuran Size Pilihan Rating Ampere
18
Berikut ini adalah bagan satu garis transformator.
19
atau selengkap seperti pada transformator distribusi primer. Biasanya
pada transformator distribusi sekunder cukup diamankan dengan
sekring cutout dan arrester atau surge diverter saja. Namun untuk
transformator distribusi primer dan saluran transmisi harus
dilengkapi dengan relai-relai pengaman.
2. Ukuran transformator
Rating atau kemampuan transformator merupakan dasar
pertimbangan yang penting dalam perencanaan sistem pengaman.
Ukuran transformator biasanya diberikan dalam besaran rating
tegangan dan daya, misalnya 15KV/150KV dengan daya 100 MVA.
Pertimbangan dari segi teknis, misalnya panas dan arus gangguan
hubung singkat yang timbul pada transformator. Gangguan itu bisa
merupakan hubung singkat antara kumparan maupun kumparan
dengan tangki atau penghantar dengan bodi. Hubung singkat tersebut
tergantung juga pada rating transformator, baik tegangan, daya maupun
reaktansi-reaktansinya. Dilihat dari segi ekonomis, biaya relai-relai
pengaman tidaklah murah. Oleh karena itu, biaya pengaman harus
sebanding dengan kapasitas transformator yang diamankan.
3. Jenis pendinginan
Ada beberapa jenis pendinginan yang digunakan pada
transformator tenaga, antara lain pendingin dengan kipas untuk minyak
bersirkulasi secara alamiah atau secara paksa, pendinginan dengan air
dan sejenisnya. Sistem pendinginan berfungsi untuk menjaga agar suhu
transformator, baik minyak transformator maupun kumparan dapat
dikendalikan pada suatu nilai tertentu. Panas yang berlebihan pada
transformator akan merusak isolasi kumparan dan bisa mengakibatkan
hubung singkat. Sistem pendingin yang digunakan pada transformator
erat kaitannya dengan pemakaian relai-relai suhu.
4. Lokasi pemakaian
Sistem jaringan tenaga listrik dimana transformator dipasang
merupakan faktor yang juga dipertimbangkan. Hal ini terutama
berkaitan dengan kemungkinan gangguan yang terjadi pada
transformator. Pada daerah-daerah tertentu dimana sering turun hujan
20
yang disertai dengan sambaran petir perlu dilengkapi dengan piranti
pengaman pengalih surja/penangkal petir (arrester). Disamping itu
pemakaian pengaman transformator di daerah pedesaan tidak
selengkap pemakaian transformator di perkotaan, karena di perkotaan
jaringan listriknya sudah demikian luas dan kompleks sehinggan
memerlukan selektivitas yang lebih tinggi.
5. Prioritas pelayanan
Untuk transformator yang melayani lokasi-lokasi strategis dan
vital, misalnya rumah sakit, gedung-gedung negara dan sebagainya,
diperlukan sistem pengaman yang sangat andal sehingga
kemungkinan pemadamannya sangat kecil.
2.4 Gangguan Pada Transformator
1. Gangguan Dalam
Gangguan dalam (internal faults) adalah gangguan yang disebabkan
karena adanya gangguan yang terjadi di dalam transformator, gangguan itu
antara lain:
Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal yang dapat
disebabkan oleh:
1. Cara penyambungan konduktor yang tidak baik
2. Kontak-kontak listrik yang tidak baik
3. Kerusakan isolasi antara inti baut
Gangguan pada sistem pendingin
21
Jenis gangguan luar (external faults) ini dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
Hubung singkat luar
Hubung singkat jenis ini terjadi di luar transformator daya, misalnya:
hubung singkat di bus, hubung singkat di feeder dan gangguan hubung
singkat di sistem yang merupakan sumber bagi transformator daya
tersebut. Gangguan ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang
sangat besar, mencapai beberapa ratus kali arus nominalnya.
BAB III
23
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Relai Buchollz
2. Relai Jansen
3. Relai Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)
4. Relay HV/ LV Winding Temperature
5. Relai Arus Lebih (Over Current Relay)
6. Relai Tangki Tanah
7. Restricted Earth Fault (REF)
8. Relai Diferensial (Differential Relay)
9. Arester
10. FCO
11. NH Fuse
Prinsip kerja rele proteksi yang digunakan adalah jika rele tersebut mendeteksi
gangguan baik berupa gas, suhu, tekanan, dan arus gangguan hubung singkat, terlebih
dahulu diawali dengan bunyi alarm atau lampu indikator menyala sebelum rele tersebut
bekerja, kemudian memerintahkan PMT untuk trip.
3.2 Saran
Adapun saran dari kami yaitu :
1. Dalam mempelajari system proteksi pada transformator ini sekiranya,
mahasiswa diberikan pengenalan ke lapangan agar memahami materi ini.
2. Dalam pembelajaran, mengingat ini merupakan kelas online agar pemahman
isswa bertambah diberikan materi mengenai keadaan di lapangan yang real.
DAFTAR PUSTAKA
24
Supriyadi, Edy. (1999). “Sistem Pengaman Tenaga Listrik”. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Relay Proteksi Pada Transformator, Oleh Alief Rahman. Diambil Pada tanggal
4 Mei 2014 dari http://rakhman.net/2013/09/relay-proteksi-pada-
transformator.html
Sistem Proteksi Pada Transformator, Oleh Rinaldi Aldi. Diambil Pada Tanggal
28 April 2014 dari http://tekniklistrikumum.blogspot.com/2013/11/sistem-
proteksi- pada-transformator.html
SOAL:
25
1. Fungsi transformator pada gardu distribusi adalah…
a. Menaikan dan menurunkan tegangan.
b. Menaikan tegangan.
c. Menurunkan tegangan
d. A,b,c benar
2. Relai yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengamankan gangguan di dalam
transformator yang menimbulkan gas…
a. Relai Jansen
b. Relai Suhu
c. Relai Arus Lebih
d. Semua Salah
3. NH fuse dengan size 1 cocok digunakan peralatan yang memiliki rating amper…
a. 16 Ampere s/d 160 Ampere
b. 35 Ampere s/d 160 Ampere
c. 50 Ampere s/d 250 Ampere
d. 250 Ampere s/d 400 Ampere
4. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan pada sistem
tap changer adalah…
a. Relai Jansen
b. Relai Suhu
c. Relai Arus Lebih
d. Semua Salah.
5. Tujuan dari pemasangan proteksi pada trafo daya yaitu…
a. Mencegah kerusakan transformator
b. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal
c. Memberikan pelayanan keandalan
d. Semua benar
26