Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RUMAH SAKIT IMMANUEL
2013 – 2015

PREEKLAMSI BERAT

1. Pengertian (Definisi) Timbulnya hipertensi disertai proteinuri


dan atau edema akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan 3

2. Anamnesis 1. Hamil
2. Sakit kepala yang menetap
3. Nyeri ulu hati yang menetap
4. Gangguan visus dan serebral
5. Bengkak tungkai
6. Tidak ada riwayat tekanan darah
tinggi sebelum kehamilan.3

3. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda-tanda kehamilan


2. Tekanan darah diastol ≥ 110 mmHg
3. Sianosis, sesak nafas, ronkhi akibat
edema paru
4. Edema pada pretibia, dinding perut,
lumbosakral, wajah/tangan. 2,3

4. Kriteria Diagnosis Jika didapatkan 1/lebih gejala:


1. Tekanan darah diastole ≥ 110 mmHg
2. Proteinuri ≥ 2 gram/24 jam atau ≥ 2+
dalam pemeriksaan kualitatif
(dipstick)
3. Kreatinin serum › 1,2 mg% disertai
oligouri (‹ 400 ml/24 jam)
4. Trombosit < 100.000/mm3
5. Angiolisis mikroangiopati
(peningkatan kadar LDH)
6. Peningkatan kadar SGOT dan SGPT

1
7. Pertumbuhan janin terhambat
8. Edema paru disertai sianosis
9. Adanya “the HELLP Syndrome”
10. Sakit kepala yang menetap, gangguan
visus dan serebral
11. Nyeri ulu hati yang menetap.3

5. Diagnosis Kerja Preeklamsi berat

6. Diagnosis Banding 1. Hipertensi Kronik


2. Kelainan ginjal
3. Epilepsi.3

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Hb, hematokrit


2. Urin lengkap
3. Asam urat darah
4. Trombosit
5. Fungsi hati
6. Fungsi ginjal
7. Pemeriksaan USG
8. Pemeriksaan kardiotokografi 1,2,3

8. Terapi 1. Perawatan aktif

Sedapat mungkin sebelum perawatan

aktif pada tiap penderita dilakukan

pemeriksaan fetal assesment (NST &

USG)

a. Indikasi

Indikasi perawatan aktif ialah bila

didapatkan satu atau lebih keadaan

gawat dibawah ini :

1. Ibu

2
 Kehamilan ≥ 35 minggu

 Adanya tanda-tanda/gejala

impending eklampsia,

kegagalan terapi pada

perawatan konservatif yaitu :

dalam waktu setelah 6 jam

sejak dimulainya pengobatan

medikasi terjadi kenaikan

tekanan darah atau setelah

24 jam sejak dimulainya

pengobatan,gejala-gejala tidak

ada perbaikan.

2. Janin

 Hasil fetal assesment jelek

(NST & USG)

 Adanya tanda-tanda IUGR

3. Laboratorik

 Adanya “HELLP Syndrome”

b. Pengobatan Medikamentosa

1. Segera masuk rumah sakit.

2. Tirah baring miring ke satu sisi

Tanda vital diperiksa tiap 30


3
menit, refleks patella setiap jam.

3. Infus Ringer Laktat 500 cc (60-

125 cc /jam).

4. Pemberian obat anti kejang :

Magnesium Sulfat (MgSO4)

Cara pemberian:

a. Secara Intravena

Dosis awal :

4 gram MgSO4, 40%, (10 cc)

intravena sebagai larutan

diberikan dalam 3-5 menit.

Segera diikuti dengan 6 gr

MgSO4, 40% (15 cc)

dilarutkan dalam Ringer

Asetat atau Ringer Laktat 500

cc dalam 6 jam.

Sebagai dosis pemeliharaan,

MgSO4, 40%, 1 gram/jam (25

cc) dilarutkan dalam larutan RL

atau NaCl 0,9% 500 cc dalam

24 jam, yang diberikan sampai

24 jam pasca salin.

4
b. Pemberian Intra Muscular

(IM)

Dosis awal :

4 gram MgSO4, 40%, (10 cc)

intravena sebagai larutan

diberikan dalam 3-5 menit.

Diikuti segera 4 gram MgSO4,

40% (10 cc), Intra muscular di

bokong kiri dan diulang setiap

6 jam kembali 4 gram, MgSO4,

40%, (10 cc), intra muscular di

bokong kanan dengan jarum no.

21 panjang 3,7 cm. Untuk

mengurangi nyeri dapat

ditambah 1cc Xylocain 2 %

yang tidak mengandung

adrenalin pada suntikan intra

muscular.

Pemberian dosis pemeliharaan

dilanjutkan sampai dengan 24

jam pasca salin atau bila

tekanan darah ibu normal dan

KU ibu membaik (stabil)

5
c. Syarat-syarat pemberian

MGSO4 :

1. Harus tersedia antidotum

MgSO4, yaitu 6calsium

glukonas 10% (1 gram

dalam 10 cc) diberikan

Intra Vena secara perlahan

dalam 3-5 menit.

2. Refleksi 6patella (+)

3. Frekuensi pernafasan > 16 x

/ menit

4. Produksi urine > 30 cc

dalam 1 jam sebelumnya

(0,5 cc/ kg BB/jam).

d. Magnesium Sulfat dihentikan

bila :

1. Ada tanda-tanda intoksikasi MgSO4,

yaitu :

a. Kelemahan otot

b. Hipotensi

c. Refleks fisiologis menurun

d. Fungsi jantung terganggu

6
e. Depresi susunan saraf pusat

f. Kelumpuhan dan selanjutnya dapat

menyebabkan kematian karena

kelumpuhan otot –otot pernafasan.

Kadar serum ion Magnesium pada dosis

adequat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks

fisiologis menghilang pada kadar 8-10

mEq/liter.

2. Bila timbul tanda-tanda intoksikasi

magnesium sulfat

a. Hentikan pemberian magnesium sulfat

b. Berikan 7calsium glukonase 10% 1

gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam

waktu 3-5 menit.

c. Berikan Oxigen

d. Lakukan pernafasan buatan.

3. Magnesium sulfat dihentikan juga bila

setelah 24 jam pasca persalinan sudah

terjadi perbaikan atau tekanan darah

ibu kembali normal dan KU ibu membaik.

Diuretikum tidak diberikan kecuali bila

ada : ederma paru, payah jantung

7
kongestif atau edema anasarka.

Diberikan Furosemid injeksi 40 mg/IM.

7. Antihipertensi diberikan bila :

- Tekanan darah sistole ≥ 160mmHg,

8diastole ≥ 110mmHg

Sasaran pengobatan adalah MABP

(Mean Arterial Blood Pressure)

20% dari awal.

Obat pilihan antihipertensi adalah

Hidralazin yang diberikan 5 mg,

intravena perlahan selama 5 menit.

Diulang dalam waktu 15-20 menit

sampai tercapai tekanan darah yang

diharapkan. Bila tidak tersedia

Hidralazin, maka :

Nifedipin, 10 mg PO, setiap 30 menit

atau dengan pemberian 3x10 mg,

PO, dengan dosis maksimal 120 mg /

24 jam

Metil dopa, 250 mg, 3x500 mg, PO

Labetolol 10 mg, intravena (IV). Bila

belum terjadi penurunan tekanan

darah, maka dapat diulang


8
pemberian 20 mg setelah 10 menit,

40 mg pada 10 menit berikutnya,

diulangi 40 mg setelah 10 menit

kemudian, dan hingga 80 mg pada 10

menit berikutnya.

Bila tidak tersedia, berikan Clonidin 1

ampul dilarutkan dalam 10 cc NaCl

0,9% disuntikkan mula-mula 5 cc IV

perlahan selama 5 menit. Tekanan

darah diukur, bila belum ada

penurunan tekanan darah, berikan

sisanya 5 cc IV perlahan selama 5

menit. Dosis pemeliharaan, 7 ampul

Clonidin dalam 500 cc Dextrose 5%

dengan titrasi sampai mencapai

tekanan darah yang diharapkan.

Pemantauan tekanan darah setiap 10

menit sampai MABP 20%,

selanjutnya setiap 1 jam sampai

tekanan darah stabil.

c. Kardiotonika

Indikasi memberikan kardiotonika bila

ada tanda-tanda menjurus payah


9
jantung. Diberikan digitalisasi cepat

dengan cedilanid-D.

c. Lain-lain

 Konsul dan rawat bersama

dengan bagian penyakit dalam.

 Rawat bersama dengan bagian

jantung, mata dan Neurolog bila

diperlukan (sesuai kasus)

 Obat-obat anti piretik

diberikan bila suhu axilla diatas

o
38 C, dapat dibantu dengan

pemberian kompres dingin atau

pemberian cairan yang

adequate.

 Antibiotik diberikan atas

indikasi. Diberikan Amoxicillin

atau Ampicillin 1 gram/6-8

jam/IV/hari. (skin tes dahulu)

c. Pengobatan Obstetrik

Cara terminasi kehamilan.

Belum inpartu :

10
 Induksi persalinan : tetesan

oksitosin dengan syarat nilai bishop

≥ 5 dan dengan fetal heart

monitoring.

 Seksio sesaria bila :

 Fetal 11distress (gawat janin)

 Syarat tetesan oxytosin tidak

dipenuhi (nilai Bishop < 5) atau

adanya kontra indikasi tetesan

oksitosin, misalnya bekas SC

sebelumnya.

 12 jam sejak dimulainya tetesan

oksitosin belum masuk fase aktif.

Penggunaan misoprostol 25

mcg/vaginal diulang setiap 6-8

jam. Pemberian misoprostol

sublingual dapat diberikan 50

mcg/SL diulang 6-8 jam.

Sudah Inpartu :

Kala I :

Fase latent : augmentasi dengan

menggunakan tetesan oksitosin atau

11
misoprostol/vaginal atau sub lingual.

Fase aktif :

 Amniotomi.

 Berikan augmentasi dengan tetesan

oksitosin atau misoprostol tablet.

Kala II : Pada persalinan pervaginam,

maka kala II diselesaikan dengan

mempersingkat kala II, boleh dilakukan

bantuan penggunaan vakum (VE) atau

Forceps (FE) bila kala II memanjang.

9. Indikasi Rawat PEB

10. Lama Perawatan Tergantung komplikasi PEB dan cara

persalinan

11. Kriteria Pemulangan KU ibu baik dan stabil

12. Edukasi (Hospital Health 1. Banyak istirahat (berbaring


Promotion)
tidur/miring kiri)

2. Diet : cukup protein, rendah

karbohidrat, lemak dan garam

13. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam

14. Tingkat Evidens I/II/III/IV

15. Tingkat Rekomendasi A/B/C

16. Penelaah Kritis 1.


2.

12
3.
4.

17. Indikator

18. Kepustakaan 1. Angsar M. Dikman. Panduan


Pengelolaan Hipertensi dalam
kehamilan. Satgas Gestosis POGI
Edisi I, 1985.
2. Moir JC, Myerscough PR Munro-Ker’s
Textbook of Obstretrics Baltimore :
Williams & Wilkins, 1971
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Obstetri dan Ginekologi RS Hasan
Sadikin 2005
4. Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai