Anda di halaman 1dari 8

Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada

Pasien Dengan Mastoiditis Kronis Sinistra


Yang Dilakukan Tindakan Mastoidektomi
Posted by on July 6, 2009

Pendahuluan :

Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadahi bagi kesejahteraan dirinya maupun
keluarganya, termasuk diantaranya sandang, pangan, perumahan dan perawatan kesehatan.
Mensikapi hal tersebut diatas dan untuk menyongsong era global, jajaran kesehatan perlu
melakukan pembenahan dan perubahan orientasi setrategi, khususnya pelayanan dirumah sakit.
Perubahan setrategi diperlukan agar pembangunan kesehatan normal berjalan selaras dengan
dinamika perubahan lingkuangan. Dilain pihak juga dapat mencegah terjadinya keterlambatan
proses pelayanan kesehatan.
Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah ditetapkan. Demikian
halnya untuk masing-masing bidang pelayanan, salah satunya adalah bagian bedah, sehingga
komplikasi paska pembedahan dapat dihindarkan. Komplikasi yang terjadi diantaranya infeksi
pada lukajahitan, perdarahan atau yang lain, sehingga pasien yang telah dilakukan tindakan
pembedahan diharapkan sembuh tidak meninggalkan cacat secara fisik.
Kondisi kesehatan masyarakat sekarang ini memungkingkan terjadinya perubahan pada pola
penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau biasa disebut Mastoiditis
Kronis.
Mastoiditis Kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol
di belakang telinga) yang berlangsung cukup lama.
Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan
antibiotik per-oral (melalui mulut), minimal selama 2 minggu.
Jika pemberian antibiotik tidak berhasil mengatasi keadaan ini, dilakukan mastoidektomi
(pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah). (Sumber : www.wikipedia.com).

A. Gambaran Umum Penyakit


Mastoiditis kronis Sinistra adalah peradangan tulang mastoid sebelah kiri yang berlangsung lama
atau menahun. Tulang mastoid adalah tulang yang menonjol tepat di belakang telinga kita. Ini
bisa disebabkan oleh bakteri seperti kuman influensa dan virus yang menyebabkan penyakit
Gondongan (Parotitis) karena tulang mastoid itu merupakan salah satu tulang penyusun
tengkorak kita maka peradangan yang mengenainya juga mempengaruhi kepala misalnya sakit
kepala ,vertigo.

B. Anatomi dan Fisiologi


Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan
otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani
kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli
patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini
dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala
(CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

Anatomi Telinga Luar

(sumber : http://upload.wikimedia.org)
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan
dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat
ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah
kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa
padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung
kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian
luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan
bagi kulit.

Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul
otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak
pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1
cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah
merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara
di bagian mastoid tulang te

Pendahuluan :

Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadahi bagi kesejahteraan dirinya maupun
keluarganya, termasuk diantaranya sandang, pangan, perumahan dan perawatan kesehatan.
Mensikapi hal tersebut diatas dan untuk menyongsong era global, jajaran kesehatan perlu
melakukan pembenahan dan perubahan orientasi setrategi, khususnya pelayanan dirumah sakit.
Perubahan setrategi diperlukan agar pembangunan kesehatan normal berjalan selaras dengan
dinamika perubahan lingkuangan. Dilain pihak juga dapat mencegah terjadinya keterlambatan
proses pelayanan kesehatan.
Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah ditetapkan. Demikian
halnya untuk masing-masing bidang pelayanan, salah satunya adalah bagian bedah, sehingga
komplikasi paska pembedahan dapat dihindarkan. Komplikasi yang terjadi diantaranya infeksi
pada lukajahitan, perdarahan atau yang lain, sehingga pasien yang telah dilakukan tindakan
pembedahan diharapkan sembuh tidak meninggalkan cacat secara fisik.
Kondisi kesehatan masyarakat sekarang ini memungkingkan terjadinya perubahan pada pola
penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau biasa disebut Mastoiditis
Kronis.
Mastoiditis Kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol
di belakang telinga) yang berlangsung cukup lama.
Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan
antibiotik per-oral (melalui mulut), minimal selama 2 minggu.
Jika pemberian antibiotik tidak berhasil mengatasi keadaan ini, dilakukan mastoidektomi
(pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah). (Sumber : www.wikipedia.com).

A. Gambaran Umum Penyakit


Mastoiditis kronis Sinistra adalah peradangan tulang mastoid sebelah kiri yang berlangsung lama
atau menahun. Tulang mastoid adalah tulang yang menonjol tepat di belakang telinga kita. Ini
bisa disebabkan oleh bakteri seperti kuman influensa dan virus yang menyebabkan penyakit
Gondongan (Parotitis) karena tulang mastoid itu merupakan salah satu tulang penyusun
tengkorak kita maka peradangan yang mengenainya juga mempengaruhi kepala misalnya sakit
kepala ,vertigo.

B. Anatomi dan Fisiologi


Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan
otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani
kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli
patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini
dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala
(CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

Anatomi Telinga Luar

(sumber : http://upload.wikimedia.org)
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan
dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat
ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah
kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa
padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung
kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian
luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan
bagi kulit.

Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul
otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak
pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1
cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah
merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara
di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu
malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen,
yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga
tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke
getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan
oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval
mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah
ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot
palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi
sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan
tekanan atmosfer.

Anatomi Telinga Dalam


Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan
VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea
dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior,
superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ
yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan
kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang
sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna
mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang
berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis,
dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe.
Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam;
banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular
menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel
rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang
vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear
merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan
dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus
koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang
muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus
kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah
nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan
asupan darah ke batang otak

Keseimbangan dan Pusing


Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang
berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada
populasi lansia setiap tahun. Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi
tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya
membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan
persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem
arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan
penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan. Aparatus vestibularis telinga tengah
memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot
tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.

Pusing
Sering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk menggambarkan stiap
gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa menggambarkan dengan
jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh pasien,
penting untuk menentukan apa gejala yang sebenarnya dirasakan oleh pasien.

Vertigo
didefinisikan sebagaihalusinasi atau ilusi gerakan gerakan seseorang lingkungan seseorang yang
dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa berputar putar atau
merasa seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika te
disfungsi yang cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler perifer (telinga dalam).

Ataksia
adalah kegagalan koordinasi muskuler dan dapat terjadi pada pasien dengan penyakit vestibuler.
Sinkope, pingsan, dan kehilangan kesadaran bukan merupakan bentuk vertigo, juga merupakan
karakteristik masalah telinga biasanyaji menunjukkan adanya penyakit sistem kardiovaskuler.

Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi


Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana
timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentuk energi mekanis, melalui gerakan
pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke
koklea, di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus
vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk
akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari
aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan
amplitudo bunyi.

Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat


Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi oleh anulare fieksibel dari stapes dan
membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi
bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi
berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh,
jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada
membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai
sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila
ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi
merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan
menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel
rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan
dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel
yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada
dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan
mem¬brana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak
seperti gelombang. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang
berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian
dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan
tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui
tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi
udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau
terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan mengaki¬batkan
hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.

C. Etiologi
Penyakit ini biasanya terjadi jika otitis media akut yang tidak diobati secara tuntas menyebar dari
telinga tengah ke tulang di sekitarnya, yaitu prosesus mastoideus. Hal ini terjadi karena infeksi
yang disebabkan oleh bakteri seperti kuman influensa dan virus yang menyebabkan penyakit
Gondongan (Parotitis).

D. Patofisiologi
Bakteri menyebar dari telinga tengah ke udara mastoid sel, di mana peradangan menyebabkan
kerusakan pada struktur bertulang. Bakteri yang paling sering menyebabkan mastoiditis adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan gram-negatif bacilli seperti
Pseudomonas aeruginosa. Bakteri lainnya termasuk Moraxella catarrhalis, dan spesies
Mycobacterium. Beberapa mastoiditis disebabkan oleh cholesteatoma, yang merupakan kantong
keratinizing dari squamous epithelium di tengah telinga yang biasanya hasil dari berulang-tengah
infeksi telinga.

E. Tanda dan Gejala


a. Biasanya gejala muncul dalam waktu 2 minggu atau lebih setelah otitis media akut, dimana
penyebaran infeksi telah merusak bagian dalam dari prosesus mastoideus. Di dalam tulang juga
bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).
b. Kulit yang melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila ditekan.
Daun telinga terdorong ke samping dan ke bawah.
c. Gejala lainnya adalah demam, nyeri di sekitar dan di dalam telinga serta keluarnya cairan
kental dari telinga.
d. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut.
e. Terjadi ketulian yang berkembang secara progresif.
f. Jika tidak diobati bisa terjadi ketulian, sepsis, meningitis, abses otak atau kematian.

F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan:
Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan
antibiotik per-oral (melalui mulut), minimal selama 2 minggu. Jika pemberian antibiotik t idak
berhasil mengatasi keadaan ini, dilakukan mastoidektomi (pengangkatan sebagian t ulang dan
pembuangan nanah).
2. Tindakan Operasi (pembedahan)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani
yang perforasi, mencegah terjadinya koplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.
Adapun teknik operasinya adalah sebagai berikut :
a. Mastoidektomi sederhana (Simple mastoidectomy)
b. Mastoidektomi radikal
c. Miringioplati
d. Timpanoplasti
e. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)
(sumber: www.hennykartika.wordpress.com)

G. Diagnosa Keperawatan Yang Lazim Muncul


Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada pre intra dan post operatif. Pada pasien yang
dilakukan Mastoidektomy dengan general anesthesia (Carpeneto)anestesi 1999) adalah :
1) Diagnosa pre operatif
a. Kecemasan berhubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan.
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
2) Diagnosa intra operatif.
a. Resiko tinggi terhadap deficit volume cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan prosedur
pembedahan dan tehnik anestesi
b. Resiko tinggi terhadap infektif pola nafas yang berhubungan dengan
agen-agen anestesi
c. Resiko infeksi berhung an dengan efek tindakan pembedahan
3) Diagnosa post operatif.
a. Nyeri acut berhubungan dengan prosedur pembedahan.
b. Resiko cidera berhubungan dengan status pasca anesthesi.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan post mastoidectomy
d. Resiko infeksi berhubungan dengan efek pembedahan

Anda mungkin juga menyukai