Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS BIAYA PRODUKSI KAYU LAPIS

STUDI KASUS PT KARYA PRIMA SENTOSA ABADI


LAMPUNG

ARIS DEWANTORO

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya Produksi
Kayu Lapis Studi Kasus PT Karya Prima Sentosa Abadi Lampung adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2017

Aris Dewantoro
NIM E24130019
ABSTRAK
ARIS DEWANTORO. Analisis Biaya Produksi Kayu Lapis Studi Kasus PT Karya
Prima Sentosa Abadi Lampung. Dibimbing oleh E G TOGU MANURUNG.

Industri kayu lapis adalah salah satu industri pengolahan kayu yang dahulu
pernah menjadi andalan Indonesia. Adanya penurunan produksi kayu lapis
disebabkan oleh penurunan pasokan bahan baku deforestasi dan degradasi hutan.
Permasalahan itu dapat diatasi dengan bahan baku yang sebaiknya bukan berasal
dari hutan alam. Biaya produksi yang dihasilkan oleh suatu industri perlu
diperhatikan untuk mencapai tujuan tertentu. Analisis biaya produksi menjadi
alternatif untuk menentukan proses produksi yang efektif dan efisien dengan
meminimumkan biaya produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
biaya produksi tiap satuan output produk. Penelitian ini dilakukan di PT Karya
Prima Sentosa Abadi Lampung (PT KPSA). Penelitian menggunakan metode
kuantitatif dengan data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi untuk kayu lapis adalah Rp2
923 307/m3, yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp334 772/m3 dan biaya variabel
dengan sebesar Rp2 588 534/m3. Hasil perhitungan yang telah didapatkan bahwa
nilai Break Even Point (BEP) sebesar 6 777 m3, sedangkan nilai Return On
Investment (ROI) sebesar 20%, dengan harga pokok sebesar Rp 2 980 646.37/ m3.

Kata kunci: biaya produksi, harga pokok, kayu lapis, profitabilitas.

ABSTRACT

ARIS DEWANTORO. Analysis of Plywood Production Cost Case Study at PT


Karya Prima Sentosa Abadi Lampung. Supervised by E G TOGU MANURUNG.

Plywood industry is one of the wood processing industries that once was a main
indsutry in Indonesia. Nowadays, plywood production tend to decrease. This was
due to a shortage in raw material supply which caused by deforestation and forest
degradation. These problems can be overcome by using community forest.
Production costs needs to be considered in order to achieve certain goals. A system
of good regulation and supervision in production activities needs to be applied to
achieve certain goals. Analysis of production costs is needed. Analysis of
production cost becomes an alternative to determine the production process
effectively and efficiently by minimizing production cost. The aimed of this
research was to determine the production cost for each unit of product output. This
research conducted at PT Karya Prima Sentosa Abadi Lampung (PT KPSA). This
research used quantitative method with data collected in the form of primary data
and secondary data. The results showed that the average cost for plywood is IDR2
923 307/ m3 consisting of fixed cost was IDR 334 772/ m3 and variable cost was
IDR2 588 534/ m3. The calculation results have been obtained that the value of
Break Even Point (BEP) was 6 777 m3, while the value of Return on Investment
(ROI) was 20%, with the cost of goods was IDR2 980 646.37/ m3.

Keywords: cost of good, production cost, profitability, plywood.


ANALISIS BIAYA PRODUKSI KAYU LAPIS
STUDI KASUS PT KARYA PRIMA SENTOSA ABADI
LAMPUNG

ARIS DEWANTORO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2017 ini ialah
analisis biaya, dengan Analisis Biaya Produksi Kayu Lapis Studi Kasus PT Karya
Prima Sentosa Abadi Lampung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir E G Togu Manurung, MS, Ph D
selaku pembimbing yang telah memberi gagasan, ide, saran, arahan, dan bimbingan
selama kuliah, penelitian, hingga penyusunan skripsi. Selain itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak E. Hermanto dan rekan-rekan dari pihak PT
Karya Prima Sentosa Abadi, yang telah banyak membantu dan memberi saran
selama kegiatan penelitian. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak
Prabawa yang telah membantu dalam kegiatan penelitian. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Mama Siwi, Ayah, Adik Aca, serta rekan-rekan mahasiswa
Teknologi Hasil Hutan angkatan 50, IFSA LC-IPB, serta Himasiltan atas doa,
dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi tugas akhir ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2017

Aris Dewantoro
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Jenis Data dan Cara Pengumpulan 2
Analisis Data 2
Analisis Biaya Produksi 2
Analisis Break Even Point (BEP) 4
Analisis Profitabilitas (ROI) 5
Analisis Harga Pokok (AHP) 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum Perusahaan 5
Proses Produksi Kayu Lapis 6
Analisis Biaya Produksi 9
Analisis Break Even Point (BEP) 10
Analisis Profitabilitas (ROI) 10
Analisis Harga Pokok (AHP) 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 17
DAFTAR TABEL
1 Deskripsi data yang dibutuhkan untuk penelitian 3
2 Persentase komponen biaya produksi kayu lapis PT KPSA
tahun 2016 9
3 Biaya produksi tiap tahapan kayu lapis PT KPSA tahun 2016 10
4 Analisis BEP dan ROI produk kayu lapis PT KPSA tahun 2016 11
5 Analisis harga pokok produk kayu lapis PT KPSA tahun 2016 12

DAFTAR GAMBAR
1 Log yard 6
2 Proses pengupasan log 6
3 Proses pengeringan vinir 7
4 Proses perbaikan vinir 7
5 Proses perekatan vinir 8
6 Proses pengempaan vinir 8
7 Diagram alir proses produksi kayu lapis PT KPSA 8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data jumlah produksi kayu lapis PT KPSA tahun 2016 14
2 Total investasi produk kayu lapis PT KPSA tahun 2016 14
3 Alat dan mesin produksi yang digunakan pada tahun 2016 15
4 Analisis biaya tetap dan biaya variabel produk
kayu lapis PT KPSA tahun 2016 16
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan hutan Indonesia memiliki luas 120.77 juta ha. Kayu bulat yang
diproduksi dari hutan alam sebesar 5.84 juta m3 dan dari Hutan Tanaman Industri
(HTI) sebesar 29.44 juta m3 (Statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan 2016). Namun, luas hutan di Indonesia semakin menurun setiap
tahunnya. Tercatat pada tahun 2015, kawasan hutan Indonesia memiliki luas 120
.98 juta ha (Statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015), dan
luasnya menurun pada tahun 2016 sebesar 207.86 ribu ha. Kawasan hutan
mengalami degradasi dan deforestasi yang disebabkan oleh kebakaran hutan,
pembalakan liar, perambahan kawasan, serta konversi kawasan hutan (Suprijatna
2008). Hal itu menyebabkan turunnya produksi kayu bulat yang mengakibatkan
turunnya pasokan bahan baku untuk industri kayu seperti industri kayu lapis.
Alternatif untuk menutupi kekurangan pasokan bahan baku adalah dengan
memanfaatkan kayu dari HTI, Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan Hutan
Kemasyarakatan (Hkm). Penambahan pasokan bahan baku tersebut mampu untuk
meningkatkan hasil produksi pada industri kayu lapis. Penambahan pasokan bahan
baku akan menjamin bahwa proses produksi dari industri kayu lapis akan tetap
berjalan.
Industri kayu lapis merupakan salah satu industri yang padat tenaga kerja dan
dapat meningkatkan nilai guna kayu di Indonesia. Akan tetapi, ketatnya persaingan
produksi antara kayu lapis domestik dengan produksi kayu lapis dari negara lain
seperti Malaysia dan Tiongkok menyebabkan menurunnya daya saing produk kayu
lapis domestik (Ery 2008).
Masalah keterbatasan bahan baku dan menurunnya daya saing, perlu diteliti
guna menetapkan teknik dan cara yang terbaik dalam menghasilkan output dengan
biaya yang minimum. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah melakukan
analisis biaya produksi. Analisis biaya produksi menjadi dasar untuk mendapatkan
biaya produksi tiap satuan output produk (Pramudya 2010). Analisis biaya produksi
menjadi alternatif untuk menerangkan proses produksi yang efektif dan efisien
dengan meminimumkan biaya produksi.

Perumusan Masalah

PT. Karya Prima Sentosa Abadi (PT KPSA) menginginkan adanya efisiensi
atas biaya-biaya yang dikeluarkan tetapi belum adanya analisis biaya produksi
untuk produk kayu lapis di PT KPSA.
2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui biaya produksi tiap satuan
output produk, nilai titik impas produk, nilai profitabilitas, dan nilai harga pokok
produk kayu lapis pada PT KPSA.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada


perusahaan sebagai data pembanding dalam mengambil suatu keputusan dan dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas dalam menambah pengetahuan
tentang analisis biaya produksi industri kayu lapis.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 selama 21 hari di PT


KPSA, Lampung.

Jenis Data dan Cara Pengumpulan

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan di lapangan
sementara data sekunder diperoleh melalui pengutipan laporan atau arsip yang
tersedia di perusahaan yang disajikan pada (Tabel 1)

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan yaitu analisis biaya produksi, break even point
atau titik impas (BEP), profitabilitas (ROI) dan harga pokok. Data yang diperoleh
berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

Analisis Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan atau kegiatan
usaha dalam memproduksi barang berupa produk atau jasa (Garrison 2007).
3

Analisis biaya produksi kayu lapis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
struktur biaya yang diperlukan dalam proses produksi kayu lapis, serta besarnya
keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan. Biaya produksi kayu lapis
keseluruhan adalah gabungan dari biaya tetap dan biaya variabel yang dibutuhkan
dalam membuat suatu produk kayu lapis.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila
terjadi perubahan aktivitas volume atau produk. Biaya tetap adalah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah
jumlahnya (Fess 2005). Biaya tetap akan selalu dikeluarkan meskipun perusahaan
tidak memproduksi produk. Biaya tetap meliputi depresisasi dan bunga modal
untuk mesin dan peralatan serta sarana dan prasarana, gaji karyawan tetap, biaya
pemeliharaan, dan biaya pembebanan lainnya.
Biaya variabel adalah biaya yang nilainya akan mengalami peningkatan atau
penurunan dalam total ketika volume atau produk aktivitas juga meningkat atau
menurun. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi variabel yang nilainya dapat berubah-ubah tergantung jumlah produk yang
dihasilkan (Hongren dan Harrison 2015). Biaya variabel tidak akan dikeluarkan
apabila perusahaan tidak memproduksi barang/jasa tersebut. Biaya variabel
meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya upah kerja, dan biaya
bahan pembantu.
Tabel 1 Deskripsi data yang dibutuhkan untuk penelitian
Jenis data Deskripsi data Cara Sumber data
pengumpulan
Pengamatan
Tahap-tahap proses produksi Perusahaan
langsung
Jumlah, umur ekonomis, dan
Pengamatan Perusahaan,
pemeliharaan
langsung dan
alat/mesin/bangunan/ Supervisor
Wawancara
kendaraan yang digunakan
Jumlah energi yang diperlukan Pengamatan
Data Primer alat/mesin pada setiap tahap langsung dan Perusahaan
proses produksi Pengukuran
Pengamatan
Jumlah, jenis, ukuran dan dan
bahan baku (input) dan kayu Perusahaan
lapis (output) pengambilan
data
Pengamatan Perusahaan,
Bahan penolong
langsung Supervisor
Jumlah tenaga kerja Mengutip Perusahaan
Jumlah jam kerja/hari, jumlah
Mengutip Laporan
hari kerja/tahun
Biaya adminstrasi dan biaya Perusahaan
Data Mengutip
listrik Supervisor
Sekunder
Gaji/upah dan tingkat suku
Mengutip Perusahaan
bunga, dan modal investasi
Jumlah produksi, harga jual
Mengutip Laporan
dan pemasaran produk
4

Biaya produksi setiap meter kubik kayu lapis berupa komponen biaya
produksi (BP), biaya penyusutan (Di) dan biaya bunga modal (Bi) dihitung dengan
menggunakan rumus pada persamaan berikut:

∑ 𝑖 (𝐷𝑖 + 𝐵𝑖 + 𝑃𝑖) (𝐺 + 𝐿 + 𝑇)
𝐵𝑃 = + + ∑ 𝑗 𝐿𝑗 𝐶𝑗
𝑄 𝑄
𝑀𝑖
𝐷𝑖 =
𝑁𝑖
𝑀𝑖 (𝑁𝑖 + 1)
𝐵𝑖 = [ ]𝑟
2𝑁𝑖

Keterangan:
BP = Biaya produksi kayu lapis (Rp/m3)
Di = Depresiasi barang modal ke-i (Rp/tahun)
Bi = Biaya bunga barang modal ke-i (Rp/tahun)
Pi = Biaya pemeliharaan barang modal ke-i (Rp/tahun)
Mi = Harga beli barang modal ke-i (Rp/unit)
Ni = Umur ekonomis barang modal ke-i (tahun)
G = Gaji tetap tenaga kerja perusahaan (Rp/tahun)
L = Biaya listrik perusahaan (Rp/tahun)
T = Pajak dan pembebanan lainnya (Rp/tahun)
Q = Produksi kayu lapis (m3/tahun)
Lj = Input variabel ke-j (unit/ton)
Cj = Harga input variabel ke-j (Rp/unit)
r = Tingkat suku bunga pinjaman (% per tahun)
i = Mesin pabrik, bangunan, peralatan, dan barang inventaris
j = Bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja langsung dan produk

Analisis Break Even Point (BEP)

Break even point (BEP) adalah suatu kondisi dimana perusahaan berada
dalam keadaan tidak mengalami keuntungan dan kerugian. Penjualan produk atau
jumlah produk apabila nilainya diatas BEP maka perusahaan akan mengalami
keuntungan dan jika dibawah BEP akan mengalami kerugian. Analisis BEP
dilakukan untuk melihat produksi minimum yang harus dihasilkan sehingga
pendapatan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan (Hongren dan
Harrison 2015). Analisis ini juga unuk menilai hubungan antara output yang
diproduksi dengan biaya produksi. Perhitungan BEP menggunakan rumus pada
persamaan:
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 =
𝑃𝑃 − 𝑉𝐶
Keterangan:
BEP = Titik impas produksi kayu lapis (m3/tahun)
FC = Biaya tetap produksi kayu lapis (Rp/tahun)
VC = Biaya variable kayu lapis (Rp/m3)
PP = Harga produk kayu lapis (Rp/m3)
5

Analisis Profitabilitas (ROI)

Analisis profitabilitas (ROI) dilakukan untuk melihat kemampuan perusahaan


dalam memperoleh laba usaha. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
dinyatakan dalam nilai ROI yang dihasilkan. Jika nilai ROI yang dihasilkan
perusahaan semakin besar, maka laba bersih yang dihasilkan juga akan semakin
besar (Hongren dan Harrison 2015). Analisis profitabilitas dapat dihitung dengan
rumus:
𝑁𝐼
𝑅𝑂𝐼 = 𝑥 100%
𝐴𝑉
Keterangan:
ROI = kemampuan perusahaan memperoleh laba (%)
NI = laba bersih perusahaan per tahun (Rp/tahun)
AV = semua aset atau modal yang dimiliki perusahaan

Analisis Harga Pokok (AHP)

Analisis harga pokok (AHP) dilaksanakan untuk mengetahui perbandingan


biaya produksi terhadap kegiatan usaha yang telah dilaksanakan oleh perusahaan
sebagai dasar untuk menentukan harga jual dan menentukan tingkat keuntungan
yang ingin dicapai. Harga pokok (HP) lalu dibandingkan dengan harga jual produk
perusahaan. Harga pokok dapat dihitung dengan rumus:
𝐹 𝑃×𝐾
𝐻𝑃 = 𝐵𝐵 + 𝐵𝑈 + 𝐵𝑃 + +
𝑄 𝑄
Keterangan:
HP = Harga pokok kayu lapis (Rp/m3)
BU = Biaya untuk upah (Rp/m3)
BB = Biaya bahan baku (Rp/m3)
BP = Biaya bahan pembantu dan penolong (Rp/m3)
F = Total biaya tetap (Rp/m3)
P% = Persen Keuntungan yang ingin diperoleh (%tahun)
Q = Jumlah Produksi yang dihasilkan (m3/tahun)
K = Total Investasi (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Perusahaan

PT KPSA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri hasil


hutan. PT KPSA dahulu memproduksi sawn timber dari tahun 2002 dan telah
6

beralih untuk memproduksi kayu lapis dan block board pada tahun 2014. PT KPSA
adalah bagian dari Karya Prima Group. PT KPSA dipimpin oleh seorang General
Manager serta empat manajer bagian dan satu kepala perusahaan. PT KPSA
berlokasi di Jl. Raya Branti Km. 31, Lampung Selatan. Letak perusahaan yang
beredekatan dengan jalur trans Sumatera yang menjadi keuntungan bagi perusahaan
dalam proses transportasi kegiatan produksi. Luas arealnya sekitar 20 000 m2
dengan kapasitas produksi 12 000 m3/tahun dan PT KPSA berfokus terhadap
produksi dalam negeri. Bahan baku produksi menggunakan kayu sengon dan karet.

Proses Produksi Kayu Lapis

Proses produksi kayu lapis PT KPSA terdiri dari beberapa tahap, yaitu seleksi
log, pengupasan, penyortiran vinir, pengeringan vinir, perbaikan vinir, perekatan,
pengempaan, pengamplasan dan finishing.

Seleksi Log

Log yang digunakan sebagai bahan baku kayu lapis diseleksi mulai dari
ukuran, bentuk, dan kondisinya terhadap cacat-cacat yang masih diizinkan. Log
yang digunakan harus bersih dari mata kayu busuk, bengkokan, cabang dan benda
lain seperti paku yang ada dalam log. Bentuk log diusahakan harus silinder agar
memudahkan pengerjaan. Kayu yang digunakan dalam produksi PT. KPSA adalah
kayu sengon dan karet yang berasal dari HTI, Hkm, dan HTR. Kayu didapatkan
dari daerah yang ada di sekitar lampung seperti Mesuji, Jepara, Kota Baru, dan
Tanjung Bintang.

Pengupasan Log

Metode pengupasan log menjadi vinir yang digunakan adalah metode Rotary
cutting/peeling. Proses peeling memproduksi lembaran vinir yang kontinyu,
sedangkan slicing memproduksi lembaran vinir yang terputus. Dimensi log yang
digunakan paling besar berdiameter 40 cm, dan paling kecil berdiameter 13 cm.
Panjang log yang digunakan sebesar 129 cm hingga 135 cm. Mesin rotary cut 5 feet
digunakan unuk menghasilkan core vinir, dan mesin rotary cut 9 feet digunakan
untuk mengahasilkan face/back vinir.

Gambar 1 Log yard Gambar 2 Proses pengupasan log


7

Penyortiran Vinir

Kegiatan ini dilakukan untuk menyeleksi vinir setelah proses pengupasan,


vinir dipisahkan antara yang rusak dan yang tidak serta vinir untuk bagian face/back
dan core.

Pengeringan Vinir

Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kadar air vinir sehingga dapat
menghindarkan terjadinya blister pada kayu lapis setelah dilakukan pengempaan
panas. Temperatur dalam pengeringan vinir yang digunakan sekitar 80ºC sampai
100ºC dengan menggunakan klin dryer selama 1 - 2 hari. Ada 12 klin dryer yang
terdiri dari 9 chamber kapasitas 25 m3 dan 3 chamber kapasitas 15 m3. Kadar air
vinir yang dicapai setelah pengeringan adalah 12 – 14% untuk bagian core dan 18
– 20% untuk bagian face/back. Pengeringan menggunakan metode pengeringan
dengan uap udara dengan cara memanasakan air yang dialirkan dalam pipa-pipa
menuju mesin pengering. Air sebagai media pemanasannya serta tenaga pengering
dipanaskan dalam boiler dengan menggunakan limbah hasil proses produksi untuk
bahan baku pembakaran. Faktor cuaca dan lingkungan mempengaruhi suhu dan
temperatur yang dihasilkan oleh boiler.

Perbaikan Vinir

Vinir yang sudah dikeringkan akan diperbaiki jika mengalami kondisi yang
kurang baik. Vinir ditambal dan diperbaiki dengan menempelkan potongan-
potongan lembaran vinir yang berasal dari sisa potongn vinir agar menjadi vinir
yang utuh. Vinir yang kurang baik disambung dengan menggunakan reeling tape
untuk bagian face/back, dan gum tape untuk bagian core. Kedua tape tersebut dapat
digunakan pada vinir dengan membasahi bagian tape yang sudah dilapisi oleh
perekat dengan air terlebih dahulu.

Gambar 3 Proses pengeringan vinir Gambar 4 Proses perbaikan vinir

Perekatan

Perekatan adalah salah satu proses untuk memberikan perekat pada vinir
sebelum vinir diberikan tekanan pada mesin kempa. Perekat yang digunakan dalam
8

produksi adalah perekat Urea Formaldehyde (UF). Aplikasi pelaburan perekat pada
menggunakan mesin roller coater. Komposisi perekat yang digunakan yaitu 250 kg
resin (UF), 32 kg tepung industri, 900 gram hardener HU (NH4Cl), yang kemudian
diaduk selama 10 - 12 menit.

Pengempaan

Pengempaan adalah proses memberi tekanan pada vinir agar perekat dapat
melekat pada vinir satu sama lain. Ada dua proses pengempaan yaitu pengempaan
dingin dan pengempaan panas. Pengempaan dingin ini merupakan pengempaan
awal yang bertujuan untuk meratakan perekat, meluruskan vinir agar tidak
bergelombang, memiliki keseragaman ketebalan dan memberi waktu perekat untuk
mengeras. Pengempaan panas bertujuan agar perekat yang telah dilabur dapat
mengeras secara maksimal melalui mekanisme panas. Vinir yang mengalami proses
pengempaan dingin dikempa dengan tekanan 10 kg/cm 2 selama 20 – 30 menit. Lalu,
vinir yang mengalami proses pengempaan panas dikempa dengan suhu 100 – 110oC
selama 80-120 detik dengan tekanan 10 kg/cm2.

Gambar 5 Proses perekatan vinir Gambar 6 Proses pengempaan vinir

Pengamplasan dan Finishing

Pengamplasan diperlukan untuk meratakan permukaan kayu lapis agar


merata. Sebelum proses pengampelasan, kayu lapis melewati mesin double sizer
untuk menyesuaikan ukuran kayu lapis dengan ukuran 122x244 cm dengan
memotong bagian sisi kayu lapis. Pengampelasan menggunakan ampelas berukuran
180 dan 240. Finishing berupa tindakan pengkondisian yang bertujuan mengurasi
sisa tegangan akibat proses pengempaan serta menyesuaikan kondisi lingkungan.
Biasanya dilakukan selama 1 sampai 2 minggu.

Gambar 7 Diagram alir proses produksi kayu lapis PT KPSA


9

Analisis Biaya Produksi

Biaya produksi adalah jumlah dari seluruh biaya yang dibutuhkan dalam
proses produksi untuk memproduksi suatu produk. Biaya produksi terdiri atas biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri atas depresiasi, bunga modal,
pemeliharaan, dan gaji. Biaya variabel terdiri atas biaya bahan baku, bahan
penolong, bahan pembantu, upah, dan biaya listrik. Biaya produksi menjadi bagian
utama bagi perusahaan dalam memproduksi suatu barang. Biaya produksi menurun
dan profitabitas meningkat dapat diakibatkan oleh pengendalian biaya yang cermat
dan tepat. Produksi kayu lapis PT KPSA adalah sebesar 10 500 m3/tahun. Data
produksi yang digunakan adalah data produksi PT KPSA tahun 2016.
Tabel 2 Persentase komponen biaya produksi kayu lapis PT KPSA tahun 2016
Kayu Lapis
Komponen Biaya
Rp/tahun Rp/m3 %
Biaya Tetap
Depresiasi 883 778 676 84 168.20 3%
Bunga Barang Modal 531 381 839 50 607.07 2%
Pemeliharaan 840 000 000 79 998.86 3%
Gaji 1 260 000 000 119 998.29 4%
Total Biaya Tetap 3 515 160,516 334 772 11%
Biaya Variabel
Bahan Baku 14 520 000 000 1 382 837 47%
Bahan Penolong 8 400 000 000 799 989 27%
Bahan Pembantu 600 000 000 57 142 2%
Biaya Listrik 756 000 000 71 998.97 2%
Upah 2 904 000 000 276 567 9%
Total Biaya Variabel 27 180 000 000 2 588 534 89%
Total Biaya Produksi 30 695 160 516 2 923 307 100%

Tabel 2 memperlihatkan perbandingan antara biaya tetap dan biaya variabel


yang dikeluarkan PT KPSA untuk memproduksi kayu lapis. Total biaya produksi
tiap m3 yang dikeluarkan oleh PT KPSA untuk memproduksi kayu lapis adalah
Rp2.92 juta/m3 terdiri dari total biaya tetap Rp334.77 ribu/m 3 dengan persentase
11% dan total biaya variabel Rp2.58 juta/m3 dengan persentase 89%. Total biaya
variabel lebih besar dibandingkan dengan total biaya tetap yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Mesin yang diinvestasikan pada PT KPSA digunakan untuk
memproduksi kayu lapis dan block board sehingga perhiungan menggunakan
metode pembobotan berdasarkan jumlah produksi yaitu 91% untuk produk kayu
lapis. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya double counting dalam
menentukan biaya produksi kayu lapis. Biaya bahan baku adalah komponen biaya
terbesar dari biaya variabel sebesar Rp1.38 juta/ m3 dengan persentase 47%.
Komposis kayu lapis adalah face/back sebesar 16.25% dan core sebesar 83.75%.
Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku merupakan komponen penting dalam
industri ini dikarenakan harga kayu log yang cukup mahal disebabkan oleh pasokan
bahan baku yang semakin sedikit dan perusahaan tidak memiliki HPH sendiri. Kayu
yang digunakan oleh perusahaan dibeli dari Hkm, HTR atau HTI yang ada di
Lampung. Harga beli kayu sengon yang bernilai 700 000 hingga 900 000/log, dan
10

harga beli kayu karet bernilai 1 000 000 hingga 1 200 000/log. Biaya produksi
terbesar selanjutnya pada proses produksi terdapat pada biaya bahan penolong
sebesar Rp799.98 ribu/m3 dengan persentase 27%. Hal ini dikarenakan bahan
penolong adalah bahan penunjang dalam produksi pembuatan kayu lapis yang
terdiri dari biaya lathe knife, perekat, dempul, amplas, glue tread, reeling tape, dan
gummed tape.
Tabel 3 Biaya produksi tiap tahapan kayu lapis PT KPSA tahun 2016
Tahapan Total biaya (Rp/m3) Persentase
Green Veneer 1 607 961 55%
Dry Veneer 166 672 6%
Assemblying Area 817 902 28%
Finishing Area 255 445 9%
Administrasi 78 541 3%
Total 2 847 981 100%

Tahapan produksi yang memerlukan biaya terbesar adalah tahapan Green


Veneer. Hal ini terjadi karena banyaknya mesin yang bekerja pada tahapan tersebut
dan dalam tahapan tersebut terdapat komponen biaya bahan baku yang menjadi
komponen penting dalam industri kayu lapis.

Analisis Break Even Point (BEP)

BEP atau titik impas adalah suatu keadaan perusahaan dimana total
penghasilan sama dengan total biaya (Pramudya 2010) saat perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan sama sekali. Hal ini terjadi ketika pendapatan perusahaan
hanya mampu menutupi total biaya produksi untuk memproduksi suatu barang.
Analisis BEP terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Tabel 2 memperlihatkan
bahwa PT KPSA untuk memproduksi kayu lapis dengan biaya Rp2.92 juta/m3 yang
terdiri dari total biaya tetap sebesar Rp334.77 ribu/m3 dan total biaya variabel
sebesar Rp2.58 juta/m3 sedangkan harga nilai jual produk Rp3.10 juta/m3 sehingga
diperoleh nilai BEP dari analisis pada produk kayu lapis sebesar 6 777 m3/tahun.
Produksi kayu lapis PT KPSA pada tahun 2016 sebesar 10 500 m3/tahun, karena itu
dapat dikatakan bahwa produksi kayu lapis tahun 2016 telah melebihi nilai titik
impas (BEP) sehingga hal ini akan membuat perusahaan memperoleh keuntungan.
Nilai BEP akan semakin besar jika selisih antara harga jual produk dengan biaya
variabel kecil dan nilai biaya tetap besar, dan kondisinya berlawanan bila nilai BEP
kecil.

Analisis Profitabilitas

Profitabilitas perusahaan berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam


memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dapat dilihat dari nilai profitabilitas (ROI) (Nugroho
2002). Analisis ROI bertujuan mengukur tingkat keuntungan perusahaan dengan
11

rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan


perusahaan dalam mencari keuntungan. Perhitungan nilai ROI dapat dilakukan
dengan melihat nilai investasi total perusahaan dengan nilai keuntungan yang
diperoleh perusahaan per tahun. Investasi yang dikeluarkan PT KPSA adalah
sebesar Rp9.76 miliar. PT KPSA memperoleh pendapatan untuk produksi kayu
lapis tahun 2016 sebesar Rp32.63 miliar sedangkan pengeluaran PT KPSA berupa
total biaya produksi tahun 2016 sebesar Rp30.69 miliar. Perusahaan memperoleh
keuntungan pada tahun 2016 sebesar Rp1.93 miliar/tahun. Nilai ROI yang didapat
PT KPSA sebesar 20% pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan
yang didapat sebesar 20% dari total investasi yang dikeluarkan. Nilai ROI yang
didapat ini masih lebih besar jika dibandingkan dengan suku bunga deposito Bank
Mandiri yaitu sebesar 5 %, dengan demikian investasi yang dilakukan perusahan
lebih menguntungkan dibandingkan investasi dalam bentuk deposito berjangka.
Jika dibandingkan dengan suku bunga pinjaman di Bank Mandiri yang nilainya
10.25 %, nilai ROI dari produksi kayu lapis di PT KPSA ini masih lebih besar. Hal
ini lebih menguntungkan untuk melakukan usaha berupa produksi kayu lapis
dengan segala resiko yang dapat terjadi dikarenakan nilai ROI yang cukup baik.
Tabel 4 Analisis BEP dan ROI produk kayu lapis PT KPSA tahun 2016
Komponen Satuan Nilai
Produksi m3/tahun 10 500
Harga Rp/ m3 3 108 000
Biaya Produksi Rp/ m3 2 923 307
Biaya Tetap Rp/ m3 334 772
Biaya Variabel Rp/m3 2 588 534
Investasi Rp 9 765 155 059
Pendapatan Rp/tahun 32 634 466 200
Keuntungan Rp/tahun 1 934 263 185
3
BEP m /tahun 6 777
ROI %/tahun 20%

Analisis Harga Pokok (AHP)

Harga pokok adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk produksi suatu
barang atau jasa (Pappas 1995). Analisis harga pokok diperlukan untuk mengetahui
perbandingan biaya produksi terhadap kegiatan usaha yang telah dilaksanakan oleh
perusahaan sebagai dasar untuk menentukan harga jual dengan tingkat keuntungan
yang ingin dicapai. Harga pokok ditentukan dengan melihat besar target
keuntungan yang ditetapkan. Target keuntungan yang ditetapkan untuk produksi
kayu lapis oleh PT KPSA yaitu sebesar 20% untuk 1 m3 sehingga diperoleh nilai
harga pokok Rp2.98 juta. Harga ini lebih rendah dibawah harga jual yang ditetapkan
yaitu Rp3.10 juta untuk 1 m3 sehingga perusahaan memperoleh keuntungan.
12

Tabel 5 Analisis harga pokok produk kayu lapis PT KPSA tahun 2016
Komponen Satuan Nilai
Produksi m3/tahun 10 500
Harga Rp/m3 3 108 000
Biaya Produksi Rp/m3 2 923 307
Biaya Tetap Rp/m3 334 772
Biaya Variabel Rp/m3 2 588 534
Harga Pokok Rp/m3 2 980 646

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian analisis biaya produksi kayu lapis PT KPSA Lampung dapat
disimpulkan bahwa biaya tetap produk kayu lapis PT KPSA sebesar Rp334.77 ribu/
m3 dan biaya variabel sebesar Rp2.58 juta/m3 sehingga didapatkan total biaya
produksi sebesar Rp2.92 juta m3. Nilai break even point (BEP) diperoleh dari hasil
analisis produk kayu lapis sebesar 6 777 m3/tahun sehingga perusahaan telah
memperoleh keuntungan karena produksi sebesar 10 500 m3/tahun telah melebihi
BEP. Nilai profitabilitas (ROI) sebesar 20% dengan laba yang dapat diperoleh
perusahaan sebesar Rp1.93 miliar/tahun serta nilai investasi total yang dikeluarkan
perusahaan sebesar Rp9.76 miliar. Harga pokok yang didapat dari hasil analisis
harga pokok yaitu sebesar Rp2.98 juta/m3 dari target keuntungan yang ingin dicapai
sebesar 20%. Harga jual produk sebesar Rp3.10 juta/m3.

Saran

Perlu dilakukan analisis biaya lanjutan untuk melihat perbandingan tingkat


persaingan produk di pasar antara produk dari perusahaan lain dan pengaruhnya
terhadap profitabilitas perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Fess WR. 2005 Pengantar Akuntansi. Edisi ke-21. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Garrison RH, Noreen EW, Brewer PC. 2007. Akuntansi Manajerial. Edisi ke-2.
Jakarta (ID): Salemba Empat.
13

Hongren CT, Harrison WT. 2015. Akuntansi Ed 7. Jakarta (ID): Erlangga.


Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. Statistik Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014. Jakarta (ID): Kementrian
Kehutanan Republik Indonesia.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2016. Statistik Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015. Jakarta (ID): Kementrian
Kehutanan Republik Indonesia.
Nugroho B. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Bogor (ID): Yayasan Penerbit
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Ogawa, et al. 2006. Laporan ekonomi bulan juni 2006. 20 Januari 2008. Sekretariat
Kadin Indonesia. http://www.kadin-
indonesia.or.id/id/doc/laporanekonomiedisijuni06.pdf
Pappas JL, Hirschey M. 1995. Ekonomi Manajerial. Jakarta (ID): PT. Binarupa
Aksara Indonesia.
Pramudya B. 2010. Ekonomi Teknik. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Suprijatna, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor
Indonesia.
14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data jumlah produksi kayu lapis PT KPSA tahun 2016

Bulan Jumlah Hari Kerja Jumlah Produksi (m3)

Januari 24.00 834


Februari 25.00 910.34
Maret 25.00 901.89
April 26.00 819.105
Mei 24.00 844.715
Juni 27.00 752.355
Juli 21.00 931.44
Agustus 26.00 905.165
September 25.00 833.03
Oktober 26.00 923.45
November 26.00 1000.2
Desember 25.00 844.46
Total 300.00 10500.15
Rata Rata 875.01

Lampiran 2 Total investasi produk kayu lapis PT KPSA tahun 2016


Tahapan Komponen Mesin Total Investasi (Rp)
Green Veneer Debarker 727 245 000
Spindler Machine 1 695 600 000
Granding Wheel 135 000 000
Dry Veneer Boiler 1 500 000 000
Klin Dryer 1 080 000 000
Assemblying Scrap Jointer 180 000 000
Area Glue Mixer 30 000 000
Glue Spreader 210 000 000
Cold Press 600 000 000
Hot Press 1 215 000 000
Finishing Double Sizer/Trimmer 45 000 000
Area Sander 150 000 000
Adminstrasi Data Inventaris 72 310 059
Data Kepemilikan Lahan 1 450 000 000
Data Kepemilikan
675 000 000
Kendaraan
Total 9 765 155 059
15

Lampiran 3 Alat dan mesin produksi yang digunakan pada tahun 2016
Umur
Harga per Total Investasi Depresiasi
Tahapan Mesin Satuan Jumlah Teknis Bunga Modal (Rp/tahun)
Satuan (Rp) (Rp) (Rp/tahun)
(tahun)

Debarker* unit 2 363 622 500 10 727 245 000 66 906 540 37 718 562
Spindler Machine* unit 3 565 200 000 10 1 695 600 000 155 995 200 87 942 294
Green Veneer
Granding Wheel* unit 1 135 000 000 10 135 000 000 12 420 000 7 001 775
Boiler* unit 3 500 000 000 10 1 500 000 000 138 000 000 77 797 500
Klin Dryer* unit 9 120 000 000 10 1 080 000 000 99 360 000 56 014 200
Dry Veneer
Scrap Jointer unit 1 180 000 000 10 180 000 000 18 000 000 10 147 500
Glue Mixer unit 1 30 000 000 10 30 000 000 3 000 000 1 555 950
Glue Spreader unit 1 210 000 000 10 210 000 000 21 000 000 10 891 650
Assemblying Area
Cold Press* unit 3 200 000 000 10 600 000 000 55 200 000 31 119 000
Hot Press* unit 2 607 500 000 10 1 215 000 000 111 780 000 63 015 975
Double
unit
Finishing Area Sizer/Trimmer 1 45 000 000 10 45 000 000 4 500 000 2 333 925
Sander unit 1 150 000 000 10 150 000 000 15 000 000 7 779 750
Total 7 567 845 000 701 161 740 393 318 080
* = mesin yang diberi pembobotan
16

Lampiran 4 Analisis biaya tetap dan biaya variabel produk kayu lapis PT KPSA tahun 2016
Biaya Tetap (Rp/tahun) Biaya Variabel (Rp/tahun)
Tahapan Komponen Mesin Bunga Bahan
Depresiasi Pemeliharaan Gaji Bahan Baku Upah Biaya Listrik Bahan Penolong
Modal Pembantu
Debarker
Green Veneer Spindler Machine 235 321 740 180 000 000 132 662 631 453 600 000 14 520 000 000 1 056 000 000 54 474 517 240 000 000 0
Granding Wheel
Boiler
Dry Veneer 237 360 000 360 000 000 133 811 700 100 800 000 0 288 000 000 438 453 427 180 000 000 0
Klin Dryer
Scrap Jointer
Glue Mixer
Assemblying
Glue Spreader 208 980 000 240 000 000 116 730 075 151 200 000 0 1 320 000 000 121 792 619 120 000 000 6 300 000 000
Area
Cold Press
Hot Press
Double
Finishing Sizer/Trimmer 19 500 000 60 000 000 10 113 675 50 400 000 0 240 000 000 141 279 438 60 000 000 2 100 000 000
Area
Sander
Inventaris
Adminstrasi Lahan 182 616 936 0 138 063 759 504 000 000 0 0 0 0 0
Kendaraan
Total 883 778 676 840 000 000 531 381 839 1 260 000 000 14 520 000 000 2 904 000 000 756 000 000 600 000 000 8 400 000 000
Total Biaya 3 515 160 516 27 180 000 000
17

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Aris Dewantoro. Penulis dilahirkan di Bogor


pada tanggal 12 April 1995 dari ayah bernama Arie Pandowo dan mama bernama
Siwi Sulastri. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis
menyelesaikan jenjang pendidikan mulai dari TK Almunawwar (2000-2001), SDN
Pengadilan 3 Bogor (2001-2007), SMPN 12 Bogor (2007-2010), SMAN 2 Bogor
(2010-2013). Penulis kemudian melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor
(IPB), Departemen Hasil Hutan (2013-2019) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Selama mengikuti perkuliahan,
penulis pernah menjadi anggota Himasiltan divisi Public Relations, anggota IFSA
LC-IPB divisi HRD.
Penulis juga ikut dalam kepanitaan dengan menjadi kepala divisi logistik dan
transportasi Forestry And Seminar Week 2015, kepala divisi sponsorship FORTEX
2016, anggota logistic dan transportasi KOMPAK-DHH 2015, divisi logistik dan
transportasi The 23rd Tri University, divisi sponsorship APRM 2017.
Penulis juga ikut serta menjadi moderator dalam acara The 4th Asia Pacific
Regional Meeting. Penulis juga pernah menjadi ketua delegasi Fahutan IPB dalam
acara The 3rd Asia Pacific Regional Meeting di Jepang.
Penulis juga aktif dalam berbagai macam kepanitiaan dan mengikuti acara
yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan), IFSA, Badan
Eksekutif Mahasiswa Fahutan, dan Badan Eksekutif Mahasiswa IPB.

Anda mungkin juga menyukai