Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 18 No.

2, Hlm: 209-221 Juli 2017


Artikel ini tersedia di website: http://journal.umy.ac.id/index.php/ai
DOI: 10.18196/jai.180284

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fraud Pengadaan


Barang/Jasa di Lembaga Publik
Nashirotun Nisa Nurharjanti*
Prodi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani, Pabelan, Kartasura,
Surakarta 57162, Jawa Tengah, Indonesia
ARTICLE INFO ABSTRACT
Article history: The purpose of this study was to test whether the variable quality of the
received 24 Feb 2017 procurement committee of goods/services, quality of the patners goods/ services,
revised 09 Mei 2017 systems and procedures for procurement of goods/services, ethical procurement of
accepted 17 Jun 2017 goods/services, environmental goods/services, and risk assessment have an influence
on the procurement fraud goods/services in University. This study using survey
method by distributing questionnaires in Asset Management and Maintenance
Directorate of the University with the involvement of officials making commitments
Keywords:
(PPK) totaling 3, the committee procurement of goods/services amounted to 22
Fraud Procurement; people, and committee work proceeds amounted to 25 examiners. The gathered
Procurement Committee; data was analyzed using multiple regressions in SPSS software. The result showed
Supplier’s Quality; that the quality of procurement commite, supplier’s quality, procurement system
Procurement System; and procedure, and risk assesment had negatively influenced toward fraud in the
Procurement Ethics; procurement goods/services. Meanwhile, the procurement ethics and frameworks
Risk Assesment did not have influenced toward fraud in the procurement goods/services.
© 2017 JAI. All rights reserved

PENDAHULUAN dilihat dari banyaknya proyek yang tidak tepat


waktu, tidak tepat sasaran, tidak tepat kualitas,
Kasus fraud yang marak terjadi saat ini tidak efisien, banyaknya alat yang dibeli tidak bisa
dikarenakan adanya kepentingan pribadi atau dipakai, pengadaan barang/ jasa tidak didasarkan
sekelompok orang yang berada dalam organisasi pada kebutuhan nyata, ambruknya bangunan
ataupun yang berada diluar organisasi yang secara gedung dan pendeknya umur konstruksi (masa
langsung dapat merugikan pihak lain. Kecurangan pakainya hanya mencapai 30%-40%), sejumlah
yang dilakukan tersebut dapat dikategorikan seba- persen komisi (fee) yang harus disetor oleh
gai suatu perbuatan melawan hukum. Kasus fraud Kontraktor, Panitia Pengadaan dan PPK (Pimpro)
dewasa ini terjadi di berbagai bidang, termasuk kepada atasan, dengan dalih untuk belanja orga-
dalam hal pengadaan barang/jasa di beberapa nisasi, perbedaan harga perkiraan sendiri (HPS)
institusi perguruan tinggi (Komisi Pemberantasan barang sejenis yang cukup mencolok antara satu
Korupsi, 2013). Contoh nyatanya adalah adanya instansi dengan instansi lain. Studi ini sendiri
dugaan korupsi dalam proyek pengadaan alat dilakukan sebagai suatu upaya untuk memberikan
laboratorium MIPA di salah satu Universitas kontribusi literatur terkait upaya pencegahan serta
Negeri di Jawa Timur. Selanjutnya, dari penye- penekanan tingginya angka tindak pidana korupsi
lidikan lebih lanjut oleh Komisi Pemberantasan pada Pengadaan Barang dan Jasa di lembaga
Korupsi (KPK), ditemukan praktik korupsi publik.
pengadaan barang/jasa terjadi di lima perguruan Salah satu faktor yang mempengaruhi kebo-
tinggi negeri di Jawa dan Sumatera (detiknews, coran keuangan pada proses pengadaan barang
2013). Latar belakang temuan tersebut ini lah yang dan jasa adalah aspek etika dari panitia penye-
menjadi alasan KPK untuk melakukan Kajian lenggara pengadaan. Razzaque dan Hwee (2002)
ulang atas regulasi dan praktik Pengadaan Barang menjelaskan bahwa perilaku fraud dapat dieva-
dan Jasa di lembaga perguruan tinggi. luasi dengan mengamati aspek etika seseorang
Mengacu pada Rahardja (2010), di sektor yang dilihat dari sisi individual differences, inter-
publik, indikasi dari kebocoran keuangan dapat personal level factors, organizational level factors,

*Corresponding author, e_mail address: nnn122@ums.ac.id


Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017

serta dari persepsi dilema. Tang et al. (2003) me- Negara yang bersumber dari rakyat. Selain itu,
nyatakan bahwa perilaku yang menyimpang atau dalam pelaporan kegiatan yang dilakukan oleh
tidak etis terdiri dari perilaku yang menyalah- perguruan tinggi ada tanggung jawab kepada direk-
gunakan kedudukan/posisi (abuse position), ke- torat kementerian sehingga peneliti ingin mengkaji
kuasaan (abuse power), sumber daya organisasi pentingnya peranan panitia pengadaan barang/
(abuse resources), serta tidak berbuat apa-apa (no jasa, kualitas penyedia barang/ jasa,sistem dan
action). prosedur pengadaan barang/jasa, etika pengadaan
Perilaku tidak etis dan kecenderungan terja- barang/jasa, lingkungan pengadaan barang/jasa,
dinya manipulasi akuntansi dapat diturunkan penilaian risiko dalam pengadaan barang/ jasa
dengan meningkatkan keefektifan pengendalian sehingga proses pengadaan barang/jasa dapat
intern, ketaatan aturan akuntansi, moralitas ma- berjalan dengan baik dan terhindar dari
najemen serta menghilangkan asimetri informasi indikasi fraud.
(Wilopo, 2006). Menurut Jatiningtyas dan Endang Secara praktis, penelitian ini diharapkan
(2011) aspek yang dapat mempengaruhi proses memberikan kontribusi terhadap institusi dengan
pengadaan barang/jasa seperti aspek etika, pengen- melihat adanya hubungan antara prinsipal (peme-
dalian internal dan transparansi. Dari penjelasan rintah dan rakyat) dan agen (pihak universitas).
tersebut, maka peneliti ingin mengkaji peranan Diharapkanya dengan temuan penelitian ini, maka
kepanitiaan pengadaan barang/jasa yang mempu- peranan panitia, penyedia barang/jasa, prosedur
nyai fungsi dan tugas tertuang dalam kontrak pengadaan barang/jasa, etika pengadaan barang/
perjanjian yang berupa Surat Keputusan (SK) jasa, lingkungan pengadaan barang/jasa, penilaian
dengan Rektor (Kuasa Pengguna Anggaran) yang risiko dapat dijalankan secara optimal sehingga
disini sebagai pimpinan puncak. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fraud
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dalam pengadaan barang/jasa di lingkungan Uni-
terdahulu yang dilakukan oleh Jatiningtyas dan versitas dapat dicegah. Secara teoritis, penelitian
Endang (2011) adalah dalam penelitian terdahulu ini diharapkan dapat memberikan penjelasan me-
belum memasukkan aspek etika pengadaan da- ngenai konflik yang terjadi antara prinsipal peme-
lam penelitiannya. Aspek etika ini dapat membe- rintah dan rakyat) dan agen (pihak universitas)
rikan konstribusi atau tidak memberikan kon- khususnya terkait asimetri informasi dalam menja-
tribusi terhadap indikasi dari fraud pengadaan lankan proses pengadaan barang/jasa.
barang/jasa tergantung dari budaya yang dibangun
dalam institusi tersebut. Idealnya, ketika sebuah
perguruan tinggi negeri telah memiliki struktur TINJAUAN LITERATUR DAN
organisasi yang berkaitan dengan proses penga- PERUMUSAN HIPOTESIS
daan barang/jasa, maka indikasi fraud dalam peng-
adaan barang/jasa dapat dihindari atau dimini- Teori Keagenan
malisir.
Penelitian ini akan mengkaji fraud dalam Teori keagenan (agency theory) menurut
proses pengadaan barang/jasa di Badan Layanan Gudono (2012) dibangun sebagai upaya untuk
Umum dengan melihat peranan panitia pada memahami dan memecahkan masalah yang mun-
setiap proses pengadaan barang/jasa dari mulai cul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada
pembuatan spesifikasi, harga, dan pemahaman saat melakukan kontrak (perikatan). Kontrak yang
panitia pada sistem dan prosedur yang ada. Apa- dimaksud adalah kontrak antara prinsipal (pemberi
bila peranan panitia tersebut bekerja secara profe- kerja) atau pimpinan perusahaan dengan agen
sional, tidak memihak dalam pemilihan penyedia (penerima perintah). Teori keagenan meramal jika
barang/jasa, menjunjung tinggi etika, melaksa- agen memiliki keunggulan informasi dibandingkan
nakan sistem dan prosedur yang ada, sehingga prinsipal dan kepentingan agen dan prinsipal
tercipta lingkungan pengadaan yang sehat. maka berbeda, maka akan terjadi masalah prinsipal-agen
fraud dalam pengadaan barang/jasa dapat dihin- agen akan melakukan tindakan yang mengun-
dari. tungkan dirinya namum merugikan prinsipal.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Badan Hubungan prinsipal-agen terjadi apabila
Layanan Umum dikarenakan latar belakang kasus tindakan yang dilakukan seseorang memiliki dam-
adanya praktik korupsi yang terjadi di lima per- pak pada orang lain atau ketika seseorang sangat
guruan tinggi negeri sebagaimana dijelaskan di tergantung pada tindakan orang lain. Pengaruh ini
paragraf sebelumnya berkaitan dengan uang diwujudkan dalam kesepakatan-kesepakatan dalam

210
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik

struktur institusional pada berbagai tingkatan, fraud maka ketika terjadi indikasi fraud dalam
seperti norma perilaku dan konsep kontrak. Oleh institusi, maka dengan terbuka institusi tersebut
karena itu konteks permasalahan prinsipal-agen memberikan informasi terkait dengan tindakan fraud
dalam teori keagenan tidak terbatas pada yang terjadi dalam institusi tersebut. Hal itu akan
“manajemen vs pemilik” saja, melainkan bisa memberikan efek jera, dan ketika seseorang ingin
siapapun selama kedua belah pihak terikat dalam melakukan tindakan yang sama, maka akan berfikir
kontrak dan hubungan mereka bisa diposisikan ulang. Tuanokota (2007) menyatakan bahwa pence-
sebagai prinsipal dan agen. Dengan begitu konteks gahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan
hubungan prinsipal-agen relevan untuk hubungan- pengendalian internal.
hubungan antara: pemilik vs manajemen; pimpinan Tindakan fraud yang hampr sering dijumpai
puncak vs bawahan; kreditur vs manajemen; dan dalam proses pengadaan barang/jasa adalah ketidak-
pemerintah vs perusahaan (Gudono, 2012) sesuaian antara barang/jasa yang diperjanjikan
Berkaitan dengan hal di atas, maka hubungan dalam kontrak dengan kebutuhan instansi dan/
Pimpinan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dan atau masyarakat,baik dilihat dari jenis, kualitas
Unit Layanan Pengadaan (ULP) sebagai unit yang maupun kuantitas barang/jasa. Ketidaksesuaian
mengadakan proses pengadan barang/jasa terdiri antara spesifikasi teknis barang/jasa yang telah
dari pejabat pembuat komitmen, panitia penga- diselesaikan oleh penyedia barang/jasa dengan
daan, panitia pemeriksa hasil pekerjaan dapat spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam
dimasukkan dalam teori keagenan. Teori kegenan perjanjian/kontrak, ketidaksesuaian antara volume
ini dapat diterapkan dalam organsasi publik (Lane, (kuantitas) barang/jasa yang telah diselesaikan
2000 ). Hal ini juga sesuai dengan tempat penelitian oleh penyedia barang dengan jumlah yang seha-
pada layanan publik di kalangan Universitas. rusnya sesuai perjanjian/kontrak,ketidakwajaran
Seperti dikemukakan sebelumnya, antara prin- harga barang/jasa yang di sepakati dalam kon-
sipal dan agen senantiasa terjadi masalah keagenan, trak/perjanjian, keterlambatan penyelesaian pe-
hal ini juga terjadi pada kasus fraud yang terjadi kerjaan oleh rekanan dari jadwal waktu yang
pada sektor pengadaan barang/jasa. Pimpinan telah ditetapkan dalam perjanjian/kontrak (PP No
puncak (Rektor) mempunyai tujuan untuk mening- 54 Tahun 2010).
katkan pelayanan bagi pihak universitas dan beru-
saha untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu Pengembangan Hipotesis Penelitian
dengan mempergunakan anggaran dengan sebaik-
baiknya, misalnya melalui pengadaan barang/jasa. Kualitas Panitia Pengadaan Barang/Jasa
Namun, tidak semua pihak yang terkait (terutama
yang merupakan agen) baik secara langsung Thai (2001) yang didukung oleh penelitian
maupun tidak langsung mempunyai tujuan dan Jatiningtyas dan Endang (2011) mengungkapkan
kepentingan yang sama. Banyak terdapat muatan- bahwa profesionalisme atau kualitas panitia penga-
muatan kepentingan yang mengganggu tercapainya daan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi
tujuan utama pengadaan barang/jasa. Peraturan keberhasilan suatu sistem pengadaan barang/jasa
Presiden Republik Indonesia No.54 Tahun 2010 dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
dan Peraturan Presiden Republik Indonesia No Akan tetapi hal ini berbeda dengan penelitian
70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Heljapri (2015) yang menyatakan bahwa kualitas
Pemerintah mengemukakan bahwa prinsip umum penyedia pengadaan barang/jasa tidak berpe-
pengadaan barang/jasa pemerintah antara lain: ngaruh terhadap kenderungan fraud. Namun
efisien, efektif, transparan, terbuka dan bersaing, dalam laporan yang dibuat Worldbank (2001),
adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. ditemukan bahwa salah satu faktor yang menye-
babkan belum berfungsinya sistem pengadaan
Beberapa Jenis Fraud dalam barang/jasa pemerintah di Indonesia antara lain
Pengadaan Barang/Jasa adalah kurangnya kemampuan sebagian besar staf
operasional, anggota panitia lelang dan pihak-
Menurut Tuanakotta (2012) penyebab atau akar pihak berwenang yang memberi otorisasi dalam
masalah dari tindakan fraud adalah fraud by need, kegiatan pengadaan.
fraud by greed and by oppurtinity, Hal ini Berdasarkan Tool Kit Anti Korupsi yang
mengartikan bahwa ketika fraud ingin dihilangkan disusun oleh Indonesia Procurement Watch
maka hilangkanlah faktor dari penyebab fraud itu (2005), kegiatan pada segmentasi Pembentukan
sendiri. Apabila institusi terbuka dalam penyelesaian Panitia Lelang perlu diwaspadai sebagai hal yang

211
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017

menjadi sebab berkembangnya penyakit Korupsi, sistem pengadaan barang/jasa pemerintah dalam
Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang memuat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Thai,
berbagai muatan “kepentingan”, dalam proses 2001). Yanavia (2014) menyatakan bahwa sistem
pengadaan barang/jasa pemerintah. Panitia Penga- dan prosedur pengadaan barang/jasa yang baik
daan yang terbentuk akan menentukan “hitam” dapat mengurangi fraud pengadaan barang/jasa.
atau “putih”nya suatu proses pengadaan peme- Menurut Jourdain dan Balgobin (2003)
rintah mulai dari awal kegiatan pengadaan sampai sebagaimana dikutip Jatiningtyas dan Endang
dengan ditandatanganinya kontrak perjanjian (2011), sistem dan prosedur pengadaan barang /
kerja. Segmentasi ini merupakan awal berjangkit- jasa pemerintah yang baik memiliki beberapa
nya penyakit-penyakit KKN, diantaranya adalah karakteristik antara lain: transparency, economy,
tersusun atau terbentuknya Panitia Pengadaan efficiency and timeliness, fairness and equity. Sis-
yang tidak dilandasi dengan kriteria kemam- tem dan prosedur pengadaan juga harus memi-
puan teknis, kredibilitas, serta integritas yang me- liki mekanisme feedback sehingga memung-
madai dari anggotanya. Berdasarkan pernyataan di kinkan upaya perbaikan dan penyempurnaan
atas, dapat disimpulkan bahwa semakin bagus yang diperlukan. Mekanisme complaint juga per-
kualitas panitia pengadaan barang/jasa maka indi- lu diciptakan untuk memperkuat upaya untuk
kasi fraud dalam pengadaan barang/jasa dapat ber- dipatuhinya ketentuan yang digariskan. World-
kurang. Sehingga ditutunkan hipotesis pertama, Bank (2001) mengungkapkan bahwa salah satu
yaitu: penyebab belum berfungsinya sistem pengadaan
H1: Kualitas panitia pengadaan barang/jasa berhu- barang/jasa di Indonesia secara baik adalah
bungan secara negatif terhadap fraud pengadaan tidak adanya tindak lanjut terhadap berbagai
barang/jasa. protes dalam proses pengadaan, dan tidak adanya
pemantauan yang sistematik terhadap kepatuhan
Kualitas Penyedia Barang/Jasa atas peraturan dan prosedur pengadaan. Berdasar-
kan pernyataan diatas semakin bagus sistem dan
Penelitian Jatiningtyas dan Endang (2011) prosedur pengadaan barang/jasa maka indikasi
menyatakan bahwa satu faktor yang mempenga- fraud dalam pengadaan barang/jasa dapat berku-
ruhi keberhasilan sistem pengadaan barang/jasa rang. Sehingga ditutunkan hipotesis ketiga, yaitu:
adalah profesionalisme atau kualitas penyedia H3: Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa
barang/jasa. Akan tetapi hal ini berbeda dengan berhubungan secara negatif terhadap fraud
penelitian Heljapri (2015) yang menyatakan pengadaan barang/jasa.
bahwa kualitas penyedia pengadaan barang/jasa
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan fraud. Etika Pengadaan Barang/Jasa
Menurut landasan hukum Perpres No.54 Tahun
2010 dijelaskan bahwa dalam pasal 19 panitia Etika pengadaan barang/jasa juga merupakan
penyedia barang/jasa wajib memenuhi persyaratan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan
sebagai penyedia barang/jasa, sehingga ketika untuk terciptanya pengadaan barang/jasa peme-
persyaratan tersebut dipenuhi maka fraud penga- rintah yang sehat. Etika pengadaan berkaitan
daan barang/ jasa dapat bekurang. Berdasarkan dengan kelaziman dalam praktek dunia usaha
pernyataan diatas semakin bagus kualitas penyedia yang dianggap akan menciptakan sistem persai-
barang/jasa maka indikasi fraud dalam pengadaan ngan usaha yang adil. Etika dalam pengadaan
barang/jasa dapat berkurang. Dengan demikian, barang/jasa akan mencegah penyalahgunaan we-
diturunkan hipotesis kedua, yaitu: wenang atau kolusi untuk kepentingan pribadi
H2: Kualitas Penyedia Barang/Jasa diharapkan atau golongan yang secara langsung atau tidak
berhubungan secara negatif terhadap terja- langsung dapat merugikan negara.
dinya fraud dalam Pengadaan. Etika pengadaan barang/jasa yang baik perlu
diciptakan untuk mencegah terjadinya kolusi
Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa atau korupsi dalam pengadaan barang/jasa pe-
merintah. Tang et al. (2003) menjelaskan indi-
Aspek lain yang ikut menentukan jalannya kator dari perilaku yang menyimpang atau
sistem pengadaan barang/jasa adalah ketentuan tidak etis dalam organisasi. Perilaku ini terdiri dari
dan prosedur pengadaan barang/jasa itu sendiri. perilaku yang menyalahgunakan kedudukan/posisi
Ketentuan dan prosedur pengadaan barang/jasa (abuse position), perilaku yang menyalahgunakan
juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kekuasaan (abuse power), perilaku yang menya-

212
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik

lahgunakan sumber daya organisasi (abuse resour- kurang. Dengan demikian, diturunkan hipo-tesis
ces), serta perilaku yang tidak berbuat apa-apa (no kelima, yaitu:
action).
Jatiningtyas dan Endang (2011) menyatakan H5: Lingkungan pengadaan akan berhubungan
bahwa salah satu bentuk perilaku yang etis atau secara negatif terhadap fraud pengadaan
beretika dalam pengadaan barang/ jasa antara barang/jasa.
lain: para pengguna, penyedia, dan pihak terkait
tidak menerima, menawarkan, serta menjanjikan Penilaian Risiko
pemberian hadiah atau imbalan berupa apa saja
kepada siapa pun yang terkait dengan pengadaan Tuanokota (2007) menyatakan bahwa yang
barang/jasa. Sedangkan Yanavia (2014) menya- dapat dilakukan untuk mencegah fraud adalah
takan bahwa etika yang baik perlu diciptakan dengan menerapkan pengendalian internal yang
untuk mencegah terjadinya kolusi dan korupsi mana salah satu komponennya adalah penilaian
dalam kegiatan pengadaan barang/jasa. Selain risiko. Penilaian risiko yang dilakukan diha-rapkan
itu merujuk pada konsep yang dikembangkan mempunyai benteng-benteng yang kokoh dan sulit
oleh Associotion of Certified Fraud Examiners untuk ditembus oleh mereka yang ingin
(Kassen dan Higson, 2012) menyatakan bahwa melakukan tindakan fraud pengadaan barang/jasa.
salah satu konsep yang relevan untuk menje- Penilaian risiko pengadaan barang/jasa meru-
laskan isu pencegahan fraud adalah dengan pakan pekerjaan yang kompleks dengan maksud
menciptakan keadaan yang memungkinkan bahwa pekerjaan yang dilakukan memerlukan
pegawai tidak melakukan fraud dengan memi- teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, meng-
liki konsep pola pikir yang beretika. Berdasar- gunakan peralatan yang didesain khusus. Hal ini
kan pernyataan diatas semakin bagus etika didasari dari penelitian (Fajarina et al., 2011) yang
pengadaan barang/jasa maka indikasi fraud dalam mengatakan bahwa adanya penilaian risiko yang
pengadaan barang/jasa dapat berkurang. Dengan dilakukan oleh pihak pengadaan dengan cara
demikian, diturunkan hipotesis keempat, yaitu: mengidentifikasikan serta melakukan analisis resi-
H4: Etika pengadaan akan berhubungan secara ko maka akan mengurangi (meminimilasi) terjadi-
negatif terhadap fraud pengadaan barang/jasa. nya fraud. Hal ini didukung dengan pernyataan
Hermiyetti (2010) menyatakan bahwa penilaian
Lingkungan Pengadaan Barang/Jasa risiko merupakan bagian yang penting dalam hal
mencegah fraud agar tercipta kondisi yang baik
Sistem dan prosedur pengadaan akan selalu dalam bekerja. Berdasarkan pernyataan diatas
berinteraksi dengan lingkungan dimana sistem semakin bagus penilaian risiko pengadaan
tersebut diterapkan. Lingkungan merupakan salah barang/jasa maka indikasi fraud dalam pengadaan
satu faktor yang mempengaruhi kemampuan barang/jasa dapat berkurang. Sehingga ditutunkan
suatu sistem pengadaan barang/jasa untuk men- hipotesis keelima, yaitu:
capai tujuan yang telah ditetapkan (Thai, 2001). H6: Penilaian risiko berhubungan secara negatif
Hal ini berbeda dengan penelitian Heljapri (2015) terhadap fraud pengadaan barang/jasa.
yang didukung oleh penelitian Astuti (2016)
menyatakan bahwa lingkungan pengadaan barang/
jasa tidak memiliki pengaruh terhadap fraud METODE PENELITIAN
pengadaan barang/jasa. Hal ini berarti ada faktor
lain yang menyebabkan kondisi proses pengadaan Model Penelitian
barang/jasa masih dapat berjalan dengan profesio-
nal, yaitu adanya kondisi lingkungan yang jujur Berdasarkan perumusan hipotesis, dirumus-
dan mendapat insentif sehingga dapat mengurangi kan model penelitian yang disajikan di Gambar 1.
tingkat KKN. Namun, Jatiningtyas dan Endang
(2011) yang didukung oleh Khi V. Thai (2001) Definisi Operasional Variabel
menemukan bahwa salah satu faktor yang mem-
pengaruhi keberhasilan adalah lingkungan penga- Variabel Dependen (Fraud Pengadaan
daan barang /jasa adalah lingkungan pengadaan. Barang/Jasa)
Berdasarkan pernyataan diatas semakin bagus
lingkungan pengadaan barang/jasa maka indikasi Fraud dalam penelitian ini adalah serang-
fraud dalam pengadaan barang/jasa dapat ber- kaian ketidakberesan (irregularities) mengenai:

213
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017

perbuatan-perbuatan melawan hukum (illegal act ), Barang/Pekerjaan, Konstruksi/Jasa, Konsultansi/


yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan Jasa Lainnya (Jatiningtyas dan Endang, 2011).
tertentu (misalnya menipu memberikan gambaran Jadi yang dimaksud dengan kualitas penyedia
yang keliru (mislead) terhadap pihak lain), yang barang/jasa di sini adalah apakah badan usaha
dilakukan oleh orang-orang dari dalam ataupun atau orang perseorangan yang menyediakan
dari luar organisasi, untuk mendapatkan keuntu- Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/
ngan baik pribadi maupun kelompok, dan se- Jasa Lainnya telah memenuhi kriteria yang
cara langsung atau tidak langsung merugikan telah dipersyaratkan dalam peraturan yang telah
pihak lain (Tuanakotta, 2012). ditetapkan

Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa


Kua litas Panitia
Pengadaan
QLTY1 (X1) (-)
Ketentuan dan prosedur pengadaan barang/
Kua litas Penyedia
Barang/Jasa jasa juga berpengaruh terhadap keberhasilan
QLTY2 (X2) (-)
suatu sistem pengadaan barang/jasa pemerintah
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Sistem dan Prosedur
Pengadaan SISDUR (Thai, 2001). Menurut Jourdain dan Balgobin
(X3) (-) Fraud Pengadaan
` Barang/Jasa (2003) sebagaimana dikutip Jatiningtyas dan
FRAUD (Y)
Endang (2011) sistem dan prosedur pengadaan
Etika Pengadaan barang/ jasa pemerintah yang baik memiliki
ETIKA (X4) (-)
beberapa karakteristik antara lain :Tranparency,
Economy, Efficiency and timeliness, Fairness and
Lingkungan equity. Jadi yang dimaksud dengan sistem dan
Pengadaan
LINGK (X5) (-) Penilaian Risiko prosedur pengadaan barang/jasa adalah
(X6) (-)
mekanisme yang dilakukan sesuai dengan tujuan
pengadaan barang/ jasa.

Gambar 1. Model Penelitian Etika Pengadaan Barang/Jasa

Variabel Independen Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari


bahasa Yunani adalah Ethos, yang berarti watak
Kualitas Panitia Pengadaan Barang/Jasa kesusilaan atau adat kebiasaan (Agoes dan
Ardana, 2009). Etika biasanya berkaitan erat
Kualitas yang dimaksudkan dalam penelitian dengan perkataan moral yang merupakan istilah
ini adalah suatu kondisi dinamis yang terjadi dari bahasa Latin, yaitu Mos dan dalam bentuk
ketika panitia mempunyai profesionalisme dalam jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebia-
melakukan proses pengadaan barang/jasa. Panitia saan atau cara hidup seseorang dengan mela-
yang dimaksud terdiri dari: pengguna anggaran kukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
(PA)/kuasa pengguna anggaran (KPA), pejabat menghindari hal-hal tindakan yang buruk (Agoes
pembuat komitmen (PPK), pejabat pengadaan/ dan Ardana, 2009). Etika yang dimaksudkan di
unit layanan pengadaan (ULP), dan panitia/ peja- dalam penelitian ini adalah pengkajian sistem
bat penerima hasil pekerjaan. Secara operasional, nilai-nilai yang berlaku terutama yang diberla-
kualitas panitia pengadaan barang/jasa di sini me- kukan pada proses pengadaan barang/jasa.
ngacu pada apakah panitia pengadaan barang/
jasa tersebut secara fungsional dapat melaksa- Lingkungan Pengadaan Barang/Jasa
nakan tugas dan fungsinya sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar pengadaan yang terdiri Lingkungan yang dimaksud di sini adalah
dari integritas, kompetensi, objektivitas dan lingkungan kerja di mana proses pengadaan
independensi (Jatiningtyas dan Endang, 2011). barang/jasa dilaksanakan. Hal ini dilandasi pen-
dapat Thai (2001) yang mengungkapkan bahwa
Kualitas Penyedia Barang/Jasa salah satu faktor yang mempengaruhi keber-
hasilan sistem pengadaan barang/jasa adalah
Penyedia barang/jasa adalah badan usaha lingkungan pengadaan, baik secara internal mau-
atau orang perseorangan yang menyediakan suatu pun eksternal.

214
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik

Penilaian Risiko nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian


instrumen yang akan digunakan untuk penelitian
Penilaian Risiko dalam kegiatan yang dila- ini adalah kuesioner yang berisi item petanyaan
kukan oleh universitas adalah mekanisme terkait yang merujuk pada indikator-indikator dari kon-
pemberian penilaian atas risiko yang dihadapi unit struk variabel-variabel penelitian. Karena instru-
organisasi baik dari luar maupun dari dalam. men penelitian akan digunakan untuk melakukan
Identifikasi risiko dilaksanakan dengan metodo- pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
logi yang sesuai dengan tujuan Instansi dan tujuan kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen
pada tingkatan kegiatan secara menyeluruh; harus mempunyai skala.
menggunakan mekanisme yang memadai untuk Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor skala likert. Skala likert digunakan untuk
internal, dan menilai faktor lain yang dapat mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
meningkatkan risiko (Fajarina et al., 2012). atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2008). Dengan skala likert, maka
Populasi dan Sampel variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
Populasi dalam penelitian ini adalah pani- dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
tia pengadaan barang/jasa di perguruan tinggi item instrumen yang dapat berupa pernyataan
yang menjadi lokasi penelitian, dengan rincian: atau pertanyaan. Instrumen dalam penelitian ini
pejabat pembuat komitmen yang berjumlah 3 disajikan pada Tabel 1.Dari pertanyaan yang ada
orang, panitia pengadaan berjumlah 22 orang, pada Tabel 1, jawaban responden akan dinilai
dan panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan dengan aturan; SS (Sangat Setuju), diberi skor 5;
berjumlah 25 orang yang berada di Direktorat S (Setuju) diberi skor4; R (Ragu-Ragu) diberi skor
Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset Universitas 3; TS (Tidak setuju) diberi skor 2; STS (Sangat
Berbasis menuju Badan Layanan Umum di Tidak Setuju) diberi skor 1.
Wilayah Kota Yogyakarta. Sampel adalah
bagian dari populasi. Penelitian ini menggu-
nakan total sampling (sensus), yang maksudnya HASIL DAN PEMBAHASAN
responden yang dijadikan dalam penelitian ini
yakni seluruh pihak yang terlibat dalam proses Pembahasan pada bab ini meliputi hasil
pengadaan barang/jasa. penelitian untuk menganalisa faktor–faktor yang
mempengaruhi fraud pengadaan barang/jasa
Jenis dan Sumber Data pada Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan
Aset yang dibagi dalam: (1) kualitas panitia penga-
Rancangan penelitian yang akan digunakan daan barang/jasa; (2) kualitas penyedia barang/
adalah dilakukan dengan metode survei dengan jasa; (3) sistem dan prosedur pengadaan barang/
menyebarkan kuesioner kepada responden yang jasa,(4) etika pengadaan barang/jasa; (5) lingku-
bertujuan untuk mengumpulkan informasi sehi- ngan pengadaan; (6) penilaian risiko; dan (7)
ngga diperoleh data-data yang valid. Data yang fraud pengadaan barang/jasa. Hasil penelitian
digunakan adalah data primer yang diperoleh dari meliputi, uji kualitas data, uji hipotesis, dan pem-
hasil survei kepada pejabat pembuat komitmen, bahasan uji hipotesis.
panitia pengadaan, panitia pemeriksa hasil
pekerjaan. Pengumpulan data dilakukan dengan Uji Kualitas Data
menggunakan survei melalui pengiriman kuesio-
ner. Kuesioner dikirimkan langsung oleh peneliti Uji Validitas dan Realibilitas
ke Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset
Universitas. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa koefi-
sien korelasi pearson moment untuk setiap item
Instrumen dan Skala Pengukuran data butir pernyataan dengan skor total variabel fraud
Penelitian pengadaan barang/jasa (Y), kualitas panitia penga-
daan barang/jasa (QLTY1), kualitas penyedia
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan barang/jasa (QLTY2), sistem dan prosedur
menggunakan instrumen untuk mengumpulkan pengadaan barang/jasa (SISDUR), etika penga-
data. Instrumen ini digunakan untuk mengukur daan barang/jasa (ETIKA), lingkungan Penga-

215
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017

Tabel 1. Instrumen Penelitian


No. Variabel Indikator Pertanyaan
Variabel Independen
1 Kualitas Panitia Integritas 1. Sistem dalam pengadaan barang/jasa telah berjalan
Pengadaan sesuai dengan visi dan misi lembaga
Barang/Jasa 2. 2. Dilakukan tindakan ketika ada pihak-pihak yang
berusaha melakukan intervensi atau memaksakan
kehendak untuk memenangkan salah satu calon
peserta lelang (pengadaan barang/jasa)
3. Pencapaian ketaatan terhadap kebijakan dalam
penandatangan pakta integritas masih sangat minim
Kompetensi 1. Mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang
cukup mengenai sistem dan prosedur pengadaan
barang/jasa yang akan dilaksanakan
2. Panitia lelang telah memiliki sertifikat keahlian pe-
ngadaan barang/jasa atau pernah mengikuti pela-
tihan pengadaan barang/jasa
Objektivitas dan 1. Dalam penyusunan panitia berdasarkan pada kri-
Independensi teria kemampuan teknis, mempunyai kredibilitas
dan integritas sehingga tidak memihak kepada
salah satu atau sekelompok peserta dalam proses
pengadaan barang/jasa
2. Kualitas Penyedia Landasan 1. Penyedia barang/jasa memenuhi ketentuan perun-
Barang/Jasa Hukum dang-undangan dalam menjalankan kegiatan/usaha
2. Penyedia barang/jasa memiliki keahlian, penga-
laman, kemampuan teknis dan manajerial untuk
menyediakan barang/jasa
3. Pencapaian ketaatan penyedia barang/jasa terha-
dap kebijakan dalam penandatangan pakta integ-
ritas masih sangat minim
3. Sistem dan Transparansi 1. Dilakukan sosialisasi terhadap rencana kegiatan pe-
Prosedur ngadaan barang/jasa
pengadaan 2. Dalam pengumuman pengadaan barang/jasa dila-
barang/jasa kukan melalui media cetak /media elektronik/
internet
3. Semua tahapan dalam proses pengadaan barang/
jasa diketahui oleh publik secara jelas dan terbuka
Ekonomis 1. Penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dila-
kukan dalam setiap proses pengadaan barang/jasa
2. Penetapan pemenang adalah penawar dengan
harga terendah
Efisiensi dan 1. Pengadaan barang/jasa dilakukan tepat waktu dan
Tepat Waktu sesuai dengan kebutuhan
Keadilan dan 1. Dokumen lelang diperuntukkan bagi kelompok
Ekuitas penyedia barang /jasa tertentu saja
2. Penyedia barang/jasa dipilih berdasarkan kuali-
fikasi dan kelayakan penawaran
4. Etika Pengadaan 1. Dalam proses pengadaan barang/jasa adalah wajar
Barang/Jasa bila meminta hadiah kepada peserta pengadaan
agar lolos dalam proses pengadaan barang/jasa
2. Dalam proses pengadaan barang/jasa adalah wajar
bila mengijinkan peserta pengadaan bertindak
sebagai calo
3. Dalam proses pengadaan barang/jasa adalah tidak

216
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik

No. Variabel Indikator Pertanyaan


wajar apabila menerima potongan harga (discount)
4. Anda sebagai panitia diminta untuk menandata-
ngani legalitas administrasi pengadaan barang/jasa
5. Lingkungan Lingkungan 1. Tugas dan tanggung jawabnya dijalankan sesuai
Pengadaan Internal ketentuan yang berlaku tanpa ada intervensi dari
Barang/Jasa pihak lain
2. Penentuan jenis barang/jasa sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh pengguna
3. Pekerjaan dilakukan sesuai dengan sistem dan
prosedur pengadaan barang/jasa
Lingkungan 1. Penyedia barang/jasa yang berkualitas mempe-
Eksternal ngaruhi pencapaian tujuan pengadaan barang/jasa
2. Semua kegiatan dalam pengadaan barang/jasa me-
ngacu pada peraturan peraturan perundang-
undangan
3. Penentuan pemenang lelang tidak dipengaruhi
oleh kepentingan pihak tertentu
6. Penilaian Risiko Identifikasi 1. Pertimbangan waktu pengumuman pengadaan
Risiko berdasarkan kompleksitas barang /jasa
2. Pengadaan barang/jasa tidak dilakukan secara
efisien dan ekonomis
3. Kurangnya integritas dan ketidakadilan penyedia b-
rang/jasa
Analisis Risiko 1. Analisis risiko akan dilakukan berdasarkan kom-
pleksitas barang/jasa
2. Dilakukan analisis risiko dari setiap tahapan
proses pengadaan pengadaan barang/jasa
Variabel Dependen
7. Fraud Pengadaan 1. Harga Perkiraan Sendiri yang tidak wajar me-
Barang/Jasa rupakan bagian dari tindak kecurangan dalam
pengadaan barang/jasa
2. Kecurangan bisa berbentuk pemberian diskon atau
potongan harga
3. Modus tindak kecurangan biasanya dilakukan
dengan cara mark-up anggaran
4. Penggadaan barang/jasa tidak sesuai dengan
permintaan pengguna barang
5. Adanya titipan hadiah dari unit kerja lain adalah
bagian dari tindak kecurangan
6. Pengadaan barang/jasa yang tidak sesuai dengan
sistem dan prosedur merupakan tindak
kecurangan
7. Pemecahan paket dilakukan agar terhindar dari
proses lelang merupakan tindak kecurangan
8. Adanya hubungan afiliasi biasanya dapat
menyebabkan tindak kecurangan
Sumber: Thai (2001), Wilopo (2006), Nuraini (2011), Fajarina et al. (2012) ,dan Peraturan Presiden
Republik Indonesia No.54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

217
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017

daan barang/jasa (Lingk.Peng) dan Penilaian penden tersebut. Sedangkan heteroskedastisitas


Risiko (PEN.RISK) signifikan pada tingkat signi- grafik scatterplot tampak bahwa sebaran data tidak
fikansi 0,01. Dengan demikian dapat diinter- membentuk pola yang jelas, titik-titik data menye-
pretasikan bahwa setiap item indikator instrumen bar di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y. Hal
untuk fraud pengadaan barang/jasa tersebut valid. ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi hete-
Hasil perhitungan uji realibilitas menun- roskedastisitas dalam model regresi. Dengan de-
jukkan bahwa nilai cronbrach alpha (α) untuk mikian, maka model regresi berganda layak untuk
masing-masing variabel adalah lebih besar dari digunakan.
0,50 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
item-item instrumen untuk masing-masing varia- Hasil Analisis Regresi Berganda `
bel adalah reliabel (Ghozali, 2011).
Berdasarkan tampilan output besarnya adjus-
Uji Asumsi Klasik tted R (koefisien determinasi yang telah dise-
2

suaikan) adalah 0,341. Nilai ini menunjukkan


Sebelum dilakukan pengujian hipotesis me- bahwa 31,4% variasi fraud pengadaan barang/jasa
nggunakan regresi linier berganda, ada beberapa dijelaskan oleh variasi dari keenam variabel inde-
uji asumsi klasik yang harus dipenuhi agar kesim- penden, yaitu; kualitas panitia pengadaan barang/
pulan dari regresi tersebut tidak bias, yaitu uji jasa, kualitas penyedia barang/jasa, sistem dan
normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteros- prosedur pengadaan barang/jasa, etika pengadaan
kodesitas. Hasil dari uji asumsi klasik normalitas, barang/jasa, lingkungan pengadaan barang/jasa dan
multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang penilaian risiko. Sedangkan sisanya 68,6% dijelas-
telah dilakukan dengan model regresi berganda kan oleh variabel lain di luar model.
yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan Hipotesis pertama menyatakan bahwa kua-
bahwa model regresi berganda tersebut memenuhi litas panitia pengadaan berpengaruh signifikan
syarat normalitas yang ditandai dengan nilai KS terhadap fraud pengadaan. Hasil pengujian hipo-
sebesar 0,676. Nilai ini tidak signifikan pada tesis ini sejalan dengan pendapat Thai (2001)
0,05 (karena nilai P = 0,750, lebih besar dari mengungkapkan bahwa profesionalisme atau kua-
0,05). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa litas panitia pengadaan merupakan faktor yang
sebaran data tidak menunjukkan penyimpangan ikut mempengaruhi keberhasilan suatu sistem
dari kurva normalnya, yang berarti bahwa sebaran pengadaan barang/jasa dalam mencapai tujuan
data telah memenuhi asumsi normalitas, selain itu yang telah ditetapkan. Profesional dalam pene-
terkait dengan multikolinieritas menunjukkan litian ini diproksikan dalam integritas panitia,
angka tolerance dari variabel independen kompe- kompetensi, obyektifitas dan independensi. Sehi-
tensi dan independensi mempunyai nilai tole- ngga, dapat dilihat bahwa kemampuan dan pro-
rance lebih dari 0,10 yang berarti bahwa tidak fesionalisme personil panitia pengadaan dapat
ada korelasi antar variabel indpenden yang ni- mengurangi seorang panitia untuk melakukan
lainya lebih dari 95%. Sementara itu, hasil per- tindakan fraud dalam proses pengadaan barang/
hitungan nilai Variance Inflantion Factor (VIF) jasa. Hasil tersebut dapat dipahami bahwa untuk
juga menunjukkan hal yang sama. meningkatkan kualitas panitia pengadaan, seorang
Tidak ada satupun variabel independen yang panitia sangat bergantung pada tingkat profesio-
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dengan demi- nalisme dan kemampuannya. Jika panitia penga-
kian dapat disimpulkan dalam model regresi daan memiliki profesionalisme dan kemampuan
tidak terjadi multikolinieritas antar variabel inde-

Tabel 2. Ringkasan Pengujian Hiptesis dengan Uji t


Unstandardized Beta
Model Hubungan Coefficients Standardized Sig. Simpulan
B Std. Error Coefficient
QLTY1 -,608 -,590 ,007* Terdukung
QLTY2 -,731 -,311 ,070** Terdukung
SISDUR -,845 -,815 ,001* Terdukung
ETIKA ,028 ,031 ,857 Tidak Terdukung
LINGK ,078 ,097 ,654 Tidak Terdukung
PENRISK -,417 -,367 ,054** Terdukung
* Signifikan pada alpha 0,05; ** signifikan pada alpha 0,10

218
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik

yang baik maka panitia tidak akan dengan mudah melakukan tindakan fraud. Karenanya, adanya
tergoda untuk melakukan fraud pada kegiatan kode etik terkait dengan etika penting untuk dia-
pengadaan barang/jasa. Sebaliknya, jika profe- dakan, agar kesadaran akan aspek etika ini mun-
sionalisme dan kemampuan panitia rendah, cul pada praktik pengadaan barang/jasa. Kemung-
maka dalam melaksanakan tugasnya, panitia akan kinan lain adalah kuatnya pengaruh kualitas
dengan mudah tergoda untuk melakukan fraud panitia dan penyedia barang/jasa, serta sistem dan
pada kegiatan pengadaan barang/jasa. Oleh kere- prosedur sebagaimana hasil temuan penelitian ini
na itu, dapat disimpulkan ketika seorang panitia (terdukungnya hipotesis satu, dua, dan tiga).
bertindak profesional, maka konflik kepentingan Dengan demikian, ada kemungkinan meskipun
diantara prinsipal dan agen dapat terhindari kare- etika panitia rendah namun ketika kepanitiannya
na panitia bekerja berdasarkan standar opera- berkualitas dan sistem prosedurnya juga baik,
sional tanpa ada keinginan untuk berbuat kecu- maka fraud dapat dicegah.
rangan. Hipotesis kelima penelitian ini juga tidak
Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan terdukung. Hasil ini sejalan dengan penelitian
bahwa kualitas penyedia barang/jasa berpengaruh Astuti (2016) yang menjelaskan tidak berpenga-
negatif terhadap fraud pengadaan baran/jasa. ruhnya lingkungan pengadan barang/jasa terha-
Hasil ini sejalan dengan pendapat Jatiningtyas dan dap fraud pengadan barang/jasa diduga karena
Endang (2011) yang menjelaskan bahwa kualitas lingkungan pengadaan barang/jasa yang ada
panitia merupakan salah satu elemen penting belum mempunyai pengaruh dalam pencapaian
dalam suatu sistem pengadaan barang/jasa. Jika tujuan. Hal ini bisa jadi dikarenakan tidak adanya
suatu pengadaan barang/jasa tidak diikuti dengan supervisi dalam setiap tahapan proes pengadaan
kualitas penyedia yang baik, maka akan terdapat atau tidak adanya pre-audit (menetapkan rencana
banyak kesalahpahaman/misunderstanding dian- awal dari proses pengadaan). Supervisi hanya
tara panitia dan penyedia barang/jasa yang nan- dilakukan setelah pekerjaan selesai atau hanya
tinya akan merugikan kedua belah pihak. Profe- dilakukan post-audit (evaluasi dilakukan setelah
sionalisme atau kualitas penyedia barang/jasa me- proses pengadaan selesai) saja. Kondisi ini
rupakan faktor yang ikut mempengaruhi keber- menjadikan lingkungan pengadaan barang/jasa
hasilan suatu sistem pengadaan barang/jasa dalam tidak terkendali secara ideal, dan akhirnya apa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. yang dikatakan Thai (2001) bahwa lingkungan
Dari uji hipotesis ketiga disimpulkan sistem pengadaan dipengaruhi oleh market environment
prosedur pengadaan barang/jasa juga berpenga- dan legal environment, belum mempunyai penga-
ruh negatif terhadap fraud pengadaan barang/ ruh terhadap fraud pengadaan barang/jasa.
jasa. Hasil ini sejalan dengan pendapat Thai Selanjutnya, hasil uji hipotesis keenam
(2001) yang mengungkapkan bahwa ketentuan menemukan bahwa penilaian risiko yang dilaku-
dan prosedur pengadaan barang/jasa juga berpe- kan memiliki pengaruh terhadap fraud peng-
ngaruh terhadap keberhasilan suatu sistem penga- adaan barang/jasa. Pengujian hipotesis ini sejalan
daan barang/jasa pemerintah dalam mencapai tu- dengan hasil penelitian (Fajarina et al., 2012) yang
juan yang telah ditetapkan. Selain itu, Landasan mengungkapkan bahwa apabila penilaian risiko
hukum dari sistem dan prosedur yang berlaku tidak diterapkan maka akan meningkatkan tinda-
harus cukup kuat, sehingga upaya penegakan kan fraud. Sebaliknya, adanya penilaian risiko
ketentuan yang diaturnya dapat dilakukan secara akan dapat memitigasi adanya fraud. Oleh kare-
efektif (World Bank, 2001). nanya, penilaian risiko dalam kegiatan penga-
Salah satu yang menarik dari hasil penelitian daan barang/jasa sangat penting dilakukan oleh
ini adalah tidak terdukungnya hipotesis keempat, pimpinan organisasi. Penilaian risiko oleh pimpi-
atau aspek etika terhadap fraud pengadaan nan dilakukan dengan cara mengidentifikasi serta
barang/jasa. Hasil ini justru sejalan dengan penda- melakukan analisis risiko. Sevagai contoh, dalam
pat Buckley et al. (1998) sebagaimana dikutip mempertimbangkan waktu pengumuman penga-
Wilopo (2006) yang menjelaskan bahwa perilaku daan barang/jasa, harus disesuaikan dengan
tidak etis (tidak beretika) merupakan sesuatu yang kompleksitas dari barang/jasa tersebut. Jangan
sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergan- sampai ketika proses pengadaan barang/jasa
tung pada interaksi yang kompleks antara situasi tersebut mempunyai kompleksitas yang tinggi,
serta karateristik pribadi pelakunya. Tidak ter- namun waktu pengumumannya tidak relevan,
dukungnya hipotesis keempat ini diduga karena sehingga risiko yang diterima menjadi lebih besar
ketidaksadaran panitia akan aspek etis dalam daripada ketika waktu pengumuman direnca-

219
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017

nakan sesuai dengan kompleksitas pengadaan ngembangkan model penelitian dengan metode
barang/jasa tersebut. Kompleksitas yang dimak- lain, seperti eksperimen atau investigatif. Ter-
sud disini adalah pengadaan yang mempunyai akhir, penelitian ini tdak melibatkan responden
nilai lebih besar tentunya kompleksitsnya berbeda dari penyedia barang/jasa. Sehingga, untuk pene-
dengan pengadaan barang/jasa yang nilainya lebih litian mendatang disarankan sebaiknya melaku-
kecil, sehingga dari mekanisme waktu pengumu- kan sebuah penelitian dengan melibatkan pihak
man menjadi berbeda tergantung dari nilai penga- penyedia barang/jasa agar dapat menemukan
daan tersebut. Oleh karena itu, semakin baik temuan dari persepsi yang berbeda.
penilaian risiko yang diterapkan maka akan
meminimalisasi terjadinya fraud.
DAFTAR PUSTAKA

SIMPULAN Agoes, S., dan I. C. Ardana. 2009. Etika bisnis


dan profesi: tantangan membangun manu-
Hasil penelitian ini menemukan bahwa sia seutuhnya. Jakarta: Penerbit Salemba.
kualitas panitia pengadaan, kualitas penyedia Astuti, H. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang
barang/jasa, sistem dan prosedur pengadaan, etika Mempengaruhi Fraud Pengadaan Barang/
pengadaan, lingkungan pengadaan dan penilaian Jasa Di Lingkungan Instansi Pemerintah
risiko berpengaruh terhadap fraud pengadaan Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi, Univer-
barang/jasa, pada konteks penelitian ini, di sitas Maritim Raja Ali Haji.
perguruan tinggi negeri. Temuan ini mengin- Detiknews, 2013, Tiga Dosen UNM Didakwa Kasus
dikasikan bahwa semakin baik tingkat kualitas Korupsi Pengadaan Alat Lab MIPA.
panitia pengadaan, kualitas penyedia barang/jasa, http//www.detiknews.com
sistem dan prosedur pengadaan dan penilaian Fajarina, W., Darwanis, dan U. A. Bakar, 2012,
risiko, maka fraud pengadaan barang/jasa berku- Pengaruh Lingkungan Pengendalian, Peni-
rang. Etika pengadaan dan lingkungan pengadaan laian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Infor-
ternyata ditemukan tidak berpengaruh secara masi dan Komunikasi, Serta Pemantauan
signifikan terhadap fraud pengadaan barang/jasa. Terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan
Hal ini bisa jadi karena perbuatan tidak etis itu Barang/Jasa Pada SKPD di Pemerintah
sulit untuk dimengerti dan diprediksi. Selain Aceh, Jurnal Akuntansi Pascasarjana
etika, ligkungan pengadaan barang/jasa juga tidak Universitas Syiah Kuala, 2 (2), 245-253.
memiliki pengaruh terhadap adanya indikasi Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat. Yogya-
fraud. karta: Penerbit BPFE Yogyakarta.
Implikasi dari temuan penelitian ini adalah Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate
pentingnya menjaga kualitas panitia dan penyedia Dengan Program IBM SPSS.19., Semarang:
pengadaan barang/jasa, ketaatan pada sistem dan Badan Penerbit Univer-sitas Diponegoro.
prosedur pengadaan, serta dilakukannya penilaian Heljapri. 2015. Perbedaan Persepsi Antara Pihak
risiko dalam melakukan pengadaan barang/jasa. Internal Instansi Pemerintah Dengan
Hal ini bertujuan guna meminimalisir fraud pada Auditor Bpkp Tentang Aspek Penyebab
pengadaan barang/jasa. Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pada Ling-
Penelitian ini mempunyai beberapa keter- kungan Pemerintah Propinsi SumateraBarat
batasan yang selanjutnya bisa menjadi masukkan (Studi Empiris pada SKPD Kabupaten/Kota
bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk me- dan auditor BPKP Sumatra Barat). Skripsi,
neliti terkait tema sejenis. Pertama, lokasi pene- Universitas Negeri Padang.
litian hanya satu Perguruan Tinggi Negeri saja. Hermiyetti. 2011. Pengaruh Penerapan Pengen-
Kare-nanya, dilihat dari segi generalisasi masih dalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud
lemah. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya perlu Pengadaan Barang. Skrispsi, STEKPI
untuk menambah objek penelitian menjadi lebih Jakarta.
dari satu Perguruan Tinggi, baik negeri maupun Jatiningtyas, N. dan K. Endang. 2011. Analisis
swasta agar hasil penelitian bisa digeneralisasi Faktor-Faktor Yang Mempengurahi Fraud
lebih luas. Kedua, penelitian ini menggunakan Pengadaan Barang/Jasa Pada Lingkungan
model kuesioner sehingga dimungkinkan terjadi Instansi Pemerintah Di Wilayah Semarang.
bias ketika responden menjawab kuesioner. Oleh Tesis, Universitas Diponegoro.
karenanya penelitian mendatang sebaiknya me-

220
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik

Laporan Tahunan KPK”, 2013,


www:http//:www.kpk.go.id
Peraturan Presiden Republik Indonesia N0.54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Rahardja, A. 2010. Efisiensi Dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah: Perspektif
Pencegahan Korupsi, One Day Workshop
Procurement Efficiency, Perusahaan Listrik
Negara Komisi Pemberantasan Korupsi
Razzaque, M. A. dan T. P. Hwee. 2002. Ethics
and Purchasing Dilemma; A Singaporean
View, Journal of Business Ethics, 35 (4),
307-326.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Thai, K. V. 2001. Public Procurement Re-
examined. Journal of Public Procurement, 1
(1), 9-50.
Tuanakota, T. M., 2012 , Akuntansi Forensik &
Audit Investigasi. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Yanavia, L. N. 2014, Analisis Faktor-Faktor Yang
Mendorong Terjadinya Fraud Pengadaan
Barang/Jasa Pada Instansi Pemerintah Di
Propinsi Sumatera Barat, Skripsi, Univer-
sitas Negeri Padang.
Wilopo, 2006, Analisis faktor-faktor yang
berpengaruh Terhadap kecenderungan
terjadinya kecurangan Akuntansi : Studi
pada Perusahaan BUMN dan Publik di
Indonesia, The Indonesian Journal of
Accounting Research, 9 (3), 451-465.
World Bank. 2001. Indonesia Country
Procurement Assessment Report :
Reforming the Public Procurement System,
website: http//
www.siteresources.worldbank.org.

221

Anda mungkin juga menyukai