MANAJEMEN KEPERAWATAN
Driving State
Instrumentral Behaviour
Goal
2. Motivasi Eksternal.
Motivasi eksternal tidak dapat dilepaskan dari motivasi internal.Motivasi
eksternal adalah motivasi yang timbul dari luar/lingkungan. Misalnya: motivasi
eksternal dalam belajar antara lain beupa penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan
yang diberikan oleh guru, teman atau keluarga.
b. Teori ERG.
Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan tentang eksistensi (Existence, kebutuhan mendasar dari
Maslow), kebutuhan keterkaitan (Relatedness, kebutuhan hubungan antarpribadi) dan
kebutuhan pertumbuhan (Growth, kebutuhan akan kreativitas pribadi, atau pengaruh
produktif). Teori ERG menyatakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi mengalami
kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah akan kembali, walaupun sudah terpuaskan.
c. Teori Tiga Macam Kebutuhan.
John W. Atkinson, mengusulkan ada tiga macam dorongan mendasar dalam
diri orang yang termotivasi, kebutuhan untuk mencapai prestasi (need for achivement),
kebutuhan kekuatan (need of power), dan kebutuhan untuk berafiliasi atau
berhubungan dekat dengan orang lain (need for affiliation). Penelitian McClelland
juga mengatakan bahwa manajer dapat mencapai tingkat tertentu, menaikkan
kebutuhan untuk berprestasi dari karyawan dengan menciptakan lingkungan kerja
yang memadai.
2. Teori Keadilan.
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi
pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima.
Individu akan termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang
mereka kerjakan.
3. Teori Harapan.
Teori ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif
tingkah laku berdasarkan harapannya (apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap
tingkah laku). Teori harapan terdiri atas dasar sebagai berikut.
b. Valensi.
Hasil dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai valensi atau kekuatan untuk
memotivasi. Valensi ini bervariasi dari satu individu ke individu yang lain.
4. Teori Penguatan.
Teori penguatan, dikaitkan oleh ahli psikologi B. F. Skinner dengan teman-
temannya, menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku di masa lampau akan
memengaruhi tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat
dinyatakan sebagai berikut.
Rangsangan → Respons → Konsekuensi → Respons Masa Depan.
Dalam pandangan ini, tingkah laku sukarela seseorang terhadap suatu situasi atau
peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan
menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman rangsangan respons konsekuensi.
Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika dia memberikan respons
pada rangsangan terhadap pola tingkah laku yang konsisten sepanjang waktu.
Ciri orang yang memiliki kebutuhan afilasi yang tinggi adalah sebagai berikut.
1) Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaan daripada
tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut.
2) Melakukan pekerjaan lebih efektif apabila bekerja sama dengan orang lain dalam
suasana yang lebih kooperatif.
3) Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
4) Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
5) Selalu berusaha menghindari konflik.
Mereka yang memiliki motif yang besar untuk bersahabat sangat menginginkan
hubungan yang harmonis dengan orang lain dan sangat ingin merasa diterima oleh
orang lain. Mereka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan sistem norma dan
nilai dari lingkungan mereka berada. Mereka akan memilih pekerjaan yang
memberikan hasil positif yang signifikan dalam hubungan antar pribadi. Mereka akan
sangat senang menjadi bagian dari suatu kelompok dan sangat mengutamakan
interaksi sosial. Ibu yang memiliki kebutuhan afilasi tinggi akan selalu berusaha
mematuhi norma dan nilai yang ada di lingkungannya untuk mengimunisasikan
anaknya secara lengkap. Karena ingin membangun interaksi yang baik dengan
masyarakat sekitar dan berusaha mencegah konflik akibat tidak mengikuti norma yang
ada atau program yang ada di masyarakat.
B. Motivasi Kerja
Pengertian
Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental, bekerja itu merupakan proses
fisik dan mental manusia dalam mencapai tujuannya. Sementara itu pengertian
motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan,
mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja
(Mangkunegara, 2000: 94).
2. Prinsip komunikasi.
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tugas. Informasi yang jelas akan membuat kerja pegawai lebih mudah
dimotivasi.
2. Lingkungan.
Faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam motivasi. Faktor
lingkungan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Komunikasi:
penghargaan terhadap usaha yang telah dilaksanakan;
• pengetahuan tentang kegiatan organisasi;
• rasa percaya diri berhubungan dengan manajemen organisasi.
b. Potensial pertumbuhan:
• kesempatan untuk berkembang, karier, dan promosi;
• dukungan untuk tumbuh dan berkembang: pelatihan, beasiswa pendidikan dan
pelatihan manajemen bagi staf yang dipromosikan.
c. Kebijaksanaan individu:
• mengakomodasi kebutuhan individu: jadwal kerja, liburan, dan cuti sakit serta
pembiayaannya;
• keamanan pekerjaan;
• loyalitas organisasi terhadap staf;
• menghargai staf berdasarkan agama dan latar belakangnya;
• adil dan konsisten terhadap keputusan organisasi.
d. Upah/gaji: gaji yang cukup untuk kebutuhan hidup.
e. Kondisi kerja yang kondusif.
3. Peran manajer.
Peran manajer dapat memengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Peran
manajer juga mungkin memengaruhi faktor lain, bergantung pada tugas manajer
(bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi). Secara umum, peran manajer
dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf.
Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikis.
Kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam
memperlakukan stafnya. Hal ini perlu ditanamkan kepada manajer agar menciptakan
suatu keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan
dalam tugas profesional sebagaimana dibahas sebelumnya, yaitu komunikasi, potensial
perkembangan, kebijaksanaan, gaji atau upah, dan kondisi kerja.
Dua belas kunci utama dalam kepuasan kerja (Rowland dan Rowland, 1997:
517–518), adalah:
a. input;
b. hubungan manajer dan staf;
c. disiplin kerja;
d. lingkungan tempat kerja;
e. istirahat dan makan yang cukup;
f. diskriminasi;
g. kepuasan kerja;
h. penghargaan penampilan;
i. klarifikasi kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan;
j. mendapatkan dan mendapatkan kesempatan;
k. pengambilan keputusan;
l. gaya manajer.
Organizational Characteristics
Reward system
Goal setting and MBO
Selection
Training and development
Leadership
Organization structure
Individual (nurse)
Characteristics
Knowledge, QUALITY OF CARE
Skills,
Ability,
Motivation
Work behavior Organizational effectiveness Nurse & patient
Job Performance
Attitudes Satisfaction
Value & Norm Caring & ASKEP
MAKP
Work Characteristics
Objective performance
Feedback
Correction
Job design
Work schedule
Produktivitas (Kopelmen)
Figur 5.2 Work Productivity (Kopelmen, 1986)
Menurut Kopelman (1986) faktor penentu organisasi yakni kepemimpinan dan
sistem imbalan berpengaruh pada kinerja individu atau organisasi melalui motivasi,
sedangan faktor penentu organisasi, yakni pendidikan berpengaruh pada kinerja
individu atau organisasi melalui variabel pengetahuan, keterampilan atau kemampuan.
Kemampuan dibangun oleh pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja.
1. Organizational characteristics.
a. Reward system.
Pemberian penghargaan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan apa
yang diinginkan rumah sakit dalam jangka panjang untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijakan, praktik dan proses pemberian penghargaan yang mendukung
pencapaian tujuan dan memenuhi kebutuhan. Penghargaan diartikan sebagai suatu
stimulus terhadap perbaikan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Goal setting and MBO.
Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk
dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat
yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Tenaga
keperawatan sebagai perpanjangan tangan dari rumah sakit dalam menerjemahkan visi dan
misi. Untuk itu perlu memahami dan menerapkan visi dan misi organisasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
c. Selection.
Seleksi tenaga harus didasarkan pada the principles of the right man, on the
right place and on the right time.
d. Training and development.
Pelatihan (training) adalah proses pendidikan jangka pendek dengan
menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir dalam pembelajaran kepada
tenaga keperawatan.
e. Leadership.
Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni memengaruhi orang lain agar
mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
f. Organization structure dan culture.
Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang
siapa melapor kepada siapa.
2. Nurse characteristics.
a. Knowledge.
Pengetahuan dapat diartikan sebagai actionable information atau information
yang dapat ditindaklanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu.
b. Skills.
Skill sebagai kapasitas yang dibutuhkan dalam melaksanakan beberapa tugas.
Hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan
teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
c. Ability.
Kemampuan seorang untuk melakukan sesuatu, ada banyak aspek yang dapat
dinilai dari variabel kemampuan, di antaranya kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Perawat perlu terus mengembangkan diri melalui uji kompetensi,
pendidikan formal dan nonformal.
d. Motivation.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam motivasi ini
adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Perawat perlu dipupuk motivasi yang tinggi
sebagai bentuk pengabdian dan altruisme pada kebutuhan pasien untuk kesembuhan.
e. Attitudes.
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Komponen sikap, struktur sikap terdiri atas 3 komponen
yang saling menunjang yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
f. Value dan Norm.
Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping
sistem sosial dan karya. Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan
setiap manusia. Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya,
moral, religi, dan sosial. Perawat perlu memperhatikan aspek nilai dan norma dalam
melayani pasien.
3. Work characteristics.
a. Objective performance.
Tujuan dari manajemen kinerja adalah mengatur kinerja, mengetahui seberapa
efektif dan efisien suatu kinerja organisasi, membantu dalam menentukan keputusan
organisasi yang berkaitan dengan kinerja organisasi, kinerja tiap bagian dalam
organisasi, dan kinerja individual, meningkatkan kemampuan organisasi dan
mendorong karyawan agar bekerja sesuai prosedur, dengan semangat, dan produktif
sehingga hasil kerja optimal.
b. Feedback.
Umpan balik adalah hal yang penting dalam perbaikan kinerja perawat. Hal ini
karena membetulkan (memperbaiki) kesalahan: salah satu tugas pemimpin.
c. Job design.
Desain pekerjaan (job design) adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang
atau sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya untuk mengatur penugasan
kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi.
d. Work schedule.
Dalam proses berjalan suatu organisasi dapat eksis di bidangnya, perlu
pengaturan waktu yang efektif sehingga memeperoleh hasil sesuai tujuan yang
diharapkan.
Kinerja (Performance)
Pengertian
Kinerja atau performance menurut Supriyanto dan Ratna (2007) adalah efforts
(upaya atau aktivitas) ditambah achievements (hasil kerja atau pencapaian hasil upaya).
Selanjutnya kinerja dirumuskan sebagai P = E + A.
Performance = Efforts + Achievement
Kinerja berasal dari kata to perform artinya (1) melakukan, menjalankan,
melaksanakan (To do or carry of a execute), (2) memenuhi atau melaksanakan
kewajiban suatu intense atau niat (to discharge of fulfill), (3) melaksanakan atau
menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understanding), (4)
melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected
of a person, machine).
Robbins S, 1996, mendefinisikan kinerja sebagai fungsi interaksi antara
kemampuan (A=ability), motivasi (M=motivation) dan kesempatan (O=opportunity).
Performance = f.(AxMxO)
Dalam perkembangannya disadari bahwa dalam melaksanakan fungsi dan
kegiatan karyawan berhubungan dengan kepuasan dan tingkat besaran imbalan,
sehingga dapat ditambahkan faktor lain yaitu (1) harapan mengenai imbalan, (2)
persepsi terhadap tugas, (3) dorongan eksternal atau kepemimpinan (4) kebutuhan A
Maslow, (5) faktor pekerjaan (desain, umpan balik, pengawasan dan pengendalian).
Jadi kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan (achievement) suatu
program kegiatan perencanaan strategis dan operasional organisasi (efforts) oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitas dan
kualitas, sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawabnya, legal dan tidak
melanggar hukum, etika dan moral. Kinerja sendiri merupakan penjabaran visi, misi,
tujuan dan strategi organisasi.
Psikologi
Persepsi
Sikap
Kepribadian
Belajar
Motivasi
Variabel Individu
Kemampuan dan ketrampilan
Mental
Fisik
Latar belakang
Keluarga Perilaku Individu (Apa yang dikerjakan)
Tingkat sosial Kinerja
Pengalaman (hasil yang diharapkan)
Demografis
Umur
Etnis
Jenis kelamin
Variabel Organisasi
Sumber daya
Kepemimpinan
Imbalan
Struktur
Desain pekerjaan
Figur 5.3 Diagram Skematis Teori Perilaku dan Kinerja (Gibson, James L., Ivancevich,
John M., dan Donelly JR, James H., 1997)
Robbins (1996: 170–184) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap umum
individual terhadap pekerjaannya. Menurut Robbins ada yang perlu diingat yaitu bahwa
pekerjaan lebih dari sekadar menghadapi kertas, menunggu pelanggan, atau
mengendarai truk. Namun termasuk di dalamnya adalah bagaimana berhubungan
dengan rekan kerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, menaati
standar kinerja, dan tinggal di dalam kondisi kerja yang sering kali tidak ideal.
Dari teori produktivitas menurut Kopelman, 1986. Faktor penentu organisasi
yakni kepemimpinan dan sistem imbalan berpengaruh ke kinerja individu atau
organisasi melalui motivasi, sedangkan faktor penentu organisasi, yakni pendidikan
berpengaruh pada kinerja individu atau organisasi melalui variabel pengetahaun,
keterampilan atau kemampuan. Kemampuan dibangun oleh pengetahuan dan
keterampilan tentang kerja.
Perilaku X (Kinerja)
Kebutuhan
Harapan,
Demografi:
Keyakinan
Umur, seks
Norma Individu
Suku
Kemampuan
Performa
Motivasi Peluang
Figur 5.5 Hubungan antara kinerja dan faktor kinerja (Robbins S.P., 1990)
Ability (can do factors) dibangun oleh pengetahuan, keterampilan dan aptitude
seseorang, sedangkan motivasi (will do factors) dibangun oleh motivasi, personality.
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam satu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai moral maupun etika . Kinerja merupakan penampilan hasil karya personel baik
kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kepuasan kerja sebagai sikap Umum
individual terhadap pekerjaannya. Kinerja adalah upaya (aktivitas) ditambah hasil
kerja, (Supriyanto dan Ratna, 2007).
Faktor Organisasi
Sumber Daya
Kepemimpinan
Imbalan
Struktur
Desain Kerja
Performa
C. Kepuasan
Pengertian
Kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi
harapannya. Jadi kepuasan pelanggan adalah hasil dari akumulasi konsumen atau
pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa (Irawan, 2003).
Kepuasan adalah model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang
seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima pelanggan. (Woodruff and Gardial
dalam Supriyanto, 2006)
Kinerja yang
Dirasakan
Persepsi Diskonfirmasi
Perbandingan
Standar
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan pasien, yaitu sebagai berikut.
1. Kualitas produk atau jasa.
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa
produk atau jasa yang digunakan berkualitas.
2. Harga.
Harga, yang termasuk di dalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga
merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna
mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini memengaruhi pasien dari
segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien
mempunyai harapan yang lebih besar.
3. Emosional.
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap
konsumen bila dalam hal ini pasien memilih institusi pelayanan kesehatan yang sudah
mempunyai pandangan, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
4. Kinerja.
Wujud dari kinerja ini misalnya: kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan
bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada
waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan
pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan,
keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.
5. Estetika.
Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh
pancaindra. Misalnya: keramahan perawat, peralatan yang lengkap dan sebagainya.
6. Karakteristik produk.
Produk ini merupakan kepemilikan yang bersifat fisik antara lain gedung dan
dekorasi. Karakteristik produk meliputi penampilan bangunan , kebersihan dan tipe
kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.
7. Pelayanan.
Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan.
Institusi pelayanan kesehatan dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan
lebih memperhatikan kebutuhan pasien. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk
pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya: pelayanan yang
cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan.
8. Lokasi.
Lokasi, meliputi, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek
yang menentukan pertimbangan dalam memilih institusi pelayanan kesehatan.
Umumnya semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau,
mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi
pasien.
9. Fasilitas.
Kelengkapan fasilitas turut menentukan penilaian kepuasan pasien, misalnya
fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang
nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan
penilaian kepuasan pasien, namun institusi pelayanan kesehatan perlu memberikan
perhatian pada fasilitas dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.
10. Komunikasi.
Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap
keluhan pasien.
11. Suasana.
Suasana, meliputi keamanan dan keakraban. Suasana yang tenang, nyaman,
sejuk dan indah akan sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam proses
penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan
tetapi orang lain yang berkunjung akan sangat senang dan memberikan pendapat yang
positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung institusi pelayanan kesehatan tersebut.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan konsumen. Secara garis
besar dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Producy Quality, Service Quality, Price
Emotional Factor, dan Cost of Aquiring (Supriyanto dan Ratna, 2007).
1. Product Quality.
Bagaimana konsumen akan merasa puas atas produk barang yang digunakan.
Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang adalah performance,
reliabillity, conformance, durability, feature dan lain-lain.
2. Service Aquality.
Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah dikonsumsinya.
Dimensi service qulity yang lebih dikenal dengan servqual meliputi 5 dimensi yaitu
tangible, reliability, assurance, empathy, responsiveness. Skala nilai dinyatakan dengan
skala 1−5. Skala 1 adalah tidak puas dan skala 5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah
nilai skor (skor=jumlah n pengukuran dikatakan skala).
3. Emotional Factor.
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang digunakan
dibandingkan pesaing. Emotional factor diukur dari preceived best score, artinya
persepsi kualitas terbaik dibandingkan pesaingnya.
4. Price.
Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga adalah harga pelayanan medis
(medical care) yang harus dibayar konsumen (Price is that which is given in an
exchange to aquire a good or service).
5. Cost of Aquaring.
Biaya yang di keluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2000. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ke 3. Jakarta: Bina Rupa Aksara,
hlm 287−321.
Reward-Strategies-Intent-Duncan-Brown/dp/0852929056.
Davidow, Moshe 2003. “Have You Heard the Word? The Effect of Word of Mouth on
Perceived Justice, Satisfied and Repurchase Intentions Following Complain
Handling.” Journal of and Complaining Behavior. Vol.16 hlm. 67.
Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, J.H. Donnelly, Jr. 2003. Organisasi, Perilaku, Struktur,
Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara, hlm 119−275.
Gordon. 2004. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara, hlm
119−275.
Herzberg F. 1977. One more time: how do you Motivate employee? The management
process. Edisi 2. New York: Macmillan.
Kopelman, R.E. 1986. Managing productivity in organizations. New York: Mc Graw- Hill.
Marquis, B.L. dan C. J. Huston. 1998. Management Decision Making for Nurses. 124 Case
Studies. Edisi 3. Philadelphia: J.B. Lippincott.
McCaffery, J., Heerey, M dan Bose, K. P. 2003. “Refining Performance Improvement Tools
and Methods: lessons and Challenges”. www.ispi.org.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, hlm
36−54.
Robbins S.P. 2002. Organizational behavior. Edisi 10. 16 Oktober. San Diago State
University: Prentice Hall International Inc.
Ruky, A.S. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. Perfomence Management System Panduan
Praktis Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Jakarta: PT. Gramedia.
Sadirman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Summers C. 1994. “Self-Care: the Greatest Challenge for Nurses. Rev.” J Nurse Emprow.
4(3): 92–96.
Sudarsono. 2006. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Supriyanto S., dan Ratna. 2007. Manajemen mutu, Health Advocacy. Surabaya
Woodruff dan Gardial. 2002. Practical-people Oriented Prespective. Kanada: Mc.Graw Hill,
hlm 36−45.
Trarintya, M. 2011. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Word of Mouth
(Studi Kasus Pasien Rawat Jalan Di Wing Amerta RSUP Sanglah Denpasar)”. Tesis
Diterbitkan, Universitas Udayana. Denpasar.