Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan
penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan
yang dialami anak. Pengertian lainnya bersinggungan dengan istilah
tumbuh kembang normal dan abnormal, pada anak berkebutuhan khusus
bersifat abnormal, yaitu terdapat penundaan tumbuh kembang (Psikologi
Anak Berkebutuhan Khusus, 2016:2).
Dari sudut kebutuhan pendidikan, Hallahan dan Kauffman (2006)
melihat pengertian siswa berkebutuhan khusus adalah mereka yang
memerlukan pendidikan khusus dan pelayanan terkait. Anak berkebutuhan
khusus yang umumnya tampak keterbelakangan mental, ketidakmampuan
belajar dan gangguan atensi, gangguan emosi atau perilaku, hambatan
fisik, hambatan berkomunikasi, autisme, traumatic brain injury,
hambatan pendengaran, hambatan pengelihatan, atau special gifts of
talents. Kekhususan mereka dapat mencakup bidang sensori, fisik,
kognitif, emosi, atau kemampuan komunikasi atau kombinasinya.
Kekhususan bisa sangat berbeda dalam penyebab, tingkat keparahan, dan
dampak bagi diri sendiri
Kekhususan hambatan yang dialami anak berkebutuhan khusus
sangat bervariasi. Pendidikan yang diberikan pun memiliki kekhususannya
masing-masing sesuai dengan hambatan yang dialami anak bekebutuhan
khusus. Dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus akan mengalami
makin banyak hambatan jika disekolahkan di sekolah normal kaena
mereka harus menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan normal
tersebut. Namun, hal tersebut akan membuat anak makin tidak mampu
untuk belajar dengan baik karena hambatan-hambatan yang mereka alami.
Oleh karena itu, banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang lebih

1
memilih untuk tidak mengenyam pendidikan sekolah. Untuk pemberian
pendidikan yang merata bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia
diberlakukan sekolah yang dapat merangkul segala kebutuhan anak yang
mengalami hambatan fisik maupun psikologis. Terdapat sekolah-sekolah
Luar Biasa yang akan mengkhususkan kurikulum dan program
pengajarannya dengan hambatan anak. Seperti SLBA untuk anak-anak
yang mengalami hambatan dalam pengelihatan (Tunanetra), SLBB untuk
anak-anak yang mengalami hambatan wicara dan pendengaran (tunarungu
dan tunawicara), SLBC untuk anak-anak yang memiliki IQ dibawah rata-
rata (tunagrahita), SLBD untuk anak-anak yang mengalami cacat fisik
(tunadaksa), dan SLBE untuk anak-anak yang mengalami emosi tidak
stabil (tunalaras).
Bentuk pengajaran disekolah luar biasa disesuaikan dengan
kebutuhan dan hambatan-hambatan yang dialami anak. Segala bentuk
proses pengajarannyapun berbeda dengan sekolah regular karena akan
disesuaikan dengan anak. Meski disesuikan dengan hambatan anak,
disekolah luar biasa tidak jarang terdapat masalah-masalah yang pada
umumnya disekolah regular seperti permasalahan pribadi anak maupun
permasalahan belajar yang dialami oleh anak. Permasalahan-permasalahan
disekolah luar biasa meliputi anak luar biasa yang mengalami percaya diri
terlalu ting atau kebalikannya, anak yang tidak menguasai life skill yang
baik, anak yang tidak mampu menyesuaikan dirinya, anak yang
mengamuk jika keinginannya tidak disesuaikan, anak yang membolos, dan
lainnya. Berbagai permasalahan yang ditemui disekolah luar biasa
tersebut, seharusnya mampu diminimalisir oleh guru pendidik, kepala
sekolah, guru BK, maupun pihak sekolah lainnya agar anak berkebutuhan
khusus juga mampu mengaktualisasikan dirinya.

2
1.2 Tujuan Pelaksanaan

Dalam penyusunan laporan ditujukan untuk memenuhi tugas Mata


Kuliah Kompetensi Pilihan (Anak Berkebutuhan Khusus) yang diampu oleh
dosen Prof. Dr. Ketut Suarni M.Pd. Kons dan Putu Ari Dharmayanti S.Pd
M.Pd dalam proses mencari data serta pemberian layanan dan treatment untuk
konseli dilakukan praktek kesekolah SLB Negeri 1 Singaraja selama kurang
lebih 3 bulan. Penyusunan laporan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara serta mempelajari data-data tulis yang
sudah tersedia. Tujuan lain penyusunan laporan ini merupakan usaha untuk
mengetahui berbagai hambatan atau permasalahan yang dialami siswa SLB
yaitu siswa anak tunarungu yang terjadi dikehidupan sekolah pada proses
belajarnya maupun kehidupan sosialnya serta kehidupan sehari-harinya.
Selain itu, agar mampu memahami kehidupan dari anak tuna rungu,
memahami segala faktor-faktor penghambat baik fisik, mental maupun
lingkungannya yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial serta kehidupan
sekolahnya. Tujuan lain dalam penulisan laporan ini adalah untuk membantu
siswa anak tuna rungu dalam mengembangkan kehidupan baik pribadi, sosial,
belajar dan kariernya. Agar nantinya siswa mampu mengikuti kehidupan
sosial dan normal seperti kebanyakan orang lainnya.
Dalam penelitinnya kode etik tetap digunakan dan dijunjung tinggi
sebagaimana yang sudah ditetapkan. Dalam proses praktik lapangan untuk
penyusunan laporan berbagai pihak ikut serta dalam memberikan data baik
dari guru pamong dan guru wali kelas (Ibu Putu Dewi Resiani S.Pd), Bapak
Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Buleleng (Drs. I Wayan Cirtha, M.Pd), Guru Mata
Pelajaran di SLB Neger 1 Buleleng, Penjaga Asrama SLB Negeri 1 Buleleng serta
pihak lain yang sudah membantu dalam melengkapi informasi dilaporan ini Data-
data yang diperoleh benar adanya sesuai dengan wawancara dan observasi
yang sudah dilakukan. Namun, jika dalam uraian atau penjelasan dalam

3
laporan kurang diperkenankan mohon dimaklumi karena masih kurangnya
keterampilan dan pengetahuan dalam penulisan laporan.

1.3 Identifikasi Kasus

Identifikasi kasus ini diambil dari siswa kelas 1 SDLB Negeri 1


Singaraja. Adapun identitas diri konseli, yaitu.

Identitas siswa :

1. Nama Anak Didik


a. Nama Lengkap : I Komang Juniarta
b. Nama Panggilan : Juni
2. Nomor Induk /NISN : 850
3. Jenis kelainan : Laki-Laki
4. Tempat dan Tanggal Lahir : Lateng, 14 – 6 - 2007
5. Agama : Hindu
6. Anak ke : 4 (empat)
7. Status dalam Keluarga : Anak kandung
8. Alamat Siswa : Br. Lateng Dausa, Kintamani, Bangli.
9. Kelainan Anak
a. Macam Kelainan : C D / Tuna Rungu Wicara
b. Type Kelainan : Berat
c. IQ :-
10. Diterima di Sekolah ini :
11. Identitas Orang Tua
a. Nama Ayah : I Komang Muliarta
b. Nama Ibu : Ni Wayan Supadmiasih
c. Umur Ayah : 47 Tahun
d. Umur Ibu : 38 Tahun
e. Alamat Orang Tua : Br. Lateng Dausa, Kintamani, Bangli.

4
f. Pekerjaan Ayah : Petani
g. Pekerjaan Ibu : Petani
h. Agama Ayah : Hindu
i. Agama Ibu : Hindu
12. Identitas Wali
a. Nama Wali : Kadek Ratdiasih
b. Umur wali : 26 Tahun
c. Agama : Hindu
d. Pekerjaan Wali : Swasta
e. Alamat Wali : Jalan Pulau Obi Gg. Leci No 2 Singaraja
f. Hubungan : Bibi

Penulis mendapat konseli berdasarkan rekomendasi dari guru pamong


yang merupakan wali kelas konseli. Dari identitas yang sudah dipaparkan
diatas, J merupakan anak kandung dari empat bersaudara. Ia saat ini berada
dikelas SDLB kelas 1, ia beumur 10 tahun. Berdasarkan klasifikasinya J
memiliki gangguan tunarungu wicara kategori berat yang sudah diperiksa oleh
dokter THT. Anak tuna rungu wicara kategori berat memiliki pendengaran 60-
75 dB yaitu anak ini tidak bisa belajr berbicara tanpa menggunakan teknik
khusus, gangguan ini dianggap sebagai ‘tuli secara edukatif’ (Dinie Ratri,
dalam Psikologi Anak Bekebutuhan Khusus 2016: 88).
Dikelas J merupakan siswa yang penurut dan tidak sulit untuk
bersosialisasi dengan teman dikelasnya, namun J termasuk siswa yang lebih
lambat dalam menerima materi pelajaran daripada teman yang memiliki
hambatan yang sama dikelasnya. J lebih sulit dan lambat untuk menerima
pelajaran, jika ia diperintahkan atau ingin maju kedepan untuk menjawab
pertanyaan J cenderung sulit menjawab dan membuatnya diledeki teman-
temannya. Hal tersebut membuatnya lebih banyak diam dan tidak percaya
diri. Dalam bina dirinya J merupakan anak yang pintar dalam mengurus diri,
dia bisa melakukan aktifitas sendiri dan menjaga kebersihan dirinya sendiri. J

5
pun sangat menuruti perintah dari guru, penulis pernah menjumpai J
diperintahkan untuk memberihkan kelas bersama teman-temannya. Ada
beberapa teman yang menolak, namun J mengikuti perintah guru dan
menyapu kelas dengan baik. J juga mampu untuk mencuci bajunya sendiri,
karena memang J yang tinggal di asrama karenarumahnya yang jauh dari
sekolah sudah diajarkan untuk belajar mandiri demi dirinya sendiri. Menurut
wali kelas, J merupakan siswa yang terlambat masuk sekolah. J baru sekolah
saat sekolah kelas 1 sudah berjalan 2 bulan.

1.4 Gambaran Menyeluruh Tentang Konseli

a. Penampilan Fisik (Psycal apperence)

Sesuai dengan hasil pengamatan mengenai penampilan fisik J, diperoleh


hasil sebagai berikut :

J merupakan siswa kelas 1 SDLB yang berumur 10 tahun, dilihat


dari penampilan J terlihat cukup bersih, dengan potogan rambut yang rapi
dan memakai seragam kesekolahpun juga cukup rapi. J berperawakan
seperti anak pada umumnya yang tidak terlihat seperti anak berkebutuhan
khusus. Hanya saja dari penampilan fisiknya terlihat matanya yang sayu
dan lebih sipit. J memilki tinggi rata-rata sama dengan anak pada
umumnya, dengan badan terlihat agak kurus namun sama dengan
kebanyakan anak lainnya. Postur badan yang dimiliki J sama dengan anak
pada yang normal, yang hanya terlihat beda dari matanya.

J memiliki kulit yang sawo matang, gigi yang terlihat rapi namun
cukup besar-besar dan menuut informasi dari guru wali kelas gigi J lum da
yang tanggal sampai saat ini, matanya yang sayu dan sipit, jari-jari yang
sama pada anak normal, rambut pendek, bentuk muka J terbilang lonjong.
Penampilan J jika berseragam sekolah cukup rapi, namun terkadang J lupa

6
mengenakan dasi kesekolah. J yang mampu memakai baju ataupun sepatu
dan mengikatnya sendiri tanpa bantuan orang lain, dari pengamatan
penulis J memakai seragam yang cukup bersih, sepatu, namun untuk kaos
kaki J memakai kaos kaki yang sangat longgar hingga sampai turun-turun.

b. Penampilan Pribadi (Personal apperence)

Sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara mengenai


penampilan pribadi J, diperoleh hasil sebagai berikut :

Dari hasil pengamatan serta wawancara berbagai pihak diketahui


mengenai kepribadian J, menurut wali kelas 1 SDLB J merupakan anak
yang penurut dan rajin. J selalu mau mengikuti perintah dari guru seperti
jika disuruh mengambilkan sesuatu, menyapu kelas, ataupun diperintah
yang lain J selalu menurut dan mampu merespon serta mengerti perintah
guru. J merupakan siswa yang rajin dan memiliki motivasi tinggi untuk
belajar, jika terdapat suatu tugas dalam proses pembelajaran J akan
berusaha dengan keras untuk menjawab walaupun dalam waktu yang
cukup lama.

Menurut wawancara dengan guru wali kelas, J tidak akan mau


berhenti untuk mengerjakan tugasnya kecuali dia sudah selesai dan sudah
dinilai oleh guru, tidak seperti kebanyakan siswa lainnya. Siswa lainnya
lebih ingin cepat selesai dalam proses pembelajaran termasuk siswa yang
paling mampu dalam belajar dikelas, siswa kelas 1 SDLB selalu
mengingat jam pulang yaitu jam 10. Siswa lain akan selalu mengingatkan
guru atau penulis jika jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, walaupun
sedang dalam proses pembelajaran. Namun J lebih berbeda, ia akan
berusaha mengerjakan tugasnnya hingga selesai dan betul setelah itu ia
baru akan puas walaupun ia ditinggalkan oleh teman-temannya dan J tidak
terlalu memfokuskan dengan jam pulang. Namun, dalam pembelajaran J

7
merupakan siswa yang lambat dalam belajar dibandingkan teman-
temannya yang lain. Dalam menulis atau mencatat sesuatu dari papan pun
J kurang bisa, dia akan mengalami kesulitan jika disuruh untuk mencatat
di bukunya dari papan. Catatannya akan berantakan dan tidak bisa menulis
dengan benar, namun jika mencatat dari buku temannya dia mampu. Hal
tersebut menjadi topic pembahasan penulis dengan guru wali kelas, guru
wali kelas pun memikirkan apa yang terjadi dengan J. Terdapat
kemungkinan J mengalami masalah pada matanya, dan karena J belum
bisa menuri tulisan dipapan tulis. Hal tersebut karena J telambat masuk
sekolah, J baru dimasukkan ke SDLB kelas 1 saat pembelajaran sudah
dimulai selama 2 bulan. Otomatis J tidak mengikuti pembelajaran
sebelumnya dan harus mengejar materi dari teman-temannya.

Menurut wali kelas, J dikatakan memiliki kepercayaan diri rendah,


karena J sulit menerima jika ia dikatakan tidak mampu. Misalnya, J yang
disuruh maju kedepan untuk menjawab J akan maju walaupun dia tidak
mampu. Didepan kelas J akan kebingungan, hingga teman-temannya
meledekinya (dengan bahasa isyarat) J langsung memperlihatkan diri
seperti marah dan sedih. Namun jika sesekali J mampu menjawab, J akan
membalas teman-temannya tersebut. Karena memang cenderung dikelas
terdapat beberapa siswa yang memberikan efek negative, seperti siswa YN
dia memang siswa yang mampu dan jika dia mampu menjawab didepan
kelas dia akan selalu membanggakan dirinya dan jika terdapat teman yang
tidak mampu menjawab seperti J, YN akan mengatakan “kamu bodoh, aku
pintar” dengan bahasanya.

8
BAB II

NEED ASSESMENT

Dalam Need Assesment penulis menggunakan teknik nontes yang


terdiri dari metode observasi, dan metode wawancara. Adapaun hasil need
assessment yang didapatkan penulis yaitu :

2.1. METODE OBSERVASI

Psikologi pendidikan (2014 : 32) Observasi adalah metode pengumpulan


data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-
fenomena yang diteliti. Akan tetapi penggunaan teknik observasi sangat
tergantung pada situasi dimana observasi dilakukan.

2.2. METODE WAWANCARA

Psikologi pendidikan (2014 : 33) Interview atau wawancara merupakan


metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara dua pihak (pencari
infomasi dan pemberi infomasi. Prosedur wawancara melibatkan situasi face to
face dimana pewawancara menanyakan sejumlah pertanyaan kepada orang lain
guna memperoleh jawaban yang relevan dengan tujuan wawancara. Untuk
memperoleh data yang seakurat mungkin, seorang peneliti, harus menjalin
hubungan yang baik dengan orang yang diwawancarai.
Dalam penggunaan teknik wawancara ini, dilakukan wawancara dengan
berbagai pihak terkait yang mengetahui informasi mengenai siswa seperti Guru
Wali Kelas atau Pamong, Ibu asrama.

2.2.1. Wawancara dengan Guru Kelas

a. Gangguan tuna rungu wicara J kategori apa?


b. Apakah J mampu mengikuti perintah?

9
c. Bagaimanakah respon konseli jika diperintahkan sesuatu?
d. Bagaimanakah mengenai kehadiran J?
e. Apakah J termasuk siswa yang rajin?
f. Apakah J pernah mengamuk seperti kebanyakan anak
berkebutuhan khusus lainnya?
g. Apakah J mampu bermain dengan temannya dengan baik?
h. Bagaimanakah hubungan sosial J disekolah?
i. Apakah J pernah mengganggu teman?
j. Bagaimanakan keseharian J dikelas?
k. Apakah J bisa mengucapkan salam dengan bahsa isyarat?
l. Apakah J sering mengucapkan salam dengan ibu ataupun guru
lain?
m. Bagaimanakah kepribadian J menurut Ibu?
n. Bagaimanakah hubungan J dengan orang tuanya?
o. Bagaimanakah hubungan J dengan walinya?
p. Apakah pernah terdapat sesuatu kejadian?
q. Bagaimanakah mengenai kemandirian J?
r. Apakah J mempunyai tanda-tanda tentang ketegangan emosi,
rasa takut, merasa terganggu, kurang percaya diri?
a) menyendiri?
b) Pemarah?
c) tidak ramah?
d) sangat kasih sayang?
e) sangat perasa?

2.2.2. Wawancara dengan Ibu Asrama


a. bagaimanakah keseharian J?
b. Bagaimanakah mengenai kemandiria J
c. Bagaimanakah respon J jika diperintahkan sesuatu?
d. Adakah kemandirian yang belum dia kuasai?

10
e. Apakah J sering dijempu diakhir minggu?
f. Mengapa J sering terlihat memakai baju yang robek dan kaos
kaki yang longgar?
g. Apakah J pernah mengamuk atau menangis?

2.2.3 Wawancara dengan Orang Tua


a. J merupakan anak ke?
b. J bersaudara berapa?
c. Apakah J anak satu-satunya yang memiliki hambatan?
d. Bagaimana awal mula J memiliki gangguan ini?
e. Dirumah J merupakah anak yang bagaimana?
f. Hubungan J dengan saudara-saudaranya bagaimana?
g. Apakah J mampu merespon tugas atau perintah dengan baik?
h. Apakah J pernah di periksa ke dokter THT?
i. Mengapa bapak jarang menjemput J?
j. Mengapa dulu terlambat masuk kesekolah?
k. Bagaimana mengenai kemandirian J dirumah?

11
BAB III

PROSEDUR PEMILIHAN BANTUAN

3.1 Analisis

Berdasarkan need assessment yang dilakukan oleh penulis dengan


menggunakan metode observasi dan metode wawancara maka didapatkan data
sebagai berikut :

3.2.1 Metode Observasi

Berdasarkan hasil observasi dilingkungan sekolah dan asrama, J


merupakan anak yang mampu bersosialisasi dengan baik dan berinteraksi
dengan sesame, walaupun terkadang memang anak-anak seumurannya
memang suka menjaihili teman namun masih bisa dikatakan wajar. J
merupakan anak yang penurut dan rajin. J selalu mau mengikuti perintah
dari guru seperti jika disuruh mengambilkan sesuatu, menyapu kelas,
ataupun diperintah yang lain J selalu menurut dan mampu merespon serta
mengerti perintah guru walaupu terkadang memang mengalami
kelambatan. J merupakan siswa yang rajin dan memiliki motivasi tinggi
untuk belajar, jika terdapat suatu tugas dalam proses pembelajaran J akan
berusaha dengan keras untuk menjawab walaupun dalam waktu yang
cukup lama. J tidak akan mau berhenti untuk mengerjakan tugasnya
kecuali dia sudah selesai dan sudah dinilai oleh guru, tidak seperti
kebanyakan siswa lainnya. Siswa lainnya lebih ingin cepat selesai dalam
proses pembelajaran termasuk siswa yang paling mampu dalam belajar
dikelas, siswa kelas 1 SDLB selalu mengingat jam pulang yaitu jam 10.
Siswa lain akan selalu mengingatkan guru atau penulis jika jam sudah
menunjukkan pukul 10 pagi, walaupun sedang dalam proses
pembelajaran. Namun J lebih berbeda, ia akan berusaha mengerjakan

12
tugasnnya hingga selesai dan betul setelah itu ia baru akan puas walaupun
ia ditinggalkan oleh teman-temannya dan J tidak terlalu memfokuskan
dengan jam pulang. Namun, dalam pembelajaran J merupakan siswa yang
lambat dalam belajar dibandingkan teman-temannya yang lain. Dalam
menulis atau mencatat sesuatu dari papan pun J kurang bisa, dia akan
mengalami kesulitan jika disuruh untuk mencatat di bukunya dari papan.
Catatannya akan berantakan dan tidak bisa menulis dengan benar, namun
jika mencatat dari buku temannya dia mampu. Berdasarkan pengamatanan
penulis, pernah menemui situasi J yang disuruh maju kedepan untuk
menjawab J akan maju walaupun dia tidak mampu. Didepan kelas J akan
kebingungan, hingga teman-temannya meledekinya (dengan bahasa
isyarat) J langsung memperlihatkan diri seperti marah dan sedih. Namun
jika sesekali J mampu menjawab, J akan membalas teman-temannya
tersebut. Karena memang cenderung dikelas terdapat beberapa siswa yang
memberikan efek negative, seperti siswa YN dia memang siswa yang
mampu dan jika dia mampu menjawab didepan kelas dia akan selalu
membanggakan dirinya dan jika terdapat teman yang tidak mampu
menjawab seperti J, YN akan mengatakan “kamu bodoh, aku pintar”
dengan bahasanya.

Selain hal itu, penulis mengamati kebiasaan J sehari-hari. Dalam


kebiasaan memberi salam, J sudah baik mereka selalu meminta salim
dengan guru yang memang mengajar di SLB. Namun, J jarang
memberikan salam selamat pagi, siang atau sore dan Om Swastyastu. J
hanya memberi salam saat memulai pembelajaran dan sesudah
pembelajaran. J terlihat belum terbiasa memberikan salam Om Swastyastu
dan selamat pagi, siang, atau sore jika ia bertemu atau berpapasan dengan
orang lain diluar jam pelajaran. Terlebih lagi siswa kelas 1 SDLB, siswa
sudah diajarkan untuk memberikan salam oleh wali kelas yaitu Ibu Dewi
setiap akan memulai pembelajaran dan sesuah pembelajaran berlangsung.

13
Namun, mungkin dikarenakan J masih belum terbiasa dan terbilang baru
mengenal salam masih ada beberapa siswa termasuk J di kelas 1 yang
masih belum benar dalam memberikan salam dalam bahasa isyarat.
Seperti gesture tubuh yang masih tidak focus, gerakan tangan (dalam
bahasa isyarat), serta mengenal kalimat salam.

3.2.2 Metode Wawancara

Wawancara pertama, saya lakukan dengan guru kelas J yaitu Ibu


Dewi. Tujuan dari wawancara ini untuk mendapatkan informasi pribadi J
dari identitas diri, identitas keluarga, kepribadian dari peserta didik dan
potensi apa yang dimiliki J. Untuk identitas diri dan keluarga terdapat
pada halaman lampiran.

a) Wawancara dengan Guru kelas

Pewawancara Narasumber

Gangguan tuna rungu Dilihat dari data yang ada, dia


wicara J kategori apa? kategori berat. Memang dia tidak
mampu mendengar suara, namun
itu juga belum pasti karena
disekolah belum memeriksa
menggunakan audiometer. Jadi
hal tersebut belum pasti.

Apakah J mampu Iya, dia sangat penurut. Bahkan


mengikuti perintah? dia sering menawarkan diri
untuk membantu ibu atau orang
lain.

Bagaimanakah respon Iya, dia cukup bisa mengikuti


konseli jika diperintahkan perintah. Namun, memang

14
sesuatu? terkadang dia kurang mengerti
tapi jika dijelaskan dia mengerti
saja.

Bagaimanakah mengenai J rajin datang kesekolah, karena


kehadiran J? memang dia tinggal di asrama
dan jarang dijemput orang
tuanya karena dia tinggal jauh
dari sini.

Apakah J termasuk siswa Iya, dia siswa yang sangat rajin


yang rajin? dan suka belajar. Dia rajin
dibidang apapun, dia mau
mengikuti perintah yang
diberikan.

Apakah J mampu bermain Iya dia mampu menjalin


dengan temannya dengan hubungan baik dengan
baik? temannya. Dia jarang
mengganggu temannya, malah
mungkin dia yang lebih sering
diganggu. Tapi mengganggu
dalam artian seperti anak kecil
pada umumnya.

Bagaimanakah hubungan Dia berhubungan dengan baik


sosial J disekolah? dengan siapapun, namun dulu
memang saat pertama kali masuk
dia sulit untuk bersosialisasi
diengan lingkungan sini. Kurang
lebih selama 2 bulan baru bisa

15
menyesuaikan diri.

Apakah J pernah Terkadang saja, namun itu


mengganggu teman? seperti kebanyakan anak pada
umumnya.

Bagaimanakan keseharian Kesehariannya dikelas, dia


J dikelas? memang lebih lambat dari
teman-temannya dalam
menerima pelajaran. Menurut
assessment saya sementara, dia
memiliki kepercayaan diri yang
rendah, namun dia menutupinya
dengan mengatakan “saya
benar”. Saya suka kasihan
melihat jika dia ditertawai
didepan kelas jika dia tidak bisa
menjawab, karena memang
banyak yang meledeki jika ia
tidak bisa menjawab.

Apakah J bisa Dia mampu, terkadang lupa.


mengucapkan salam Karena memang anak-anak
dengan bahsa isyarat? disini sangat cepat lupa dengan
materi pelajaran. Sekarang kita
berikan, nanti mungkin sudah
lupa. Karena juga tidak terbiasa.

Apakah J sering Paling hanya saat jam pelajaran


mengucapkan salam masuk, dan saat pulang saja.
dengan ibu ataupun guru
lain?

16
Bagaimanakah kepribadian Dia merupakan anak yang rajin.
J menurut Ibu? Kalau ada tugas, dia akan
berusaha dengan kerasa agar
selesai. Jika tidak selesai dia
tidak mau pulang dan tidak mau
berhenti kecuali sudah saya beri
nilai.

Bagaimanakah hubungan J Hubungannya cukup baik, dia


dengan orang tuanya? lebih dekat dengan ayahnya.
Dulu sampai waktu pertama kali
masuk sekolah ayahnya tinggal
disingaraja di saudaranya untuk
menemani J. karena memang
rumahnya jauh di Kintamani.

Bagaimanakah hubungan J Saya tidak mengetahui mengenai


dengan walinya? walinya. Namun dia tidak pernah
pulang ke walinya, oleh karena
itu di akhir pecan dia tetap
tinggal diasrama.

Apakah pernah terdapat Ayahnya juga pernah bercerita,


sesuatu kejadian? jika J itu memiliki masalah sejak
kecil. Sudah beberapa kali
hilang, dan tiba-tiba muncul.
Saat pertama kali masuk kesini
pun kami sangat sulit
mengajaknya, dia akan
mengamuk dan menangis.
Setelah disembahyangi akhirnya

17
mau mereda.

Bagaimanakah mengenai Awalnya sangat jauh dari


kemandirian J? kemandirian, namun sekarang J
anak yang cukup mandiri dalam
kesehariannya, dia mampu
menyapu, mandi sendiri,
keramas, mencuci baju karena
memang sudah diajarkan
diasrama oleh ibu asrama dan
kakak-kakak kelasnya.

Apakah J mempunyai Sampai saat ini tidak terdapat


tanda-tanda tentang gejala seperti itu. Hanya saja
ketegangan emosi, rasa menurut saya dia memiliki
takut, merasa terganggu, kepercayaan diri rendah. Karena
kurang percaya diri? kepercayaan diri rendahnya dia
menutupinya menyalahkan
orang lain. karena biasanya ank
kalau temannya idepan tidak
mampu menjawab, akan diledeki
dengan berkata “kamu bodoh”.
Mungkin karena itu, dia seperti
itu.

b) Wawancara dengan Ibu Asrama

PEWAWANCARA IBU ASRAMA

18
bagaimanakah keseharian J? Dia biasa, saja seperti siswa
lainnya. Seperti anak normal
lainnya. Malah lebih banyak
diam, kalau dipanggil dan
diajak main dengan
temannya baru main dan
senang.

Bagaimanakah mengenai Dia sangat mandiri, dia mau


kemandiria J? belajar menyapu mencuci
baju sendiri. Karena
memang melihat kakak-
kakak kelasnya yang tinggal
diasrama.

Bagaimanakah respon J jika Bisa merespon dengan baik,


diperintahkan sesuatu? jika kita mengerti cara
memberitahunya.

Adakah kemandirian yang Sejauh ini sudah mampu


belum dia kuasai? mandiri, cukup mandiri
kalau disbandingkan anak
normal lainnya kana da
yang tidak bisa mencuci dan
menyapu.

Apakah J sering dijempu Jarang, tapi dia tidak begitu


diakhir minggu? terlihat sedih. Karena
temannya yang sama juga
tidak dijemput sampai
berbulan-bulan.

Mengapa J sering terlihat Karena itu saja bajunya,

19
memakai baju yang robek sudah lama juga dipakai.
dan kaos kaki yang longgar?
Apakah J pernah mengamuk Mengamuk sih tidak, tapi
atau menangis? kalau menangis pernah
paling diganggu teman atau
dijahili teman.

c) Wawancara dengan orang tua konseli.

Pada proses wawancara dengan orang tua dari konseli J, penulis


melakukannya via telephone dikarenakan waktu dan jarang yang tidak
mendukung.

PEWAWANCARA ORANG TUA KONSELI

J merupakan anak ke? ketiga

J bersaudara berapa? Tiga orang, kakaknya perempuan.

Apakah J anak satu-satunya yang Hanya J saja yang tulis bisu, semua
memiliki hambatan? kakaknya normal tidak ada
gangguan apa-apa.

Bagaimana awal mula J memiliki J sudah dari lahir seperti itu,


gangguan ini? menurut kepercayaan karena sakit
Bali. Dari kecil tidak nangis.

Dirumah J merupakah anak yang Biasa saja, bermain dengan


bagaimana? saudara-saudaranya dan teman-
teman disekitar rumah.

Hubungan J dengan saudara- Baik sekali, kakak-kakaknya mau


saudaranya bagaimana? membantu dan sayang sama

20
adiknya

Apakah J mampu merespon tugas Kalau dirumah, mau saja


atau perintah dengan baik? mengerjakan tugas kalau disuruh
apa-apa. Tapi harus sedikit ada
paksaan. Mungkin manjanya keluar

Apakah J pernah di periksa ke dokter Pernah, dulu katanya berat. Tapi


THT? sudah lama sekali.

Mengapa bapak jarang menjemput J? Karena jauh, dirumah kintamani


saya juga bekerja. Saya jemput pali
3 minggu 4 minggu sekali.

Mengapa dulu terlambat masuk Karena jauh, saya harus antar


kesekolah? jemput dia. Karena dia belum mau
tinggal diasrama. Di Kintamani
tidak ada SLB

Bagaimana mengenai kemandirian J Bisa saja, tapi lebih susah kalau


dirumah? diperintahkan sesuatu kalau
dirumah.

3.2.3 Gambaran Umum Konseli


Sikap pada umumnya
a) Rajin
b) Sulit menerima pelajaran
c) Sulit mencatat dari papan tulis
d) Jika dikatakan dia tidak mampu, dia akan balik marah dan cenderung
merenung.
Perhatian terhadap pelajaran dan guru
a) Memperhatikan guru dengan baik, namun sulit memahami pelajaran.

21
Cara merespon tugas dalam proses pembelajaran
a) Tulisan tidak rapi
b) Lambat dalam menjalankan tugas dan menjawab.

3.2 Sintesis

Berdasarkan data yang diperoleh, masalah yang dialami J dapat disebabkan


oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
a. Kehadiran.
b. Rajin.
c. Motivasi belajar tinggi.

2. Faktor Penghambat
a. Gangguan yang dimiliki
b. Terlambat masuk sekolah.
c. Pengaruh teman.

3.2 Diagnosis
Dengan melihat analisis data dan sintesis maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa konseli adalah anak tunarungu wicara kategori berat.
a. Sulit mengakui bahwa dirinya salah, dengan mengalihkan
kesalahannya dengan menyalahkan orang lain.
b. Memiliki kelambatan dalam proses belajar, J sangat lambat dalam
menerimamateri pembelajaran dikelas jika dibandingkan dnegan
teman-temannya. IQ belum diketahui.

3.3 Prognosis
Setelah dikumpulkannya data-data siswa dan menganalisanya jadi rencana
pemecahannya adalah sebagai berikut :

22
a. Pemberian penguatan ( positive reinforcement), berkalobarasi dengan
guru mata pelajaran.
b. Tidak memarahi konseli saat konseli mengalami kesulitan
mengerjakan tugas atau lambat dalam mengerjakan tugas.
Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran.
c. Pemberian konseling, mengenai menerima masukan dari orang lain.
d. Memberikan pengertian, mengenai kebiasaan teman-teman kelas
lainnya yang meledekinya saat ia tidak mampu menjawab pertanyaan.
e. Memberikan punishman, jika konseli menyalahkan orang lain.

BAB IV
PELAKSANAAN LAYANAN BANTUAN
4.1 Jenis Bantuan yang Diberikan
Sebelum dilaksanakannya usaha pemberian bantuan terlebih dahulu
dilaksanakan perencanaan yang matang agar jenis bantuan yang diberikan
sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseli. Adapu jenis bantuan
yang diberikan untuk menangani masalah J sebagai berikut:
1. Bimbingan belajar
Cara penyampaian materi bimbingan yang diberikan tidak
seperti bimbingan pada siswa normal mengingat konseli yang
penulis hadapi adalah siswa kelas 1 dan mengalami ketunaan
sehingga penulis harus bisa bahasa isyarat dan mengolah kata agar
siswa mengerti maksud penulis.

2. Penguatan ( Reinforcement )
Sulistyarini & Johar (dalam, Dasar-Dasar Konseling, 2014
: 210) Reinforcment yaitu teknik untuk mendorong klien kearah

23
tingkah laku yangebih asional dan logis dengan jalan memberikan
pujian verbal atau non verbal dan dengan benda (reward). Teknik
ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilaidan keyakinan
yang irasional pada klien dan menggantinya dengan sistem lai ya
positif.
Namura Lumongga (dalam Memahami Dasar-Dasar
Konseling, 2016 : 175) penguatan positif adalah teknik yang
digunakan melalui pemberian ganjaran segera setelah tinkahlaku
yang diharapkan muncul. Contoh penguatan positif yaitu
senyuman, persetjuan, pujian, bintang emas, perilaku non verbal,
medali, uang, dan hadiah lainnya, tujuannya agar klien dapat
mempertahankan tingkahlaku baru yang positif.
Pemberian penguatan dilakukan pada konseli saat konseli
berhasil melakukan sesuatu dengan baik atau berhasil menjawab
pertanyaan walaupun penyelesaiaanya dalam waktu yang lebih
lama dibandingkan temannya yang lain. Hal tersebut dilakukan
agar konseli tidak merasa rendah diri, dan tetap mau mengerjakan
tugas-tugasnya.

3. Konseling

Rogers (dalam Bimbingan Konseling, 2015 : 5) konseling


merupakan serangkaian hubungan langsung dengan individuyang
bertujuan untuk membantu dalam merubah sikap dan
tingkahlakunya.
Robinson (dalam Bimbingan Konseling, 2015 : 5)
konseling merupakan semua bentuk hubungan antara dua orang
dimana seorang klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan
diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.

24
Berhubung konseli saat ini merupakan anak berkebutuhan
khusus tuna rungu wicara terlebih lagi berada dikelas 1 SDLB,
konseling yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur-prosedur
yang sudah ada. Layanan konseling individual ini sifatnya lebih
kepada membimbing J dalam setiap pemberian treatment, atau
layanan dikarenakan jika penulis memberikan konseling sesuai
dengan langkah – langkah konseling pada umumnya, konseli J
tidak akan mampu untuk mengikutinya.
Konseling yang dilakukan untuk memberikan konseli J
pengertian mengenai hambatan-hambatan belajar yang dia miliki.
Konseli J harus diberikan pengertian bahwa jika dia lebih lambat
dalam mengerti atau mengerjakan tugas hal tersebut tidak apa-apa.
Serta untuk menghentikan sikap J yang selalumenutupi
kesalahannya dengan menyalahkan balik orang lain. tujuan
dilakukannya konseling, agar konseli tidak memiliki kepercayaan
diri rendah serta terlalu tinggi. Karena jika hal tersebut
berlangsung lama, akan menyebabkan konseli memiliki
kepercayaan diri rendah karena selalu diledeki teman-temannya,
juga dapat menyebabkan kepercayaan diri konseli J tinggi karena
selalu menutupi kesalahannya dengan menyalahkan orang lain.

4.2 Pelaksanaan Layanan Bantuan


Pelaksanaan bantuan atau pemberian treatment kepada konseli tidak dapat
penulis lakukan berhubung waktu dan kondisi yang tidak mendukung.
Oleh karena itu penulis hanya merencanakan bantuan yang ingin diberikan
pada konseli J.
a. Bimbingan Belajar
Dikarenakan siswa saat masuk kesekolah terlambat selama 2
bulan dan menyebabkannya tidak mengikuti beberapa materi, hal
tersebut harusnya diberikan layanan khusus kepada konseli J dalam

25
bidang belajarnya. Karena dilihat konseli sangat sulit mengikuti
pelajaran saat ini, dan menulispun masih belum rapi seperti teman
dikelasnya yang lain.
Treatment ini diberikan dengan berkolaborasi dengan guru
mata pelajaran, konseli diharpakan mendapat layanan khusus (1 guru
untuk konseli) sampai konseli mampu menerima pelajaran yang diteri
saat ini.

b. Penguatan ( Reinforcement )
Pemberian penguatan dilakukan pada konseli saat konseli
berhasil melakukan sesuatu dengan baik atau berhasil menjawab
pertanyaan walaupun penyelesaiaanya dalam waktu yang lebih lama
dibandingkan temannya yang lain. Hal tersebut dilakukan agar konseli
tidak merasa rendah diri, dan tetap mau mengerjakan tugas-tugasnya.
Pemberian penguatan ini akan dilakukan berkolaborasi
dengan guru kelas atau guru mata pelajaran. Penguatan diberikan pada
saat konseli J mampu menjawab dengan usahanya sendiri walaupun
membutuhkan waktu yang lama. Dengan cara bersorak (isyarat), tos
salam, pujian (isyarat), selingan bermain agar menumbuhkan
kesenangan pada diri siswa.

c. Konseling
Berhubung konseli saat ini merupakan anak berkebutuhan
khusus tuna rungu wicara terlebih lagi berada dikelas 1 SDLB,
konseling yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur-prosedur yang
sudah ada. Layanan konseling individual ini sifatnya lebih kepada
membimbing J dalam setiap pemberian treatment, atau layanan
dikarenakan jika penulis memberikan konseling sesuai dengan langkah
– langkah konseling pada umumnya, konseli J tidak akan mampu
untuk mengikutinya.

26
Konseling yang dilakukan untuk memberikan konseli J
pengertian mengenai hambatan-hambatan belajar yang dia miliki.
Konseli J harus diberikan pengertian bahwa jika dia lebih lambat
dalam mengerti atau mengerjakan tugas hal tersebut tidak apa-apa.
Serta untuk menghentikan sikap J yang selalumenutupi kesalahannya
dengan menyalahkan balik orang lain. tujuan dilakukannya konseling,
agar konseli tidak memiliki kepercayaan diri rendah serta terlalu
tinggi. Karena jika hal tersebut berlangsung lama, akan menyebabkan
konseli memiliki kepercayaan diri rendah karena selalu diledeki
teman-temannya, juga dapat menyebabkan kepercayaan diri konseli J
tinggi karena selalu menutupi kesalahannya dengan menyalahkan
orang lain.

4.3 Penilaian Hasil Layanan


Berdasarkan beberapa tahapan yang dilakukan maka selanjutnya diadakan
penilaian atau evaluasi untuk mengetahui sejauh mana perubahan –
perubahan yang terjadi. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan
pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
a. Pengamatan secara langsung dapat dilakukan dengan mengamati
langsung kebiasaan konseli disekolah setelah mendapatkan treatment.
b. Pengamatan secara tidak langsung yaitu dengan cara memperoleh
informasi dari guru kelas atau guru mata pelajaran J yang lain, apakah
terdapat perubahan perilaku J setelah mendapatkan treatment

Berdasarkan treatment yang akan diberikan penulis, diharapkan


konseli J menampakan perubahan-perubahan jika sudah diberikan
treatment
1. Aspek keberhasilan
a. Konseli menerima masukan dari teman.
b. Konseli tidak menyalahkan teman jika dia sedang disalahkan.

27
c. Konseli tetap antusias dalam mengerjakan tugas walaupun
mengalami kelambatan.
d. Konseli lebih mampu mengerti mengenai materi-materi
pelajaran.
2. Penghambat keberhasilan
Penghambat keberhasilan dari proses pemberian layanan ini
adalah, waktu yang penulis miliki dalam mengawasi dan
memberikan treatment kepada konseli J. Dalam 1 minggu penulis
hanya memiliki waktu 3 hari saja untuk mencari informasi,
memberi treatment, serta mengawasi perubahan dari konseli.
Penulis pun belum mampu memberikan treatmen yang
dicanangkan dengan baik, dikarenakan waktu yang begitu singkat
serta cara berkomunikasi dengan bahasa isyarat (isyarat ibu) yang
masih belum penulis kuasai, dikarenakan siswa kelas 1 SDLB
tidak menguasai isyarat konseptual yang penulis pelajari.

BAB V
TINDAK LANJUT

Psikologi Konseling (2014 : 48) Tindak lanjut atau follow up berguna untu
melihat sejauhmana keberhasilan pemberian bantuan melalui proses konseling yang
telah berlangsung. Selain itu sebagai upaya pemeliharaan yang dikembangkan oleh
konseli untuk mampu mengatasi kesulitan atau hambatannya. Pihak-pihak yang
bertanggung jawab senantiasa men “cek” kemajuan terhadap konseli yang memiliki
masalah baik pemahaman tentang konseli mengenai bantuan yang diberikan maupun
men “cek” bahan tepat guna program bantuan yang diberikan agar dapat ditinjau dan
direvisi.

28
Dalam kegiatan ini sangat diperlukan peranan baik dari Guru pamong atau
guru wali kelas di SLB Negeri 1 Buleleng, Guru Wali Kelas, Guru Mata Pelajaran
serta orang tua untuk memantau perkembangan konseli. Oleh sebab itu, Saya sebagai
penulis mengharapkan peranan masing-masing pihak terkait untuk :
1. Wali kelas maupun guru mata pelajaran yang lain dapat memantau apakah
konseli memperlihatkan kemajuan atau tidak. Guru dapat memantau
tingkah laku konseli dilingkungan sekolah melalui kerjasama dengan
pihak lainnya agar dapat diketahui apakah konseli memperlihatkan
perubahan seperti bangkitnya keinginan untuk memperhatikan atau
mencatat bahan pelajaran yang diterangkan.
2. Guru Mata Pelajaran atau wali kelas dapat memantau konseli dirungan
kelas saat proses belajar mengajar berlangsung.
3. Guru Wali Kelas, peran Guru Wali Kelas dalam hal ini mampu
mendampingi siswa dalam hal kesulitan yang dialaminya dalam proses
bantuan yang diberikan dan bekerja sama dengan guru lainmendapatkan
informasi mengenai kefektifan bantuan yang diberikan.
4. Orang Tua sebagai penanggungjawab jika konseli berada diluar
lingkungan sekolah memiliki peranan yang penting dalam memantau
perkembangan yang terlihat pada diri konseli. Orang tua hendaknya
mampu membantu pihak sekolah untuk mendampingi, mengarahkan serta
memantau apakah dirumah konseli mengalami perubahan atau tidak.
Dirumah konseli akan berusaha untuk mencoba mengerjakan tugas-tugas
rumah maupun berusaha untuk membaca bahan pelajaran. Orang tua juga
sebaiknya bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mencapai hasil yang
lebih optimal dalam usaha untuk mengubah konseli kea rah yang lebih
baik.

29
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil studi kasus yang dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan secara keseluruhan bahwa.
a. Untuk mendapatkan informasi mengenai data-data atau keterangan
konseli dapat dilakukan dengan metode observasi dengan alat
berupa check list dan wawancara
b. Konseli memiliki masalah dalam sikapnya dan mengalami
kesulitan belajar.
c. Penyebab utama masalah konseli yaitu :
a) Dari dalam diri yaitu ketunaannya.
b) Pengaruh teman.
c) Keterlambatan masuk kelas, dan tidak adanya bimbingan
langsung saat dia mengalami keterlambatan pelajaran.
d. Untuk menangani masalah konseli, maka jenis bantuan yang akan
diberikan adalah layanan bimbingan belajar, konseling, teknik

30
reinforcement. Pemberian bantuan dengan bekerjasama dengan
guru mata pelajaran dan guru kelas.
e. Untuk menindaklanjuti keberhasilan layanan bantuan yang
diberikan maka penulis berkolaborasi dengan guru kelas dan orang
tua konseli.

6.2 Saran
Bagi Pihak Sekolah
Adapun saran yang penulis berikan untuk pihak sekolah adalah pihak
sekolah yaitu diharapkan pihak sekolah lebih memperhatikan
hambatan-hambatan yang dialami oleh anak serta kebiasaa-kebiasaan
yang dimiliki oleh anak, agar nantinya tidak terjadi atau
menumbuhkan perilaku menyimpang dikalangan siswa tunarungu
wicara. Selain hal tersebut, diharapkan pihak sekolah memanfaat
keberadaan Konselor sekolah dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang dialami oleh siswa di SLB negeri 1 Buleleng dengan
berkolaborasi dengan para guru dan pihak sekolah lainnya.

31
Daftar Pustaka

Daryanto, & Mohammad Farid. (2015). Bimbingan Konseling.

Yogyakarta: Gava Media.

Sulistyarini, & Mohammad Jaufar. (2014). Dasar-Dasar Konseling.

Jakarta : Prestasi Pustakakarya.

Khodijah, Nyanyu. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT

RajaGravindo Persada.

Desiningrum, Dinie Ratri. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta : Psikosain

32
33

Anda mungkin juga menyukai