Handout - Project Appraisal Chapter 13 Control
Handout - Project Appraisal Chapter 13 Control
Principles:
1. Tujuan mendasar dari Project management adalah untuk mengendalikan proyek saat
sedang berkembang.
2. Terdapat metode-metode yang telah dikembangkan dengan baik untuk tetap
mengendalikan sebuah proyek.
3. Meskipun poin (1) dan (2), metode-metode tersebut memerlukan evaluasi secara kritis
terhadap efektivitas dari metode tersebut.
Learning Objectives:
1. Mengidentifikasi elemen-elemen dari sistem kontrol yang sesuai untuk proyek tertentu
2. Menentukan ukuran kinerja utama yang akan dikontrol oleh sistem
3. Memilih alat dan teknik yang sesuai untuk memungkinkan kontrol tersebut.
Stadion Wembley adalah rumah dari sepak bola Inggris dan dihancurkan pada tahun 2000
untuk memberi jalan bagi stadion yang lebih baru dengan kapasitas 90.000 kursi. Kontrak
proyek ini dimulai pada tahun 2002 dan diharapkan selesai pada Mei 2006. Pada tahun
2004, manajer proyek membuat pernyataan besar di pers nasional tentang bagaimana
mereka terkenal untuk pengiriman dan mereka akan mencapai kesuksesan di saat proyek
konstruksi lainnya gagal. Pada awal Maret 2005, kontraktor utama, Multiplex telah
mengumumkan bahwa mereka harus menghapus £45 juta dari kerugian pada proyek tetapi
mempertahankan tanggal pengiriman tepat waktu untuk Final Piala FA 2006. Hal seperti
itu tidak terwujud dan acara tersebut harus dijadwalkan kembali ke Stadion Millennium
Cardiff. Di awal proyek, ada banyak masalah dengan pembiayaan. Kemudian, ada masalah
yang lebih umum, runtuhnya atap stadium pada Mei 2006 menyebabkan kemunduran dan
penundaan lebih lanjut. Alasan atas kinerja yang buruk adalah karena produktivitas rendah,
hujan dan ketidakmampuan untuk mempertahankan tenaga kerja karena begitu banyak
proyek lain yang terjadi di wilayah London pada saat yang sama.
Introduction
Jadi, bagaimana kabar? Pertanyaan yang cukup polos, tetapi pertanyaan ini
menyebabkan berbagai masalah bagi manajer proyek, terutama jika kamu adalah manajer
proyek untuk Stadion Wembley. Walaupun ada kontrol yang jelas, sebenarnya manajer
proyek benar-benar tidak mengendalikan proyek. Penyimpangan dari kinerja yang
diharapkan dicatat namun tidak mungkin untuk memperbaikinya pada waktu yang tepat.
Untuk proyek dengan tingkat kompleksitas yang rendah control dasar dapat saja
diterapkan, tanpa alat bantu seperti yang akan dibahas dalam bab ini. Untuk proyek dengan
tingkat kompleksitas menengah dan tinggi, peran PM untuk menyajikan dan
mempertahankan beberapa sistem untuk control merupakan yang terpenting selama fase
‘Do It’ pada sebuah proyek.
Measurement of characteristics
Apa yang diukur dapat diartikan sebagai bagian dari mempertimbangkan kembali
strategi yang ada. aktivitas control membutuhkan keseimbangan. Ada sesuatu diantara
mencari tahu apakah sudah terlambat mengambil tindakan, memaksa orang agar dapat
mengetahui tahap proses mereka, dan kebutuhan tim untuk tetap bekerja: melaporkan ratio
kinerja. Dalam pengukuran karakteristik ada 2 isu penting dalam manajemen proyek yakni
waktu pengamatan dan kecepatan reaksi terhadap situasi. Penundaan waktu dalam
menerima informasi atau melaksanakan tindakan adalah mematikan setiap sistem kontrol.
Pengukuran karakteristik utama (key characteristic) dapat terjadi pada input, dalam
proses, atau output.
Dalam menilai kualitas sebuah proyek konstruksi, hal ini akan mencakup:
Input: desain, tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi, bebas cacat/rusak,
pemesanan material dengan benar.
Dalam proses: menggunakan metode kerja yang tepat, melakukan pemeriksaan
pekerjaan.
Output: jumlah kecacatan/kerusakan pada hasil akhir, pelanggan/pengguna sign-
off.
Configuration control
Terjadinya perubahan dan itu merupakan biaya (costs). Perubahan teknologi,
perubahan persyaratan, perubahan pasar dan proyek adalah sistem sosial yaitu orang-orang
yang menyampaikan project berubah juga. Salah satu kasus yang dipertimbangkan dalam
Bab3 adalah Airbus A380. Dalam contoh ini, relatif mudah untuk membayangkan berapa
banyak perubahan akan ada didesain sebagai produk yang dikembangkan. Hal ini jelas
bahwa tidak mudah untuk menyelesaikannya. Misalnya, perhatikan bahwa perusahaan
ingin pesawat yang dapat melakukan perjalanan lebih cepat dari yang direncanakan
652mph (1050km/jam) maksimum kecepatan jelajah. Akan diperlukan peningkatan daya
mesin, akan meningkatkan bahan bakar dan mengurangi muatan total pesawat
sebagaimana bahan bakar yang lebih harus dibawah untuk memberikan kecepatan ekstra.
Kekuatan yang bekerja pada sayap dan struktur pesawat juga akan meningkat,
membutuhkan lebih banyak bahan untuk digunakan, sekali lagi, meningkatkan berat
pesawat. Jelas di sini, keadaan setiap bagian dari desain pesawat akan perlu diketahui, dan
setiap perubahan di-cross checked untuk melihat implikasinya terhadap aspek-aspek lain
dari desain.
Di sinilah kontrol konfigurasi datang – seperti memastikan bahwa setiap orang
bekerja untuk desain versi terbaru. Jika perubahan kecepatan yang diusulkan
untukpesawat telah ditandatangani, adalah penting bahwa setiap orang yang bekerja pada
proyek menyadari adanya perubahan dan implikasinya. Untuk memiliki desainer sayap,
misalnya bekerja pada versi awal dari spesifikasi bisa menjadi bencana. Inti dari
manajemen konfigurasi-memastikan bahwa hanya spesifikasi dan desain saat ini yang
digunakan di seluruh proyek.
Conformance
Pembentukan dan pengelolaan sistem yang efektif untuk mengontrol kualitas
produk dan layanan adalah peran yang manajemen proyek semakin penting. Kualitas
sistem berisi sejumlah elemen utama – kebijakan, deskripsi dan prosedur sistem.
Kebijakan untuk kontrol kualitas yang ditentukan dan ditetapkan sebagai bagian dari
kebijakan organisasi atau diwajibkan oleh syarat kontrak yang ditetapkan oleh organisasi
klien. Sistem kemudian diletakkan di tempat untuk memenuhi persyaratan dari kebijakan
ini dan prosedur adalah apa yang orang-orang di semua tingkat organisasi lakukan dari
hari ke hari. Tujuan dari kontrol kualitas adalah:
untuk menyediakan sistem formal dalam sistem proyek yang menjamin bahwa
kebutuhan pelanggan atau tujuan yang telah dinyatakan sistem terus-menerus
dicapai.
Ada alasan lain untuk memiliki sistem kualitas:
Untuk melindungi proyek organisasi sejauh mungkin, dari kewajiban
hukum, terutama kelalaian profesional dan klaim kewajiban produk.
Organisasi, melalui sistem kualitas, dapat menunjukkan bahwa “setiap
tindakan pencegahan itu wajar” untuk memastikan bahwa proyek
dilaksanakan dengan cara memastikan bahwa kebutuhan yang dinyatakan
telah dipenuhi.
Merupakan prasyarat untuk mendapatkan bisnis di banyak pasar, termasuk
aerospace (luar angkasa), pertahanan, pengadaan umum dan industri motor.
Performance
Control terhadap ekspektasi dan persepsi stakeholders telah diidentifikasi sebagai
suatu yang penting jika bisnis untuk mencapai kepuasan pelanggan dan mempertahankan
pelanggan yang menguntungkan. Untuk proyek non-revenue-generating yang dihasilkan
seperti perubahan organisasi, mengelola harapan dan persepsi adalah sebuah tantangan.
Beberapa masalah di sini adalah:
Jangan ciptakan harapan yang tidak dapat disampaikan; minimum proyek harus
memiliki karakteristik cat iklan yang menyatakan: persis dengan apa yang tertulis
di kaleng.
Mengukur harapan dan persepsi: masalah di sini penting untuk kontrol, bahwa
seluruh proses kita mengenali pentingnya stakeholders. Dimana penyimpangan
ditemukan, hal ini sering untuk membuat perubahan yang sangat kecil yang akan
membawa persepsi kembali ke baris. Seperti aspek lain dari kontrol, waktu di sini
kritis – tidak meninggalkan itu terlalu lama untuk mengukur atau untuk bertindak
dimana ditemukan penyimpangan yang tidak dapat diterima.
Earned Value
Untuk proyek-proyek yang kompleks di mana peringatan akan masalah dan
kemampuan untuk memprediksi biaya akhir dan waktu pada penyelesaian diperlukan,
penggunaan konsep earned value bisa sangat berguna. pengukuran ini menyatukan elemen
kinerja waktu dan biaya kedalam kuantitas keuangan—sebuah unit yang mudah
dimengerti.
Misalnya, sebuah proyek memiliki sepuluh kegiatan yang akan dilakukan selama
10 minggu. Tahap pertama dalam proses penilaian menggunakan “earned value” adalah
untuk menetapkan anggaran untuk masing-masing kegiatan. Kegiatan diidentifikasi dan
anggaran untuk masing-masing diestimasi, didasarkan pada perkiraan waktu, bahan dan
overhead (lihat Bab 8) untuk masing-masing. Waktu dan biaya ini ditunjukkan dalam tabel
13.1, masing-masing kegiatan akan berjalan secara berurutan, satu demi satu.
Earned Value setelah selesainya kegiatan 1-4 ₌ €5000 + €8000 + €7000 + € 12.000 ₌
€32000
Jadi sekarang kita memiliki sebuah susunan pengukuran:
Pengeluaran sebenarnya (actual spend): €36.000
Pengeluaran yang direncanakan (planned spend): €46.000
Earned Value: €32.000
manajer proyek ke zona pertama –memonitor lebih dekat. Penggunaan 10 hari untuk buffer
ini menempatkan proyek manajer ke zona berikutnya – rencana. Rencana ini disusun untuk
mengembalikan buffer ke ukuran aslinya (Atau sebagai proporsi dari waktu yang tersisa
dalam proyek). Rencana tersebut diperlukan untuk dilaksanakan hanya ketika 20 hari dari
penyangga telah terkikis bahwa. Tiga zona ditunjukkan pada Gambar 13.5.
Visual Control
Sesuatu yang terlihat dapat lebih mudah dikontrol dibanding sesuatu yang tidak
terlihat. Ada beberapa sistem yang bisa digunakan untuk membuat control dapat terlihat.
Gantt Chart memiliki peran dalam permainan ini. Salah satu perusahaan yang ingin
melacak kemajuan pekerjaan kritis di kantor menempatkan orange beachball besar di meja
orang yang bekerja pada tugas penting. Hal ini memberikan beberapa efek, pertama,
membuat kemajuan yang sangat terlihat – hanya dengan mencari beachball untuk
menentukan mana tahap proyek yang telah berkembang. Kedua, memperkuat pentingnya
jalur kritis – bahwa setiap penundaan di sini akan menunda seluruh proyek. Ketiga,
memberi pesan kepada orang lain untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang bekerja
pada jalur kritis.
Sistem lain termasuk lampu lalulintas dan beberapa ‘dashboard digital’ berbasis
computer. Yang terakhir ini sangat efektif di mana tim yang tersebar di sejumlah situs atau
lokasi dan membuat penggunaan yang ekstensif dari computer. Lewat sistem berbasis
computer ini, kita dapat melihat kemajuan dari proyek serta dapat menunjukkan kinerja
pada program, portfolio maupun tingkat bisnis. Indicator kinerja utamanya (KPI) termasuk
nilai yang diterima, penetrasi buffer agregat atau hanya sejumlah proyek yang berjalan
sesuai budget.
Real-time Control
Adanya sarana jaringan komunikasi yang cost-effective membuat real-time control
bisa dilakukan. Project team membuat laporan dalam format yang kurang formal tentang
progress aktifitas pada saat hal itu terjadi, beberapa kali dalam sehari, yang memberikan
feed back kepada user dengan segera. Hal ini membuat user bisa mengambil tindakan
perbaikan. Real-time control adalah control yang bersifat conforming daripada performing.
Last Planner
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mencari tahu seluk-beluk/ bagian dari
suatu proyek. Salah satunya adalah Last Planner yang diperkenalkan oleh Lean
Construction Institute di US. Metode ini dilakukan dengan cara membuat suatu schedule
produksi untuk 4-6 minggu kedepan yang berisi bagian-bagian aktifitas dan menyediakan
kesempatan untuk mencari tahu aktifitas yang tidak teridentifikasi pada perencanaan di
level yang tinggi.
Untuk melakukan pengontrolan pada mtode ini digunakan weekly schedule. Dalam
weekly schedule, semua akitfitas yang dibuat untuk kedepan dibagi kedalam setengah hari
atau kurang dalam setiap aktifitasnya. Hal ini menjadi sangat baik karena aktivitas
menjadi lebih sedikit.
Untuk mengatahui apakah aktifitas tersebut telah slesai atau tidak maka kita dapat
menggunakan table weekly review yang dapat diukur mengunakan Planned Percent
Complete.
Planned Percent Complete = activities complete/intended completed activities.
Weekly review adalah suatu alat yang digunakan untuk menyelesaiakan masalah
yang terus menerus.
Communicating control information
Project manager bertanggung jawab dalam pengontrolan informasi dan
distribusinya kepada setiap anggota tim project and stakeholders lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar project manager dapat mengatur ekspektasi mereka.
Cara mendapatkan informasi menggunakan cycle:
Measure – record – analyse – act
Setiap langkah dalam cycle ini harus diikuti, jika tidak, maka informasi tidak bisa
didapatkan.
Melakukan pengontrolan serta distribusi informasi pada zaman sekarang telah
dikomputerisasi, yang dikenal sebagai PMIS (Project Management Information Systems).
PMIS memudahkan project manager dalam memperbaharui informasi (measure, record,
and analyse) untuk melakukan tindakan (act).
Manager harus bisa menyelesaikan masalah diatas untuk bisa mengontrol informasi
dan distribusinya dengan cara menetapkan batasan kontol (contol limits) yang dihasilkan
dari variability (deviasi kinerja). Konsep penerapan control limits pada proyek seperti pada
gambar 13.7.
Control as a paradox
Project sebagai suatu human system, maka control adalah hal yang sangat
dibutuhkan. Namun semakin tinggi kontrol yang diterapkan, semakin minim hasilnya
(kemampuan memperngaruhi perilaku anggota project tim). Karena ada keadaan dimana
manusia melakukan pergerakan yang berlawan dengan kontrol yang terlalu detail dan
memilih control yang paling relevan atau paling simple yang bisa diterapkan.