Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM PENGUPAHAN

Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Manajemen SDM


Dosen Pengampu : Anisa Nurina Ailia S.P., M.Sc

Disusun oleh :
Firman Hadi Saputra
M. Herdi Hidayatullah
M. Faisal Bahri
Mohammad Rizal
Etfania Raninai

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah


mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berharga ini.
Penulis menyusun makalah yang berjudul “Sistem Pengupahan”  ini banyak
mengalami hambatan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen selaku
dosen pengampu  Manajemen SDM yang telah memberikan penjelasan sehingga makalah ini
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun ini masih ada kekurangan dan
kelemahan. Penulis menyusun makalah ini atas dasar teori yang sudah ada dalam berbagai
sumber .
Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnannya dimasa
yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah  ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember,  24 Maret 2020


     Penulis

                                                              

i
DAFTAR ISI

         
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
      BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
      1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
      1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
      1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
     
       BAB II  PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pengertian Upah...........................................................................................................3
2.2 Teori dan Sistem Pengupahan......................................................................................3
2.3 Upah Menurut Kebutuhan............................................................................................4
2.4 Struktur dan Skala Upah...............................................................................................5
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Upah...............................................................................5
2.6 Macam Sistem Upah dalam Ilmu Ekonomi.................................................................6
2.7 Keadilan dan Kelayakan dalam Pengupahan...............................................................7
2.8 Hubungan Antara Upah Minimun dan Industrial.........................................................8
2.9 Secara Empiris Besarnya Tingkat Upah.......................................................................9

              

       BAB III PENUTUP...........................................................................................................8

3.1   Simpulan ....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Tujuan penetapan upah minimum adalah untuk
meningkatkan taraf hidup pekerja sesuai dengan kebutuhan hidupnya, oleh karena itu
penetapan upah minimum didasarkan atas Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
Pada kenyataannya upah yang diterima oleh tenaga kerja di sebagian besar provinsi
adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan Kebutuhan Hidup Layak. Kenaikan harga akan
berakibat pada kenaikan Kebutuhan Hidup Layak dan selanjutnya akan meningkatkan upah
minimum. Dilihat dari sisi perusahaan, upah adalah biaya, yang selanjutnya akan dibebankan
kepada konsumen melalui harga. UMP biasanya digunakan sebagai acuan untuk menetapkan
upah pekerja di sektor formal, oleh karena itu kenaikan UMP yang lebih tinggi daripada
produktivitas pekerja akan merugikan perusahaan karena dapat menaikkan biaya produksi.
Biaya produksi yang tinggi berarti harga output menjadi tidak bersaing, dan pada gilirannya
perusahaan akan mengurangi 2 outputnya. Penurunan output selanjutnya akan menurunkan
penggunaan faktor produksi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berpendidikan
rendah.1 Pemberian upah yang adil dan setimpal akan memicu kinerja yang dilakukan oleh
buruh, mereka akan bersemangat ketika upah seimbang dengan apa yang sudah mereka
kerjakan. Upah yang seimbang akan memotivasi pekerja untuk lebih maksimal bekerja di
perusahaan tersebut pastinya mempunyai pengaruh juga bagi pendapatan perusahaan.
Pemberian upah berguna untuk output dan efisien, perusahaan harus menyadari
akan berbagai kesulitan yang timbul dari sistem pengupahan intensif. Sistem pengupahan
merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan ditetapkan agar dapat meningkatkan
kesejahteraan pekerja. Pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tiga
fungsi upah, yaitu: a) menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya; b)
mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang; c) menyediakan insentif untuk mendorong
peningkatan produktivitas pekerja. Selanjutnya beberapa ekonom melihat bahwa penetapan
upah minimum akan menghambat penciptaan lapangan kerja. Kelompok ekonom lainnya
dengan bukti empirik menunjukkan bahwa penerapan upah minimum tidak selalu identik

1
dengan pengurangan kesempatan kerja, bahkan akan mampu mendorong proses pemulihan
ekonomi.

1.2              Rumusan Masalah
1.       
2.       
1.3              Tujuan Penulisan
1.      
2.      

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Upah


Sistem upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang diterima
pekerja. Kompensasi ini merupakan bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa
atas hasil kerja mereka.

Upah menurut Undang-Undang adalah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha/pemberi kerja kepada pekerja/ buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.” (UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Bab
I, Pasal 1 Ayat 30)
Menurut Imam Soepomo, upah terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1. Upah Pokok adalah upah dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis
pekerjaan, dan besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan;
2. Tunjangan Pokok adalah tunjangan yang diberikan bersamaan dengan upah tiap bulannya.
Tunjangan ini tidak dipengaruhi jumlah kehadiran;
3. Tunjangan Tidak Tetap adalah tunjangan yang diberikan bersamaan dengan upah tiap
bulannya. Tunjangan ini hanya diberikan bila pekerja masuk kerja.

Upah merupakan rangsangan penting bagi para karyawan dalam suatu perusahaan. Hal ini
tidaklah berarti bahwa tingkat upahlah yang merupakan pendorong utama, tingkat upah hanya
merupakan dorongan utama hingga pada tarif dimana upah itu belum mencukupi kebutuhan hidup
para karyawan sepantasnya. Upah sebenarnya merupakan salah satu syarat perjanjian kerja yang
diatur oleh pengusaha dan buruh atau karyawan serta pemerintah.

2.2 Teori dan Sistem Pengupahan


System pengupahan di suatu Negara biasanya didasarkan kepada falsafah atau teori yang
dianut oleh Negara itu. Teori yang mendasari system pengupahan pada dasarnya dapat dibedakan
menurut dua ekstrim. Ekstrim yang pertama didasarkan kepada ajaran karl marx mengenai teori nilai
dan pertentangan kelas. Ekstrim yang kedua didasarkan kepada teori pertambahan produk marjinal
berlandaskan asumsi perekonomian bebas. System pengupahan dari ekstrim pertama umumnya
dilaksanakan di Negara-negara komunis, sedangkan ekstrim kedua umumnya digunakan di Negara-
negara yang menganut paham kapitalis.

3
System pengupahan di berbagai Negara termasuk Indonesia, pada umumnya berada diantara
dua ekstrim tersebut. Landasan system pengupahan di Indonesia adalah UUD, pasal 27 ayat 2 dan
pejabarannya dalam hubungan industrial pancasila. System pengupahan pada prinsipnya haruslah :
 Mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, jadi mempunyai
fungsi social,
 Mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang, dan
 memuat imbalan intensif yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan
nasional.
2.3 Upah menurut kebutuhan
Ajaran karl marx pada dasarnya berpusat pada tiga hal. Yang pertama adalah mengenai teori
nilai. Marx berpendapat bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi. Jadi niilai suatu
barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk
memproduksi barang tersebut. Implikasi padangan yang demikian adalah :
 Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk seluruh proses
produksi barang tersebut.
 Jumlah jasa kerja yang dikorbankan untuk memproduksikan sesuatu jenis barang adalah kira-
kira sama.
 Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian hanya
buruh/pekerja yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional tersbeut.

Padangan ini tidak cocok dengan kenyataan. Pertama, walaupun manusia merupakan faktor
yang paling utama dalam proses produksi, namun peranan factor modal sangat besar. Peranan faktor
modal ini tidak dipertimbaangkan dalam teori nilai karl marx. Kedua, peranan selera dan pola
konsumsi masyarakat ternyata sangat berpengaruh dalam penentuan harga.

Ajaran yang kedua dari karl marx menyangkut pertantangan kelas. Marx berpendapat bahwa
kapitalis selalu berusaha menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh.
Dengan demikian aakan timbul pengangguran besar-besaran. Dengan adanya pengangguran yang
sangat besar ini maka pengusaha dapat menekan upah. Konsekuensi dari pada system yang demikian
ini maka tiada jalan lain bagi buruh kecuali untuk bersatu merebut capital dari pengusaha menjadi
milik bersama.
Yang ketiga, sebagai konsekuensi dari karl marx teori nilai dan pertentangan kelas diatas dia
atas, adalah terbentuknya masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini seseorang tidak menjualkan
tenaganya kepada yang lain, akan tetapi masyarakat itu melalui partai buruh akan mengatur apa dan
berapa jumlah produksi. Dalam masyarakat impian marx tersebut “tiap orang harus bekerja menurut
kemamampuannya, dan setiap orang memperoleh menurut kebutuhannya”

4
2.4 Struktur dan Skala Upah
Ketentuan tentang struktur dan skala upah di Idonesia sudah di atur dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.49/MEN/IV/2004 tentang Ketentuan Struktur dan Skala
Upah. Struktur upah adalah susunan tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi atau dari
yang tertinggi sampai yang terendah. Adapun skala upah adalah kisaran nilai nominal upah untuk
setiap kelompok jabatan. xxviii Dasar pertimbangan untuk menyusun struktur upah terdiri atas :
1. Struktur organisasi.
2. Rasio perbedaan bobot pekerjaan antar jabatan.
3. Kemampuan perusahaan.
4. Biaya keseluruhan tenaga kerja.
5. Upah minimum
6. Kondisi pasar

Sedangkan dalam penyusunan skala upah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
 Skala tunggal, yaitu skala upah dengan ketentuan setiap jabatan pada golongan jabatan yang
sama mempunyai upah yang sama.
 Skala ganda, yaitu skala upah dengan ketentuan setiap golongan jabatan mempunyai nilai
upah nominal terendah dan tertinggi.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Upah


Beberapa faktor penting yang mempengaruhi besarnya upah yang diterima oleh para karyawan, yaitu :
 Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Meskipun hukum ekonomi tidaklah biasa ditetapkan secara mutlak dalam masalah
tenaga kerja, tetapi tidak bisa diingkari bahwa hukum penawaran dan permintaan tetap
dipengaruhi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang tinggi dan jumlah
tenaga kerja yang langka maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk jabatan-jabatan yang
mempunyai penawaran yang melimpah maka upah cenderung turun.
 Organisasi buruh
Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya organisasi pekerja akan ikut
mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat pekerja yang berarti posisi
penawaran pegawai juga kuat akan menaikkan tingkat upah, demikian pula sebaliknya.
 Kemampuan untuk membayar
Meskipun serikat pekerja menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya realisasi
pemberian upah akan tergantung juga pada kemampuan membayar dari organisasi. Bagi
organisasi, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi yang akan mengurangi
keuntungan. Jika kenaikan biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian organisasi jelas
organisasi tidak akan mampu memenuhi fasilitas pegawai.

5
 Produktivitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan bagi pegawai, semakin tinggi prestasi pegawai
sudah seharusnya semakin tinggi pula upah yang akan diterima. Prestasi ini biasanya
dinyatakan sebagai produktivitas, hanya yang menjadi masalah nampak belum ada
kesepakatan dalam melindungsi produktivitas.
 Biaya hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Di kota-kota besar
biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi. Bagaimanapun juga nampaknya biaya hidup
merupakan batas penerimaan dari para pegawai.
 Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi tinggi rendahnya
upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bahwa dari tingkat upah yang
dibayarkan.

2.6 Macam Sistem Upah Dalam Ilmu Ekonomi


 Sistem Upah Menurut Waktu
Besarnya sistem upah ini ditentukan berdasarkan waktu kerja karyawan yaitu upah yang
diberikan per jam, upah yang diberikan per hari, upah yang diberikan per minggu dan upah yang
diberikan per bulan. Dalam sistem upah menurut waktu, pembayaran upah dapat dilakukan
dengan mudah selain itu, perhitungan upah ini juga tidak menyulitkan. Namun sayangnya sistem
upah menurut waktu ini bila dilaksanakan secara murni maka tidak aka nada perbedaan antara
karyawan yang rajin dengan karyawan yang tidak rajin, sehingga karyawan tidak memiliki
dorongan untuk bekerja lebih baik lagi.
 Sistem Upah Menurut Kesatuan Hasil
Dalam sistem upah menurut kesatuan hasil ini pada umumnya digunakan pada
perusahaan industri. Untuk jumlah upah yang akan diterima oleh karyawan bergantung pada
jumlah produksi atau hasil yang dicapai oleh masing-masing karyawan. Olah karena itu,
karyawan yang semakin rajin untuk mencapai upah yang lebih tinggi.Namun bila tidak dilakukan
kontrol mutu yang ketat maka akan menghasilkan mutu barang yang rendah. Guna mengatasi
kondisi tersebut maka langkah yang dapat dilakukan yaitu pengendalian mutu secara cermat dan
ditetapkan batasan dalam upah minimal, tanpa memperhatikan hasil kerjanya. Selain jumlah hasil
perlu pula memasukkan persyaratan mutu untuk metapkan besarnya upah.
 Sistem Upah Borongan
Dalam sistem upah borongan muncul disebabkan karena perusahaan tidak perlu
menanggung resiko yang berkaitan dengan karyawan. Perusahaan juga tidak perlu menyeleksi
dan mencari pekerja yang dibutuhkan. Untuk mengtasi hal tersebut, pada umumnya upah sistem

6
borongan lebih mahal dibandingkan upah harian.Untuk besarnya upah yang diterima dalam
sistem borongan ini ditentukan oleh jumlah barang yang dihasilkan oleh seorang karyawan atau
sekelompok karyawan. Guna menjaga mutu hasil pekerjaan, ketentuan dari barang yang
dihasilkan perlu ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama termasuk kondisi dan
persyaratan kerja, perlengkapan yang digunakan dan cara bekerja.
 Sistem Upah Premi
Dalam sistem upah premi yaitu disediakan upah tambahan atau premi bagi karyawan
yang mampu bekerja lebih baik.
 Sistem Upah Indeks
Sistem upah indeks merupakan upah yang dibayarkan berdasarkan indeks biaya hidup.
Hal tersebut berarti naik turunnya indeks biaya hidup akan turut dalam menentukan besarnya
upah yang diterima oleh pekerja.
 Sistem Upah Skala
Sistem upah skala merupakan upah yang dibayar berdasarkan skala penjualan. Hal
tersebut berarti terdapat hubungan yang berbanding lurus antara jumlah penjualan dengan upah
yang dibayarkan. Jika jumlah penjualan meningkat maka upah yang dibayarkan akan meningkat
pula dan apabila penjualan turun maka upah yang dibayarkan juga akan menurun.
 Sistem Bonus
Sistem bonus merupakan suatu usaha untuk memperbaiki kelemahan dalam cara
pembayaran upah. Bonus merupakan pembayaran tambahan di luar upah atau gaji yang bertujuan
untuk merangsang atau member insentif supaya karyawan dapat menjalankan tugas dengan baik
dan bertanggung jawab.
 Sistem Mitra Usaha
Dalam pembayaran upah dalam sistem mitra usaha ini sebagian diberikan dalam bentuk
saham perusahaan. Saham tersebut tidak diberikan pada pekerja secara perorangan melainkan
pada organisasi pekerja diperusahaan tersebut.
 Sistem Upah Menurut Banyaknya Produksi Atau Produktivitas
Dalam hal ini merupakan sistem upah yang diberikan sesuai dengan peningkatan atau
penurunan jumlah produksi barang atau jasa.
 Sistem Upah Menurut Prestasi
Dalam hal sistem ini merupakan upah yang diberikan sesuai dengan prestasi atau jumlah
barang yang bisa dihasilkan oleh masing-masing pekerja.

2.7 Keadilan dan Kelayakan Dalam Pengupahan


Dalam memberikan upah atau gaji perlu juga memperhatikan prinsip keadilan. Keadlian
bukan berarti bahwa segala sesuatu mesti dibagi sama rata. Keadilan harus dihubungkan antara

7
pengorbanan dengan penghasilan. Semakin tinggi pengorbanan semakin tinggi penghasilan yang
diharapkan. Karena itu pertama yang harus dinilai adalah pengorbanan yang diperlukan oleh suatu
jabatan, pengorbanan dari suatu jabatan dipertunjukan dari spesifikasi yang harus dipenuhi oleh orang
yang memangku jabatan tersebut. Semakin tinggi persyaratan yang diperlukan, semakin tinggi pula
penghasilan yang diharapkan, penghasilan ini ditunjukan dari upah yang diterima.

Rasa keadilan ini sangat diperhatikan oleh para karyawan, mereka tidak hanya
memperhatikan besarnya uang yang dibawa pulang, tetapi membandingkan dengan rekan yang lain.
Disamping masalah keadilan, maka dalam pengupahan perlu diperhatikan unsur kelayakan.
Kelayakan ini bisa dibandingkan dengan pengupahan pada perusahaan-perusahaan lain atau bisa juga
dengan menggunakan peraturan pemerintah tentang upah minimum atau juga dengan menggunakan
kebutuhan pokok minimum.

Dalam hubungan dengan ketidak layakan dengan pengupahan apabila dibandingkan dengan
perusahaan lain, ada dua macam ketidak layakan tersebut, yaitu : Menggunakan skala-skala upah yang
lebih rendah dibandingkan dengan skala upah yang dibayarkan untuk skala pekerjaan yang sama
dalam perusahaan lain. Skala-skala upah dimana suatu pekerjaan tertentu menerima pembayaran yang
kurang dari skala yang layak dibandingkan dengan skala-skala untuk jenis pekerjaan yang lain dalam
perusahaan yang sama.

2.8 Hubungan antara upah minimum dengan industrial


Hubungan kerja antara majikan sebagai pemberi kerja dan pekerja sebagai penerima kerja
dipengaruhi oleh perkembangan dan perubahan sosial, ekonomi dan cara pengelolaan usaha.
Ketidakserasian di dalam hubungan kerja antara majikan dan pekerja banyak disebabkan oleh tiddak
puasnya pekerja terhadap sistem pengupahan yang ada. Untuk menyelesaikannya perlu ada kerja sama
antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah agar dapat tercipta iklim yang sehat dan dihayati oleh
semua pihak.

Dalam situasi penawaran tenaga kerja lebih besar daripada lowongan kerja yang tersedia,
maka hanya tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang punya kesempatan untuk masuk ke dalam
pasar tenaga kerja. Dengan demikian keterampilan pekerja dapat memperoleh upah yang cukup untuk
membiayai kebutuhan hidupnya, pekerja tidak hanya harus sekedar terampil tetapi juga harus dapat
mencapai tingkat produktivitas yang tinggi agar tingkat upah dapat dinaikkan.
Masalah upah dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :
 Segi mikro, menyangkut masalah keserasian antara besarnya upah dengan kemampuan
perusahaan.

8
 Segi makro, menyangkut hubungan antara upah dengan produktivitas tenaga kerja dan
kesempatan kerja.
 Namun, sampai saat ini belum ada ukuran yang baik untuk upah yang wajar, kemampuan
perusahaan, kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja. Sehingga dengan demikian
penyebab perseisihan antara pekerja dan majikan didominasi oleh masalah pengupahan.

2.9 Secara Empiris Besarnya Tingkat Upah


Secara empiris besarnya tingkat upah sangat dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu (Aris Ananta,
1990) :
1. Kebutuhan fisik minimum
Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) merupakan kebutuhan pokok seseorang yang
diperlukan untuk mempertahankan kondisi fisik dan mentalnya agar dapat menjalankan
fungsinya sebagai salah satu faktor produksi yang dilihat dari kualitas barang dan jasa yang
dibutuhkan.
2. Indeks harga konsumen
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan petunjuk mengenai naik turunnya harga
kebutuhan hidup, peningkatan terhadap harga kebutuhan hidup ini secara tidak langsung dapat
mencerminkan tingkat inflasi.
3. Pertumbuhan ekonomi daerah
Pertumbuhan ekonomi daerah mencerminkan keadaan perekonomian dalam suatu daerah
yang mempunyai hubungan pertumbuhan dan kondisi perusahaan yang beroperasi di daerah yang
bersangkutan.

9
10
BAB III
PENUTUPAN
3.1       Simpulan

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-upah/

12

Anda mungkin juga menyukai