Anda di halaman 1dari 20

PEMBAHASAN

1. Pemakaian Huruf
a) Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama huruf
disertakan di sebelahnya.

b) Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan  u. Dalam
pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

c) Huruf konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, e, f, g, h, i, j,
k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

d) Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

e) Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng,
ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

f) Huruf Kapital

– Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

– Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


– Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan,
nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

– Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

g) Huruf Miring

– Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah atau surat kabar yang dikutip
dalam tulisan.

– Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata
atau sekelompok kata.

– Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa
Indonesia.

h) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa

Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai Bahasa Indonesia.

i) Huruf Tebal

– Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel,
daftar lambang, daftar pustaka, indeks dan lampiran.

– Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata,
kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.

– Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi.

2. Penulisan Kata
a) Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

b) Kata Turunan

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Jika bentuk kata dasar berupa
gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.

Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan
kata itu ditulis serangkai.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

c) Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.


f) Gabungan Kata

– Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsure-unsurnya ditulis
terpisah.

– Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis
dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

g) Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.

h) Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata
yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

i) Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

j) Partikel

Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah
dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

k) Singkatan dan Akronim

– Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari atas satu huruf atau lebih.

– Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

l) Angka dan Lambang

– Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakanangka
Arab atau angka Romawi.

– Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

– Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai
uang, dan (iv) kuantitas.

– Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

– Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an.

– Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika
beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
– Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga
bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

– Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

– Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen
resmi seperti akta dan kuitansi.

– Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

3. Pemakaian Tanda Baca


a) Tanda Titik (.)

– Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.

– Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan ikhtisar, atau daftar.

– Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

– Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

– Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan
tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

– Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel
dan sebagainya.

– Tanda titik tidak dipakai dibelakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat
surat.

b) Tanda Koma (,)

– Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

– Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

– Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya.

– Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagipula, meskipun begitu, akan tetapi.

– Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o,ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang
terdapat di dalam kalimat.

– Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

– Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal,
dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
– Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

– Tanda koma dipakai di bagian-bagian dalam catatan kaki.

– Koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

– Tanda koma dipakai dimuka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.

– Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

– Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.

– Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan lansung dari bagian kalimat yang mengirinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

c) Tanda Titik Koma (;)

– Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan lansung dari bagian kalimat yang mengirinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

– Tanda titik koma sebagai pengganti kata pengubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk.

d) Tanda Titik Dua (:)

– Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

– Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

– Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.

– Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomer dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab
suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.

e) Tanda Hubung

– Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

– Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian
kata didepannya pada pergantian baris.

– Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka “2” sebagai tanda ulang hanya digunakan
pada tulisan cepat dan notula, dan tidak – dipakai pada teks karangan.

– Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tunggal.
– Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau ungkapan dan (ii)
penghilangan bagian kelompok kata.

– Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau
kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

– Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa Asing.

f) Tanda Pisah (-)

– Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangunan
kalimat.

– Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.

– Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’.

g) Tanda Elipsis (…)

– Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

– Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

h) Tanda Tanya (?)

– Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

– Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

i) Tanda seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

j) Tanda kurung ((…))

– Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

– Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

– Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

– Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

k) Tanda kurung siku ([…])


– Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

– Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

l) Tanda Petik (“…”)

– Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.

– Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

– Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

– Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

– Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit
kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

m) Tanda Petik Tunggal (‘…’)

– Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

– Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

n) Tanda Garis Miring (/)

– Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

– Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

o) Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)

– Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

4. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang
penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan
ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kata seperti standarisasi,
implementasi, dan objektif diserap secara utuh disamping kata standar, implemen, dan objek.
Berikut ini didaftarkan sebagian kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, yang sering
digunakan oleh pemakai bahasa, misalnya antara lain:
Catatan:

PENUTUP
1. Kesimpulan
a) Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaimana
menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan
huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.

b) Ejaan yang berlaku sekarang ini adalah ejaan yang telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

c) Ada banyak sekali tata cara penulisan huruf kapital, yang kesemuanya telah diatur dalam pedoman
umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
d) Akan halnya dengan penulisan huruf besar, penulisan tanda bacapun telah diatur dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

2. Saran
Makalah ini hanyalah mengupas sebagian kecil dari pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan, oleh karena itu bagi rekan-rekan yang ingin lebih mendalami tentang ejaan yang
disempurnakan, sebaiknya mencari referensi tambahan sebagai pelengkap dari yang telah kami sajikan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Negara, Kesuma. 2012. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan. Jakarta: Agogos Publishing
BAB II
PEMBAHASAN

A.     PEMAKAIAN HURUF
a.    Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
b.   Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan  u.
Huruf Contoh pemakaian dalam kata
Vokal diawal Ditengah diakhir
A Api Padi Lusa
e Enak Petak Sore
Emas Kena Tipe
i Itu Simpan Murni
o oleh Kota radio
Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
c.    Huruf konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d.   Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi.
e.    Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
f.    Pemenggalan Kata
1.      Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
   Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
   Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf
konsonan.
   Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
   Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
2.      Imbuhan akhiran dan imbuhan aalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahanbentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapatdipenggal  pada pergantian baris.
3.      Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabungdengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di
antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan
kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.

B.     HURUF KAPITAL
Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf besar
dan huruf miring, sedangkan huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman EYD. Uraian
secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
5.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
6.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
9.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
11.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti
di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
13.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
14.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
15.  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
C.     PENULISAN KATA
a.       Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b.      Kata Turunan
         Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
         Jika bentuk kata dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
         Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsure gabungan kata itu ditulis serangkai.
         Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
c.       Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
d.      Gabungan Kata
  Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasukistilah khusus, unsure-unsurnya
ditulis terpisah.
  Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsure yang bersangkutan.
e.       Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
f.       Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
g.      Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
h.      Partikel
       Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
       Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
       Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
i.        Singkatan dan Akronim
1)      Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari atas satu huruf atau lebih.
  Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
  Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraaan, badan atau organisasi , serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak
diikuti dengan tanda titik.
  Singkatan umum yang terdiri dari atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
  Lambang, kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
2)      Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
  Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf capital.
  Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
  Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun  gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
j.        Angka dan Lambang
1)      Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakanangka Arab atau angka Romawi.
2)      Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
3)      Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
4)      Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5)      Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an.
6)      Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan.
7)      Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
8)      Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
9)      Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
10)  Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
D.    PEMAKAIAN TANDA BACA
a.       Tanda Titik (.)
1)      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
2)      Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan ikhtisar, atau daftar.
3)      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
4)      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
5)      Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
6)      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel dan sebagainya.
7)      Tanda titik tidak dipakai dibelakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
alamat surat.
b.      Tanda Koma (,)
1)      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
2)      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
3)      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
4)      Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagipula, meskipun begitu,
akan tetapi.
5)      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o,ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain
yang terdapat di dalam kalimat.
6)      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
7)      Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
8)      Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
9)      Tanda koma dipakai di bagian-bagian dalam catatan kaki.
10)  Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
11)  Tanda koma dipakai dimuka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
12)  Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
13)  Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
14)  Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan lansung dari bagian kalimat yang
mengirinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru.
c.       Tanda Titik Koma (;)
1)      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan lansung dari bagian kalimat yang
mengirinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru.
2)      Tanda titik koma sebagai pengganti kata pengubung untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam kalimat majemuk.
d.      Tanda Titik Dua (:)
1)      Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
2)      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3)      Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
4)      Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomer dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat
dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan. 
e.       Tanda Hubung
1)      Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
2)      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata didepannya pada pergantian baris.
3)      Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka “2” sebagai tanda ulang hanya
digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4)      Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tunggal.
5)      Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau ungkapan dan
(ii) penghilangan bagian kelompok kata.
6)      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
7)      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
Asing.
f.       Tanda Pisah (-)
1)      Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangunan kalimat.
2)      Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
3)      Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai ke’ atau ‘sampai
dengan’.
g.      Tanda Elipsis (…)
1)      Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2)      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
h.      Tanda Tanya (?)
1)      Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2)      Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
i.        Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
j.        Tanda kurung ((…))
1)      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
2)      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
3)      Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
4)      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
k.      Tanda kurung siku ([…])
1)      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
2)      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
l.        Tanda Petik (“…”)
1)      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
2)      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
3)      Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
4)      Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
5)      Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat.
m.    Tanda Petik Tunggal ('...')
1)      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
2)      Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. 
n.      Tanda Garis Miring (/)
1)      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
2)      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
o.      Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dijelaskan dimuka, maka ada beberapa hal yang dapat penulis
simpulkan:
1.      Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaimana
menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis, ejaan adalah aturan
penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.
2.      Ejaan yang berlaku sekarang ini adalah ejaan yang telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
3.      Ada banyak sekali tata cara penulisan huruf kapital, yang kesemuanya telah diatur dalam
pedoman umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
4.      Akan halnya dengan penulisan huruf besar, penulisan tanda bacapun telah diatur dalam
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
B.     Saran dan Kritik
1.      Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara dan bahasa Nasional yang berfungsi sebagai sarana
komunikasi ilmiah, untuk itu kiranya adalah suatu keharusan bagi kita semua agar mampu
memahami ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).
2.      Apa yang kita mengerti dan pahami tentang  ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
(EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah agar bahasa kita ini
tidak tercampur dengan kata-kata asing.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Risa, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dengan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah, Surabaya: Serba Jaya, 1972.
http://organisasi.org/ejaan-baku-dan-ejaan-tidak-baku-dalam-bahasa-indonesia-pengertian-
referensi-dan-contoh.
Ningsih, Sri, dkk., Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa, Yogyakarta: C.V Andi sOffset,2007.
Pamungkas, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Surabaya: Giri Surya,1972.
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm
PENGERTIAN EJAAN
Pengertian Ejaan ialah keseluruhan system dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai
keseragaman. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas
ejaan-ejaan sebelumnya.
Ejaan yang disempurnakan ( EYD ) mengatur :

1.    Pemakaian Huruf,


a.    Huruf Abjad
Huruf abjad yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah :
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y dan Z.
b.    Huruf Vokal
Huruf vokal di dalam bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e dan o
c.    Huruf Konsonan
Huruf konsonan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah :
a, b, c, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y dan z.   
d.    Huruf Diftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan oi.
e.    Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,  yaitu:
kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
f.    Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan cara:
 Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf
vokal itu. Contoh: aula  menjadi au-la bukan a-u-l-a
 Jika di tengah kata ada konsonan termasuk gabungan huruf konsonan,  pemenggalan itu dilakukan
sebelum huruf konsonan. Contoh: bapak  menjadi ba-pak
 Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara
kedua huruf  itu. Contoh : mandi menjadi man-di
 Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan, pemenggalan itu dilakukan diantara huruf
konsonan yang pertama dan kedua. Contoh : ultra  menjadi ul-tra.

2.    Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring


a.    Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar kehormatan, unsur nama jabatan, nama orang, nama
bangsa, suku, tahun, bulan, nama geografi, dll.
b.    Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar, yang dikutip
dalam tulisan, nama ilmiah atau ungkapan asing, dan untuk menegaskan huruf, bagian kata, atau
kelompok kata.

3.    Penulisan Kata,


a. Kata Dasar, Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
b. Kata Turunan, Kata turunan (imbuhan)
c. Bentuk Ulang, Bentuk kata Ulang ditulis hanya dengan tanda hubung (-)
d. Gabungan Kata, Gabungan kata yang dianggap senyawa ditulis serangkai
e. Kata Ganti ku, mu, kau dan nya, ditulis serangkai dengan kata yang  mengikutinya
f. Kata Depan di, ke, dan dari, Kata depan di dan ke ditulis terpisah
g. Kata si dan sang, Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
h. Partikel, Partikel per yang berarti tiap-tiap ditulis terpisah 

4.    Singkatan dan Akronim


Singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya diperpendek terdiri dari huruf awalnya saja,
menanggalkan sebagian unsurnya atau lengkap menurut lisannya, Contoh : NKRI, cm,  lab.
    Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun gabungan
kombinasi huruf dan suku kata. Contoh : rudal ( peluru kendali ), tilang ( bukti pelanggaran )

5.    Angka dan Lambang Bilangan


Penulisan angka dan bilangan terdiri dari beberapa cara yaitu :
a.    berasal dari satuan dasar sistem internasional, Contoh : arus listrik dituliskan A = ampere
b.    menyatakan tanda decimal, Contoh : 3,05 atau 3.05

6.    Penulisan Unsur Serapan,


Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah bahasa asing
yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh : president menjadi presiden

7.    Pemakaian Tanda Baca


Pemakaian tanda baca terdiri dari tanda (.) , (,), (-), (;), (:), (”)

8.    Pedoman Umum Pembentukan Istilah


Pembentukan istilah asing yang sudah menjadi perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia
mengikuti kaidah yang telah ditentukan, yaitu :
a.    penyesuaian Ejaan.
    Contoh : ae jika tidak bervariasi dengan e, tetap e, aerosol tetap aerosol
b.    penyesuaian huruf gugus konsonan.
    Contoh : flexible  menjadi fleksibel
c.    penyesuaian akhiran.
    Contoh : etalage  menjadi etalase
d.    penyesuaian awalan.
    Contoh : amputation  menjadi amputasi

9.    Gaya Bahasa


Gaya bahasa ialah penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan
perasaan atau pikiran dengan maksud tertentu. Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan
dalam karya sastra atau dalam berbicara. Gaya bahasa disebut juga majas.
a. Gaya bahasa simbolik adalah gaya bahasa yang menggunakan perbandingan simbol benda,
lambang, binatang atau tumbuhan.
Contoh : Lintah darat harus dibasmi ( Lintah darat adalah simbol pemeras, rentenir atau pemakan
riba)
b.  Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan.
Contoh : Tawanya menggelegar hingga membelah bumi.

Anda mungkin juga menyukai