OLEH
FAHRYZA AKBAR DIYANTO FIRMANSYAH
201910641011036
1
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI
RINGKASAN MATERI
HALAMAN PENGESAHAN
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................5
A. Latar Belakang...............................................................................5
B. Rumusan Masalah..........................................................................6
C. Tujuan ...........................................................................................7
D. Manfaat..........................................................................................7
A. Keaslian Penelitian.......................................................................32
B. Pembahasan Jurnal.......................................................................34
LOGBOOK
Lampiran
2
RINGKASAN MATERI
Latar Belakang : Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana
otot-otot leher terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis dapat terjadi sejak
lahir, Congenital Muscular Torticollis (CMT), atau didapat saat dewasa, acquired
torticollis. Congenital Muscular Torticollis (CMT) merupakan kelainan
musculoskeletal kongenital terbanyak ketiga setelah dislokasi panggul
dan clubfoot. Kelainan kongenital ini ditandai dengan pemendekan otot
sternokleidomastoideus unilateral.
Tujuan Penulisan : Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan fisioterapi pada klien dengan Torticollis Sinistra di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat.
Metode : Dalam kasus kali ini , peneliti menggunakan modalitas yaitu Infrared
(IR), Massage dan Stretching
Hasil Evaluasi Terakhir : Pasien atas nama adik A dengan usia 16 serta
diagnose medis torticollis sinistra telah diberikan treatment berupa INFRARED ,
MASSAGE , dan STRETCHING dengan jumlah pertemuan 3x dalam 1 minggu
di dapatkan hasil yaitu terdapat penurunan nyeri , penurunan spasme otot ,
peningkatan ROM , untuk peningkatan kekuatan otot harus dilakukan terapi rutin
selama 1 bulan kira kira untuk melihat perkembangan secara signifikan ,
Kemampuan Fungsional Yang Semakin Membaik , untuk postur dari sang anak
sendiri harus di evaluasi secara berkala dengan cara terapi yang rutin , Dari LGS
Sendiri Terdapat Perubahan Nilai Dan Akan Terdapat Perubahan Lagi Dengan
Melakukan Terapi Yang Rutin Untuk Evaluasi Berkala
.
3
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Prodi Profesi Fisioterapi
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah utama bayi baru lahir adalah masalah yang sangat spesifik
yang terjadi pada masa perinatal serta dapat menyebabkan kecacatan dan
kematian. Timbulnya masalah pada masa perinatal akibat kondisi kesehatan ibu
yang jelek, perawatan selama kehamilan yang optimal, menanganan persalinan
yang tidak tepat dan tidak bersih, serta neonatal yang tidak adekuat (Hasan,
2002). Salah satu permasalahan yang terjadi pada perinatal adalah torticollis.
Torticollis (bahasa Latin: Torquere, tortio = putar, collum = leher), terjadi
akibatan trauma persalinan biasanya pada bayi lahir letak sungsang. Bila
dilakukan traksi (tarikan) pada kepala untuk melahirkan bayi, terjadi cedera
pada muskulus 2 sternokleidomastoideus (otot yang menyilang leher dari
telinga ke depan dada), yang menimbulkan hematoma sehingga terjadi
pemendekan otot akibat fibrosis. Cedera pada muskulus
sternokleidomastoideus dapat terjadi pada setiap cara penarikan bayi. Selainan
trauma persalinan juga bisa disebabkan malposisi intra uteri. Torticollis banyak
terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Penderita yang mengalami penyakit ini
5
akan menunjukkan adanya kepala dan wajah yang asimetri pada congenital
muscular torticollis dan pada aquired torticollis tidak disertai wajah yang
asimetris, dan biasanya disebabkan oleh kebiasaan sikap dalam aktivitas dalam
kurun waktu yang cukup lama (Tandiyo, 2012).
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan fisioterapi pada klien dengan Torticollis Sinistra di
RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran pada klien dengan Torticollis Sinistra
di RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
b. Mengidentifikasi diagnosis fisioterapi pada Torticollis Sinistra di
RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
c. Menerapkan intervensi fisioterapi pada klien dengan Torticollis
Sinistra di RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Torticollis Sinistra dan
mengaplikasikan intervensi dengan baik.
2. Bagi Pasien
Klien dapat memperoleh penanganan fisioterapi dengan baik dan
dapat melakukan pencegahan pertama terhadap permasalahan yang
dihadapi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tortikolis
Otot leher ada yang melekat pada tulang hyoid dan ada yang tidak
melekat pada tulang hyoid. Otot yang tidak melekat pada tulang hyoid yaitu :
(1) Musculus Sternocleidomastoideus, origo di manubrium sterni dan clavicula
(1/3 medial) serta insersio di processus mastoideus os temporalis. Adapun
aksinya yakni bilateral-flexi kepala, rotasi unilateral kepala, memalingkan
wajah ke sisi sebaliknya. Otot ini dipersarafi oleh nervus accessorius (N XI);
(2) Musculus scalenus anterior dan scalenus medius, origo di processus
transverses vertebra cervicalis bagian atas dan insersio di costa 1. Aksinya
adalah fleksi leher dan elevasi costa 1. Otot ini dipersarafi oleh ramus ventralis
nervus cervicalis (Gambar 2.1 dan Gambar 2.2).
8
Gambar 2.1 Neck Muscle Lateral View
Otot leher yang melekat pada hyoid terbagi menjadi dua yaitu
suprahyoid dan infrahyoid. Otot yang berada infrahyoid yaitu : (1) Musculus
Omohyoid (otot ini memiliki dua belly yang dihubungkan dengan tendon
intermediet), origo untuk inferior belly dari scapula-medial ke suprascapular
notch (tendon intermediet dihubungkan ke klavikula dan rib 1. Insersionya
pada tulang hyoid. Aksinya yaitu untuk menekan tulang hyoid. Omohyoid
dipersarafi oleh ansa cervicalis; (2) Musculus Sternohyoid , origonya berasal
dari sternum-manubrium klavikula dan insersionya di tulang hyoid. Aksinya
untuk mendepresi tulang hyoid. Sternohyoid dipersarafi ansa cervicalis; (3)
Musculus Sternothyroid, origonya dari sternum-manubrium dan insersionya di
kartilago tiroidea. Aksinya adalah untuk depresi kartilago tiroidea, depresi
tulang hyoid dan laring secara indirek. Sternothyroid dipersarafi oleh ansa
cervicalis; (4) Musculus Thyrohyoid, origo dari kartilago tiroidea dan insersio
9
di tulang hyoid. Aksinya untuk depresi tulang hyoid dan elevasi laring.
Thyrohyoid dipersarafi oleh C1 dan Nervus hipoglossus ( N X11) (Gambar 2.3
dan Gambar 2.4)
10
untuk elevasi tulang hyoid dan dipersarafi oleh nervus facialis (N VII); (3)
Musculus mylohyoid, origo dari mandibula-mylohyoid line dan insersio di
tulang hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid serta mengangkat dasar
mulut selama menelan. Otot ini dipersarafi ileh nervus trigeminus (N V3); (4)
Musculus Geniohyoid, origonya dari bagian dalam mandibula dan insersio di
tulang hyoid. Aksinya untuk elevasi tulang hyoid dan membawa hyoid ke
depan. Otot ini dipersarafi oleh C1, nervus hypoglossus ( N XII) (Gambar 2.3
dan Gambar 2.4).
C. Biomekanika Neck
11
fleksi akan terjadi gerakan pivot kedepan dan sedikit berputar pada atlas
terhadap axis (C2) sebesar 15º sedangkan pada gerakan ekstensi
gerakan pivot kebelakang dan sedikit berputar pada atlas terhadap axis
(C2). 22 Gerakan rotasi pada sendi ini sebesar 45º dimana atlas yang
berbentuk cincin akan berputar disekitar procesus odonthoid bagian
procesus articularis inferior atlas yang sedikit concaf akan slide dengan
arah sirkuler (melingkar) terhadap procesus articularis superior axis.
12
Gambar 2.5 Gerakan Lateral Fleksi Leher
D. Deskripsi Kasus
1. Definisi Tortikolis
Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana
otot-otot leher terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis dapat
terjadi sejak lahir, Congenital Muscular Torticollis (CMT), atau didapat
saat dewasa, acquired torticollis. Congenital Muscular Torticollis (CMT)
merupakan kelainan musculoskeletal kongenital terbanyak ketiga setelah
dislokasi panggul dan clubfoot. Kelainan kongenital ini ditandai dengan
pemendekan otot sternokleidomastoideus unilateral.
Tortikolis merupakan leher yang terputar atau keadaan dimana
otot-otot leher terkontraksi disertai perputaran leher. Tortikolis bisa juga
diartikan sebagai istilah umum untuk berbagai kondisi dystonia kepala dan
leher , yang menampilkan variasi tertentu dalam gerakan kepala
( komponen phasic ) ditandai dengan arah gerakan (horizontal , seolah-
olah mengatakan " tidak" , atau vertikal , seolah-olah mengatakan " iya ".
Tortikolis berasal dari bahasa Latin , tortus , berarti memutar dan collum ,
berarti leher .
2. Etiologi Tortikolis
a) Etiologi lokal
13
leher bisa menyebabkan tortikolis sekunder terhadap kontraktur otot atau
adenitis.
Pada anak usia 2-4 tahun biasanya tortikolis sering disebabkan oleh
abses retrofaringeal. Tortikolis juga bisa terjadi akibat infeksi yang
mengikuti trauma atau infeksi di sekitar jaringan atau struktur leher
termasuk faringitis, tonsillitis, epiglottitis, sinusitis, otitis media,
mastoiditis, abses nasofaring, dan pneumonia lobus atas.
b) Etiologi kompensasi
c) Etiologi sentral
3. Patofisiologi Tortikolis
a) Congenital Torticollis
b) Acquired Torticollis
14
Patofisiologi dari torticollis yang didapat adalah tergantung dari
penyakit yang mendasarinya. Spasme dari otot leher yang menyebabkan
tortikolis merupakan hasil dari injury atau inflamasi dari otot cervical atau
nervus kranialis dari proses penyakit yang berbeda.
15
Sebagai penyakit neurodegeneratif, tortikolis, atau cervical
dystonia idiopatik, diyakini muncul dari kelainan sirkuit ganglia basalis
yang berasal dari kerentanan selektif struktur ini untuk proses biokimia
abnormal yang mengarah ke disfungsi neuronal. Beberapa indikasi
keterlibatan sirkuit dopamine-secreting berasal dari temuan rendahnya
tingkat metabolit dopamin dalam cairan serebrospinal (CSF).
4. Pemeriksaan Tortikolis
16
Selanjutnya, tipe dari deformitas harus diselidiki, sebagaimana
kombinasi dan fleksi dan rotasi, apakah deformitas tersebut rigid atau
fleksibel, dan apakah bisa sembuh dengan sendirinya atau tidak. Kondisi
kelainan musculoskeletal lainnya seperti hip dysplasia harus diperiksa.
Selain itu, pemeriksaan optalmologi perlu dilakukan karena dapat
mengetahui ketidakseimbangan dari otot ekstra ocular yang merupakan
faktor penyebab dari tortikolis.
17
A. Diagnosis Medis
Tortikolis Sinistra
B. CatatanKlinis
(Medika Mentosa, Hasil Lab, Foto Rontgen, Mri, Ct-Scan, Dll)
Pemeriksaan Kekuatan Otot, Panjang Otot Sternocleidomastoideus Dan
Lingkup Gerak Sendi (LGS) Neck.
C. Rujukan Dari Dokter
Dokter Rehab Medis
III. Segi Fisioterapi
A. Pemeriksaan Subyektif
B. Anamnesis (Auto/Hetero)
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke fisioterapi dengan keluhan kepala cenderung condong
ke sisi kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
(Sejarah Keluarga Dan Genetic, Kehamilan, Kelahiran Dan Perinatal,
Tahap Perkembangan, Gambaran Perkembangan, Dll)
Pasien datang ke klinik fisioterapi dengan mengeluhkan sakit di leher
anaknya dengan posisi kepala anak miring ke kiri , gejala ini timbul di
usia anak menginjak 12 bulan
3. Riwayat Penyakit Dahulu
18
Penyakit ini dirasakan 4 bulan lalu ketika dirumah anak sering
menangis
4. Riwayat Penyakit Penyerta
-
5. Riwayat Pengobatan
-
6. Anamnesis Sistem
a. Kepala Dan Leher
Kepala dan leher cenderung condong ke sebelah kiri
b. Kardiovaskular
Normal
c. Respirasi
Normal
d. Gastrointestinal
Normal
e. Urogenital
Normal
f. Musculoskeletal
Spasme pada otot leher terutama otot sternocleidomastoideus
Pemendekan otot leher
g. Nervorum
Normal
C. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah: -
Denyut Nadi : 100x / menit
Pernapasan : 27x / menit
Temperatur : 36 derajat
Tinggi Badan : 80 cm
19
Berat Badan : 9 kg
Gerak Pasif :
Regio Gerakan ROM Endfeel
Flexi Terbatas Springy
Extensi Terbatas Springy
Neck Lateral flexi Terbatas Springy
20
Rotasi terbatas Springy
Isometrik :
Regio Gerakan ROM Tahanan
Flexi Terbatas Minimal
Extensi Terbatas Minimal
Neck Lateral flexi Terbatas Minimal
Rotasi Terbatas Minimal
0 5 10
Nyeri Tekan : 7
Nyeri Gerak : 7
21
Nyeri Diam : 5
MMT
Group otot head neck : 4
ROM
Gerakan Nilai
Ekstensi - Flexi S : 20 – 0 - 25
Lateral Flexi Dextra - F : 30 – 0 – 28
Sinistra
Rotasi Dextra – Sinistra R : 30 – 0 – 30
Sensibilitas
Test Hasil
Panas X Dingin Normal
Tajam X Tumpul Normal
Halus X Kasar Normal
Tactile Normal
22
D. Underlying Proccess
Faktor Sentral
Faktor Lokal
Faktor Kompensasi
- Saat Persalinan
- Trauma
- Strabismus Terlalu Menarik
- Frakture
Dengan Parese Kepala Sang
- Dislokasi
Pada Saraf Bayi
- Supluksasi
- Tumor - Penggunaan
- Spasme Otot Leher
Forcep
Torticollis
Sinistra
M.Sternocleidomastoideus
Otot Kontraktur
M.Trapezius
ROM meningkat
23 Kekuatan
dan
Otot Meningkat
E. Diagnosis Fisioterapi
(International Clatification Of Functonal And Disability)
Pain , Spasme , Hipomobility e.c Torticollis Sinistra
Impairment
Nyeri pada otot sekitar Neck (sternocleidomastoid)
Spasme pada otot sekitar Neck (sternocleidomastoid)
Keterbatasan ROM pada Neck
Penurunan kekuatan otot sekitar Neck (sternocleidomastoid)
Functional Limitation
Pasien kesulitan dalam menggerakkan kepala dan leher seperti menunduk ,
mendangak , menoleh kanan , kiri dan memiringkan kepala
Disability
Pasien belum mampu melakukan aktivitas sehari hari terutama
menggerakkan kepala dan leher nya
F. Prognosis
Qua At Vitam : Bonam
Qua At Sanam : Bonam
Qua At Fungsionam : Bonam
Qua At Cosmeticam : Bonam
G. Program/Rencana Fisioterapi
1. Tujuan Treatment
a) Jangka Pendek
Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme
Meningkatkan ROM
Meningkatkan kekuatan otot
Perbaikan postur
b) Jangka Panjang
Mengembalikan Fungsional Pasien Dan Mengembalikan Fungsi
Gerak Tubuh Agar Pasien Mampu Melakukan Aktivitas Sehari Hari
24
2. Rencana Tindakan
a) Teknologi Fisioterapi
Infrared merupakan modalitas fisioterapi yang dihasilan dari lampu
pijar dengan mengeluarkan sinar inframerah sebesar 3.500-40.000 Å.
Tujuan dari diberikan infrared yaitu dari efek fisiologi meningkatkan
temeratur tubuh dengan adanya vasodilatasi pembuluh darah maka
sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga pemberian nutrisi dan
oksigen kepada jaringan akan meningkat, dengan demikian kadar sel
darah putih dan antibodi didalam jaringan tersebut juga meningkat.
Sehingga pemeliharaan jaringan menjadi lebih baik dan perlawanan
terhadap agen penyebab proses radang juga semakin baik dan nyeri
menjadi berkurang. Maka dari itu efek terapeutik nya reliefe of pain
yang berarti bahwa pemberian mild heating dapat memberikan efek
sedatif (rasa nyaman) pada superficial sensory nerve ending (ujung-
ujung saraf sensorik superfisial), stronger heating dapat memberikan
counter iritation yang berefek pada pengurangan nyeri dan sinar infra
merah dapat memperlancar sirkulasi darah sehingga rasa nyeri yang
disebabkan karena penumpukan sisa-sisa metabolisme yang disebut
zat “P” dapat ikut terbuang
Massage terapi yang dilakukan pada rehabilitasi cedera sendi leher
(vertebrae cervicalis) yaitu dengan menggunakan teknik yang
menggabungkan teknik gerusan (friction) dengan teknik gosokan
(efflurage) dengan ibu jari untuk merileksasikan atau mengurangi
ketegangan otot. Setelah itu dilakukan penarikan (traksi) dan
pengembalian (reposisi) sendi-sendi yang berada di leher (vertebrae
cervicalis) pada tempatnya (Wijanarko,dkk, 2010). Massage
Efflurage (gosokan) adalah gerakan mengusap dengan menggunakan
telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dilakukan
sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-
kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot
dan ujung-ujung saraf (Alimah, 2011). Friction (gerusan) adalah
25
gerakan menekan dengan menggunakan ibu jari tangan. Gerakan ini
dilakukan sesuai dengan otot yang mengalami spasme/ ketegangan.
Stretching merupakan teknik penguluran secara aktif maupun pasif.
Tujuan utama dari stretching adalah untuk meningkatkan elatisitas
dan fleksibelitas jaringan lunak (Lowe, 2009). Stretching dilakukan
tidak melebih LGS normal, tidak menimbulkan nyeri, jika dapat
meningkatkan fleksibelitas, stretching dilakukan secara gentle dan
meningkat setiap saat setiap sesi berlangsung. Stretching tidak boleh
dilakukan saat keadaan akut. Jika masih akut, jaringan cukup
dipanjangkan tidak perlu diregangkan. Stretching digunakan saat
kondisi kronis, dan dilakukan tidak melebihi LGS normal (Fritz,
2015).
H. Pelaksanaan Fisioterapi
Treatment Persiapan Pasien Intervensi
Massage Pasien Teknik yang di gunakan
Massage terapi yang Diposisikan untuk massage yaitu efflurage
dilakukan pada Tidur Terlentang dan friction
rehabilitasi cedera Dengan Posisi Massage Efflurage (gosokan)
sendi leher Senyaman adalah gerakan mengusap
(vertebrae Mungkin dengan menggunakan telapak
cervicalis) yaitu tangan atau bantalan jari
dengan tangan. Gerakan ini
menggunakan dilakukan sesuai dengan
teknik yang peredaran darah menuju
menggabungkan jantung maupun kelenjar-
teknik gerusan kelenjar getah bening.
(friction) dengan Friction (gerusan) adalah
teknik gosokan gerakan menekan dengan
(efflurage) dengan menggunakan ibu jari tangan.
ibu jari untuk Gerakan ini dilakukan sesuai
merileksasikan atau dengan otot yang mengalami
mengurangi spasme/ ketegangan.
ketegangan otot. Dilakukan 8 kali pengulangan
26
Setelah itu 3 set
dilakukan penarikan Dengan pertemuan 3x dalam
(traksi) dan 1 minggu
pengembalian
(reposisi) sendi-
sendi yang berada di
leher (vertebrae
cervicalis) pada
tempatnya.
Stretching Pasien Stretching yang digunakan
Stretching Diposisikan dalam keadaan ini yaitu
merupakan teknik Tidur Terlentang dengan cara gentle stretching
penguluran secara Dengan Posisi kearah yang seperti di
aktif maupun pasif. Senyaman gambar bawah ini
Tujuan utama dari Mungkin Dilakukan selama 3 -5x
stretching adalah pengulangan dan dengan
untuk meningkatkan pertemuan 3x dalam 1
elatisitas dan minggu
fleksibelitas
jaringan lunak
(Lowe, 2009).
Stretching
dilakukan tidak
melebih LGS
normal, tidak
menimbulkan nyeri,
jika dapat
meningkatkan
fleksibelitas,
stretching dilakukan
secara gentle dan
meningkat setiap
saat setiap sesi
27
berlangsung.
Latihan Penguatan Pasien Latihan Penguatan Otot Ini
Otot Diposisikan Dilakukan Dengan Cara
Tidur Terlentang Memberikan Rasangan
Dengan Posisi Berupa Stimulus Dengan
Senyaman Bentuk Mainan Atau
Mungkin Atau Makanan Contoh Berupa
Duduk Permen Atau Empeng Susu
Senyaman Yang Di Letakkan Di Sisi
Mungkin Tubuh Yang Lemah Di Suruh
Anak Untuk Menjilat Atau
Meraih Empeng Susu Dengan
Mulutnya
Dilakukan Selama 3x Dalam
1 Minggu 3 – 5x
Pengulangan
28
Metabolisme, Seting Alat Tangan Terapis
Vasodilatasi Sesuai Sendiri Untuk
Pembuluh Darah Kebutuhan Mengetahui
Akan Lancar, Pasien Apakah Terasa
Pengaruh Terhadap Panas Atau Hangat.
Urat Saraf Sensoris, Jika Terasa Panas
Menaikkan Maka Lampu
Temperature Tubuh Infrared Dapat
Dan Lain-Lainnya Dijauhkan Atau
Ditambah Jaraknya
Waktu Pertemuan
3X Dalam 1
MINGGU
0 5 10
Nyeri T0 T1 T2 T3
Tekan 7 7 6 5
Gerak 7 7 6 6
Diam 5 4 4 3
MMT
Group otot T0 T1 T2 T3
Neck 4 4 4 4
ROM
Gerakan T0 T1 T2 T3
Ekstensi - S : 20 – 0 - S : 20 – 0 - S : 25 – 0 - S : 28 – 0 -
Flexi 25 25 30 35
Lateral Flexi F : 30 – 0 F : 30 – 0 F : 35 – 0 F : 35 – 0 –
Dextra - – 28 – 28 – 33 35
29
Sinistra
Rotasi R : 30 – 0 R : 30 – 0 R : 35 – 0 R : 37 – 0
Dextra – – 30 – 30 – 33 – 35
Sinistra
Pasien atas nama adik A dengan usia 16 serta diagnose medis torticollis
sinistra telah diberikan treatment berupa INFRARED , MASSAGE , dan
STRETCHING dengan jumlah pertemuan 3x dalam 1 minggu di dapatkan
hasil yaitu terdapat penurunan nyeri , penurunan spasme otot , peningkatan
ROM , untuk peningkatan kekuatan otot harus dilakukan terapi rutin
selama 1 bulan kira kira untuk melihat perkembangan secara signifikan ,
Kemampuan Fungsional Yang Semakin Membaik , untuk postur dari sang
anak sendiri harus di evaluasi secara berkala dengan cara terapi yang
rutin , Dari LGS Sendiri Terdapat Perubahan Nilai Dan Akan Terdapat
Perubahan Lagi Dengan Melakukan Terapi Yang Rutin Untuk Evaluasi
Berkala
30
J. Edukasi Dan Komunikasi
Tetap melaksanakan terapi yang rutin ke poli fisioterapi yaitu 1 minggu 3x
pertemuan untuk meningkatkan kesembuhan dan evaluasi secara berkala
Serta dirumah bisa melakukan Latihan atau stretching yang sudah
dijelaskan oleh terapis , bisa dilakukan 1 hari 3x pada saat pagi , siang ,
dan malam
L. Catatan Tambahan
Pembimbing
(______________________)
31
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keaslian penelitian
32
Kepala Yang Penambahan Melihat Perbedaan
Simetris Akibat Exercise Panjang Otot
Torticolis ( 2017) Sternocleidomastoideus
Sebelum Dan
Sesudah Pemberian
Intervensi
4 Variable Untuk Mengetahui
Penatalaksanaan Aprilia Bebas : Pelaksanaan Fisioterapi
Massage Dan Nur Torticollis Dalam Mengurangi
Terapi Latihan Pada Fitrianti Sinistra Spasme, Meningkatkan
Kasus Torticollis Variable Lingkup Gerak Sendi
Sinistra Di Ypac Terikat : Dan Mengulur Otot
Surakarta (2013) Massage Dan Sternocleidomastoideu
Terapi Latihan s Yang Memendek
Pada Kasus Torticollis
Dengan Menggunakan
Modalitas Massage
Dan Terapi Latihan
5 Variable Analitik Non
Perbedaan Juliastuti Bebas : Eksperimental Dengan
Pengaruh Sindroma Pendekatan Cohort
Pemberian Auto Nyeri Dengan Desain
Stretching Dan Servikal Et Penelitian Pre And Post
Kinesio Taping Causa Test With Control
Terhadap Mechanical Design.
Penurunan Nyeri Neck Pain
Pada Sindroma Variable
Nyeri Terikat : Auto
Servikal Et Causa Stretching
Mechanical Neck Dan Kinesio
Pain (2017) Taping
B. Pembahasan Jurnal
33
34
35
36
37
38
39
LAMPIRAN
40
DAFTAR PUSTAKA
Kapandji, I. A, “The Physiology Of The Joint (The Trunk and The Vertebral
Column)”. Volume 3. Edisi kedua Chruchill Licings-tone, New York, 1974.
Moore, Keith dan Agur, Anne, “Anatomi Klinis Dasar”. Edisi Bahasa Indonesia,
Hipokrates, Jakarta, 2002.
41
Norkin, Chynthia, “Measurement Of Joint Motion, A Guide To Goniometry”,
Second Edition, F.A. Davis Company, Philadelphia, 1995.
42