Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN ILMU JIWA Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, Mei 2020

GANGGUAN BIPOLAR

DISUSUN OLEH:
AULIA PRATIWI NURUL SUCI
111 2019 2136

PEMBIMBING:

dr. Agus Japari, M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT ILMU JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Aulia Pratiwi Nurul Suci,S.Ked

NIM : 111 2019 2136

Judul : Gangguan Bipolar

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

Ilmu Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Makassar, Mei 2020

Pembimbing

dr. Agus Japari, M.Kes., Sp.KJ


BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan bipolar terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas

yang berlebih (mania atau hipomania), dan dalam jangka waktu yang

berbeda terjadi penurunan afek yang disertai dengan penurunan aktivitas

(depresi). Gangguan bipolar terdiri dari afek yang meningkat, dan juga

aktivitas yang berlebih (mania atau hipomania), dan dalam waktu yang

berbeda terjadi penurunan mood yang diikuti dengan penurunan energi

maupun penurunan aktivitas (depresi).1

Jumlah kejadian setiap tahun dari gangguan bipolar dalam populasi

diperkirakan antara 10-15 per 100000 di antara manusia. Angka ini lebih

tinggi di kalangan wanita dan bahkan dapat mencapai 30 per 100000 .

Kondisi ini dapat mempengaruhi orang dari hampir semua usia, dari anak-

anak sampai usia lanjut. Prevalensi serupa terjadi pada pria maupun

wanita.1
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. B

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Tempat dan Tanggal Lahir : -

Alamat : -

Agama : -

Tanggal Pemeriksaan : 23 Juli 2013

Keluhan Utama

Pasien tidak bisa tidur

Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang dengan keluhan tidak bisa tidur apabila mendengar yang tidak

didengar oleh orang lain. Pasien biasanya mampu tidur, dari jam 8 malam,

kemudian pasien terbangun kira- kira jam 10 malam karena mendengar

suara gamelan yang dikatakan mengganggu, dan pasien merasa ditarik

untuk mondar-mandir di jalan raya selama kurang lebih dua jam. Setelah

itu pasien tidak bisa tidur lagi. Pasien mengatakan dirinya sulit untuk tidur

sejak enam bulan yang lalu. Parahnya dikatakan sejak satu bulan yang
lalu. Bila pasien susah tidur dikatakan biasanya pasien memasak dan

memakan sesuatu. Saat ditanya tentang bagaimana perasaannya saat ini,

pasien mengatakan perasaannya “senang”. Saat ditanya kenapa pasien

merasa senang, pasien menjelaskan bahwa dia senang karena akan ada

yang membantu dirinya melawan orang yang sengaja mengerjai dirinya.

Pasien mengatakan bahwa ada orang yang sengaja mengerjai dan menyakiti

dirinya. Orang itu mengerjai pasien dengan cara membuat pasien tidak

bisa tidur. Sejak dua minggu terakhir, suara gamelan semakin sering

didengarnya, dan semakin jelas, tidak samar-samar lagi, namun pasien tidak

tahu jenis suara gamelan itu. Pasien juga tidak jelas tahu apakah itu suara

gamelan kematian atau suara gamelan untuk jenis upacara lainnya. Suara

gamelan ini kembali didengarnya di malam hari, setelah pasien tertidur

beberapa jam. Suara gamelan itu terdengar sangat jelas dan keras, sehingga

mengganggu pasien. Pasien merasa yakin bahwa ada yang berusaha

mengerjai dia dan ingin membuat pasien sakit. Pasien mencurigai salah

seorang sepupunya. Dia merasa bahwa sepupunyalah yang menggunakan

kekuatan gaib untuk membuat pasien agar sakit. Pasien mengatakan

merasa malu jika menikahi seorang wanita tapi tidak memiliki tanah atau

rumah untuk ditempati. Pasien sebenarnya ingin untuk menikah, namun

dikatakan bahwa dirinya berpacaran tidak lama. Hingga saat ini pasien

belum memiliki pacar lagi. Pasien mengatakan tidak pernah melihat adanya
bayangan-bayangan yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Pasien juga

mengatakan tidak mencium bau-bau busuk/bau-bau yang lain yang tidak

bisa dicium oleh orang lain dan pasien juga mengatakan tidak pernah

merasakan sentuhan-sentuhan yang tidak ada benda ataupun objek yang

menyentuh pasien. Pasien mengatakan akhir-akhir ini tidurnya tidak baik dari

biasanya. Pasien sangat susah memulai tidur, terkadang jam 2 pagi baru bisa

tertidur dan segera setelahnya pasien terbangun. Salah satu penyebab

pasien terbangun karena pasien sering bermimpi yang tidak

menyenangkan, tetapi pasien tidak bisa mengingat isi mimpinya. Saat pasien

bangun pasien merasa kelelahan serta tidak tidur walaupun pasien dapat

tidur beberapa jam sebelumnya.

Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Gangguan Psikiatrik

Pasien mengatakan pernah dirawat di RSUP Sanglah sekitar satu

bulan yang lalu karena keluhan yang sama. Pasien mengatakan ”ulian

saudara mati, saudara pisah, tiang buduh kene”. Pasien

mengatakan saat dirawat di Sanglah karena pasien mengamuk

dan merusak barang. Pasien mengamuk dan mencangkul

tanah yang ada di halaman. Saat itu juga pasien susah tidur dan

berbicara sendiri. Pasien merasakan kehilangan yang sungguh

dalam ketika ditinggalkan oleh saudara dan ayahnya. Akibat dari


kejadian tersebut pasien sering terbayang terutama ketika pasien

diam atau saat melamun. Apabila pasien sedang kumat, dirinya

merasa khawatir akan sesuatu hal yang buruk terjadi pada dirinya,

pasien juga merasa berdebar dan keringat dingin, selain itu pasien

juga susah memulai tidur dan jika bisa tidur pasien sangat mudah

bangun karena mimpi buruk. Saat kambuh pasien juga merasa

sedih, kehilangan minat untuk beraktivitas dan merasa dirinya

tidak berguna. Gejala-gejala tersebut akhir- akhir ini jarang timbul

setelah pulang dari RSUP Sanglah dan juga dirasakan lebih ringan

terutama setelah pasien mulai berobat ke dokter.

2. Riwayat Gangguan Medik

Tidak ada

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Minum- minuman keras dan obat-obatan terlarang (-), riwayat merokok

(+) dua sampai tiga batang rokok perhari, namun sudah

ditinggalkannya setelah mengetahui bahaya dari akibat merokok.

Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien mengatakan sejak kecil tidak pernah memiliki riwayat penyakit

serius.

2. Riwayat Pendidikan
Tidak terlampir pada jurnal

3. Riwayat Pekerjaan

Walaupun tidak bisa tertidur pasien masih memiliki semangat

kerja yang tinggi. Dikatakan bahwa pasien masih semangat untuk

pergi bekerja. Pasien adalah orang yang berkepribadian sangat

bersemangat. Selalu mengambil banyak pekerjaan dan seperti tidak

lelah-lelah.

4. Kehidupan Beragama

Tidak terlampir pada jurnal

5. Kehidupan Sosial dan Pernikahan

Pasien juga dikatakan sangat ramah kepada sesamanya, namun

pasien jika mengalami masalah jarang mau bercerita dan memilih

sering memendam sendiri. Riwayat pernikahan (-)

6. Riwayat Hukum

Tidak terlampir pada jurnal

Riwayat Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

Situasi Kehidupan Sosial Sekarang


Pasien juga dikatakan sangat ramah kepada sesamanya, namun

pasien jika mengalami masalah jarang mau bercerita dan memilih sering

memendam sendiri.

Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien mengganggup dirinya sakit dan butuh pengobatan.

STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien menggunakan jaket berwarna biru dan memakai topi

di kepalanya. Roman muka tampak sesuai dengan umur dan

rambut terpotong pendek dan tersisir rapi.

2. Kesadaran

a. Kesadaran sensorium/neurogenic : Compos Mentis

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

a. Selama wawancara : Pasien diwawancara dalam posisi duduk.

Selama wawancara pasien tampak tenang, kontak

verbal/visualnya cukup.

4. Sikap Terhadap Pemeriksa

Kooperatif, tampak bersahabat

5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Pembicaraan spontan, lancar, dan benar

b. Gangguan berbicara : Atikulasi jelas

B. Alam Perasaan (Mood)

1. Mood : Hipomanik

C. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : Tidak ada

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak terlampir pada jurnal

4. Derealisasi : Tidak terlampir pada jurnal

D. Proses Berpikir

1. Arus Pikiran

a. Bentuk pikir : logis non realis

b. Kontinuitas : flight of idea dan logorea.

c. Hendaya Bahasa : tidak ada

E. Tilikan

Derajar 6 : Psikomotor pasien meningkat saat pemeriksaan dan

pemahaman pasien akan penyakitnya memiliki tilikan enam.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status interna dan status neurologi

dalam batas normal.


DIAGNOSIS

Aksis I: Gangguan Afektif Bipolar, Manik, Dengan Gejala Psikotik

(F31.1),

Aksis II: ciri-ciri kepribadian dissosial,

Aksis III: tidak ada diagnosis,

Aksis IV: permasalah dengan primary support group, aksis V: GAF 60-

51.

TATALAKSANA

Pasien mendapatkan terapi yaitu psikoterapi, dan farmakoterapi

berupa haloperidol 1 x 5 mg dan trihexyphenidyl 1 x 2 mg.


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Gangguan bipolar ditandai oleh terjadinya setidaknya satu episode

manik atau campuran- manik selama masa hidup pasien.Sebagian

besar pasien juga, di lain waktu, memiliki satu atau lebih episode

depresi. Dalam interval antara episode- episode ini, sebagian besar

pasien kembali ke keadaan normal seperti biasanya. Dengan

demikian gangguan bipolar adalah penyakit penyakit “siklik” atau

“periodik”, dengan pasien berputar “naik” menjadi episode manik

atau campuran- manik, kemudian kembali normal, dan “turun” ke

dalam episode depresi.2

3.2. Epidemiologi

Jumlah kejadian setiap tahun dari gangguan bipolar dalam populasi

diperkirakan antara 10-15 per 100000 di antara manusia. Angka ini

lebih tinggi di kalangan wanita dan bahkan dapat mencapai 30 per

100000 . Kondisi ini dapat mempengaruhi orang dari hampir semua

usia, dari anak-anak sampai usia lanjut. Prevalensi serupa terjadi


pada pria maupun wanita. Gangguan bipolar adalah penyebab

utama kecacatan ke -6 di Negara maju diantara mereka yang

berusia 15 dan 44 tahun.1,2

3.3. Etiologi

Penelitian telah mengidentifikasi beberapa faktor yang

berkontribusi terhadap risiko pengembangan gangguan bipolar.

Gangguan bipolar adalah penyekit yang disebabkan oleh pengaruh

biopsikososial termasuk genetic, perinatal, neuroanatomik,

neurokimia, dan kelainan biologi lainnya.

a. Faktor genetik : Studi yang berbeda menunjukka bahwa

gangguan bipolar memiliki risiko penurunan yang tinggi.

b. Komplikasi kehamilan dan kelahiran (faktor perinatal) : Studi

menunjukka bahwa pasien dengan gangguan bipolar telah

meningkatkan tingkat komplikasi obsetri dan ini dikaitkan

dengan onset penyakit ini.

c. Neurotrasmiter (faktor biokimia) : Beberapa jalur biokimia

kemungkinan berkontribusi pada gangguan bipolar, itulah

sebabnya sulit untuk mendeteksi satu kelainan tertentu. Ini

mengarah pada hipotesis katekolamin, yang menyatakan

bahwa peningkatan epinefrin dan norepinefrim

menyababkan depresi. Obat- obatan yang digunakan untuk


mengobati depresi dan penyalahgunaan obat0obatan (mis.

Kokain) yang meningkatkan kadar moniamin, termasuk

serotonin, atau epinefrin, atau dopamine, semuanya dapat

berpotensi memicu mania, yang melibatkan semua

neurotrasmiter ini dalam etiologinya.

d. Faktor lingkungan : Secara keseluruhan, peneliti telah

menemukan bahwa individu bipolar mengalami peningatan

kejadian stress sebelum onset pertama dan kambuhnya

episode mood. Bahkan, sebagian besar penelitian

menemukan bahwa peristiwa negative mandahului manik/

hipomanik serta episode depresi individu bipolar. 3

3.4. Patofisiologi

Patofisiologi gangguan bipolar secara keseluruhan masih

relatif kurang dipahami. Kegagalan regulasi neurotransmitter

noradrenaline (NA) saat ini terlibat dalam depresi / episode depresi.

Serotonin (5-HT) juga terlibat dalam depresi. Berkurangnya

neurotransmiter penghambat seperti asam gamma-amino butyric

acid (GABA) juga diperkirakan sebagai penyebab mendasar -

karenanya merangsang GABA (misalnya, menggunakan valat)

memiliki peran dalam mengelola mania. Demikian pula, sedikit

yang diketahui tentang gangguan yang mendasari yang


menyebabkan pasien untuk siklus antara mania, euthymia dan

depresi.4

3.5. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala gangguan bipolar dapat bervariasi. Seseorang

dengan gangguan bipolar mungkin memiliki episode manik,

episode depresi, atau episode "campuran". Episode campuran

memiliki gejala manik dan depresi. Episode mood ini menyebabkan

gejala yang berlangsung satu atau dua minggu atau kadang-

kadang lebih lama. Selama episode, gejalanya berlangsung setiap

hari hampir sepanjang hari. Episode mood sangat intens. Perasaan

yang intens dan terjadi bersama dengan perubahan perilaku,

tingkat energi, atau tingkat aktivitas yang terlihat oleh orang lain.

Gejala Dari Episode Manik Gejala Dari Episode Depresif

Merasa sangat senang, Merasa sangat sedih atau

gembira, atau sangat mudah cemas

tersinggung atau sensitif

Merasa gelisah Merasa melambat atau gelisah

Berpikir cepat Kesulitan berkonsentrasi atau

membuat keputusan

Kebutuhan tidur berkurang Kesulitan tidur, bangun terlalu


pagi, atau terlalu banyak tidur

Berbicara cepat tentang Berbicara dengan sangat

banyak hal yang berbeda lambat, merasa anda tidak

punya apa-apa untuk

dikatakan, atau banyak lupa

Nafsu makan berlebihan untuk Kurang minat hampir disemua

makanan, minuman, seks, atau kegiatan

aktivitas menyenangkan

lainnya

Mengira Anda bisa melakukan Bahkan tidak dapat melakukan

banyak hal sekaligus tanpa hal-hal sederhana

merasa lelah

Merasa seperti Anda itu luar Merasa putus asa dan tidak

biasa penting, berbakat, atau berharga, atau berpikir tentang

kuat kematian atau bunuh diri

Beberapa orang dengan gangguan bipolar mungkin memiliki

gejala yang lebih ringan daripada orang lain dengan gangguan

tersebut. Misalnya, episode hipomanik dapat membuat individu

merasa sangat baik dan sangat produktif; mereka mungkin tidak

merasa ada yang salah. Namun, keluarga dan teman-teman

mungkin memperhatikan perubahan suasana hati dan perubahan


tingkat aktivitas sebagai perilaku yang berbeda dari biasanya, dan

depresi berat dapat mengikuti episode hipomanik ringan. 5

3.6. Diagnosis

F30 EPISODE MANIK

Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai

peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental,

dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu

episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan

efektifbipolar, episode manik tunggal Jika ada episode afektif

(depresif, manik, atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya,

termasuk gangguan afektif bipolar (F31.-).

F30.0 Hipomania

o Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek

yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas,

men.etap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-

turut, pada suatu derajat intensitas dan yar.g bertahan melebihi

apa yang digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai

halusinasi atau waham.

o Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aklivitas sosial

memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila


kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania

(F30 1 atau F30.2) harus ditegakkan.

F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik

 Episode harus berlangsung sekurang-kurangrrya 1 minggu,

dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir

seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

 Perubahan afek harus disertai dengah energi yang

bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan

dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang,

ide-ide perihal kebesaran/"grandiose ideaS" dan terlalu

optimistik.

F30.2 Mania dengan Gejala Psikotik

 Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat

dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik).

 Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran

dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of

grandeur), iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar

(delusion of persecution). Waham dan halusinasi "sesuai"

dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).

F30.8 Episode Manik Lainnya


F30.9 Episode Manik YTT

F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Gangguan jni tersifat oleh episode berulang (sekurang-

kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat

aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari

peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas

(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan

afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (deirresi). Yang

khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar

episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan

berlangsung antara 2 minggu sarnpai 4 - 5 bulan, episode depresi

cendrung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan)

meskipun jarang rnelebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut.

Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa

hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres

tidak esensial untuk penegakkan diaglosis).

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik

Untuk menegakkan diagnosis pasti :

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

hipomania (F30 0); dan


b. harus ada sekurang-kurangnya sabu episode afektif lain

(hipomanik, manik, depresif,atau campuran) di masa larnpau

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa

Gejala Psikotik

Untuk menegakkan diagnosis pasti :

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriberia untuk mania

tanpa gejala psil<obik (F30 1); dan

b.harus ada sekurang-kurangnya satu episode afehtif lain

(hlpomanik, manik, depresif,atau campuran) di masa lampau

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan

Gejala Psikotik

Untuk menegakhan diagnosis pasti :

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania

dengan gejala psikotik (F30 2); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain

(hipomanik, manik, depresif,atau campuran) di masa lampau


F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif

Ringan atau Sedang

Untuk menegakkan diagnosis pasti :

a. episode 5,ang sekarang harus memenuhi l<riteria untuk

episode depresifringan (F32 0) ataupun sedang (F32 1); dan

b. harus ada sekurang-kurangrya satu episode afektif hipornanik,

manilk, atau campuran di masa lampau.

F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat

tanpa Gejala Psikotik

Untuk menegakkan diagrrosis pasti :

a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan

b. harus ada sekurang-kuranglya satu episode afektif hipornanik,

manik, atau campuran di masa lampau.

F31.5 Gangggan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat

dengan Gejala Psikotik

Untuk menegakkan diagnosis pasti :


a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk

episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif

hipomanik, manik, atau'campuran di masa lampau.

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

Untuk menegakkan diagnosis pasti :

a. episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,

hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian

dengan cepat (gejala mania,/hipomania dan depresi sama-

sama mencolok selama masa terbesar dari episgde penyakit

yang sekarang, dan telah berJangsung sekurang-kurangnya

2 minggu); dan

b. harus ada sekurang-kurangrrya satu episode afektif

hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau.

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama

beberapa bulan terakhir ini,tetapi pernah mengalami

sekurangkurangrrya satu episode afektif hipomanik, manik,atau

campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya


satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau

campuran).

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

F32 EPISODE DEPRESIF

 Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :

- afek depresif,

- kehilangan minat dan kegembiraan, dan

- berkurangnya energi yang mcnuju meningkatnya keadaan

mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit

saja) dan menurunnya aktivitas

 Gejala lainnya :

(a) konsentrasi dan perhatian berkurang;

(b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang;

(c) gadasan teniang rasa bersalah dan tidak berguna;

(d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;


(e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau

bunuh diri

(f) tidur terganggu;

(g) nafsu makan berkurang

 Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut

diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk

penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat

dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung

cepat.

 Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang

(F32.1) dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode

depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya

harus diklasifikasikan dibawah salah satu diagnosis

gangguan depresif berulang.

F32.0 Episode Depresif Ringan

 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama

depresi seperti tersebut diatas;

 Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

:sampai dengan (g).

 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya


 Lamanya seluruh episode berlangsung

sekurangkurangnya sekitar 2 minggu.

 Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan

sosial yang biasa dilakukannya.

F32.1 Episode Depresif Sedang

 Sekurang-kurangrrya harus ada 2 dari 3 gejala utama

depresi seperti pada episode depresi ringan (F30 0);

 Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari

gejala lainya;

 Lamanya seluruh episode berlangsung rninimum sekitar

2 minggu

 Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala psikotik

 Semua 3 gejala utama depresi harus ada.

 Ditambah sekurang-kurang:nya 4 dari gejala lainnya,

dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat.

 BiIa ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi

psikomotoi) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak

mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak


gejalanya secara rinci Dalam hal demikian, penilaian

secara menyeluruh terhadap episode depresif berat

masih dapat dibenarkan.

 Episode depresif biasanya harus berlangsung

sekurangkurangrrya 2 minggu, akan tetapi jika gejala

amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih

dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun

waktu kurang dari 2 mrnggu.

 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan

kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,

kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

 Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut

F32:2 tersebut diatas;

 Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham

biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau

malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa

bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau

olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau

menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada


stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat

ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek

(moodcongruent).6

F32.8 Episode Depresif Lainnya

F32.9 Episode Depresif YTT6

3.7. Tatalaksana

Keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan kambuhnya

gangguan bipolar didasari oleh pengendalian stabilitas mood

jangka panjang serta pencegahan berlanjutnya episode mania dan

depresi.

Mood Stabilizer

Keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan kambuhnya

gangguan bipolar didasari oleh pengendalian stabilitas mood

jangka panjang serta pencegahan berlanjutnya episode mania dan

depresi

Secara umum penggunaan litium dalam fase pemeliharaan lebih

unggul dibandingkan valproate dan lamotrigin. Penggunaannya

segera setelah muncul episode mania pertama dapat

meningkatkan efek jangka panjang. Penggunaan asam valproatee,

lamotrigine dan antikonvulsan lain sebagai mood stabilizer perlu


diperhatikan sebab pengunaannya dapat meningkatkan risiko

bunuh diri.

Antipsikotik

Semua antipsikotik atipikal memiliki beberapa efikasi untuk

gangguan bipolar karena adanya efek antimania. Antipsikotik yang

digunakan diantaranya risperidone, olanzapine, quetiapine,

ziprasidone, aripiprazole, lurasidone dan asenapine. Monoterapi

olanzapine efektif dan relatif aman dalam mengobati pasien yang

tidak merespon serta tidak toleran terhadap litium, asam valproatee

dan/atau karbamazepin, serta dua atau lebih antipsikotik., namun

perlu diperhatikan efek samping dari olanzapine terutama saat

dosis yang digunakan lebih dari 20 mg/hari. Antipsikotik lain yang

sering digunakan ialah quetiapine. Penggunaannya bersama

dengan litium atau divalproex pada fase pemeliharaan memiliki

efek yang menguntungkan dan berkaitan dengan penurunan waktu

kambuh dari episode mood. Penggunaan quetiapine extended-

release telah dibuktikan efektif mengatasi gejala depresi dalam 3

hari pertama pengobatan.

Antidepresan
Penggunaan antidepresan sebagai monoterapi berkaitan dengan

peningkatan resiko episode mania pada pasien bipolar. Namun,

tidak terdapat adanya resiko episode mania pada pasien yang

menggunakan antidepresan bersamaan dengan mood stabilizer.

Antidepresan trisiklik seperti imipramine dan despiramine memiliki

tingkat respon setara atau lebih rendah dari komparatornya seperti

fluoxetine, paroxetine dan bupropion. Namun, terapi dengan

antidepresan trisiklik berkaitan dengan peningkatan perubahan

episode mood menjadi mania atau hipomania. Penggunaan MAOI

aksi ganda (seperti venlafaxine, duloxetine dan amitriptilin) memiliki

resiko terjadinya perubahan mood menjadi mania yang lebih besar

dibandingkan obat aksi tunggal (terutama SSRI).7


Edukasi psikososial dan psikoterapi yang lebih formal dapat

meningkatkan hasil bila digunakan bersama dengan farmakoterapi

pemeliharaan. Untuk gangguan bipolar intervensi psikologis dan social

(psikososial) penting sebagai tambahan untuk melanjutkan pengobatan. Hal

ini termasuk :3

 Edukasi psiko

 Cognitive Behavioral Therapy (CBT)


 Intervensi keluarga

 Interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT)

3.8. Prognosis

Beberapa studi hasil jangka panjang baru-baru ini telah

mengkonfirmasi sifat psikopatologi yang berulang dan sering

persisten pada gangguan bipolar, dengan tingkat kekambuhan

yang tinggi pada sekitar tiga perempat pasien. Gangguan bipolar

terbukti berakibat fatal pada sebagian besar pasien dari

komplikasi perilaku pengambilan risiko, penyakit medis penyerta,

dan bunuh diri.8


REFERENSI

1. S. Putra, H. G. S. A. (2015) ‘Gangguan Afektif Bipolar Mania dengan

Psikotik: Sebuah Laporan Kasus’, Article, pp. 1–8.

2. Yadav, J. et al. (2013) ‘Bipolar Disorder in Adults’, International

Research Journal of Pharmacy, 4(6), pp. 34–38. doi: 10.7897/2230-

8407.04608.

3. Ayano, G. (2016) ‘Bipolar Disorder: A Concise Overview of Etiology,

Epidemiology Diagnosis and Management: Review of Literatures’,

SOJ Psychology, pp. 1–8. doi: 10.15226/2374-6874/3/2/00131.

4. Mitchell, P. B. (2013) ‘Bipolar disorder’, Australian Family Physician,

42(8), pp. 616–619. doi: 10.18773/austprescr.2008.068.

5. Dunn, A. M. et al. (2011) ‘Cloaking malware with the trusted platform

module’, Proceedings of the 20th USENIX Security Symposium, pp.

395–410.

6. Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas

PPDGJ-III dan DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.

7. Zannah, U. et al. (2018) ‘Review: Farmakoterapi Gangguan Bipolar’,

Farmaka, 16, pp. 263–277.


8. Podawiltz, A. (2012) ‘Diagnosing Bipolar Disorder’, The Journal of

Clinical Psychiatry, 73(02), p. e06. doi: 10.4088/jcp.10060tx1cc.

Anda mungkin juga menyukai