Anda di halaman 1dari 14

7

Pengetahuan Masyarakat tentang Penyebaran HIV/AIDS


People Knowledge on HIV/AIDS

Soetji Andari
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1, Telpon (0274) 377265. E-mail soetjiandari@gmail.com.
Diterima 20 Oktober 2014, direvisi 30 Maret 2015, disetujui 3 Mei 2015.

Abstract

The highest number of people living with HIV/AIDS are of childbearing age. The cumulative proportion of people
living with HIV/AIDS in Yogyakarta is located at the level of 20-29 years of age. High activity in this age group makes a
lot of productive risky sexual behavior. In the number of persons over the last ten years has increased tenfold. The research
is meant to find out about people’s knowledge on the spread of HIV/AIDS in Yogyakarta. This study used is descriptive
method, a research procedure that produces descriptive data in the form of words written or spoken by persons or behavior
that being observed. This research is directed at the background of the individual in holistic and detail describtion on the
phenomena of various things about the knowledge of the various groups on HIV/AIDS. The results of the study shows that
there are many who do not know the transmission mode of this virus. They do not know how the disease is transmitted and
only know the transmission of disease when in contact with people living with HIV/AIDS. Nearly 50 percent of respondents
of the communities living around people with HIV/AIDS can not name a single cause of HIV/AIDS. This means that public
knowledge about the disease around the respondents are not widely known. However, the level of knowledge possessed
by peers (peer group) is quite good, because they are able to explain the cause of the spread of HIV/AIDS. Similarly with
PLWHA (People Living with HIV/AIDS) and OHIDA (People living with people with HIV/AIDS) are used as the respondents
have a fairly good knowledge about the causes of the spread of HIV/AIDS.

Keywords: People; Knowledge; HIV/AIDS

Abstrak

Jumlah terbanyak dari penyandang HIV/AIDS adalah usia produktif. Secara kumulatif proporsi penyandang HIV/
AIDS di Yogyakarta berada pada tataran usia 20-29 tahun. Aktivitas yang tinggi pada usia ini membuat banyak kelompok
produktif yang melakukan perilaku seks berisiko. Pertambahan jumlah penyandang selama sepuluh tahun terakhir meningkat
sepuluh kali lipat. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang penyebaran HIV/AIDS di Yogyakarta, penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yang merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu secara holistik (utuh), mendeskripsikan secara terperinci fenomena tentang berbagai pengetahuan dari berbagai
kalangan masyarakat tentang virus HIV/AIDS, dan berusaha menggambarkan suatu gejala sosial tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan ternyata warga masyarakat banyak yang tidak tahu cara penularannya virus ini. Mereka tidak mengetahui
bagaimana penyakit tersebut ditularkan dan hanya tahu penularan penyakit apabila bersentuhan dengan penyandang HIV/
AIDS. Hampir 50 persen responden dari unsur masyarakat yang tinggal di sekitar penyandang HIV/AIDS tidak dapat
menyebutkan satu pun penyebab HIV/AIDS. Artinya pengetahuan masyarakat tentang penyakit di sekitar responden
sedikit. Namun tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh teman sebaya (peer group) cukup baik, karena mereka mampu
menjelaskan penyebab penyebaran HIV/AIDS. Demikian pula dengan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) atau OHIDA
(Orang yang hidup dengan penyandang HIV/AIDS) yang dijadikan responden memiliki pengetahuan baik mengenai
penyebab penyebaran HIV/AIDS.

Kata kunci: Masyarakat; Penyebaran; HIV/AIDS

A. Pendahuluan masuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Acquired


Penyebaran penyakit HIV/AIDS sudah me- Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupa-
landa hampir semua provinsi di Indonesia, ter- kan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan

211
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 211 - 224

oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Jumlah pengidap HIV/AIDS menurut Dinas
HIV adalah virus yang menyerang dan merusak Kesehatan Provinsi Yogyakarta hingga Oktober
sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak bisa ber- 2012 tercatat 160 kasus HIV dan 355 kasus AIDS
tahan terhadap penyakit-penyakit. apabila sistem jumlah keseluruhan 515 orang yang terkena
kekebalan tubuh rusak atau lemah, berbagai jenis kasus HIV/AIDS di Yogyakarta, angka popu-
penyakit seperti TBC, diare, sakit kulit akan lasi yang cenderung beresiko pengidap HIV/
mudah menyerang. Kumpulan gejala penyakit AIDS tergolong tinggi. Menurut data dari hasil
yang menyerang tubuh manusia itulah yang KPA (Komisi Penanggulangan Aids) Daerah
disebut AIDS. Berdasarkan data Kementerian Istimewa Yogyakarta sampai dengan Oktober
Kesehatan, pada 2012 HIV ditemukan sebanyak 2012 Kota Yogyakarta merupakan daerah pa-
21.511 kasus dan AIDS sebanyak 5.686 kasus. ling banyak kasus HIV/AIDS dan angka ini
Berdasarkan persentase kasus AIDS menurut belum menggambarkan kasus keseluruhan yang
faktor risiko pada 1987 hingga Desember, secara ada di masyarakat sehingga ke depan masih
kumulatif faktor risiko penularan HIV terbanyak dimungkinkan adanya peningkatan penemuan
pada heteroseksual (58,7 persen), injecting drug kasus4. Jumlah ini meningkat drastis dari tahun
users (IDU) sebanyak 17,5 persen, penularan sebelumnya yang hanya tercatat kasus HIV 107
perinatal 2,7 persen, dan homoseksual sebanyak orang dan 182 kasus AIDS dengan faktor resiko
2,3 persen.1 penularan meningkat lebih dari 50 persen.
Gambaran epidemiologi penularan HIV/ Resiko penularan HIV/AIDS melalui kon-
AIDS cukup tinggi di kelompok penduduk usia tak seksual semakin tinggi karena fenomena
produktif yang menjadi korban keganasan HIV. free sex yang mulai marak di Indonesia, tidak
Sebagian besar masyarakat belum mengenal ada cara apapun yang bisa mendeteksi apakah
penyakit HIV/AIDS merupakan retrovirus yang pengunjung atau penjaja cinta sudah terjang-
menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh kit virus. Padahal, ketika terlanjur melakukan
manusia. Sebagian besar orang yang terkena kontak seksual dengan ODHA, semuanya
infeksi HIV tidak menyadari gejala infeksi HIV sudah terlambat karena virus sudah terlanjur
tahap awal karena tidak ada gejala mencolok.  menular. Berdasarkan keterangan yang dilansir
Meskipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, oleh Komisi Nasional Penanggulangan AIDS
seseorang yang terinfeksi HIV akan membawa Nasional dalam simposium internasional men-
virus HIV dalam darahnya. Orang yang terinfeksi genai AIDS, kecenderungan penularan HIV/
tersebut akan sangat mudah menularkan virus AIDS pada kurun 2011 didominasi oleh seks
HIV kepada orang lain, terlepas dari apakah bebas yang mencapai persentase 76,3. Data ini
penderita tersebut kemudian terkena AIDS atau berbanding terbalik dengan data pada 2006 yang
tidak. Untuk menentukan apakah virus HIV hanya menunjukkan persentase 38,5.5 Penularan
ada di dalam tubuh seseorang adalah dengan juga akibat kontaminasi darah yang terinfeksi
tes HIV2. Kendatipun infeksi HIV tidak diser- dengan virus, melalui penggunaan jarum suntik
tai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV secara bergantian antara ODHA dengan orang
sangat mudah menularkan virus tersebut kepada sehat atau melalui transfusi darah. Penggunaan
orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan jarum suntik erat hubungannya dengan peng-
apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang ada- gunaan jarum untuk memasukkan narkotika
lah melalui tes HIV. Infeksi HIV menyebabkan ke dalam tubuh. Ketika sekelompok pecandu
penurunan dan melemahnya sistem kekebalan berkumpul dan melakukan pesta, seringkali me-
tubuh, sehingga menyebabkan tubuh rentan ter- reka mengunakan jarus suntik secara bergantian.
hadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan Dalam situasi ini, jarum menjadi media primer
berkembangnya AIDS3. yang bisa menghantarkan virus ke orang lain.
Penularan HIV/AIDS juga bisa terjadi pada masa

212
Pengetahuan Masyarakat tentang Penyebaran HIV/AIDS (Soetji Andari)

prinatal, tetapi hanya melibatkan ibu dan anak. dan pemuda yang disinyalir pengguna Narkoba
Masa prinatal mencakup saat di dalam rahim, dengan jarum suntik. Upaya pengobatan dan
proses persalinan, dan menyusui. perawatan yang dilakukan, baik berbasis klinis
Penyebaran HIV/AIDS belum dapat ditang- maupun masyarakat, perlu dikembangkan
gulangi secara terpadu sehingga masih merupa- untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah
kan masalah kesehatan masyarakat yang mempu- ODHA, karena tingkat penyebaran HIV/AIDS
nyai implikasi sosial ekonomi luas. Penderitaan tidak hanya di perkotaan, tetapi telah masuk ke
bukan saja dialami oleh orang yang tertular HIV/ wilayah kecamatan, bahkan di tingkat kelura-
AIDS, tetapi juga dirasakan oleh keluarga dan han. Meningkatnya jumlah penyandang HIV/
masyarakat, karena belum ditemukan vaksin AIDS yang begitu cepat di Kota Yogyakarta,
pencegah dan obat yang dapat menyembuhkan mendorong dilakukannya penelitian ini guna
HIV/AIDS. Penyebaran penyakit ini masih mengetahui pengetahuan masyarakat tentang
akan berkepanjangan karena masih terdapatnya penyebaran penyakit HIV/AIDS, cara penularan
faktor-faktor yang memudahkan penularan. Be- HIV/AIDS, dampak penyebaran virus HIV/
berapa cara penularan infeksi HIV antara melalui AIDS, dan bahaya penyakit HIV/AIDS di kota
hubungan seks yang tidak aman, transfusi darah, Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dan penyalahgunaan Napza dengan mengguna- memberi masukan bagi pembuat kebijakan pada
kan jarum suntik. instansi pemerintah daerah dan lembaga swadaya
Upaya mengurangi penyebaran penyakit ini masyarakat yang tugas dan fungsinya berkaitan
telah dilakukan oleh berbagai lembaga peduli dengan penanganan masalah HIV/AIDS.
HIV/AIDS, meskipun hasilnya belum memuas-
kan. Melalui kelompok dukungan sebaya, oleh B. Penggunaan Metode Penelitian
dan untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA): Penelitian ini menggunakan metode deskrip-
Orang yang terinfeksi HIV (ODHA) sangat tif (Moleong, 2004), yang menekankan pada
membutuhkan dukungan psikososial. Pendam- makna daripada generalisasi dan keabsahan.
ping penyandang HIV/AIDS atau OHIDA dapat Data diperoleh melalui triangulasi dengan
membantu minum obat secara teratur, mendam- melakukan klarifikasi kebenaran yang diperoleh
pingi dalam menjalani gaya dan perilaku hidup dari pihak ketiga, kemudian dianalisis secara in-
sehat, ODHA berani mengakui secara terbuka duktif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta
bahwa dirinya terinfeksi HIV. Berbagai jaring- dengan interpretasi yang tepat, untuk membuat
an ODHA berupaya memberi layanan yang deskripsi tentang pengetahuan masyarakat ter-
berkualitas untuk hidup mandiri dan bermartabat hadap penyebaran penyakit HIV/AIDS sehingga
bagi anggotanya. mendapat gambaran secara sistematis, faktual
Pendidikan dan penyuluhan bagi penyan- dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi di
dang HIV/AIDS didasari oleh norma agama sekitar masyarakat. Penelitian ini di lakukan di
dan budaya telah dilakukan bersamaan dengan Kota Yogyakata, dengan menggunakan teknik
intervensi kesehatan masyarakat seperti pence- pengumpulan data wawancara menggunakan
gahan, pengobatan infeksi menular seksual, interview guide dengan 30 responden yang ter-
upaya pengobatan, perawatan dan dukungan diri dari tokoh masyarakat, teman sebaya (peer
bagi ODHA, dan dengan OHIDA. Upaya pence- group), ODHA, OHIDA dan keluarga yang di-
gahan yang dilakukan melalui pendidikan dan duga salah satu anggota keluarga terjangkit HIV/
penyuluhan masyarakat ini terutama ditujukan AIDS, dan masyarakat yang berada di sekitar
kepada kelompok berisiko tinggi dan kelompok penyandang HIV/AIDS di kota Yogyakarta. Data
rentan menyebarkan penyakit seperti pekerja dianalisis secara deskriptif kualitatif.
seks, waria, penghuni lembaga pemasyarakatan,

213
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 211 - 224

C. Hasil dan Pembahasan (Pengetahuan dengan retroviruses (HIV). Seorang yang terkena


Masyarakat tentang HIV/AIDS atau terinfeksi HIV AIDS sistem kekebalan tu-
1. Penyebaran HIV/AIDS di Yogyakarta buhnya akan menurun drastis. AIDS disebabkan
Penyebaran HIV/AIDS di Daerah Istimewa oleh virus yang di sebut HIV, virus ini ditemu-
Yogyakarta sudah sangat meluas dan mengkha- kan oleh Montagnier, seorang ilmuan Perancis
watirkan dengan meningkatnya kasus penyakit (Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi
per tahun. Komisi Penanggulangan HIV/AIDS virus dari seorang penderita dengan gejala lim-
Nasional mengistimasi penyandang sebanyak fadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan
61.350, sementara estimasi HIV positif 3.320. Lymhadenopathy Associated Virus (LAV). Gallo
Dari data estimasi HIV positif, penyandang yang (National Institute of health, USA 1984) me-
terkena HIV/AIDS di DIY dapat di lihat dalam nemukan virus HTL-III (Human T Lymphotropic
Grafik.1 berikut. Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada
penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua
Grafik 1 virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil per-
Data Estimasi Pengidap HIV Positif di Empat temuan International Committee on Taxonomy
Kabupaten/Kota DIY of Viruses (1986) WHO memberikan nama resmi
HIV (Widoyono, 2005).
Penyebaran virus HIV dapat ditularkan de-
ngan berbagai cara antara lain hubungan seksual
bebas, seperti hubungan seksual dengan pasang-
an berganti-ganti dan hubungan heteroseksual
dengan pasangan yang menderita infeksi HIV
tanpa menggunakan pelindung (kondom). HIV
juga dapat ditularkan melalui pemakaian jarum
suntik secara bergantian yang terkontaminasi,
juga melalui perantara produk darah seperti
Sumber: Komisi Penanggulangan AIDS DIY (2014) transfusi darah atau organ lain (Smeltzer &
Bare, 2001). Aquired artinya didapat, bukan
Angka populasi risiko pengidap di Kota berasal dari penyakit keturunan. Immune terkait
Yogyakarta tergolong tinggi. Dari empat kabu- dengan sistem kekebalan tubuh. Deficiency be-
paten dan 1 kota terdapat 1.941 penyandang, rarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti
estimasi HIV positif 1.110 dan yang dinyatakan penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala
AIDS 831 penyandang. Angka estimasi yang tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala aki-
tertinggi berada di Kota Yogyakarta, yaitu 377 bat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan
orang positif, dan 189 dinyatakan AIDS, disusul tubuh yang dibentuk setelah lahir. Jelasnya AIDS
Kabupaten Sleman dengan jumlah penyandang adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul
HIV positif 225, dan yang dinyatakan AIDS 208, akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh ma-
Kabupaten Gunungkidul HIV positif 29, dan nusia yang didapat (bukan karena keturunan),
yang dinyatakan AIDS 59, di Kabupaten Bantul tetapi di sebabkan oleh virus HIV. Perbedaan
HIV positif 184 dan yang dinyatakan AIDS 157, antara penderita HIV positif dengan penderita
dan Kabupaten Kulonprogo HIV positif 56 dan AIDS adalah kalau penderita HIV positif se-
yang dinyatakan AIDS 45. seorang yang tertular tampak sehat tanpa gejala
Kehadiran virus dalam tubuh menyebabkan penyakit apapun, tetapi dapat menularkan virus
defisiensi (kekurangan) sistem imun. AIDS atau AIDS kepada orang lain. Sedang penderita AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome disebab- adalah seseorang yang menunjukkan gejala dari
kan salah satu kelompok virus yang disebut sekumpulan penyakit yang setelah sekian waktu

214
Pengetahuan Masyarakat tentang Penyebaran HIV/AIDS (Soetji Andari)

terinfeksi HIV, biasanya timbul antara 5-10 ta- berasal dari teman sebaya atau peer group dan
hun setelah tertular HIV. Penularan HIV/AIDS 8 orang atau (26,7 persen), responden berasal
tidak mudah seperti penularan virus influenza, dari tetangga sekitar rumah yaitu orang yang
karena virus HIV terdapat di dalam darah, cairan tinggal tidak jauh dari rumah penyandang HIV/
sperma, cairan vagina dan sedikit dalam ASI AIDS 5 orang.
(Maryunani, 2009).
Data terbaru Penyebaran menurut Komisi Grafik 2
Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Yogyakarta Identitas Responden dalam Penelitian
hingga Maret 2014, tercatat ada 714 kasus terjadi
di Kota Yogyakarta, jumlah tersebut meningkat
5,4 persen dari jumlah kasus tahun sebelumnya.
Dari jumlah tersebut, penyebab paling banyak
(56 persen) adalah perilaku seks heteroseksual.
Rata-rata umur penderita 20 hingga 29 tahun.
Sekitar 64 persen dari 714 kasus tersebut adalah
oleh laki-laki. Estimasi paling banyak adalah di Sumber data: Identifikasi Responden (N = 30)
Kota Yogyakarta. Pengidap HIV di Daerah Is-
timewa Yogyakarta meningkat cukup signifikan Seorang ODHA tidak dapat hidup sendiri,
dalam tiga bulan terakhir, yakni dari 700 menjadi sehingga memerlukan teman atau pendamping
832 kasus (KPA DIY, 2014). Hal itu disebab- yang disebut OHIDA. OHIDA sebutan bagi me-
kan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat reka yang tinggal bersama dengan ODHA. ODHA
untuk memeriksakan darah ke rumah sakit atau yang seharusnya memperoleh dukungan, khusus-
laboratorium. nya dukungan emosional dari semua pihak,
sehingga permasalahan yang dialami ODHA
2. Meluas Penyebaran Virus HIV/AIDS di tidak meluas. Akan tetapi orang yang memiliki
Yogyakarta sikap negatif sebaliknya terhadap ODHA, cen-
Faktor terbesar penyebaran virus HIV/AIDS derung menolak. Namun sikap negatif ini juga
adalah adanya praktek seksual bebas serta peng- dapat menghambat upaya pencegahan, dengan
gunaan alat suntik bagi pengguna narkoba. Ba- membuat orang takut untuk mengetahui apakah
nyak sekali pendatang terutama mahasiswa yang mereka terinfeksi atau tidak. ODHA dilihat se-
merupakan kalangan pengguna narkoba suntik. bagai suatu masalah, bukan sebagai bagian dari
Perilaku seksual dari pemuda-pemudi pendatang solusi untuk mengatasi masalah, sebuah proses
dari luar daerah yang kos tanpa pengawasan yang seharusnya mendorong penerimaan ter-
dari pemilik rumah di Yogyakarta menyubur- hadap kondisi mereka. Namun, masyarakat dan
kan penyebaran HIV/AIDS. Untuk mengetahui lembaga terkadang memberikan opini negatif
identitas responden berkaitan dengan penelitian serta memperlakukan ODHA sebagai warga
ini dapat dijabarkan pada Grafik 2. masyarakat kelas dua atau inferior, sehingga
Responden yang berasal dari ODHA (orang dapat menyebabkan melemahnya kualitas
dengan HIV/AIDS) 5 orang (16,6 persen), hidup ODHA (Agung, 2009). Berdasarkan ha-
responden OHIDA (orang yang hidup dengan sil wawancara dengan responden, pengetahuan
penyandang HIV/AIDS) 5 orang atau (16,6 masyarakat tentang penyebaran penyakit HIV/
persen), sedangkan responden dari unsur tokoh AIDS dapat dijelaskan dalam Grafik 3.
masyarakat 7 orang (23,3 persen). Responden

215
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 211 - 224

Grafik 3 menyadari bahwa aku mengidap HIV, setelah


Pengetahuan Responden tentang dorongan dari beberapa sahabatku menyarankan
Cara Penularan HIV/AIDS agar saya mengikuti test di klinik kesehatan.
Hasil dari tes tersebut sangat mengagetkan dan
membuat aku nggak pernah menyangka akan
terjangkit penyakit ini. setelah mendengar hasil
tes, sukar menerima kenyataan dan gak dipercaya
rasanya ingin mati saja dan Aku merasa terpu-
kul!”. “Hidup saya terasa hancur, Saya frustrasi.
Saya bingung dan harus apa. Saya mengalami
depresi berat. Hidup saya habis hanya karena be-
berapa malam saya melakukan hubungan seksual
Sumber: Jawaban Responden (N=30) dengan pekerja seks. Saya takut dan tidak bisa
tidur, saya merasa terkucilkan dan takut keluarga
Menurut hasil wawancara tentang pengeta- mengetahui penderitaanku.”
huan responden tentang cara penularan yang dia- Perilaku seksual di usia pra-nikah dan pe-
lami oleh penyandang HIV/AIDS, kebanyakan makaian obat-obatan terlarang bagi pengguna
responden menyatakan akibat dari seks bebas injecting drug user (IDU) atau narkoba dengan
(33 persen), sedangkan yang tidak tahu cara jarum suntik, menempati peringkat kedua ter-
penularannya yaitu 23 persen. Ada juga yang banyak. Penggunaan narkoba yang dilakukan
salah memahaminya dengan mengatakan bahwa bersama-sama merupakan hal untuk mengu-
penyakit tersebut ditularkan apabila bersentuhan rangi rasa takut kepada aparat, takut kepada
dengan penyandang HIV/AIDS, artinya mereka rasa bersalah karena menggunakan zat terlarang,
tidak mengatahui penularan penyakit HIV/AIDS. takut ketahuan oleh keluarga atau masyarakat
Pengetahuan responden tentang penyebaran di sekitarnya. Pengetahuan masyarakat tentang
melalui penggunaan jarum suntik sebanyak 17 penyebaran HIV/AIDS karena seks bebas 33
persen. Mereka mengetahui penyebaran penyakit persen, akibat dari tertular pasangan suami/istri/
HIV/AIDS akibat pengguna narkoba meng- pacar 10 persen. Artinya pengetahuan responden
gunakan media jarum suntik bersama-sama. tentang penyebaran penyakit akibat hubungan
Informasi mengenai penggunaan jarum suntik seks yang tidak aman sudah cukup baik, sedang-
sebagai media penularan penyakit HIV/AIDS kan pengetahuan responden tentang HIV/AIDS
kurang begitu dipahami oleh responden. Mereka akibat transfusi darah 17 persen. Responden
tidak menyadari dampak dari penggunaan jarum menjelaskan tentang teman terkena HIV/AIDS
suntik secara bersama-sama dapat menularkan padahal dia belum menikah dan tidak pernah
penyakit HIV/AIDS, alasannya penyandang memakai narkoba apapun, setelah ditelusuri dia
HIV/AIDS menggunakan jarus suntik bersama- tertular penyakit ini karena transfusi darah akibat
sama karena selain ekonomis juga menjaga kecelakaan yang pernah dialaminya. Dampak
solidaritas kelompok pengguna narkoba. yang dirasakan setelah dia mengalami radang
Salah seorang responden ODHA mengung- saluran pernafasan atas yang berulang-ulang,
kapkan pengalamannya, sebut saja MJ 32 Th): kemudian setelah tes HIV ternyata positif.
“Saya seorang laki-laki yang berusaha menjaga Masyarakat seharusnya memberikan du-
syahwat. Tapi, setelah melakukan hubungan kungan, khususnya dukungan emosional pada
seksual dengan beberapa pekerja seks. Selain ODHA sehingga permasalahan yang dialami
pengalaman itu saya pernah menggunakan suntik oleh ODHA tidak meluas. Ketika ODHA su-
ketika menggunakan narkoba...karena hal terse- dah mencapai masa AIDS, keluarga dan teman
but pada akhirnya saya cek darah “Saya baru serta lingkungannya diharapkan memberikan

216
Pengetahuan Masyarakat tentang Penyebaran HIV/AIDS (Soetji Andari)

dukungan yang positif agar semangat hidupnya tidak dapat menyebutkan satu pun penyebab
tetap tinggi. Masyarakat mempunyai beberapa HIV/AIDS. Artinya pengetahuan masyarakat
tanggung jawab yang sangat penting untuk lingkungan sekitar penyandang HIV/AIDS tidak
penanggulangan HIV/AIDS, yaitu mencari dan banyak yang tahu tentang penyebaran penyakit
memberikan informasi yang jelas dan benar HIV-AIDS, hal ini terjadi karena pemukiman
kepada orang yang memerlukannya tentang yang padat di tengah kota. Penduduk sekitar
penularan HIV/AIDS, bersikap bersahabat, menghabiskan waktu untuk mencari uang,
tidak menggosipkan, dan meremehkan ODHA, petugas sudah sering melakukan sosialisasi
mendukung dan membantu program pemerintah baik langsung maupun tidak langsung kepada
dalam penanggulangan HIV/AIDS, membantu masyarakat tentang penyebaran penyakit HIV/
ODHA menemukan mekanisme pertahanan yang AIDS tetapi kepedulian masyarakat rendah, se-
sehat, termasuk sikap yang selalu positif dalam hingga tidak mengetahui penyeberan penyakit.
menghadapi begitu banyak tantangan dan stres Sebagai contoh, menyosialisasikan pencegahan
dalam perjalanan penyakitnya, dan membantu dan bahayanya HIV/AIDS dengan cara me-
ODHA membangun strategi untuk berhadapan nyebarkan brosur tidak ditanggapi masyarakat,
dengan krisis nyata yang mungkin terjadi, baik banyak yang membuang brosur tersebut tanpa
dalam kesehatan maupun sosioekonomi. dipahami lebih dalam isi pesannya.
Kegiatan Sosialisasi bertujuan memberikan
3. Pengetahuan Masyarakat tentang Penya- pengetahuan dan wawasan kepada peserta sosia-
kit HIV/AIDS lisasi tentang hal-ihwal HIV/AIDS belum mam-
Dari hasil wawancara dengan responden pu meningkatkan informasi mendalam mengenai
mengenai pengetahuan dan pemahaman tentang penyebaran dan informasi penyakit HIV/AIDS.
Penyakit HIV/AIDS dapat terlihat pada Grafik 4. Minat masyarakat tentang layanan kesehatan
berupa pengecekan dan konsultasi HIV dan
Grafik 4 AIDS masih minim. Akibatnya, banyak orang
Pengetahuan Responden tentang Penyakit dewasa mengalami gejala HIV dan AIDS tidak
HIV/AIDS segera memeriksakan diri sehingga berpotensi
menularkan pada orang lain. Masih rendahnya
pengetahuan dan pemahaman yang benar akan
HIV/AIDS membuat pencegahan HIV-AIDS
belum maksimal serta memunculkan stigma
dan diskriminasi bagi Orang Dengan HIV-AIDS
(ODHA). Salah satu tokoh masyarakat GH (45
thn) menggambarkan tentang penyakit HIV/
AIDS, sebagai berikut.
Sumber: Jawaban Responden (N=30)
“Saya sesungguhnya sangat takut terhadap
Keterangan : Kurang apabila tidak dapat menyebutkan orang yang terkena penyakit tersebut, selain
satupun penyebab HIV/AIDS takut menyebarkan penyakitnya ke kelu-
Cukup apabila dapat menjelaskan lebih dari 1 penyebab arga dekat juga kepada masyarakat sekitar,
HIV/AIDS meskipun saya tahu bahwa penularannya
Baik apabila dapat menjelaskan lebih dari 3 penyebab
tidak mudah, seperti bersentuhan dengan
HIV/AIDS
penderita HIV/AIDS. Kemajuan dunia ke-
dokteran saat ini telah mampu mengatasi
Dalam Grafik 4, ternyata 50 persen dari
penyebarannya, meskipun belum ada obat
responden dari unsur masyarakat yang tinggal
yang ampuh yang dapat menyembuhkan
di sekitar lingkungan penyandang HIV/AIDS
penyakit tersebut.”

217
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 211 - 224

Tingkat pengetahuan yang dimiliki, baik ODHA mendapat pengetahuan tentang HIV/
oleh teman sebaya (peer group), maupun tokoh AIDS dengan baik karena pernah mengikuti
masyarakat, cukup baik karena mereka mampu konseling setelah dinyatakan positif HIV yang
menjelaskan lebih dari satu penyebab penyebar- dilakukan oleh petugas medis di rumah sakit
an HIV/AIDS. Demikian pula dengan ODHA pada saat pemeriksaan dan perawatan, sedangkan
dan OHIDA yang dijadikan responden, penge- bagi OHIDA pengetahuan tentang penyebaran
tahuan dari semua responden mengetahui cukup HIV/AIDS melalui petugas medis setelah pe-
baik mengenai penyebab penyebaran HIV/AIDS. nyakit ini menimpa salah satu keluarga mereka.
Mereka dapat menerangkan tentang penyebaran Keluarga sebagai OHIDA merupakan pihak per-
penyakit HIV/AIDS antara lain disebabkan dari tama yang berhak dan berkewajiban mengetahui
pemakaian jarum suntik bergantian, hubungan atas kondisi ODHA. Namun pada kenyataanya
seks tidak aman, berganti-ganti pasangan, dan tempat makan, tempat tidur, dan alas kasur
transfusi darah. Sebagian besar ODHA berupaya penderita HIV/AIDS dibakar begitu keluar dari
untuk mengasingkan diri dari pergaulan. Hal ruang perawatan. Mereka juga dilecehkan, diu-
tersebut wajar, karena memang mereka merasa sir, disisihkan dari lingkungan dan masih sering
terasing. Masih saja ada anggapan buruk dan menjadi ‘santapan’ sehari-hari. Penderita HIV/
perlakuan diskriminatif terhadap mereka yang AIDS juga belum bisa diterima oleh lingkungan
sudah terinveksi HIV/AIDS, akhirnya ODHA kerja mereka sampai akhirnya dengan cara ha-
menjadi orang yang tidak mau terbuka karena lus si penderita diminta untuk berhenti bekerja,
takut statusnya diketahui oleh orang lain. padahal penderita selama ini menjadi tulang
Pengidap HIV/AIDS memiliki kebutuhan- punggung bagi nafkah keluarga.
kebutuhan khusus terutama bagi OHIDA dalam ODHA dikucilkan oleh masyarakat sekitar
menetapkan tujuan pendampingan antara lain. sehingga seharusnya keluarga yang menjadi
Pertama, membantu ODHA mempertahankan pendamping, pendukung, dan pelindung bagi
kontrol akan hidupnya dan membantu menemu- ODHA. Untuk menjadi pendamping ODHA,
kan mekanisme pertahanan yang sehat, termasuk seorang harus mengutarakan kejujuran ter-
sikap yang selalu positif dalam menghadapi lebih dahulu, paham seluk beluk HIV/AIDS,
begitu banyak tantangan dan stres dalam per- mengenali watak dari ODHA sehingga sebagai
jalanan penyakitnya. Kedua, membantu ODHA pendamping, orang tersebut bisa memahami
menghadapi perasaan bersalah, penyangkalan, ODHA. Meskipun keluarga sebelumnya tidak
panik, dan putus asa. Ketiga, berupaya untuk memiliki pengetahuan tentang penyakit ini
menciptakan perasaan self-respect (menghormati secara mendalam.Jika dalam keluarga ODHA
diri sendiri) dan menyelesaikan konflik mereka sudah dikucilkan bagaimana dengan dunia di
jika ada (misalnya homoseksualitas, penggunaan luar keluarga. Sudah seharusnya keluarga yang
obat-obat terlarang, dan sebagainya). Keem- menjadi pendamping, pendukung, dan pelindung
pat, membantu ODHA berkomunikasi dengan bagi ODHA.
keluarga, pasangan hidup dan teman-teman Salah satu tempat terbaik untuk merawat
mengenai penyakit mereka dan rasa takut akan ODHA adalah di rumah, dengan dikelilingi oleh
penolakan serta ditinggalkan. Juga membantu orang-orang yang mencintainya. Banyak ODHA
mereka membina hubungan interpersonal yang dapat tetap hidup aktif untuk waktu lama. Se-
memuaskan. Kelima, membantu ODHA dalam bagian besar waktu ODHA tidak perlu dirawat
membangun strategi untuk berhadapan dengan di rumah sakit akan tetapi di rumah. Dirawat di
krisis nyata yang mungkin terjadi, baik dalam rumah biasanya lebih murah, lebih menyenang-
kesehatan maupun sosioekonomi, dan hal-hal kan, lebih akrab, dan membuatnya bisa mengatur
dalam kehidupan lainnya (Psikologizone, edisi hidupnya sendiri. Sebenarnya, penyakit yang
17 Des 2010). berhubungan dengan ODHA biasanya akan

218
Pengetahuan Masyarakat tentang Penyebaran HIV/AIDS (Soetji Andari)

cepat membaik, dengan kenyamanan di rumah, penularan HIV/AIDS. Selain itu dijumpai ban-
dengan dukungan dari teman dan orang-orang yak keluarga menyembunyikan anggota keluarga
yang dicintai. yang terinfeksi HIV. Masyarakat sekitar hanya
Intervensi tingkat individu (Individu Level) mengetahui bahwa penyakit ini dapat menular,
peningkatan pengetahuan individu tentang HIV/ dan belum ada obatnya, sehingga mereka sangat
AIDS dan PMS, promosi positif terhadap seks takut terhadap ODHA. Masyarakat melihat pe-
aman, dan meningkatkan keterampilan dalam nyandang HIV/AIDS sebagai stigma, yang ada
menerapkan perilaku seks aman. Intervensi pikiran mereka bahwa AIDS merupakan jenis
tingkat kelompok (Group Level), menciptakan penyakit yang mematikan, mengerikan, bahkan
norma-norma sosial untuk membantu kelompok- membahayakan bila terjangkit pada manusia.
kelompok masyarakat menerapkan perilaku seks Dalam hal penanggulangan HIV/AIDS,
aman. Di tingkat masyarakat (Community Level) penyuluhan oleh petugas kesehatan atau oleh
mengubah situasi dan factor risiko penularan sektor-sektor lain yang terkait biasanya dilaku-
HIV dengan menghilangkan hambatan-hambatan kan kalau ada permintaan dari masyarakat.
terjadinya perubahan perilaku, melalui: Intervensi dalam pencegahan penyebaran HIV/
1. Meyakinkan tokoh panutan masyarakat agar AIDS menjadi 3 tingkatan intervensi, antaralain:
remaja/pemuda memiliki pengetahuan dan counseling, advoactive, dan AIDS awareness
kemampuan yang cukup untuk melindungi campaign (penyuluh lewat berbagai media).
diri. Banyak dilaksanakan di lapangan adalah pe-
2. Mengusahakan agar persediaan alat kon- nyuluhnya melalui ceramah (AIDS awareness).
trasepsi mencukupi, kualitas baik dan harga Jenis KIE ( Komunikasi, informasi dan Edukasi)
yang terjangkau. hanya menyentuh domain kognitif masyarakat
3. Mengembangkan pelayanan penyakit menu- umum atau kelompok masyarakat yang dijadikan
lar seksual (PMS) yang mudah terjangkau sasaran program. Konseling ditujukan untuk
oleh masyarakat yang membutuhkan. individu atau grup kecil, berdasarkan kebutuhan
4. Mengupayakan agar pendidikan agama klien. Tujuannya untuk membantu klien mampu
tidak hanya dogmatis tetapi mudah dihayati keluar dari kemelut permasalahannya, sehingga
oleh umat yang dapat diterapkan dan dira- mereka mampu mengambil keputusan lebih
sakan dalam kehidupan sehari-hari (Gde rasional, bertanggung jawab dan benar-benar
Muninjaya,1999) menyadari akibat dari keputusan yang diambil.
Advokasi ditujukan untuk mengubah sikap atau
Pada dasarnya orang yang mendiskriminasi mitos yang berkembang pada diri individu di-
ODHA karena orang tersebut tidak paham akan tujukan untuk mengubah kebijakan pemerintah
penyakit HIV/AIDS dan penularannya. Mere- dalam penanggulangan HIV/AIDS.
ka belum pernah membayangkan bila mereka Sampai sekarang penyakit ini belum ditemu-
juga suatu saat terinfeksi HIV AIDS. Dari fakta kan obatnya, dan penyandang HIV/AIDS di
dilapangan pengetahuan masyarakat tentang dunia mengalami peningkatan dari tahun ke
penyakit HIV/AIDS, bahwa penularan penyakit tahun. Masyarakat yang mengetahui enggan ber-
tersebut dapat terjadi melalui hubungan intim gaul dengan penyandang HIV/AIDS sehingga
saja, padahal penyakit ini bisa saja tertular selalu menjauhinya. Namun tidak demikian de-
melalui berbagai cara seperti jarum suntik yang ngan kelompok sebaya atau peer grup, mereka
digunakan bersama-sama, dan transfusi darah. cukup memahami penyebab penularan penya-
Pengetahuan masyarakat tentang penyebaran kit ini. Mereka mengetahui setelah salah satu
HIV/AIDS masih rendah, mereka memiliki keta- dari mereka terjangkit HIV/AIDS. Solidaritas
kutan yang besar terhadap penderita HIV/AIDS mereka cukup tinggi meskipun salah satu dari
karena minimnya pengetahuan tentang pola mereka tejangkit penyakit ini tapi berkumpul

219
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 211 - 224

dalam kelompok tersebut masih tetap mereka mental dan penderitaan batin karena sebagian
jalankan. Dalam kelompok ini memiliki minat besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau
bersama antara lain suka menenggak minuman menjauhinya. Penderitaan akan bertambah lagi
keras bersama, “ngoplo”, bahkan menggunakan akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS
zat terlarang secara bersama di sebuah tempat yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan
yang biasa mereka berkumpul. tubuh, sehingga serangan penyakit yang biasanya
tidak berbahaya pun akan menyebabkan penyan-
Grafik 5 dang sakit, bahkan meninggal.
Pengetahuan Responden tentang Bahaya Semua responden ODHA dapat menjelaskan
Penyakit HIV/AIDS bahaya dari penyakit ini karena mereka pernah
melakukan VCT atau Voluntary Conseling and
Testing, yang merupakan kegiatan konseling
atau pengarahan yang diberikan oleh seorang
konselor kepada seorang yang akan melakukan
tes HIV dan meyakinkannya sebelum ia melaku-
kan tes HIV, atau untuk mengetahui sejauhmana
seseorang beresiko tertular HIV. Konseling
diberikan kepada orang yang ingin mengetahui
informasi mengenai HIV dan AIDS secara lebih
Sumber : data primer n = 30 mendalam. Konseling bertujuan menyiapkan
Keterangan : Kurang apabila tidak dapat menyebutkan
satupun bahaya penyakit HIV/AIDS. Cukup apabila dapat mental orang yang akan melakukan tes HIV
menjelaskan lebih dari 1 bahaya penyakit HIV/AIDS. Baik apabila hasil tesnya positif. Konseling bersifat
apabila dapat menjelaskan lebih dari 3 bahaya penyakit rahasia dan dilakukan di sebuah ruangan tertutup
HIV/AIDS yang di dalamnya hanya terdapat konselor dan
kliennya. VCT tidak hanya dilakukan sebelum
Mengacu pada grafik 5 di atas, ternyata ham- tes HIV. Konseling juga dilakukan setelah tes.
pir semua responden termasuk tokoh masyarakat Jika hasil tes seorang positif, konseling ini akan
dan penduduk sekitar banyak yang belum menge- memberikan dukungan moril kepada orang
tahui bahaya penyakit ini. Pengetahuan menge- tersebut.
nai bahaya penyakit HIV/AIDS pada masyarakat Melalui konseling responden akan menge-
sekitar masih rendah, hal tersebut diketahui tahui cara-cara menghindari penularan HIV
bahwa 50 persen responden tidak dapat menye- kepada orang lain. Mereka juga akan dibantu
butkan bahaya HIV/AIDS, sedangkan 25 persen untuk dapat menghadapi dan menjalani kehidup-
responden dapat menjelaskan 1 bahaya penyakit an secara positif. Jika hasil tes yang didapatkan
ini. Mereka hanya tahu bahwa HIV/AIDS belum negatif, VCT tetap dilakukan. Konseling akan
ada obatnya dan berbahaya karena penyandang memberikan pengetahuan tentang bagaimana
kehilangan kekebalan tubuh. ODHA memiliki menghindari penularan HIV, memperlakukan se-
pengetahuan lebih baik dibandingkan responden orang penyandang HIV, dan menanggulangi HIV
lain mengenai bahaya HIV/AIDS. Bahaya orang di masa mendatang. Dalam kelompok OHIDA,
yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi hanya 1 responden yang tidak dapat menjelaskan
pembawa dan penular AIDS selama hidupnya, mengenai bahaya penyakit ini, mereka lebih tahu
walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. bahaya dari penularan virus HIV/AIDS karena
AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya mereka hidup dengan ODHA.
karena sampai saat ini belum ada obat atau vak- Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan
sin yang bisa mencegah virus AIDS. Orang yang terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem
terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan kekebalan tubuh baik. Kebanyakan kondisi

220
Pengetahuan Masyarakat tentang Penyebaran HIV/AIDS (Soetji Andari)

tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi/ Dengan HIV/AIDS). Masyarakat yang rendah
jamur dan parasit, biasanya dikendalikan oleh pengetahuannya akibat kurangnya sosialisasi
unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak mengenai penyebaran penyakit ini selalu ber-
HIV. Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling anggapan bahwa penyandangHIV/AIDS adalah
umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV, seseorang yang berperilaku buruk, cenderung
penyandang AIDS beresiko lebih besar men- melakukan seks bebas.
derita kanker seperti sarkoma kaposi, hepatitis, Akibat kurangnya pengetahuan dan informasi
kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan tentang penyebaran penyakit HIV/AIDS, ODHA
yang disebut limfoma. Biasanya penyandang menjadi ancaman di masyarakat. Seringkali
memiliki gejala infeksi sistemik, seperti demam, mereka mendapatkan perlakuan diskriminatif
berkeringat (terutama pada malam hari), pem- dari orang-orang di sekitarnya. Perlakuan ini
bengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, dilakukan oleh keluarga, lingkungan masyarakat,
serta penurunan berat badan6. bahkan petugas kesehatan. ODHA akan menga-
lami berbagai masalah seperti dikucilkan teman,
Grafik.6 bahkan oleh keluarga sendiri. ODHA menjadi
Pengetahuan Responden tentang takut untuk berbagi pengalaman, takut akan
Dampak Penyebaran HIV/AIDS reaksi dan penerimaan orang lain atas dirinya,
orang lain pun pasti akan menjaga jarak.
Persepsi  bahwa pengidap adalah pembawa
virus berbahaya memunculkan perilaku dis-
kriminatif. Keluarga dan masyarakat cenderung
melakukan tindak pengucilan pada ODHA. Mi-
salnya, tidak mengizinkan anggota keluarga
untuk mendekat pada ODHA, tidak diakui se-
bagai anggota keluarga lagi, mengusir ke ping-
Sumber: Jawaban Responden (N=30) giran desa, dan mengucilkan dari pergaulan
Keterangan:
Kurang apabila tidak dapat menyebutkan satupun dampak
kemasyarakatan. Hasil penelitian tentang penge-
HIV/AIDS. Cukup apabila dapat menjelaskan lebih dari 1 tahuan dampak penyebaran penyakit HIV/AIDS
dampak HIV/AIDS. Baik apabila dapat menjelaskan lebih pada peer group atau teman sebaya sebanyak
dari 3 dampak HIV/AIDS 37,5 persen dapat menjelaskan dampak pe-
nyebaran HIV/AIDS. Penjelasanannya, bahwa
Pengetahuan responden mengenai dampak dampak dari penyakit ini tidak punya kekebalan
dari penyakit HIV/AIDS dapat dilihat pada sehingga rentan terhadap berbagai penyakit,
Grafik 6, pengetahuan mengenai dampak pada seperti hepatitis dan tumor. Pengetahuan tokoh
masyarakat sekitar, 42 persen atau hampir sete- masyarakat hampir semua mengetahui dampak
ngah responden kurang mengetahui dampak dari penyakit HIV/AIDS lebih dari satu jawaban.
penyebaran HIV/AIDS karena tidak dapat Responden dari kalangan tokoh masyarakat men-
menjelaskan satu pun dampak penyakit terse- jelaskan, dampak penyakit ini adalah dijauhi dari
but. Sisanya, 48 persen responden hanya dapat masyarakat sekitar karena mereka ketakutan akan
menjelaskan satu dari dampak penyebaran HIV/ tertularnya penyakit ini, timbulnya stigmatisasi,
AIDS. Hal ini berarti masyarakat sekitar masih diskriminasi dan pelanggaran hak azasi manusia
banyak yang belum mengetahui secara jelas (HAM) terhadap pengidap dan keluarganya.
dampak penyebaran penyakit tersebut. Rendah- Diskriminasi masih ditemukan pada tempat pe-
nya pengetahuan HIV/AIDS dapat menyebabkan layanan kesehatan, sekolah, tempat kerja, bahkan
masyarakat tersebut menjauhi ODHA (Orang pada kehidupan sehari-hari masyarakat.

221
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 211 - 224

D. Penutup HIV/AIDS belum maksimal dan memunculkan


Kesimpulan: Meningkatnya jumlah penyan- stigma dan diskriminasi bagi Orang Dengan
dang HIV/AIDS atau Orang Hidup Dengan HIV/ HIV/AIDS (ODHA).
AIDS (ODHA) memunculkan pertanyaan subs- Saran: Untuk mengurangi dampak yang
tantif pemikir pada area sosial tentang ODHA lebih dalam bagi penyandang HIV/AIDS perlu
yang dapat hidup di lingkungan sekitarnya. ada pencegahan terhadap keluarga dan individu
Hal tersebut diiringi asumsi bahwa penyandang dari penularan HIV/AIDS yang salah satu ang-
HIV/AIDS tidak dapat hidup di masyarakat gotanya adalah ODHA. Mereka, baik ODHA
akibat pengetahuan mengenai penyakit ini di maupun OHIDA yang hidup berdampingan
masyarakat sekitar kurang, karena sosialisasi dengan penderita HIV/AIDS, selain harus dapat
yang diberikan oleh instansi terkait belum me- hidup secara wajar juga harus didukung oleh
madai. Kurangnya sosialisasi pada masyarakat masyarakat sekelilingnya. Permasalahan HIV/
menyebabkan penyandang HIV/AIDS merasa AIDS harus dihadapi secara bersama dan ter-
semakin terpuruk akibat dijauhi masyarakat. buka melalui kegiatan saling tukar pengalaman,
Pengetahuan masyarakat tentang penyebaran informasi, memberikan dukungan kebersamaan
HIV/AIDS masih rendah, mereka memiliki dalam mengatasi masalah. Suatu masalah pada
ketakutan yang besar terhadap penderita HIV/ dasarnya akan lebih ringan apabila dapat disele-
AIDS karena minimnya pengetahuan tentang saikan secara bersama. Pemerintah hendaknya
pola penularan HIV/AIDS. Banyak keluarga memberi dukungan kepada ODHA dan OHIDA
menyembunyikan anggota keluarga yang terin- dalam mengatasi penyakit ini, membantu dalam
feksi penyakit HIV/AIDS, karena ketidaksiapan memulihkan diri mereka, dan menyosialisasikan
menerima konsekuensi secara psikologi atau rasa penyakit HIV/AIDS agar penyebaran penyakit
malu akibat kurangnya pengetahuan masyarakat tidak meluas.
tentang penyakit tersebut berdasarkan norma
kehidupan dalam masyarakat setempat sehingga Pustaka Acuan
menimbulkan stigma terhadap orang yang posi- Aris Ananta, (1994), Biaya HIV/AIDS di Indonesia, Ja-
tip HIV. karta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI.
Bambang Sudibyo S, (2004), Pengantar Metode Peneli-
Terapi pemulihan bagi pecandu narkoba de- tian, edisi revisi, Bandung: STIE-STIMIK PASIM.
ngan sesama pecandu membantu pecandu yang Gde Muninjaya, (1999), AIDS di Indonesia Masalah dan
lain untuk mengubah pola pikir. Peran orang tua Kebijakan Penanggulangannya, Jakarta: Penerbit
dan keluarga sangat membantu dalam meningkat- Buku Kedokteran EGC.
kan percaya diri penyadang HIV/AIDS. Semua ————, (1998), AIDS dan Kebijakan penanggulangan-
nya di Indonesia, Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran
keluarga besar yang membantu masa penyem- EGC.
buhan menggambarkan segala bentuk stigma dan Husein Umar, (2003). Metode Riset Bisnis, Jakarta: Gra-
diskriminasi terhadap ODHA maupun OHIDA, media Pustaka Utama.
hal tersebut bersinggungan dengan hak asasi ma- Hutapea, Ronald, (1995). Pencegahan AIDS. Dalam: AIDS
nusia penyandang HIV/AIDS. Akibat kurangnya & PMS dan Perkosaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, L.J., (2007). Metode Penelitian Kualitataif,
pengetahuan dan informasi tentang penyebaran Bandung : PT. Remaja Rosda
penyakit HIV/AIDS, ODHA menjadi ancaman Susi Adisti, (2007), Belenggu, Hitam Pergaulan dan
di masyarakat. Mereka mendapatkan perlakuan Hancurnya Generasi Akibat Narkoba, Jakarta: Restu
diskriminatif dari orang-orang disekitarnya. Per- Agung.
lakuan ini dilakukan oleh keluarga, lingkungan Syaiful W Harahap, (2000), Pers Meliput AIDS, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
masyarakat, bahkan petugas kesehatan. Masih Zubairi Djoerban, (2000), Membidik AIDS Ikhtiar Mema-
rendahnya pengetahuan dan pemahaman yang hami HIV dan ODHA, Yogyakarta: Galang Press.
benar akan HIV/AIDS membuat pencegahan

222
Pengetahuan Masyarakat tentang Penyebaran HIV/AIDS (Soetji Andari)

Website UNAIDS, WHO (2008) AIDS Epidemic Update. 2008.


Harahap, Syaiful W, (2003). Diskriminasi Terhadap Diakses tanggal 13
Pengidap HIV, Jakarta. Diperoleh dari: http://www. URL: http://www.wawasandigital.com/index.php?option=
kesrepro.info/?q=node/318 Diakses 16 Maret 2014 com_content&task=view&id
Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yo-
gyakarta (2014), http://aidsyogya.or.id/category/ Footnotes
data-hiv-aids/ 1
Rois Jajeli, Penderita AIDS di Indonesia 5.686 dan HIV
Sandy P. VCT Tonggak Hijrah Seorang Beresiko HIV/ 21.511 Orang, Detik.com edisi Rabu, 03/04/2013
AIDS. (2008). Diakses 12:28 WIB
September (2013). URL : http://www.surya.co.id/2009/ 2
Nursalam, & Ninuk Dian Kurniawati, (2007), Asuhan
06/16/kasus-hivaids-diindonesia-terus-naik.html. Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS,
September 2014 URL : http://www.who.int Jakarta: Salemba Medika. Hal 40.
Sugeng W. Kasus HIV/AIDS di Indonesia Terus Naik. 3
Gde Muninjaya, 1998, AIDS dan Kebijakan penang-
(2009). Diakses tanggal 17 gulangannya di Indonesia, Jakarta Buku Penerbit
Sulis S. Stop Stigmatisasi ODHA. 2008. Diakses tanggal Kedokteran, hal 9
17 September 20013. 4
Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yog-
tanggal 17 September 2009URL:http://www.jangkar.org/ yakarta 2012
index.php?option=com_content&task=view&id=18 5
Kompas edisi 21/11/2011
6&Itemid=28=28078&itemid=62 6
Ahamad Fanani, 2009, Kamus Kesehatan, Jakarta, Citra
Pustaka, hlm 12

223
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 211 - 224

224

Anda mungkin juga menyukai