Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING

AODV DAN OLSR PADA JARINGAN


MOBILE AD HOC

Sony Candra Dirganto, Ir. Muchammad Husni, M.Kom


#
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
sony@cs.its.ac.id
husni@its-sby.edu

Abstrak--- Mobile Ad Hoc Network (MANET) temporari tanpa menggunakan infrastruktur


yaitu sebuah jaringan wireless yang terdiri jaringan yang sudah ada. Di dalam jaringan ini,
dari mobile-mobile node yang tidak memiliki setiap titik tidak hanya sebagai host, tetapi juga
infrastruktur. Sebuah node dapat berperan sebagai router yang meneruskan paket data
sebagai source dan juga sebagai destination. kepada parangkat lain.
Jaringan ini merupakan salah satu mode Manet menjadi subjek yang sangat
jaringan wireless ad hoc akan tetapi node- popular untuk penelitian karena adanya laptop
node atau user pada jaringan ini bersifat dan teknologi wifi yang banyak digunakan pada
mobile. pertengahan akhir akhir tahun 1990-an. Banyak
Terdapat beberapa masalah yang paper akademik yang mengevalusai protokol-
dapat ditemui dalam jaringan ad hoc ini, protokol dan kemampuannya dengan melalukan
yaitu adanya kinerja yang tidak menentu yang pemvariasian tingkat mobilitas.
dapat disebabkan oleh bermacam-macam Ide jaringan ad-hoc bergerak
faktor. Faktor tersebut antara lain kondisi dikembangkan dari jaringan nirkabel IBBS
traffic, jumlah pairing host dan destination, (independent basic service set). IBBS sendiri
dan lain-lain. merupakan sekumpulan titik-titik perangkat
Dalam tugas akhir ini, akan dianalisis nirkabel yang saling berkomunikasi secara
performa protokol routing dalam jaringan langsung. Dimana masing-masing titik berada
manet yang memiliki beberapa kondisi dalam jangkauan transmisi radio dari titik yang
menggunakan network simulator v2 (NS-2). lain, sehingga komunikasi hanya dapat terjadi
Protokol routing yang dianalisis adalah ad antar titik yang saling menjangkau. IBBS
hoc on-demand distance-vector (AODV) dan bersifat jangka pendek, terdiri atas sejumlah
Optimized Link State Routing (OLSR). kecil perangkat nirkabel dan dibuat untuk tujuan
Hasil analisis yang dilakukan tertentu yang sifatnya sementara.
menunjukkan bahwa protokol AODV lebih Bedanya IBBS dengan jaringan ad-hoc,
baik bekerja pada jaringan statis, dengan yaitu jika pada IBBS setiap perangkat nirkabel
jumlah pasangan source dan destination yang hanya bertindak sebagai titik akhir komunikasi
relatif kecil. Sedangkan protokol OLSR dapat data, sedangkan pada jaringan ad-hoc bergerak
bekerja dengan baik pada jaringan yang perangkat-perangkat berkemampuan sebagai
padat dan kapasitas yang besar. router yang dapat meneruskan paket data dari
satu perangkat ke perangkat lainnya.
I. PENDAHULUAN
Mobile ad-hoc network (MANET) II. DASAR TEORI
atau dengan kata lain jaringan ad hoc Protokol routing adalah standarisasi yang
bergerak adalah sekumpulan titik perangkat
melakukan kontrol terhadap bagaimana sebuah
nirkabel yang dinamis yang sifatnya node dapat meneruskan paket diantara perangkat

1
komputasi dalam jaringan mobile ad hoc menemukan rute menuju node tujuan tertentu,
network (MANET). pemberitahuan akan adanya perubahan topologi
Dalam jaringan ad hoc, setiap node jaringan, menjaga kesinambungan koneksi
tidak mempunyai pengetahuan mengenai jaringan, dan fungsi-fungsi lain berkaitan dengan
topologi jaringan sekitarnya, melainkan rute di dalam jaringan.
bahwa node-node harus dicari. Dasar Protokol AODV hanya berperan aktif
pemikirannya adalah bahwa node baru yang pada proses komunikasi dalam jaringan ad hoc
masuk akan mendengarkan pesan broadcast jika tidak ditemukan rute untuk mengirimkan
dari tetangganya. Sebuah node akan paket data dari node sumber ke node tujuan
mempelajari node baru didekatnya dan dalam jaringan. Apabila rute yang diinginkan
bagaimana cara menjangkau node baru tersedia dan valid, maka proses penggunaan
tersebut. Pada suatu saat, setiap node akan protokol AODV tidak dijalankan. Mekanisme
mengetahui tentang node-node lain dan yang demikian sangat menguntungkan untuk
mengetahui bagaimana cara menjangkaunya. mengurangi penggunaan energi dan lalu lintas
Protokol routing layaknya sebuah data dalam jaringan.
router yang berkomunikasi dengan perangkat Pencarian rute dilakukan ketika sebuah
lain untuk menyebarkan informasi dan node membutuhkan next hop yang menuju pada
mengijinkan adanya pemilihan rute diantara tujuan, dimana dilakukan dengan mengirimkan
dua node dalam jaringan. Pada jaringan ad pesan RREQ (route request) secara broadcast ke
hoc setiap node akan memiliki kemampuan semua node yang mampu dijangkaunya. Node
layaknya router yang meneruskan pesan antar yang menerima RREQ akan memeriksa apakah
node di sekitarnya. Untuk itu dibutuhkan memiliki informasi rute menuju tujuan yang
protokol routing untuk membantu tiap-tiap dimaksud. Jika node antara tidak memiliki
node melakukannya. informasi rute menuju tujuan, maka node
Protokol routing untuk jaringan ad hoc tersebut akan meneruskan RREQ tersebut hingga
tentunya berbeda dengan protokol routing tiba pada node tujuan atau node yang memiliki
yang biasa diimplementasikan pada jaringan informasi rute menuju node tujuan. Ketika node
kabel. Hal ini disebabkan sifat jaringan ad hoc antara meneruskan RREQ, node tersebut juga
yang dinamis, sehingga memiliki topologi membuat next hop reverse menuju node sumber,
yang berubah-ubah, berbeda dengan jaringan yang berguna ketika mengirimkan pesan balasan.
kabel yang cenderung tetap. Kemudian node tujuan tersebut akan
mengirimkan pesan balasan berupa RREP
sebagai balasan dari RREQ. RREP berisi
2.1. AODV
sequence number dan hop count (diinisialisasi
Protokol Ad-hoc On-demand Distance dengan nilai 0). Pesan RREP dikirimkan secara
Vector (AODV) adalah protokol yang unicast ke node sumber sepanjang reverse hop
mekanismenya merupakan perpaduan antara yang dibuat oleh node antara ketika meneruskan
protokol DSR (on-demand) dan protokol pesan RREQ. Node antara yang menerima RREP
DSDV (hop-by-hop). Protokol ini melakukan akan meneruskannya menuju node sumber dan
mekanisme layaknya pada DSR, yaitu adanya akan menaikkan nilai hop count. Jika node
rute pencarian (Route Discovery) dan rute sumber menerima banyak RREP, maka akan
pemeliharaan (Route Maintenance), dan dipilih salah satu dengan nilai hop count terkecil.
proses routing dilakukan secara hop-by-hop Adanya penggunaan penanda waktu
layaknya pada protokol DSDV. pada entri tabel rute berguna untuk perbandingan
Pesan-pesan yang digunakan dalam “freshness” rute. Ada kemungkinan bahwa node
protokol AODV, yaitu Route Request antara akan mengembalikan RREP jika node
(RREQ), Route Reply (RREP), dan Route tersebut telah memiliki entri tabel rute yang lebih
Error (RERR). Ketiga pesan tersebut “fresh” atau entri tabel rute yang sama tetapi
merupakan inti dari protokol AODV. Adapun dengan nilai hop count yang lebih rendah. Pada
fungsi dari pesan-pesan itu yaitu untuk entri tabel rute juga adanya penggunaan lifetime,

2
dimana rute akan dihapus jika telah akhir ini ditulis, yaitu ns-2.28. Dalam tugas akhir
kadaluarsa. ini, kami akan mengevaluasi kinerja dari
Pemeliharaan rute dilakukan dengan protokol routing AODV dan OLSR.
mengirimkan pesan “Hello” secara broadcast
pada interval tertentu. Dengan adanya pesan
3.1. Model Mobilitas
Hello ini akan diketahui adanya link yang
terputus. Jika ditemukan link yang terputus, Mobilitas di dalam jaringan ad hoc
maka akan dikirimkan RERR ke node merupakan kecepatan node di dalam sistem,
sebelumnya yang terkait dengan rute tersebut. dimana dapat diartikan sebagai durasi waktu
berhenti ketika sebuah node dalam keadaan
tidak bergerak.
2.2. OLSR Sebuah skenario pergerakan yang
Optimized Link State Routing digunakan dalam simulasi ini dibangkitkan
Protocol (OLSR) adalah sebuah protokol menggunakan model “random waypoint”. Pada
routing IP yang dioptimalkan untuk jaringan model pergerakan ini, node-node dalam ruangan
mobile ad-hoc (MANET) tetapi juga dapat luas akan bergerak secara acak menuju
digunakan di lain jaringan wireless. OLSR tujuannya dengan distribusi kecepatan antara 0
adalah protokol routing link-state yang sampai 20 m/s. 20 m/s merupakan kecepatan
proaktif dan menggunakan Pesan “Hello” dan maksimum sebuah node bergerak dalam
Topologi Control (TC) untuk menemukan dan simulasi.
kemudian menyebarkan informasi link state
seluruh jaringan mobile ad-hoc. Masing-
3.2. Model Komunikasi
masing node menggunakan topologi
informasi ini untuk menentukan tujuan hop Untuk mengevaluasi protokol routing,
berikutnya untuk semua node dalam jaringan digunakan sumber trafik yang sifatnya konstan,
dengan menggunakan path forwarding hop maka dalam simulasi ini digunakan constan bit
terpendek. rate (CBR). Tidak menggunakan koneksi TCP
Secara umum, konsep OLSR terbagi karena TCP mengimplementasikan time out dan
menjadi tiga modul, yaitu: pengiriman ulang, juga melakukan pengaturan
 Pencarian link ke tetangga laju pengiriman data yang berhubungan dengan
(neighbors/link sensing) kondisi/ kesibukan jaringan.
 Penggunaan Multipoint Relay (MPR) Sumber-sumber TCP akan menyediakan
 Link-state messaging pembentukan load jaringan sehingga tidak
mengijinkan kita untuk mengevaluasi semua
Karena OLSR tergolong protokol protokol berdasarkan kondisi trafik yang hampir
yang proaktif, route ke seluruh tujuan di sama. Paket data yang digunakan yaitu sebesar
dalam jaringan telah diketahui dan di- 512 bytes. Untuk keperluan tersebut NS-2 telah
maintain sebelum protokol tersebut menyediakan pembangkit pola komunikasi, yaitu
digunakan. Memiliki route yang selalu disediakannya file “cbrgen.tcl” untuk
tersedia dalam standard routing table dapat menghasilkan pola trafik CBR dan TCP dengan
sangat berguna untuk beberapa sistem dan menetapkan jumlah node, laju data, ukuran paket
aplikasi jaringan yang pada umumnya tidak dan jumlah koneksi komunikasi data.
memiliki route discovey delay yang tergabung
dalam proses pencarian route baru.
3.3. Efek Pola Trafik
Dalam tugas akhir ini, perbedaan pola-
III. METODOLOGI
pola trafik pada protokol routing jaringan manet
Kami mengevaluasi kinerja protokol dibangkitkan oleh adanya efek dari beberapa hal
routing pada jaringan Manet menggunakan sebagai berikut :
Network Simulator versi 2 (NS-2), khususnya
kami menggunakan versi terbaru ketika tugas

3
1. Kapasitas jaringan 3.5. Skenario Simulasi
Menunjukkan berapa banyak node- Simulasi dilakukan dengan network
node yang ada dalam jaringan simulator (NS-2), dimana untuk melakukan
MANET tersebut. Jumlah node ini simulasi antara lain dibutuhkan sebuah pola
disimbulkan dengan n. misalnya n=50, trafik, skenario pergerakan dan script tcl.
artinya dalam jaringan ada 50 node Keterkaitan tersebut ditunjukkan dengan blok
yang berada dalam jaringan tersebut. diagram pada gambar 1 di bawah ini.
2. Pergerakan node
Ditunjukkan dengan waktu berhenti
Otcl Tcl Interpreter with Analysis
(pause time) antara node melakukan object-oriented
extensions
pergerakan. Pause time ini diukur
NS Simulator Library
dalam detik (second). Misalnya pause - Event Scheduler
NAM
(Network Animator)
time 3s, artinya suatu node akan Otcl Script - Network Components
- Network Setup
Simulation Results
berhenti selama 3 detik sebelum Program Tracelists

melakukan pergerakan selanjutnya.


3. Volume trafik (traffic volume) Gambar 1. Blok diagram simulasi NS-2
Menunjukkan jumlah keseluruhan
paket data yang ditransmisikan setiap Penjelasan dari blok diagram di atas
detiknya. Volume trafik biasa adalah sebagai berikut :.
disimbulkan dengan V. Misalnya V =  TCL script merupakan code program dalam
90 paket/s, artinya bahwa setiap detik, ekstensi “.tcl” yang berfungsi untuk
sejumlah 90 paket data ditransmisikan menciptakan objek simulator,
dari node sumber ke tujuan. mendefinisikan topologi jaringan, load pola
trafik dan load skenario pergerakan.
3.4. Matrik Pengukuran  Program NS merupakan source code utama
yang dibangun dalam pemprograman C++.
Matrik pengukuran yang akan  Ouput file trace merupakan file yang berisi
dievaluasi pada protokol-protokol routing ini, hasil trace simulasi yang nantinya akan
antara lain : dianalisis.
1. Protocol Control Overhead
 Ouput file NAM merupakan ouput file hasil
Merupakan jumlah keseluruhan dari
simulasi dalam bentuk animasi.
paket routing yang ditransmisikan
selama simulasi. Untuk paket yang
dikirimkan melalui banyak hop, setiap 3.6. Parameter Skenario Simulasi
transmisi dari sebuah paket (setiap Kami melakukan simulasi pada protokol-
hop) dihitung sebagai satu transmisi. protol routing pada area persegi dengan ukuran
2. Packet Delivery Ratio 800m x 500m. Sebuah model sinyal radio
Merupakan perbandingan antara paket dengan nominal bit-rate sebesar 11Mbps dan
data yang terkirim (paket data yang nominal jangkauan transmisi adalah 250m. Link
berhasil diterima oleh node tujuan) layer yang digunakan adalah berdasarkan pada
dengan jumlah paket data yang IEEE 802.11 DCF (distributed coordination
dikirimkan oleh node sumber (paket function). Simulasi dilakukan pada 10 hingga 50
data yang di-generate node sumber) node, dimana node-node tersebut bergerak dalam
3. Average End-to-End Delay kecepatan antara 0 sampai 20 m/s. Semua
Merupakan selang waktu mulai dari simulasi dalam tugas akhir ini dilakukan selama
paket dikirimkan oleh node sumber selang waktu 100 detik.
sampai paket data tersebut berhasil Parameter di atas merupakan parameter
diterima oleh node tujuan. umum yang digunakan dalam simulasi, adapun
perubahan parameter akan dilakukan untuk
mengetahui efek dari kapasitas jaringan (jumlah

4
node), mobilitas node-node, dan efek dari
volume trafik dalam jaringan. Detail 4.1.2. Packet Delivery Ratio terhadap
perubahan yang akan dilakukan adalah Kapasitas Jaringan
sebagai berikut : Keberhasilan pengiriman paket data pada
 kapasitas jaringan : node yang digunakan AODV cukup tinggi, yaitu nilai keberhasilannya
sejumlah 10 node sampai 50 node. mencapai angka di atas 86%. Nilai tersebut
 mobilitas : menggunakan pause time 20s, terjadi pada semua kondisi kapasitas jaringan.
40s, 60s, 80s, dan 100s (jaringan dalam Sehingga dapat dikatakan bahwa kapasitas
kondisi statis tanpa pergerakan) jaringan tidak berpengaruh lebih pada prosentase
 volume trafik : perubahan volume trafik Packet Delivery Ratio protokol routing AODV.
dilakukan dengan melakukan perubahan Sedangkan keberhasilan pengiriman paket data
pada trafik rate. Dimana simulasi akan pada protokol OLSR relatif lebih rendah
dilakukan pada tingkat trafik rate 2, 5, dan dibandingkan dengan protokol AODV.
10 paket/detik.

Packet Delivery Ratio (%)


IV. HASIL SIMULASI

4.1. Performa terhadap Kapasitas


Jaringan
Untuk mengetahui performa dari
protokol-protokol routing terhadap kapasitas
jaringan, maka dilakukan beberapa simulasi
Jumlah node
dengan pemvariasian jumlah node dalam
Gambar 3. Grafik Packet Delivery Ratio terhadap
jaringan. Jumlah node yang digunakan yaitu kapasitas jaringan
antara 10 node sampai 50 node. Berikut
adalah data yang diperoleh selama proses 4.1.3. Average End-to-End Delay terhadap
simulasi terhadap protokol AODV dan OLSR. Kapasitas Jaringan

4.1.1. Protocol Control Overhead terhadap OLSR memiliki average delay paling
Kapasitas Jaringan rendah dibandingkan dengan AODV. Hal ini
disebabkan OLSR selalu melakukan update
Protokol yang sangat terpengaruh oleh
tabel rute yang telah disusun sebelum paket data
adanya perubahan kapasitas jaringan, yaitu
dikirimkan, sehingga proses pengiriman data
protokol AODV. Dimana routing overhead
tidak perlu menunggu proses pencarian rute
protokol ini meningkat sesuai dengan
terlebih dahulu seperti yang terjadi pada protokol
bertambahnya jumlah node Peningkatan yang
routing AODV.
tidak begitu signifikan terjadi pada protokol
OLSR.
Average End-to-End Delay (s)
Protocol Control Overhead

Jumlah node
Jumlah node Gambar 4. Grafik Average End-to-End Delay terhadap
Gambar 2. Grafik Protocol Control Overhead terhadap kapasitas jaringan
kapasitas jaringan

5
penurunan. Secara garis besar performa Packet
4.2. Performa terhadap Mobilitas Jaringan Delivery Ratio protokol routing OLSR masih
dibawah AODV, akan tetapi pada saat kondisi
Pada uji coba ini, digunakan kondisi node benar-benar diam, protokol routing OLSR
jaringan dengan mobilitas tinggi sampai menunjukkan performa yang lebih baik
kondisi jaringan benar-benar statis (tanpa diandingkan dengan AODV.
pergerakan node). Kondisi jaringan yang
statis didapatkan dengan mengatur nilai pause
time sama dengan durasi waktu simulasi,
yaitu 100 detik.

Packet Delivery Ratio (%)


4.2.1. Protocol Control Overhead terhadap
Mobilitas Jaringan
Performa Protocol Control Overhead
kedua protokol routing terhadap pergerakan
node relatif sebanding. Namun tetap protokol Pause time
routing OLSR lebih unggul dibanding dengan Gambar 6. Grafik Packet Delivery Ratio terhadap mobilitas
AODV. Kedua protokol routing sempat jaringan
mengalami penurunan performa pada saat
pause time di-set pada 60 detik. Dan 4.2.3. Average End-to-End Delay terhadap
kemudian performa meningkat kembali pada Mobilitas Jaringan
nilai pause time yang lebih besar.
Protokol yang mempunyai performa
average end-to-end delay yang optimal yaitu
OLSR. Dimana protokol ini memiliki nilai yang
lebih rendah dibandingkan dengan. Hal tersebut
Protocol Control Overhead

terjadi karena OLSR melakukan update tabel


rute secara periodik, sehingga paket data tidak
harus menunggu lama untuk menemukan rute ke
tujuan.
Average End-to-End Delay (s)

Pause time
Gambar 5. Grafik Protocol Control Overhead terhadap
mobilitas jaringan

4.2.2. Packet Delivery Ratio terhadap


Mobilitas Jaringan
Efek dari pergerakan node bagi
protokol routing AODV dirasa kurang Pause time
berpengaruh pada simulasi yang saya Gambar 7. Grafik Average End-to-End Delay terhadap
lakukan. Dapat dilihat pada saat pause time mobilitas jaringan
20 detik, ketika pause time di-set 40 detik dan
60 detik performa protokol routing AODV 4.3. Performa terhadap Volume Trafik
mencapai nilai 100% dalam pengiriman paket
data. Akan tetapi semakin besar nilai pause Pada uji coba kali ini, kami akan
time, bahkan pada pause time 100 detik yang menganalisis efek dari volume trafik terhadap
berarti node sama sekali tidak bergerak, performa protokol routing berdasarkan model
performa protokol routing AODV mengalami komunikasi yang telah kami rancang.

6
Peningkatan volume trafik pada simulasi ini
dilakukan dengan meningkatkan tingkat trafik

Packet Delivery Ratio (%)


(traffic rate) pada tiap koneksi.
Ada tiga skenario yang digunakan
pada simulasi ini, yaitu penggunaan trafik rate
rendah dengan nilai 2 paket/detik, trafik rate
sedang (5 paket/detik), dan kondisi trafik rate
tinggi (10 paket/sdetik).

4.3.1. Protocol Control Overhead terhadap Packet/detik


Volume Trafik Gambar 9. Grafik Packet Delivery Ratio terhadap volume
trafik
Protokol OLSR memiliki nilai routing
overhead yang optimal pada semua kondisi 4.3.3. Average End-to-End Delay terhadap
volume trafik dibandingkan dengan routing Volume Trafik
overhead protokol AODV. Akan tetapi pada
kondisi trafik yang padat, protokol routing Dalam kondisi memanipulasi volume
AODV dapat memperbaiki performanya trafik, protokol OLSR mencatat average end-to-
melebihi dari hasil yang dicapai OLSR. end delay jauh lebih rendah dibandingkan
Hal yang menarik dari protokol dengan protokol AODV. Sedangkan pada
OLSR. Terlihat bahwa protokol routing ini AODV mengalami pertambahan nilai average
memiliki nilai Protocol Control Overhead end-to-end delay seiring bertambahnya volume
yang cukup konstan pada kondisi semua trafik.
volume trafik yang terjadi. Protokol routing OLSR dapat
mempertahankan nilai average end-to-end delay
pada nilai terendah, sehingga dapat dikatakan
Protocol Control Overhead

performa OLSR sangat baik pada kondisi trafik


normal maupun padat.
Average End-to-End Delay (s)

Packet/detik
Gambar 8. Grafik Protocol Control Overhead terhadap
volume trafik

4.3.2. Packet Delivery Ratio terhadap


Volume Trafik
Packet/detik
Dapat dilihat dengan jelas bahwa Gambar 9. Grafik Average End-to-End Delay terhadap
volume trafik
protokol routing AODV memiliki performa
yang lebih baik dibandingkan dengan OLSR.
Pada kondisi trafik yang normal maupun yang
padat, prosentase Packet Delivery Ratio
protokol routing AODV selalu lebih baik
dibandingkan dengan OLSR. Bahkan
protokol routing OLSR cenderung terus
menurun performanya di saat kodisi trafik
cenderung padat.

7
V. KESIMPULAN VI. DAFTAR PUSTAKA

[1] Ad hoc Network


1. Protokol OLSR ini sangat baik (http://en.wikipedia.org/wiki/Ad-
diimplementasikan pada jaringan yang hoc_network)
besar dan tingkat mobilitas tinggi. OLSR
memiliki beberapa kelebihan, yaitu : [2] C. Perkins, E. Belding-Royer, S. Das, Juli
- OLSR memiliki performa average 2003. RFC 3561. Ad hoc on dimand distance
end-to-end delay yang baik terhadap vector (AODV)
beberapa kondisi jaringan.
- OLSR memiliki nilai Protocol Control [3] J. Broch, D.A. Maltz, D.B. Johnson, Y.C.
Overhead yang relatif tinggi dan stabil Hu, J. Jetcheva. 30 Oktober 1998. A
baik pada jaringan kecil maupun Performance Comparison of Multi-hop
wireless ad hoc network routing protocols
besar.
Kekurangan dari OLSR yaitu prosentase [4] Johnson, D. Y.Hu, dan D. Maltz. Februari
Packet Delivery Ratio yang masih rendah 2007. RFC 4728. The Dynamic Source
jika dibandingkan AODV. Routing Protocol (DSR) for Mobile Ad Hoc
Networks for IPv4

2. Protokol AODV memiliki kelebihan [5] Basavaraju, T.G. Gowrishankar, S.


dalam hal : Sarkar, Subir Kumar. November 2007.
- Prosentase Packet Delivery Ratio Scenario based Performance Analysis of
relatif tinggi baik pada berbagai AODV and OLSR in Mobile Ad Hoc
kondisi jaringan, yaitu berkisar diatas Networks.
86%.
- AODV sangat baik diterapkan pada [6] Larsson, Tony. Hedman, Nicklas. 1998.
jaringan dengan mobilitas tinggi, Routing Protocols in Wireless Ad-hoc
karena nilai Packet Delivery Ratio Networks – A Simulation Study.
terus menurun pada kondisi jaringan
yang statis.
Sedangkan kekurangan dari AODV, yaitu:
- Nilai Protocol Control Overhead yang
relatif rendah jika dibandingkan
dengan protokol routing OLSR.
- Nilai Average End-to-End Delay yang
sering berubah-ubah pada beberapa
kondisi jaringan.

Anda mungkin juga menyukai