Anda di halaman 1dari 16

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Dosen : Rahmania Ambarika, S.Kep.Ns., M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


VENTRIKEL FIBRILARIS
KEPERAWATAN KRITIS

Disusun oleh:
ZAIRANA ANGGITA DEWI 1711B007

Fakultas Keperawatan
Prodi Ilmu Keperawatan
Institut Ilmu Kesetan STRADA Indonesia
KEDIRI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Keadaan paling serius dari semua aritmia jantung adalah (VF), yang bila
tidak dihentikan dalam waktu 1 sampai 3 menit, akan menimbulkan keadaan yang
fatal. Kematian mendadak terjadi 300.000 per tahun di Amerika Serikat, dimana
75-80% disebabkan oleh VF. Jumlah kematian yang disebabkan oleh VF lebih
banyak dibandingkan dengan kanker dan AIDS. Sekitar 50% kejadian VF
disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan pria lebih tinggi dibandingkan
wanita dengan rasio 3:1, yang terjadi pada usia 45-75 tahun. Fibrilasi ventrikel
merupakan keadaan terminal dari aritmia ventrikel dimana ventrikel mengalami
depolarisasi secara kacau dan cepat, sehingga ventrikel tidak berkontraksi sebagai
satu unit, tetapi bergetar secara inefektif, yang ditandai dengan gelombang P,
segmen ST yang tidak beraturan dan sulit dikenali (disorganized), bahkan tanpa
kompleks QRS, dan menjadi penyebab utama kematian mendadak. Mekanisme
tersebut menyebabkan hilangnya curah jantung, tekanan darah tidak terukur, dan
cardiac arrest. Penyebab utama VF adalah infark miokard akut, blok AV total
dengan respon ventrikel sangat lambat, gangguan elektrolit (hipokalemia dah
hiperkalemia), asidosis berat, dan hipoksia. Fibrilasi ventrikel terjadi sekitar 2-8%
pada fase akut infark miokard. Fibrilasi ventrikel kasar (coarse ventricular
fibrillation) menunjukkan aritmia yang baru terjadi dan lebih besar peluangnya
untuk determinasi dengan defibrilasi, sedangkan fibrilasi ventrikel halus (fine
ventricular fibrillation) sulit dideterminasi dan memerlukan obat-obatan
(adrenalin) sebelum dilakukan kardioversi, juga sulit dibedakan dengan asistol.
Penanganan VF harus cepat dengan protokol resusitasi kardiopulmonal yang baku
dan defibrilasi. Selama tidak ada irama jantung yang efektif (pulsasi pembuluh
nadi besar tidak teraba) harus terus dilakukan resusitasi jantung paru, sambil
mengulangi kardioversi dengan pemberian unsynchronized DC shock mulai 200
Joules sampai 360 Joules, dan obat-obatan seperti adrenalin, amiodaron, dan
magnesium sulfat. 2
1.2 Rumus Masalah
1. Apa yang dimaksud ventrikel fibrilasi ?
2. Apa saja Etilogi tentang ventrikel fibrilasi ?
3. Apa saja manifestasi klinis tentang ventrikel fibrilasi?
4. Apa saja patofisiologi tentang ventrikel fibrilasi?
5. Apa saja Pemeriksaan Penunjang tentang ventrikel fibrilasi?
6. Apa saja Diagnosis tentang Ventrikel Fibrilasi ?
7. Apa saja Penanganan tentang Ventrikel Fibrilasi ?
8. Apa saja penatalaksanaan tentang Ventrikel Fibrilasi ?
9. Apa saja Komplikasi tentang Ventrikel Fibrilasi ?
10. Apa saja Pencegahan Ventrikel Fibrilasi ?
11. Apa saja Konsep Asuhan Keperawatan tentang Ventrikel Fibrilasi ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan
keperawatan ventrikel fibrilasi
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Ventrikel Fibrilasi
2. Untuk mengetahui Etiologi tentang Ventrikel Fibrilasi
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis tentang Ventrikel Fibrilasi.
4. Untuk mengetahui patofisiologi tentang Ventrikel Fibrilasi.
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang
6. Untuk mengetahui Diagnosis tentang Ventrikel Fibrilasi
7. Untuk mengetahui Penanganan tentang Ventrikel Fibrilasi
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan tentang Ventrikel Fibrilasi.
9. Untuk mengetahui Komplikasi tentang Ventrikel Fibrilasi.
10. Untuk mengetahui Pencegahan Ventrikel Fibrilasi
11. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan tentang
Ventrikel Fibrilasi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fibrilasi ventrikel (VF)
Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering ditemui di
klinik dan memiliki dampak kesehatan yang besar. Oleh karena itu dibuat
pedoman tatalaksana FA yang komprehensif meliputi patomekanisme, klasifikasi,
tatalaksana antikoagulan untuk pencegahan stroke, kendali laju dan kendali irama
agar menjamin manfaat terbaik bagi pasien. Pedoman ini disajikan dengan
memperhitungkan berbagai tingkat layanan kesehatan mulai dari primer hingga
tersier.
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif.
Pada aritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada
respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan aritmia tipe
lainnya. Karena tidak ada koordinasi aktivitas jantung, maka dapat terjadi henti
jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi.
Fibrilasi ventrikel jantung merupakan penyebab utama dari berhenti
berdetaknya otot jantung. Fibrilasi jantung terjadi jika terdapat potensial aksi yang
menjalar pada otot jantung tanpa terkendali atau menjadi liar. Hal ini bisa
disebabkan karena sengatan listrik yang mendadak dan ischemia (kurangnya
suplai darah pada satu bagian, biasanya disebabkan karena penghambatan
fungsional atau penyumbatan pembuluh darah) pada otot jantung.
2.2 Etiologi ventrikel fibrilasi
Fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan infark miokard,
manipulasi kateter pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik,
pemanjangan interval QT, atau sebagai irama akhir pada pasien dengan kegagalan
sirkulasi, atau pada kejadian takikardi ventrikel yang memburuk.
Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain :
a. Gangguan jantung struktural
1. Iskemik atau infark miokard akibat penyakit jantung koroner( serangan
jantung)
2. Kardiomiopati.
3. penyakit jantung bawaan
b. Gangguan jantung nonstruktural
1. Mekanik (commotio cordis)
2. Luka atau sengatan listrik
3. Pre-eksitasi (termasuk Wolf-Parkinson-White syndrome)
4. Heart block
5. Channelopathies
6. Long QT syndrome
7. Short QT syndrome
8. Brugada syndrome
c. Noncardiac respiratory
1. Bronchospasm
2. Aspirasi
3. Hipertensi pulmonal primer
4. Emboli pulmonal
5. Tension pneumotoraks
6. Metabolik atau toksik
d. Gangguan elektrolit dan asidosis
1. gangguan keseimbangan elektrolit tubuh (hipokalemia dan
hiperkalemia) 2. Obat-obatan seperti penyalahgunaan NAPZA jenis
kokain atau metamfetamin
3. Keracunan
4. Sepsis
e. gangguan neurologic
1. Kejang
2. Perdarahan intrakranial atau strok iskemik
3. Tenggelam
2.3 Tanda dan Gejala ventrikel fibrilasi
Gejala utama yang timbul adalah
a. penurunan kesadaran
b. penderita juga akan mengalami henti nafas Namun sebelum
menimbulkan gejala diatas sebelum nya akan muncul gejala berikut :
a) Mual
b) Pusing
c) Nyeri dada
d) Jantung berdebar
e) Kongesti vaskular dan pulmonal
f) Dispnea
g) Ortopnea
h) Paroksismal nocturnal dispnea
i) Batuk iritasi
j) Edema pulmonal akut
k) Penurunan curah jantung
l) Peningkatan berat badan
m) Pernapasan Cheyne-Stokes
Dari anamnesis lebih lanjut, harus dicari apakah pasien baru saja
menderita infark miokard, penyakit jantung, atau menggunakan obat-obat jantung
Dari pemeriksaan fisik, pasien dengan penurunan kesadaran. Pemeriksaan arteri
perifer tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur. Auskultasi pada jantung,
bunyi jantung tidak terdengar. Pasien juga tidak bernapas.

2.4 Patofisiologi ventrikel fibrilasi


Fibrilasi ventrikel terjadi akibat impuls pada otot jantung timbul diluar
kendali. Impuls tersebut akan merangsang salah satu bagian otot ventrikel dan
juga bagian lain, kemudian yang lain lagi, dan akhirnya kembali ke tempat semula
dan merangsang kembali otot ventrikel yang sama berulang-ulang kali, dan tidak
pernah berhenti, sehingga tidak terjadi kontraksi otot yang terkoordinasi pada otot
ventrikel yang diperlukan untuk siklus pompa jantung. Walaupun terdapat aliran
sinyal-sinyal perangsangan yang sangat banyak diseluruh ventrikel, ruangan di
dalam ventrikel tidak membesar, tidak juga berkontraksi tetapi tetap 6 betahan
pada tahap kontraksi parsial yang tidak dapat ditentukan, juga tidak memompa
darah dalam jumlah yang berarti. Oleh karena itu, pada saat fibrilasi tersebut
dimulai, akan terjadi kehilangan kesadaran dalam waktu 4 sampai 5 menit, akibat
tidak ada aliran darah ke otak dan terjadi kematian jaringan di seluruh tubuh yang
berlangsung selama beberapa menit.
Bila impuls jantung yang normal, pada jantung yang normal telah berjalan
ke seluruh ventrikel, impuls tersebut tidak mempunyai tempat lain untuk dituju
lagi karena semua otot ventrikel dalam keadaan refrakter dan tidak dapat
mengantarkan impuls lebih jauh lagi, oleh karena itu impuls akan berhenti dan
jantung menunggu potensial aksi yang baru untuk merangsang nodus sinus atrium
kembali. Pada keadaan fibrilasi ventrikel, keadaan normal ini tidak terjadi yang
diakibatkan oleh fenomena masuk-kembali atau Re-entry sehingga menyebabkan
gerakan berputar.
2.4.1 Fenomena Re-entry dan Gerakan Berputar
Beberapa potongan otot jantung berbentuk lingkaran dimana potongan
tersebut dirangsang pada posisi jam 12, sehingga impuls akan berjalan hanya
dalam satu arah saja. Impuls akan menyebar dengan cepat di sekeliling lingkaran
tersebut sampai impuls kembali pada posisi jam 12. Bila serabut-serabut otot yang
benar-benar dirangsang masih dalam keadaan refrkter, impuls akan berhenti
karena otot yang refrakter tidak dapat menghantarkan impuls yang kedua, tetapi
terdapat 3 keadaan berbeda yang dapat menyebabkan impuls terus berjalan di
sekeliling lingkaran tersebut untuk menyebabkan impuls masuk-kembali atau Re-
entry ke dalam otot yang dirangsang dan menghasilkan “gerakan berputar”, yaitu:
a. bila jalur di sekeliling lingkaran itu sangat panjang, pada saat impuls kembali
pada posisi jam 12, otot yang sebenarnya sudah terangsang tidak lagi berada
dalam keadaan refrakter dan impuls akan terus mengelilingi lingkaran tersebut
b. bila panjang jalur tetap konstan tetapi kecepatan konduksi cukup menurun, akan
terjadi perpanjangan selang waktu yang harus dilewati sebelum impuls dapat
kembali ke posisi jam 12. Pada saat ini, otot yang sebenarnya sudah terangsang
mungkin telah keluar dari keadaan refrakter, dan impuls akan terus mengelilingi
lingkaran tersebut berulang kali.
c. periode refrakter otot bisa menjadi sangat memendek. Pada keadaan ini impuls
juga aan mengelilingi lingkaran tersebut.

2.4.2 Semua keadaan ini dapat disebabkan oleh :


a. Jalur yang panjang yang biasanya terjadi pada jantung yang berdilatasi
b. Penurunan kecepatan konduksi akibat blok pada sistem purkinje,
iskemik otot jantung, hyperkalemia
c. Periode refrakter yang memendek biasanya tejadi sebagai respon
terhadap berbagai obat, seperti epinefrin atau setelah sengatan listrik yang
berulang

2.5 Pemeriksaan Penunjang ventrikel fibrilasi Ventrikel fibrilasi (VF)


merupakan kondisi darurat yang harus dideteksi secara cepat melalui
pemeriksaan denyut nadi dan pemeriksaan rekam jantung. Denyut nadi penderita
ventrikel fibrilasi tidak akan teraba, dan pada hasil pemeriksaan rekam jantung
akan tampak gelombang listrik yang tidak normal
a. EKG Hasil rekaman elektrokardiografik yang kontinyu umumnya
memperlihatkan perubahan pada aktivitas elektrik jantung dalam waktu beberapa
menit atau jam sebelum kejadian. Pada kejadian ini terdapat kecenderungan
peningkatan frekuensi denyut jantung dari kontraksi premature ventrikel dengan
derajat lanjut (Isselbacher, 1999). Gambaran EKG menunjukkan
1. Komplek QRS yang tidak dapat ditentukan. Tidak ada gelombang P,
QRS, atau T yang dapat dikenali. Gelombang pada garis dasar terjadi
antara 150- 500 kali/menit
2. Irama : tidak dapat ditentukan
3. Amplitudo : diukur dari puncak ke palung. Amplitudo biasanya
digunakan secara subjektif untuk menggambarkan VF sebagai halus
(puncak ke palung 2-5 mm), medium atau sedang (5 sampai < 10 mm),
kasar (10 sampai < 15 mm), atau sangat kasar (> 15 mm).

Pemeriksaan tambahan akan dilakukan setelah kondisi ventrikel fibrilasi teratasi,


dengan tujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya VF. Pemeriksan tersebut
antara lain:
a. Tes darah, untuk memeriksa jumlah enzim jantung yang berlebih di
dalam darah akibat serangan jantung.
b. Rontgen dada, untuk mendapatkan gambaran ukuran jantung dan
kondisi paru-paru.
c. Ekokardiografi, untuk mendapatkan gambaran jantung melalui
gelombang suara.
d. Kateterisasi jantung, untuk mengetahui jika terdapat sumbatan pada
pembuluh darah jantung (koroner), dengan cara menyuntikkan zat
pewarna khusus melalui selang kateter yang dimasukkan dari pembuluh
darah di tungkai menuju jantung. Gambaran pembuluh darah akan
ditangkap melalui foto Rontgen.
e. CT scan atau MRI, untuk memeriksa jika terdapat gangguan lain pada
jantung melalui gambaran jantung yang lebih jelas lagi.
2.6 Diagnosis ventrikel fibrilasi Fibrilasi
ventrikel merupakan keadaan terminal dari aritmia ventrikel yang ditandai
oleh kompleks QRS, gelombang P, dan segmen ST yang tidak beraturan dan sulit
dikenali (disorganized) yang merupakan penyebab utama kematian
mendadak.Fibrilasi ventrikel akan menyebabkan tidak adanya curah jantung
sehingga pasien dapat pingsan dan mengalami henti napas dalam hitungan detik.
Fibrilasi ventrikel ditandai dengan gelombang fibrilasi yang sangat cepat dan
kacau dan tanpa kompleks QRS.
Fibrilasi ventrikel terbagi menjadi 2 jenis yaitu VF kasar (coarse VF) dan
VF halus (fine VF). Coarse VF menunjukkan aritmia ini baru terjadi dan lebih
besar peluangnya untuk diterminasi dengan defibrilasi, sedangkan Fine VF sulit
dibedakan dengan asistol dan biasanya sulit dideterminasi
2.7 Penatalaksanaan ventrikel fibrilasi
Fibrilasi ventrikel merupakan aritmia yang mengancam kehidupan yang
mengakibatkan jantung berkontraksi secara kacau dan tidak terorganisir, sehingga
kehilangan curah jantung, dan menyebabkan kematian. Kematian terjadi dalam
hitungan menit kecuali dilakukan penanganan resusitasi kardiopulmonal (CPR)
dan kardioversi dengan defibrilasi. Algoritma tatalaksana henti jantungg dapat
dilihat pada diagram di bawah ini, yang dapat disebabkan oleh 4 tipe gangguan
irama jantung, yaitu: 10
a. Ventricular fibrilasi (VF)
b. Ventricular tatikardia (VT)
c. Pulseless electric activity (PEA)
d. Asistole
Fibrilasi ventrikel menandakan aktivitas elektrik yang tidak terorganisir,
sedangkan takikardia ventrikel menunjukkan aktivitas elektrik yang terorganisir
pada miokard ventrikel, tetapi pada VF ataupun VT tidak akan menghasilkan
cardiac output yang signifikan. Pasien dengan keadaan henti jantung,
membutuhkan penanganan Basic Life Support (BLS) serta Advanced Cardiac
Live Support (ACLS) dengan integrasi postcardiac arrest care. Dasar dari
keberhasilan ACLS adalah kualitas Cardiopulmonary Resucitation (CPR) yang
baik dan pada VF maupun VT dibutuhkan defibrilasi segera pada menit-menit
awal setelah pasien serangan. Terapi post henti jantung (ROSC) seperti terapi
hipotermia dan PCI segera, juga meningkatkan survival rate pasien. Penangan
henti jantung pada fibrilasi ventrikel sebagai berikut:
1. Aktifkan emergency response system
2. Mulai lakukan resuitasi jantung paru (RJP) dan berikan oksigen
3. Pastikan pasien benar-benar mengalami fibrilasi ventrikel sesegera
mungkin (dapat menggunakan Automated External Defribrilator/AED)
4. Lakukan defibrilasi sekali, 200 joule pada dewasa untuk gelombang
bifasik dan 360 joule untuk gelombang monofasik. Pada anak-anak
diberikan 2 joule/kgBB 5. Lanjutkan RJP segera tanpa memeriksa nadi,
lakukan selama 5 siklus. Satu siklus RJP adalah 30 kompresi dan 2
pernapasan. Lima siklus RJP setidaknya hanya memakan waktu 2 menit
(dengan kompresi 100 kali per menit). Jangan memeriksan nadi terlebih
dahulu sevelum
5 siklus RJP terselesaikan.
6. Saat melakukan RJP, minimalisasi interupsi saat melakukan al-hal di
bawah ini: mencari akses intravena melakukan intubasi endotrakeal setelah
diintubasi, lanjutkan RJP dengan 100 kompresi per menit tanpa henti serta
lakukan respirasi buatan sebanyak 8-10 kali napas per menit.
7. Periksa nadi setelah 2 menit melakukan RJP
8. Ulangi defibrilasi satu kali apabila masih terdapat fibrilasi ventrikel
atau belum dirasakan denyut nadi. Gunakan tegangan yang sama seperti
melakukan defibrilasi 11 pertama pada dewasa. Sedangkan pada anak-
anak gunakan tegangan sebesar 4 joule/kgBB
9. Segera lanjutkan kembali dengan RJP selamat 2 menit, setelah
defibrilasi 10. Terus ulangi siklus pemeriksaan nadi, defibrilasi, dan RJP
selama 2 menit
11. Beri vasopressor saat RJ sebelum atau sesudah syok, setelah akses
intravena atau intreosseus didapatkan. Berikan epinefrin 1 mg setiap 3-5
menit. Pertimbangkan juga pemberian vasopressin 40 unit sebagai
pengganti dosis epinefrin pertama atau kedua.
12. Berikan obat antidisritmia saat RJP, sebelum atau sesudah syok,
amiodarone 300 mg IV/IO satu kali, lalu pertimbangkan pemberian
tambahan 150 mg satu kali.
2.8 Penanganan ventrikel fibrilasi
a. Pemasangan implan alat kejut jantung (ICD) Implantable cardioverter-
defibrillator (ICD) akan mendeteksi gangguan irama jantung, dan memberikan
kejut listrik secara otomatis untuk mengembalikan irama normal jantung.
Prosedur ini lebih efektif dalam mencegah kondisi fatal akibat gangguan irama
jantung, dibanding pemberian obat-obatan. Untuk mengatasi fibrilasi bisa
dilakukan defibrilasi elektrik.
Yang dimaksud dengan defibrilasi elektrik adalah pemberian kejutan
listrik tegangan tinggi pada jantung agar semua otot jantung terdepolarisasi disaat
yang sama lalu kemudian pada giliran berikutnya penyebaran potensial aksi
kembali normal. Pemberian kejutan listrik ini bisa dengan dosis 110 volts selama
0,1 detik atau 1000 volts selama beberapa ratus mikro detik. Meskipun fibrilasi
dapat diatasi dengan defibrilasi elektrik, tetapi biasanya masalah tidak selesai
begitu saja. Jika fibrilasi terjadi selama paling tidak 1 menit, otot jantung menjadi
sangat lemah untuk memompa darah karena kekurang oksigen dan nutrisi pasca
berhentinya pemompaan darah. Hal ini bisa diatasi dengan CPR .
b. Resusitasi jantung paru atau CPR. Cardio pulmonary resuscitation atau
CPR atau jantung paru resusitasi adalah penggantian fungsi jantung dan paru yang
diperuntukkan bagi berhentinya jantung yang terjadi karena kejutan listrik,
tenggelam, berhenti bernafas, dan sebab lainnya. Dua bagian utama dari CPR
adalah bantuan pernapasan dan pemijatan dada. Oleh karena itu CPR bisa 12
digolongkan pendukung kehidupan darurat atau pertolongan darurat.
Menurut Prof. dr Ruswan Dachlan Sp An KIC, CPR dapat menggandakan
kesempatan korban untuk selamat jika dilakukan dengan segera. Hal ini
dikarenakan jika ditunda-tunda maka dalam 5 sampai 8 menit maka akan terjadi
kecacatan mental permanen atau kerusakan jaringan otak. Jika dibiarkan lebih
lama lagi maka dapat dipastikan korban akan meninggal.
Berdasarkan pengalaman dalam unit perawatan koroner dan program
latihan yang diawasi, mungkin sebagian besar korban kematian mendadak dapat
diresusitasi pada saat henti yang dengan sokongan kardiopulmoner segera dan
defibrilasai. Sehingga penting bagi sebagian masyarakat dilatih untuk memulai
CPR sesegera setelah henti jantung dan bahwa sistem paramedis disusun untuk
berespon dengan defibrilator dalam 3 menit.
Kedua tindakan ini sangat perlu dipelajari, karena dapat menyelamatkan
nyawa penderita sambil menunggu bantuan medis datang. Di rumah sakit,
penderita akan diberikan pertolongan darurat hingga kondisinya stabil. Setelah itu,
dokter akan memberikan pengobatan untuk ventrikel fibrilasi, yang meliputi:
a. Pemberian obat-obatan pengatur irama jantung. Dapat berupa obat jenis
penghambat beta, contohnya bisoprolol.
b. Pasang ring jantung. Prosedur ini dilakukan pada kasus VF yang
disebabkan oleh serangan jantung, sekaligus untuk mengurangi risiko
terjadinya serangan lanjutan. Pasang ring bertujuan untuk membuka
pembuluh darah jantung yang tersumbat dan menjaganya tetap terbuka.
c. Operasi bypass jantung.
Operasi ini juga dilakukan bila VF disebabkan oleh penyakit jantung
koroner. Pada operasi bypass jantung, akan dibuat pembuluh darah baru
sebagai jalur alternatif untuk pembuluh darah yang tersumbat.
d. Pemasangan implan alat kejut jantung (ICD). Implantable
cardioverterdefibrillator (ICD) akan mendeteksi gangguan irama jantung,
dan memberikan kejut listrik secara otomatis untuk mengembalikan irama
normal jantung. Prosedur ini lebih efektif dalam mencegah kondisi fatal
akibat gangguan irama jantung, dibanding pemberian obat-obatan.
2.9 Komplikasi Ventrikel Fibrilasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita ventrikel
fibrilasi, baik karena penyakitnya sendiri maupun akibat tindakan penyelamatan,
yaitu:
a. Kerusakan otak
b. Kulit terbakar akibat prosedur kejut jantung
c. Cedera tulang rusuk akibat tindakan CPR
2.10 Pencegahan Ventrikel Fibrilasi
Gaya hidup sehat dapat menjaga kesehatan jantung dan mencegah
serangan jantung yang dapat berujung pada ventrikel fibrilasi, bahkan kematian.
Mulailah melakukan beberapa perubahan pada gaya hidup Anda dengan langkah-
langkah berikut:
a. Menerapkan pola makan dengan gizi yang seimbang.
b. Menjaga berat badan agar tetap ideal, sesuai dengan indeks masa tubuh
(IMT).
c. Berhenti merokok.
d. Olahraga teratur, selama 30 menit tiap hari.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pemeriksaan Fisik
Mata : konjungtiva, sclera
Leher : JVP, bising arteri karotis
Paru : bentuk dada
a. pergerakan dada
b. asimetris dada
Pernapasan : frekuensi, irama,
Jenis
a. suara napas
b. Suara tambahan (ronchi, wheezing, krepitasi)
Jantung : tekanan darah
a. nadi : frekuensi, irama
b. suara jantung
c. apeks jantung
d. suara tambahan : S3, S4, Gallop
e. bising jantung: thrill
Abdomen : acites, bising usus Ekstremitas : temperature, kelembaban,
edema, sianosis
d) Analisa Data dan Masalah
Vibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan infark miokard,
manipulasi kateter pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik,
pemanjangan interval QT, atau sebagai irama akhir pada pasien dengan kegagalan
sirkulasi, atau pada kejadian takikardi ventrikel yang memburuk. Penyebab yang
paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi fibrilasi
ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau
orang tersebut memiliki penyakit jantung yang lain. Fibrilasi ventrikel dapat
disebabkan antara lain: Gangguan 17 jantung struktural, Gangguan jantung
nonstructural, Noncardiac respiratory, Gangguan elektrolit dan asidosis,
Neurologik.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal dan penurunan kontraktilitas
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya
pompa jantung.

3.3 Perencanaan Keperawatan (NOC)


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal dan penurunan kontraktilitas
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
mempertahankan curah jantung yang adekuat.

NOC:
1. Cardiac pump effectiveness
2. Circulation status
3. Vital sign status

Kriteria hasil:
1. Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah.nadi, respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites 4. Tidak ada
penurunan kesadaran

NIC : Cardiac care:


1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat tanda dan gejala penurunan cardiac output 18
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipnu dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital sign monitoring:


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas nadi
7. Monitor jumlah dan irama jantung
8. Monitor bunyi jantung
9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
10. Monitor suara paru
11. Monitor pola pernapasan abnormal
12. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
13. Monitor sianosis perifer
14. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi
dan peningkatan sistolik)
15. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
DAFTAR PUSTAKA

(Daindes and El Rasyid, 2018)Daindes, T. and El Rasyid, H. (2018) ‘Ventrikular


Takikardia Refrakter Pada STEMI & Stroke’, Jurnal Kesehatan Andalas,
7(Supplement 3), p. 111. doi: 10.25077/jka.v7i0.861.
Wangko, L. C. and Jim, E. L. (2015) ‘Pemetaan Dan Ablasi Pada Takikardia
Ventrikel Akibat Parut’, Jurnal Biomedik (Jbm), 7(3). doi:
10.35790/jbm.7.3.2015.10438.
Yuniadi, Y. et al. (2015) ‘2014 Indonesian Heart Association Guidelines of
Management of Atrial Fibrillation’, Indonesian Journal of Cardiology, 35(2), pp.
102–33. doi: 10.30701/ijc.v35i2.398.

Anda mungkin juga menyukai