Arba'a Bismo Nugroho XI TKJ 2 Tugas PKL Mapel PKK
Arba'a Bismo Nugroho XI TKJ 2 Tugas PKL Mapel PKK
KELAS : XI TKJ 2
TUGAS PKL MAPEL PKK
BAB 5
HAKI
HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
A. Definisi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
Kekayaan intelektual atau hak kekayaan intelektual (HKI) atau hak milik
intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk intellectual property
rights (IPR), yakni hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk
atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya kekayaan intelektual adalah hak
untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang
diatur dalam kekayaan intelektual berupa karya-karya yang timbul atau lahir karena
kemampuan intelektual manusia
B. Sejarah HAKI
Undang-undang mengenai HAKI pertama kali ada di Venice, Italia yang menyangkut
masalah paten pada tahun 1470. Penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu
tersebut dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka diantaranya adalah
Caxton, Galileo dan Guttenberg. Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian
diadopsi oleh kerajaan Inggris tahun 1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai
paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat baru
mempunyai undang-undang paten tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HAKI
pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten,
merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah copyright
atau hak cipta. Tujuan dari konvensi-konvensi tersebut antara lain standarisasi,
pembahasan masalah baru, tukar menukar informasi, perlindungan mimimum dan
prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian membentuk biro
administratif bernama The United International Bureau For The Protection of Intellectual
Property yang kemudian dikenal dengan nama World Intellectual Property Organisation
(WIPO). WIPO kemudian menjadi badan administratif khusus di bawah PBB yang
menangani masalah HAKI anggota PBB. Sebagai tambahan pada tahun 2001 WIPO telah
menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual Sedunia. Setiap
tahun, negara-negara anggota WIPO termasuk Indonesia menyelenggarakan beragam
kegiatan dalam rangka memeriahkan Hari HAKI Sedunia.
Di Indonesia, HAKI mulai populer memasuki tahun 2000 – sekarang. Tetapi ketika
kepopulerannya itu sudah mencapa puncaknya, grafiknya menurun. Ketika mengalami
penurunan, muncul lah hukum siber (cyber), yang ternyata perkembangan dari HAKI itu sendiri.
Jadi, HAKI akan terbawa terus seiring dengan ilmu-ilmu yang baru. seiring dengan
perkembangan teknologi informasi yang tidak pernah berhenti berinovasi. Peraturan
perundangan HAKI di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda dengan
diundangkannya: Octrooi Wet No. 136; Staatsblad 1911 No. 313; Industrieel Eigendom Kolonien
1912; dan Auterswet 1912 Staatsblad 1912 No. 600. Setelah Indonesia merdeka, Menteri
Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman No. JS 5/41 tanggal 12 Agustus 1953 dan No. JG
1/2/17 tanggal 29 Agustus 1953 tentang Pendaftaran Sementara Paten.
Pada tahun 1961, Pemerintah RI mengesahkan Undang-undang No. 21 Tahun 1961 tentang
Merek. Kemudian pada tahun 1982, Pemerintah juga mengundangkan Undang-undang No. 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Di bidang paten, Pemerintah mengundangkan Undang-undang
No. 6 Tahun 1989 tentang Paten yang mulai efektif berlaku tahun 1991. Di tahun 1992,
Pemerintah mengganti Undang-undang No. 21 Tahun 1961 tentang Merek dengan Undang-
undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek.
C. Macam-macam HAKI
Paten (patent) : Paten merupakan hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil
penemuannya di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
penemuannya tersebut atau memberikan pesetujuannya kepada orang lain untuk
melaksanakannya.
1. Merk (Trademark) Merk adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan dipergunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
2. Rancangan (Industrial Design) Rancangan dapat berupa rancangan produk industri,
rancangan industri. Rancanangan industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi, garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk
tiga dimensi yang mengandung nilai estetika dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi
atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang atau komoditi
industri dan kerajinan tangan.
3. Informasi Rahasia (Trade Secret) Informasi rahasia adalah informasi di bidang teknologi
atau bisnis yang tidak diketahui oleh umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha dan dijaga kerahasiannya oleh pemiliknya.
4. Indikasi Geografi (Geographical Indications) : Indikasi geografi adalah tanda yang
menunjukkn asal suatu barang yang karena faktor geografis (faktor alm atau faktor manusia
dan kombinasi dari keduanya telah memberikan ciri dri kualitas tertentu dari barang yang
dihasilkan).
5. Denah Rangkaian (Circuit Layout) : Denah rangkaian yaitu peta (plan) yang
memperlihatkan letak dan interkoneksi dari rangkaian komponen terpadu (integrated circuit),
unsur yang berkemampun mengolah masukan arus listrik menjadi khas dalam arti arus,
tegangan, frekuensi, serta prmeter fisik linnya.
6. Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) : Perlindungan varietas tanamn adalah hak
khusus yang diberikan negara kepada pemulia tanaman dan atau pemegang PVT atas varietas
tanaman yang dihasilkannya untuk selama kurun waktu tertentu menggunakan sendiri varietas
tersebut atau memberikan persetujun kepada orang atau badan hukum lain untuk
menggunakannya.
Kekayaan intelektual yang dihasilkan oleh masyarakat asli tradisional ini menjadi menarik
karena rejim ini masih belum terakomodasi oleh pengaturan mengenai hak kekayaan
intelektual, khususnya dalam lingkup intenasional. Pengaturan hak kekayaan intelektual dalam
lingkup internasional sebagaimana terdapat dalam Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights (TRIPs), misalnya hingga saat ini belum mengakomodasi kekayaanintelektual
masyarakat asli/tradisional. Adanya fenomena tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual yang dihasilkan masyarakat asli tradisional
hingga saat ini masih lemah. Joseph E. Stiglitz (2007), dalam Making Globalization Work,
mengatakan bahwa hak kekayaan intelektual memiliki perbedaan mendasar dengan hak
penguasaan lainnya.1 Jika rambu hak penguasaan lainnya adalah tidak memonopoli,
mengurangi efisiensi ekonomi, dan mengancam kesejahteraan masyarakat, maka hak kekayaan
intelektual pada dasarnya menciptakan monopoli. Kekuatan monopoli menciptakan persewaan
monopoli (laba yang berlebih), dan laba inilah yang seharusnya digunakan untuk melakukan
penelitian. Ketidakefisienan yang berkaitan dengan kekuatan monopoli dalam memanfaatkan
pengetahuan sangatlah penting, karena ilmu pengetahuan dalam ekonomi disebut komoditas
umum. Joseph E. Stiglitz dalam Andri TK, Nasib HAKI Tradisional Kita, Hukum kekayaan
intelektual bersifat asing bagi kepercayaan yang mendasari hukum adat, sehingga kemungkinan
besar tidak akan berpengaruh atau kalaupun ada pengaruhnya kecil di kebanyakan wilayah di
Indonesia. Hal inilah yang barangkali menjadi halangan terbesar yang dapat membantu
melegitimasi. Ganjar dalam Andri TK, Ibid, 2007 mengatakan penolakan terhadap kekayaan
intelektual di Indonesia yaitu konsep yang sudah lamadiakui kebanyakan masyarakat Indonesia
sesuai dengan hukum adat. Prinsip hukum adat yang universal dan mungkin yang paling
fundamental adalah bahwa hukum adat lebih mementingkan masyarakat dibandingkan
individu. Dikatakan bahwa pemegang hak harus dapat membenarkan penggunaan hak itu
sesuai dengan fungsi hak di dalam suatu masyarakat.
D. Konsep HAKI
Setiap hak yang termasuk kekayaan intelektual memiliki konsep yang bernama konsep
HAKI. Berikut ini merupakan konsep HAKI:
Haki kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (UU & wewenang menurut
hukum).
Kekayaan hal-hal yang bersifat ciri yang menjadi milik orang.
Kekayaan intelektual kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia
(karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra) – dihasilkan atas
kemampuan intelektual pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan
tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh “produk” baru dengan landasan kegiatan
penelitian atau yang sejenis2.
Hasil suatu pemikiran dan kecerdasan manusia, yang dapat berbentuk penemuan,
desain, seni, karya tulis atau penerapan praktis suatu ide.
Dapat mengandung nilai ekonomis, dan oleh karena itu dianggap suatu aset komersial.
Penemuan
Desain Produk
Literatur, Seni, Pengetahuan, Software
Nama dan Merek Usaha
Know-How & Informasi Rahasia
Desain Tata Letak IC
Varietas Baru Tanaman
MENGANDUNG LANGKAH INVENTIF: Paten hanya akan diberikan untuk invensi yang
tidak dapat diduga, atau tidak obvious, bagi orang yang memiliki keahlian di bidang
terkait (person skilled in the art). Sebagai contoh, jika masalah teknis yang dihadapi
adalah tutup bolpen yang kerap hilang saat dilepas, maka sekadar menyambungkan
tutup dan badan bolpen dengan seutas tali tidak akan dianggap mengandung langkah
inventif. Tapi solusi berupa mata bolpen yang bisa masuk dan keluar dari bagian dalam
badannya dengan menggunakan mekanisme pegas, mengandung suatu langkah inventif;
DAPAT DITERAPKAN SECARA INDUSTRI: Suatu invensi harus dapat dilaksanakan
berulang-ulang dengan tetap menghasilkan fungsi yang konsisten dan tidak berubah-
rubah. Formula penangkal flu dengan komposisi air perasan sebuah jeruk nipis diaduk
bersama satu sendok teh madu saja tidak bisa dikategorikan dapat diterapkan secara
industri, melainkan harus diuraikan terlebih dahulu komposisi kimiawinya, karena
antara jeruk nipis yang berbeda ukuran, varietas, atau asal tanam bisa saja
menghasilkan efek atau khasiat yang berbeda.
Judul Invensi;
Latar Belakang Invensi, yang menerangkan teknologi yang ada sebelumnya serta
masalah yang terdapat pada teknologi tersebut, yang coba ditanggulangi oleh invensi;
Uraian Singkat Invensi, yang menerangkan secara ringkas mengenai fitur-fitur yang
terkandung dalam, dan menyusun, invensi;
Uraian Lengkap Invensi, yang menerangkan mengenai bagaimana cara melaksanakan
invensi;
Gambar Teknik, jika diperlukan untuk menerangkan invensi secara lebih jelas;
Uraian Singkat Gambar, untuk menerangkan mengenai Gambar Teknik yang disertakan;
Abstrak, ringkasan mengenai invensi dalam satu atau dua paragraf;
Klaim, yang memberi batasan mengenai fitur-fitur apa saja yang dinyatakan sebagai
baru dan inventif oleh sang inventor, sehingga layak mendapatkan hak paten.
Penyusunan spesifikasi paten membutuhkan keahlian dan pengalaman tersendiri, karena perlu
memadukan antara bahasa teknik dan bahasa hukum di dalamnya. Banyak Konsultan HKI
Terdaftar yang memiliki kualifikasi keahlian dan pengalaman tersebut, serta akan dapat
membantu Anda dalam menyusun Spesifikasi Invensi.
Spesifikasi Paten adalah salah-satu dari persyaratan minimum yang harus disertakan dalam
mengajukan permohonan paten untuk bisa mendapat Tanggal Penerimaan, di samping Formulir
Permohonan yang diisi lengkap dan dibuat rangkap empat, dan membayar biaya Permohonan
Paten sebesar Rp. 750.000,00. Apabila ketiga persyaratan minimum ini dipenuhi, maka
permohonan akan mendapat Tanggal Penerimaan (Filing Date).
Persyaratan lain berupa persyaratan formalitas dapat dilengkapi selama tiga bulan sejak
Tanggal Penerimaan, dan dapat dua kali diperpanjang, masing-masing untuk dua dan satu
bulan. Persyaratan formalitas tersebut adalah:
Surat Pernyataan Hak, yang merupakan pernyataan Pemohon Paten bahwa ia memang
memiliki hak untuk mengajukan permohonan paten tersebut;
Surat Pengalihan Hak, yang merupakan bukti pengalihan hak dari Inventor kepada
Pemohon Paten, jika Inventor dan Pemohon bukan orang yang sama;
Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui Kuasa;
Fotokopi KTP/Identitas Pemohon, jika Pemohon perorangan;
Fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum yang telah dilegalisir, jika Pemohon adalah
Badan Hukum;
Fotokopi NPWP Badan Hukum, jika Pemohon adalah Badan Hukum; dan
Fotokopi KTP/Identitas orang yang bertindak atas nama Pemohon Badan Hukum untuk
menandatangani Surat Pernyataan dan Surat Kuasa.
Setelah masa pemeriksaan dilalui dan seluruh persyaratan formalitas dinyatakan lengkap, maka
tahap berikutnya adalah Pengumuman. Masa pengumuman akan dimulai segera setelah 18
(delapanbelas) bulan berlalu dari sejak Tanggal Penerimaan, dan akan berlangsung selama 6
(enam) bulan. Memasuki masa pengumuman ini permohonan paten akan dimuat dalam Berita
Resmi Paten dan media resmi pengumuman paten lainnya. Tujuannya adalah membuka
kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui mengenai invensi yang dimohonkan paten,
di mana masyarakat bisa mengajukan keberatan secara tertulis kepada DJHKI jika masyarakat
mengetahui bahwa invensi tersebut tidak memenuhi syarat untuk dipatenkan.
Segera setelah masa pengumuman berakhir, atau selambat-lambatnya 36 (tigapuluhenam)
bulan dari Tanggal Penerimaan, pemohon dapat mengajukan Permohonan Pemeriksaan
Substantif dengan menyerahkan Formulir yang telah dilengkapi dan membayar biaya ke DJHKI.
Jika pemohon tidak mengajukan Permohonan Pemeriksaan Substantif dalam batas waktu 36
bulan dari Tanggal Penerimaan tersebut, maka permohonannya akan dianggap ditarik kembali
dan dengan demikian invensinya menjadi public domain.
Dalam Tahap Pemeriksaan Substantif inilah DJHKI melalui Pemeriksa Paten akan menentukan
apakah invensi yang dimohonkan paten tersebut memenuhi syarat substantif sehingga layak
diberi paten, berdasarkan dokumen-dokumen pembanding baik dokumen paten maupun non-
paten yang relevan. Dalam waktu paling lambat 36 bulan sejak Permohonan Pemeriksaan
Substantif diajukan, Pemeriksa Paten sudah harus memutuskan apakah akan menolak ataupun
memberi paten.
Pemohon yang permohonan patennya ditolak dapat mengajukan banding ke Komisi Banding
Paten, yang dapat berlanjut ke Pengadilan Niaga hingga akhirnya kasasi ke Mahkamah Agung.
Jika pemohon menerima penolakan, ataupun upaya hukum yang diajukannya tetap berujung
pada penolakan, maka invensi tersebut menjadi public domain.
Terhadap Invensi yang diberi paten, DJHKI akan segera mengeluarkan Sertifikat Hak Paten.
Pengajuan Permohonan Paten bagi sebagian orang mungkin memang melibatkan proses yang
sangat panjang dan tidak dapat dikatakan sederhana. Terlebih diperlukan kemampuan khusus
untuk dapat menyusun dokumen Spesifikasi Paten yang baik. Untuk itu sangat disarankan bagi
para calon pemohon paten - terutama bagi yang belum berpengalaman - untuk memperoleh
bantuan profesional dari Konsultan HKI Terdaftar.
Biaya Permohonan sebesar Rp. 750.000,00 untuk Umum; atau Rp. 450.000,00 untuk
UMKM, Lembaga Penelitian, atau Litbang Pemerintah;
Jika Spesifikasi Lebih dari 30 lembar, maka setiap lembar tambahan akan dikenakan
biaya sebesar Rp. 5.000,00;
Biaya Pemeriksaan Substantif sebesar Rp. 2.000.000,00;
Jika jumlah klaim lebih dari 10 klaim, maka setiap klaim tambahan akan dikenakan
biaya sebesar Rp. 50.000,00.
Tentunya komponen biaya ini belum termasuk biaya jasa profesional apabila permohonan
diajukan melalui Konsultan HKI Terdaftar.
L. Pemeliharaan PATEN
Pemegang Hak Paten juga berkewajiban untuk membayar biaya tahunan pemeliharaan
paten sampai dengan tahun terakhir masa perlindungan. Jika Pemegang Hak Paten tidak
membayar biaya pemeliharaan selama tiga tahun berturut-turut, maka paten akan
dianggap batal demi hukum.
Besaran biaya pemeliharaan Paten yang harus dibayarkan setiap tahun oleh Pemegang
Hak Paten ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah terkait Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) di lingkup Kementerian Hukum dan HAM. Komponen biaya terdiri atas
biaya pokok dan biaya per klaim.
Batas waktu untuk melakukan pembayaran biaya pemeliharaan tahunan setiap
tahunnya adalah pada tanggal yang sama dengan tanggal pemberian paten. Jika paten
diberi pada tanggal 2 Februari 2019, maka setiap tanggal 2 Februari Pemohon Paten
harus membayar biaya pemeliharaan hingga masa perlindungan paten berakhir.