Disusun oleh
Chindi Hastuti
A. Konsep
1. Pengertian
Eliminasi merupakan pembuangan zat sisa metabolisme yang berupa
urine maupun feses. Eliminasi fekal adalah proses pengosongan usus akibat
dari pembuangan zat sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran
pencernaan kemudian dikeluarkan melalui anus.
e. Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus
sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah anus yang dapat disebabkan
karena konstipasi, peregangan saat defekasi ,dan lain-lain.
f. Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan masa fases keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi fases yang
berkepanjangan. Penyebab konstipasi asupan kurang, aktivitas kurang ,
diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
d. Cairan
Intake cairan dalam setiap hari.
e. Latihan
Pola latihan seperti apa yang dilakukan klien setiap hari
f. Obat-obatan dan penggunaan alcohol:
apakah klien mengonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi
saluran intestinal (contoh: zat besi, antibiotika, laksati)
g. Kaji pula pengaruh obat-obatan terhadap warna feses:
1. Aspirin, antikoagulan: feses berwarna agak kemerahan
2. Zat besi: feses berwarna hitam
3. Antacid: warna feses agak keputihan
h. Stress
Apakah klien mengalami stress dalam jangka waktu yang lama atau
singkat?
i. Pembedahan
Apakah klien mengalami pembedahan atau penyakit yang berpengaruh
terhadap saluran cerna?
2. Pengkajian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik system dan fungsi tubuh yang
kemungkinan dipengaruhi oleh adanya masalah eliminasi.
a. Mulut.
Pengkajian meliputi inspeski gigi, lidah, dan gusi klien. Gigi yang buruk
atau struktur gigi yang buruk mempengaruhi kemampuan mengunyah.
b. Abdomen.
1) Inspesksi
Integritas kulit
Normal : kulit tidak cacat warna sama
Abnormal : terdapat ruam atau lesi, kulit berkilau menunjukan asites
dan edema
Kontur abdomen dan kesimitrisan
Normal : datar membulat (convex), atau skapoid, tidak ada pembesar
hati atau limfa. Kontur simetris.
Abnormal : terdistensi adanya pembesaran abnormal, asimetris, adanya
penonjolan di sekitar umbilikus, inguinal atau adanya hernia
Amati pergerakan abdomen berhubungan dengan peristaltik
Normal : peristaltik terlihat pada klien yang kurus
Abnormal : peristaltik yang tampak pada orang normal menunjukan
obstruksi usus.
2) Aukultasi
Dengarkan bunyi bising usus pada keempat kuadran menggunakan
diafragma stetoskop. Terdengar setiap 5-10 detik, sekitar 5 sampai 35
kali. Sambil mengauskultasi, perawat. Memperhatikan karakter dan
frekuensi bising usus. Peningkatan nada hentakan pada bising usus atau
bunyi "tinkling" (bunyi gemerincing) dapat terdengar, jika terjadi
distensi. Tidak adanya bising usus atau bising usus yang hipoaktif
(bising usus kurang dari lima kali per menit) terjadi jika klien
menderita ileus paralitik, seperti yang terjadi pada klien setelah
menjalani pembedahan abdomen. Bising usus yang bernada tinggi dan
hiperaktif (bising usus 35 kali atau lebih per menit) terjadi pada
obstruksi usus dan gangguan inflamasi.
3) Palpasi abdomen untuk melihat adanya masa atau area nyeri tekan.
Penting bagi klien untuk rileks. Ketegangan otot-otot abdomen
mengganggu hasil palpasi organ atau masa yang berada di bawah
abdomen tersebut
4) Perkusi untuk mendeteksi adanya masa, cairan, atau gas di dalam
abdomen.
c. Rektum
Inspeksi daerah di sekitar anus untuk melihat adanya lesi, perubahan warna,
inflamasi, dan hemoroid. Untuk memeriksa rektum, perawat melakukan
palpasi dengan hati-hati. Setelah mengenakan sarung tangan sekali pakai,
perawat mengoleskan lubrikan ke jari telunjuk. Kemudian perawat meminta
klien mengedan dan saat klien melakukannya, perawat memasukkan jari
telunjuknya ke dalam sfingter anus yang sedang relaksasi menuju
umbilikus klien. Sfingter biasanya berkonstriksi mengelilingi jari perawat.
Perawat harus mempalpasi semua sisi dinding rektum klien dengan metode
tertentu untuk mengetahui adanya nodul atau tekstur yang tidak teratur.
Mukosa rektum normalnya lunak dan halus.
3. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium : kadar bilirubin, amylase atau CEA
2. Pengumpulan, pemeriksaan dan kultur feses. Pada pemeriksaan feses
untuk mengetahui Ova dan parasit, lemak dalam feses.
3. Colok dubur : dapat memberikan informasi tentang tonus rectum, tonus
kekuatan sfingter, kekuatan otot pubo-rektalis dan otot-otot dasar pelvis,
adakah timbunan massa feses, adakah massa lain (misalnya hemoroid),
adakah darah atau adakah perlukaan dianus
4. Tes dara tersamar (Test Guaiac) : menemukan bekuan darah dalam feses
biasanya pada kanker kolorectal.
5. Carcino embryonic antigen (CEA) : mengetahui adanya glikoprotein
membrane sel jaringan. Trauma untuk memprediksis prognosis post
operasi dan mendeteksi kekambuhan.
6. Foto polos abdomen : mendeteksi adanya kelainan pada usus atau tumor
7. Defekografi
8. USG
9. Foto kontras barium : mendeteksi ada atau tidaknya tumor serta
mengidentifikasi lokasi tumor.
10. Foto barium kontras ganda
11. Pemeriksaan endoskopi
12. Esophagogastroduodenoskopi
13. Proktoskopi (deteksi kelainan 8-10 cm dari anus)
14. Rektosigmoidoskopi (deteksi kelainan 20-25 cm dari anus)
15. Kolonoskopi (Dapat mencapai seluruh kolon). Manfaat kolonoskopi :
untuk penegakan diagnose, biopsi jaringan, ekstirpasi polip, mengelola
pendarahan, follow up kelainan kolon, deteksi dini kanker atau skrening
proses lain, dilatasi anastomose atau mengambil benda asing.
Pemeriksaan Lain (bila diperlukan)
16. Intra Venous Pyelography (IVP)
17. Ultrasonography (USG)
18. Computerized Tomography Scanning (CT Scan)
19. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
4. Diagnosa Keperawatan
1) Konstipasi yang berhubungan dengan
a. Imobilitas
b. Kurang privasi
c. Asupan cairan kurang adekuat
2) Diare yang berhubungan dengan :
a. Stress dan ansietas
b. Asupan diet
3) Inkontinensia defekasi yang berhubungan dengan :
a. Keterlibatan neuromuskuler
b. Depresi, ansietas berat
5. Intervensi Keperawatan
Alimul Aziz. 2006.”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperwatan Edisi 7 volume 2. Jakarta : EGC
Mass, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2013. Nursing Outcomes (NOC), edisi 5,
ELESEVIER
Nanda Internasional. 2018. Diagnosis Keperwatan Defenisi Dan Klasifikasi. Jakarta :EGC
Perry, Potter. 2005. “Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1”. Jakarta : EGC
Tarwotoo & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, edisi 4.
Jakrta : Selemba Medika
16