Study Kasus Yumi
Study Kasus Yumi
PENDAHULUAN
1
memilih untuk tidak mengenyam pendidikan sekolah. Untuk pemberian
pendidikan yang merata bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia
diberlakukan sekolah yang dapat merangkul segala kebutuhan anak yang
mengalami hambatan fisik maupun psikologis. Terdapat sekolah-sekolah
Luar Biasa yang akan mengkhususkan kurikulum dan program
pengajarannya dengan hambatan anak. Seperti SLBA untuk anak-anak
yang mengalami hambatan dalam pengelihatan (Tunanetra), SLBB untuk
anak-anak yang mengalami hambatan wicara dan pendengaran (tunarungu
dan tunawicara), SLBC untuk anak-anak yang memiliki IQ dibawah rata-
rata (tunagrahita), SLBD untuk anak-anak yang mengalami cacat fisik
(tunadaksa), dan SLBE untuk anak-anak yang mengalami emosi tidak
stabil (tunalaras).
Bentuk pengajaran disekolah luar biasa disesuaikan dengan
kebutuhan dan hambatan-hambatan yang dialami anak. Segala bentuk
proses pengajarannyapun berbeda dengan sekolah regular karena akan
disesuaikan dengan anak. Meski disesuikan dengan hambatan anak,
disekolah luar biasa tidak jarang terdapat masalah-masalah yang pada
umumnya disekolah regular seperti permasalahan pribadi anak maupun
permasalahan belajar yang dialami oleh anak. Permasalahan-permasalahan
disekolah luar biasa meliputi anak luar biasa yang mengalami percaya diri
terlalu ting atau kebalikannya, anak yang tidak menguasai life skill yang
baik, anak yang tidak mampu menyesuaikan dirinya, anak yang
mengamuk jika keinginannya tidak disesuaikan, anak yang membolos, dan
lainnya. Berbagai permasalahan yang ditemui disekolah luar biasa
tersebut, seharusnya mampu diminimalisir oleh guru pendidik, kepala
sekolah, guru BK, maupun pihak sekolah lainnya agar anak berkebutuhan
khusus juga mampu mengaktualisasikan dirinya.
2
1.2 Tujuan Pelaksanaan
3
laporan kurang diperkenankan mohon dimaklumi karena masih kurangnya
keterampilan dan pengetahuan dalam penulisan laporan.
Identitas siswa :
4
f. Pekerjaan Ayah : Petani
g. Pekerjaan Ibu : Petani
h. Agama Ayah : Hindu
i. Agama Ibu : Hindu
12. Identitas Wali
a. Nama Wali : Kadek Ratdiasih
b. Umur wali : 26 Tahun
c. Agama : Hindu
d. Pekerjaan Wali : Swasta
e. Alamat Wali : Jalan Pulau Obi Gg. Leci No 2 Singaraja
f. Hubungan : Bibi
5
pun sangat menuruti perintah dari guru, penulis pernah menjumpai J
diperintahkan untuk memberihkan kelas bersama teman-temannya. Ada
beberapa teman yang menolak, namun J mengikuti perintah guru dan
menyapu kelas dengan baik. J juga mampu untuk mencuci bajunya sendiri,
karena memang J yang tinggal di asrama karenarumahnya yang jauh dari
sekolah sudah diajarkan untuk belajar mandiri demi dirinya sendiri. Menurut
wali kelas, J merupakan siswa yang terlambat masuk sekolah. J baru sekolah
saat sekolah kelas 1 sudah berjalan 2 bulan.
J memiliki kulit yang sawo matang, gigi yang terlihat rapi namun
cukup besar-besar dan menuut informasi dari guru wali kelas gigi J lum da
yang tanggal sampai saat ini, matanya yang sayu dan sipit, jari-jari yang
sama pada anak normal, rambut pendek, bentuk muka J terbilang lonjong.
Penampilan J jika berseragam sekolah cukup rapi, namun terkadang J lupa
6
mengenakan dasi kesekolah. J yang mampu memakai baju ataupun sepatu
dan mengikatnya sendiri tanpa bantuan orang lain, dari pengamatan
penulis J memakai seragam yang cukup bersih, sepatu, namun untuk kaos
kaki J memakai kaos kaki yang sangat longgar hingga sampai turun-turun.
7
merupakan siswa yang lambat dalam belajar dibandingkan teman-
temannya yang lain. Dalam menulis atau mencatat sesuatu dari papan pun
J kurang bisa, dia akan mengalami kesulitan jika disuruh untuk mencatat
di bukunya dari papan. Catatannya akan berantakan dan tidak bisa menulis
dengan benar, namun jika mencatat dari buku temannya dia mampu. Hal
tersebut menjadi topic pembahasan penulis dengan guru wali kelas, guru
wali kelas pun memikirkan apa yang terjadi dengan J. Terdapat
kemungkinan J mengalami masalah pada matanya, dan karena J belum
bisa menuri tulisan dipapan tulis. Hal tersebut karena J telambat masuk
sekolah, J baru dimasukkan ke SDLB kelas 1 saat pembelajaran sudah
dimulai selama 2 bulan. Otomatis J tidak mengikuti pembelajaran
sebelumnya dan harus mengejar materi dari teman-temannya.
8
BAB II
NEED ASSESMENT
9
c. Bagaimanakah respon konseli jika diperintahkan sesuatu?
d. Bagaimanakah mengenai kehadiran J?
e. Apakah J termasuk siswa yang rajin?
f. Apakah J pernah mengamuk seperti kebanyakan anak
berkebutuhan khusus lainnya?
g. Apakah J mampu bermain dengan temannya dengan baik?
h. Bagaimanakah hubungan sosial J disekolah?
i. Apakah J pernah mengganggu teman?
j. Bagaimanakan keseharian J dikelas?
k. Apakah J bisa mengucapkan salam dengan bahsa isyarat?
l. Apakah J sering mengucapkan salam dengan ibu ataupun guru
lain?
m. Bagaimanakah kepribadian J menurut Ibu?
n. Bagaimanakah hubungan J dengan orang tuanya?
o. Bagaimanakah hubungan J dengan walinya?
p. Apakah pernah terdapat sesuatu kejadian?
q. Bagaimanakah mengenai kemandirian J?
r. Apakah J mempunyai tanda-tanda tentang ketegangan emosi,
rasa takut, merasa terganggu, kurang percaya diri?
a) menyendiri?
b) Pemarah?
c) tidak ramah?
d) sangat kasih sayang?
e) sangat perasa?
10
e. Apakah J sering dijempu diakhir minggu?
f. Mengapa J sering terlihat memakai baju yang robek dan kaos
kaki yang longgar?
g. Apakah J pernah mengamuk atau menangis?
11
BAB III
3.1 Analisis
12
tugasnnya hingga selesai dan betul setelah itu ia baru akan puas walaupun
ia ditinggalkan oleh teman-temannya dan J tidak terlalu memfokuskan
dengan jam pulang. Namun, dalam pembelajaran J merupakan siswa yang
lambat dalam belajar dibandingkan teman-temannya yang lain. Dalam
menulis atau mencatat sesuatu dari papan pun J kurang bisa, dia akan
mengalami kesulitan jika disuruh untuk mencatat di bukunya dari papan.
Catatannya akan berantakan dan tidak bisa menulis dengan benar, namun
jika mencatat dari buku temannya dia mampu. Berdasarkan pengamatanan
penulis, pernah menemui situasi J yang disuruh maju kedepan untuk
menjawab J akan maju walaupun dia tidak mampu. Didepan kelas J akan
kebingungan, hingga teman-temannya meledekinya (dengan bahasa
isyarat) J langsung memperlihatkan diri seperti marah dan sedih. Namun
jika sesekali J mampu menjawab, J akan membalas teman-temannya
tersebut. Karena memang cenderung dikelas terdapat beberapa siswa yang
memberikan efek negative, seperti siswa YN dia memang siswa yang
mampu dan jika dia mampu menjawab didepan kelas dia akan selalu
membanggakan dirinya dan jika terdapat teman yang tidak mampu
menjawab seperti J, YN akan mengatakan “kamu bodoh, aku pintar”
dengan bahasanya.
13
Namun, mungkin dikarenakan J masih belum terbiasa dan terbilang baru
mengenal salam masih ada beberapa siswa termasuk J di kelas 1 yang
masih belum benar dalam memberikan salam dalam bahasa isyarat.
Seperti gesture tubuh yang masih tidak focus, gerakan tangan (dalam
bahasa isyarat), serta mengenal kalimat salam.
Pewawancara Narasumber
14
sesuatu? terkadang dia kurang mengerti
tapi jika dijelaskan dia mengerti
saja.
15
menyesuaikan diri.
16
Bagaimanakah kepribadian Dia merupakan anak yang rajin.
J menurut Ibu? Kalau ada tugas, dia akan
berusaha dengan kerasa agar
selesai. Jika tidak selesai dia
tidak mau pulang dan tidak mau
berhenti kecuali sudah saya beri
nilai.
17
mau mereda.
18
bagaimanakah keseharian J? Dia biasa, saja seperti siswa
lainnya. Seperti anak normal
lainnya. Malah lebih banyak
diam, kalau dipanggil dan
diajak main dengan
temannya baru main dan
senang.
19
memakai baju yang robek sudah lama juga dipakai.
dan kaos kaki yang longgar?
Apakah J pernah mengamuk Mengamuk sih tidak, tapi
atau menangis? kalau menangis pernah
paling diganggu teman atau
dijahili teman.
Apakah J anak satu-satunya yang Hanya J saja yang tulis bisu, semua
memiliki hambatan? kakaknya normal tidak ada
gangguan apa-apa.
20
adiknya
21
Cara merespon tugas dalam proses pembelajaran
a) Tulisan tidak rapi
b) Lambat dalam menjalankan tugas dan menjawab.
3.2 Sintesis
2. Faktor Penghambat
a. Gangguan yang dimiliki
b. Terlambat masuk sekolah.
c. Pengaruh teman.
3.2 Diagnosis
Dengan melihat analisis data dan sintesis maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa konseli adalah anak tunarungu wicara kategori berat.
a. Sulit mengakui bahwa dirinya salah, dengan mengalihkan
kesalahannya dengan menyalahkan orang lain.
b. Memiliki kelambatan dalam proses belajar, J sangat lambat dalam
menerimamateri pembelajaran dikelas jika dibandingkan dnegan
teman-temannya. IQ belum diketahui.
3.3 Prognosis
Setelah dikumpulkannya data-data siswa dan menganalisanya jadi rencana
pemecahannya adalah sebagai berikut :
22
a. Pemberian penguatan ( positive reinforcement), berkalobarasi dengan
guru mata pelajaran.
b. Tidak memarahi konseli saat konseli mengalami kesulitan
mengerjakan tugas atau lambat dalam mengerjakan tugas.
Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran.
c. Pemberian konseling, mengenai menerima masukan dari orang lain.
d. Memberikan pengertian, mengenai kebiasaan teman-teman kelas
lainnya yang meledekinya saat ia tidak mampu menjawab pertanyaan.
e. Memberikan punishman, jika konseli menyalahkan orang lain.
BAB IV
PELAKSANAAN LAYANAN BANTUAN
4.1 Jenis Bantuan yang Diberikan
Sebelum dilaksanakannya usaha pemberian bantuan terlebih dahulu
dilaksanakan perencanaan yang matang agar jenis bantuan yang diberikan
sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseli. Adapu jenis bantuan
yang diberikan untuk menangani masalah J sebagai berikut:
1. Bimbingan belajar
Cara penyampaian materi bimbingan yang diberikan tidak
seperti bimbingan pada siswa normal mengingat konseli yang
penulis hadapi adalah siswa kelas 1 dan mengalami ketunaan
sehingga penulis harus bisa bahasa isyarat dan mengolah kata agar
siswa mengerti maksud penulis.
2. Penguatan ( Reinforcement )
Sulistyarini & Johar (dalam, Dasar-Dasar Konseling, 2014
: 210) Reinforcment yaitu teknik untuk mendorong klien kearah
23
tingkah laku yangebih asional dan logis dengan jalan memberikan
pujian verbal atau non verbal dan dengan benda (reward). Teknik
ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilaidan keyakinan
yang irasional pada klien dan menggantinya dengan sistem lai ya
positif.
Namura Lumongga (dalam Memahami Dasar-Dasar
Konseling, 2016 : 175) penguatan positif adalah teknik yang
digunakan melalui pemberian ganjaran segera setelah tinkahlaku
yang diharapkan muncul. Contoh penguatan positif yaitu
senyuman, persetjuan, pujian, bintang emas, perilaku non verbal,
medali, uang, dan hadiah lainnya, tujuannya agar klien dapat
mempertahankan tingkahlaku baru yang positif.
Pemberian penguatan dilakukan pada konseli saat konseli
berhasil melakukan sesuatu dengan baik atau berhasil menjawab
pertanyaan walaupun penyelesaiaanya dalam waktu yang lebih
lama dibandingkan temannya yang lain. Hal tersebut dilakukan
agar konseli tidak merasa rendah diri, dan tetap mau mengerjakan
tugas-tugasnya.
3. Konseling
24
Berhubung konseli saat ini merupakan anak berkebutuhan
khusus tuna rungu wicara terlebih lagi berada dikelas 1 SDLB,
konseling yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur-prosedur
yang sudah ada. Layanan konseling individual ini sifatnya lebih
kepada membimbing J dalam setiap pemberian treatment, atau
layanan dikarenakan jika penulis memberikan konseling sesuai
dengan langkah – langkah konseling pada umumnya, konseli J
tidak akan mampu untuk mengikutinya.
Konseling yang dilakukan untuk memberikan konseli J
pengertian mengenai hambatan-hambatan belajar yang dia miliki.
Konseli J harus diberikan pengertian bahwa jika dia lebih lambat
dalam mengerti atau mengerjakan tugas hal tersebut tidak apa-apa.
Serta untuk menghentikan sikap J yang selalumenutupi
kesalahannya dengan menyalahkan balik orang lain. tujuan
dilakukannya konseling, agar konseli tidak memiliki kepercayaan
diri rendah serta terlalu tinggi. Karena jika hal tersebut
berlangsung lama, akan menyebabkan konseli memiliki
kepercayaan diri rendah karena selalu diledeki teman-temannya,
juga dapat menyebabkan kepercayaan diri konseli J tinggi karena
selalu menutupi kesalahannya dengan menyalahkan orang lain.
25
bidang belajarnya. Karena dilihat konseli sangat sulit mengikuti
pelajaran saat ini, dan menulispun masih belum rapi seperti teman
dikelasnya yang lain.
Treatment ini diberikan dengan berkolaborasi dengan guru
mata pelajaran, konseli diharpakan mendapat layanan khusus (1 guru
untuk konseli) sampai konseli mampu menerima pelajaran yang diteri
saat ini.
b. Penguatan ( Reinforcement )
Pemberian penguatan dilakukan pada konseli saat konseli
berhasil melakukan sesuatu dengan baik atau berhasil menjawab
pertanyaan walaupun penyelesaiaanya dalam waktu yang lebih lama
dibandingkan temannya yang lain. Hal tersebut dilakukan agar konseli
tidak merasa rendah diri, dan tetap mau mengerjakan tugas-tugasnya.
Pemberian penguatan ini akan dilakukan berkolaborasi
dengan guru kelas atau guru mata pelajaran. Penguatan diberikan pada
saat konseli J mampu menjawab dengan usahanya sendiri walaupun
membutuhkan waktu yang lama. Dengan cara bersorak (isyarat), tos
salam, pujian (isyarat), selingan bermain agar menumbuhkan
kesenangan pada diri siswa.
c. Konseling
Berhubung konseli saat ini merupakan anak berkebutuhan
khusus tuna rungu wicara terlebih lagi berada dikelas 1 SDLB,
konseling yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur-prosedur yang
sudah ada. Layanan konseling individual ini sifatnya lebih kepada
membimbing J dalam setiap pemberian treatment, atau layanan
dikarenakan jika penulis memberikan konseling sesuai dengan langkah
– langkah konseling pada umumnya, konseli J tidak akan mampu
untuk mengikutinya.
26
Konseling yang dilakukan untuk memberikan konseli J
pengertian mengenai hambatan-hambatan belajar yang dia miliki.
Konseli J harus diberikan pengertian bahwa jika dia lebih lambat
dalam mengerti atau mengerjakan tugas hal tersebut tidak apa-apa.
Serta untuk menghentikan sikap J yang selalumenutupi kesalahannya
dengan menyalahkan balik orang lain. tujuan dilakukannya konseling,
agar konseli tidak memiliki kepercayaan diri rendah serta terlalu
tinggi. Karena jika hal tersebut berlangsung lama, akan menyebabkan
konseli memiliki kepercayaan diri rendah karena selalu diledeki
teman-temannya, juga dapat menyebabkan kepercayaan diri konseli J
tinggi karena selalu menutupi kesalahannya dengan menyalahkan
orang lain.
27
c. Konseli tetap antusias dalam mengerjakan tugas walaupun
mengalami kelambatan.
d. Konseli lebih mampu mengerti mengenai materi-materi
pelajaran.
2. Penghambat keberhasilan
Penghambat keberhasilan dari proses pemberian layanan ini
adalah, waktu yang penulis miliki dalam mengawasi dan
memberikan treatment kepada konseli J. Dalam 1 minggu penulis
hanya memiliki waktu 3 hari saja untuk mencari informasi,
memberi treatment, serta mengawasi perubahan dari konseli.
Penulis pun belum mampu memberikan treatmen yang
dicanangkan dengan baik, dikarenakan waktu yang begitu singkat
serta cara berkomunikasi dengan bahasa isyarat (isyarat ibu) yang
masih belum penulis kuasai, dikarenakan siswa kelas 1 SDLB
tidak menguasai isyarat konseptual yang penulis pelajari.
BAB V
TINDAK LANJUT
Psikologi Konseling (2014 : 48) Tindak lanjut atau follow up berguna untu
melihat sejauhmana keberhasilan pemberian bantuan melalui proses konseling yang
telah berlangsung. Selain itu sebagai upaya pemeliharaan yang dikembangkan oleh
konseli untuk mampu mengatasi kesulitan atau hambatannya. Pihak-pihak yang
bertanggung jawab senantiasa men “cek” kemajuan terhadap konseli yang memiliki
masalah baik pemahaman tentang konseli mengenai bantuan yang diberikan maupun
men “cek” bahan tepat guna program bantuan yang diberikan agar dapat ditinjau dan
direvisi.
28
Dalam kegiatan ini sangat diperlukan peranan baik dari Guru pamong atau
guru wali kelas di SLB Negeri 1 Buleleng, Guru Wali Kelas, Guru Mata Pelajaran
serta orang tua untuk memantau perkembangan konseli. Oleh sebab itu, Saya sebagai
penulis mengharapkan peranan masing-masing pihak terkait untuk :
1. Wali kelas maupun guru mata pelajaran yang lain dapat memantau apakah
konseli memperlihatkan kemajuan atau tidak. Guru dapat memantau
tingkah laku konseli dilingkungan sekolah melalui kerjasama dengan
pihak lainnya agar dapat diketahui apakah konseli memperlihatkan
perubahan seperti bangkitnya keinginan untuk memperhatikan atau
mencatat bahan pelajaran yang diterangkan.
2. Guru Mata Pelajaran atau wali kelas dapat memantau konseli dirungan
kelas saat proses belajar mengajar berlangsung.
3. Guru Wali Kelas, peran Guru Wali Kelas dalam hal ini mampu
mendampingi siswa dalam hal kesulitan yang dialaminya dalam proses
bantuan yang diberikan dan bekerja sama dengan guru lainmendapatkan
informasi mengenai kefektifan bantuan yang diberikan.
4. Orang Tua sebagai penanggungjawab jika konseli berada diluar
lingkungan sekolah memiliki peranan yang penting dalam memantau
perkembangan yang terlihat pada diri konseli. Orang tua hendaknya
mampu membantu pihak sekolah untuk mendampingi, mengarahkan serta
memantau apakah dirumah konseli mengalami perubahan atau tidak.
Dirumah konseli akan berusaha untuk mencoba mengerjakan tugas-tugas
rumah maupun berusaha untuk membaca bahan pelajaran. Orang tua juga
sebaiknya bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mencapai hasil yang
lebih optimal dalam usaha untuk mengubah konseli kea rah yang lebih
baik.
29
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil studi kasus yang dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan secara keseluruhan bahwa.
a. Untuk mendapatkan informasi mengenai data-data atau keterangan
konseli dapat dilakukan dengan metode observasi dengan alat
berupa check list dan wawancara
b. Konseli memiliki masalah dalam sikapnya dan mengalami
kesulitan belajar.
c. Penyebab utama masalah konseli yaitu :
a) Dari dalam diri yaitu ketunaannya.
b) Pengaruh teman.
c) Keterlambatan masuk kelas, dan tidak adanya bimbingan
langsung saat dia mengalami keterlambatan pelajaran.
d. Untuk menangani masalah konseli, maka jenis bantuan yang akan
diberikan adalah layanan bimbingan belajar, konseling, teknik
30
reinforcement. Pemberian bantuan dengan bekerjasama dengan
guru mata pelajaran dan guru kelas.
e. Untuk menindaklanjuti keberhasilan layanan bantuan yang
diberikan maka penulis berkolaborasi dengan guru kelas dan orang
tua konseli.
6.2 Saran
Bagi Pihak Sekolah
Adapun saran yang penulis berikan untuk pihak sekolah adalah pihak
sekolah yaitu diharapkan pihak sekolah lebih memperhatikan
hambatan-hambatan yang dialami oleh anak serta kebiasaa-kebiasaan
yang dimiliki oleh anak, agar nantinya tidak terjadi atau
menumbuhkan perilaku menyimpang dikalangan siswa tunarungu
wicara. Selain hal tersebut, diharapkan pihak sekolah memanfaat
keberadaan Konselor sekolah dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang dialami oleh siswa di SLB negeri 1 Buleleng dengan
berkolaborasi dengan para guru dan pihak sekolah lainnya.
31
Daftar Pustaka
RajaGravindo Persada.
Yogyakarta : Psikosain
32
33