2900 8226 1 PB PDF
2900 8226 1 PB PDF
serta dari persepsi dilema. Tang et al. (2003) me- Negara yang bersumber dari rakyat. Selain itu,
nyatakan bahwa perilaku yang menyimpang atau dalam pelaporan kegiatan yang dilakukan oleh
tidak etis terdiri dari perilaku yang menyalah- perguruan tinggi ada tanggung jawab kepada direk-
gunakan kedudukan/posisi (abuse position), ke- torat kementerian sehingga peneliti ingin mengkaji
kuasaan (abuse power), sumber daya organisasi pentingnya peranan panitia pengadaan barang/
(abuse resources), serta tidak berbuat apa-apa (no jasa, kualitas penyedia barang/ jasa,sistem dan
action). prosedur pengadaan barang/jasa, etika pengadaan
Perilaku tidak etis dan kecenderungan terja- barang/jasa, lingkungan pengadaan barang/jasa,
dinya manipulasi akuntansi dapat diturunkan penilaian risiko dalam pengadaan barang/ jasa
dengan meningkatkan keefektifan pengendalian sehingga proses pengadaan barang/jasa dapat
intern, ketaatan aturan akuntansi, moralitas ma- berjalan dengan baik dan terhindar dari
najemen serta menghilangkan asimetri informasi indikasi fraud.
(Wilopo, 2006). Menurut Jatiningtyas dan Endang Secara praktis, penelitian ini diharapkan
(2011) aspek yang dapat mempengaruhi proses memberikan kontribusi terhadap institusi dengan
pengadaan barang/jasa seperti aspek etika, pengen- melihat adanya hubungan antara prinsipal (peme-
dalian internal dan transparansi. Dari penjelasan rintah dan rakyat) dan agen (pihak universitas).
tersebut, maka peneliti ingin mengkaji peranan Diharapkanya dengan temuan penelitian ini, maka
kepanitiaan pengadaan barang/jasa yang mempu- peranan panitia, penyedia barang/jasa, prosedur
nyai fungsi dan tugas tertuang dalam kontrak pengadaan barang/jasa, etika pengadaan barang/
perjanjian yang berupa Surat Keputusan (SK) jasa, lingkungan pengadaan barang/jasa, penilaian
dengan Rektor (Kuasa Pengguna Anggaran) yang risiko dapat dijalankan secara optimal sehingga
disini sebagai pimpinan puncak. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fraud
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dalam pengadaan barang/jasa di lingkungan Uni-
terdahulu yang dilakukan oleh Jatiningtyas dan versitas dapat dicegah. Secara teoritis, penelitian
Endang (2011) adalah dalam penelitian terdahulu ini diharapkan dapat memberikan penjelasan me-
belum memasukkan aspek etika pengadaan da- ngenai konflik yang terjadi antara prinsipal peme-
lam penelitiannya. Aspek etika ini dapat membe- rintah dan rakyat) dan agen (pihak universitas)
rikan konstribusi atau tidak memberikan kon- khususnya terkait asimetri informasi dalam menja-
tribusi terhadap indikasi dari fraud pengadaan lankan proses pengadaan barang/jasa.
barang/jasa tergantung dari budaya yang dibangun
dalam institusi tersebut. Idealnya, ketika sebuah
perguruan tinggi negeri telah memiliki struktur TINJAUAN LITERATUR DAN
organisasi yang berkaitan dengan proses penga- PERUMUSAN HIPOTESIS
daan barang/jasa, maka indikasi fraud dalam peng-
adaan barang/jasa dapat dihindari atau dimini- Teori Keagenan
malisir.
Penelitian ini akan mengkaji fraud dalam Teori keagenan (agency theory) menurut
proses pengadaan barang/jasa di Badan Layanan Gudono (2012) dibangun sebagai upaya untuk
Umum dengan melihat peranan panitia pada memahami dan memecahkan masalah yang mun-
setiap proses pengadaan barang/jasa dari mulai cul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada
pembuatan spesifikasi, harga, dan pemahaman saat melakukan kontrak (perikatan). Kontrak yang
panitia pada sistem dan prosedur yang ada. Apa- dimaksud adalah kontrak antara prinsipal (pemberi
bila peranan panitia tersebut bekerja secara profe- kerja) atau pimpinan perusahaan dengan agen
sional, tidak memihak dalam pemilihan penyedia (penerima perintah). Teori keagenan meramal jika
barang/jasa, menjunjung tinggi etika, melaksa- agen memiliki keunggulan informasi dibandingkan
nakan sistem dan prosedur yang ada, sehingga prinsipal dan kepentingan agen dan prinsipal
tercipta lingkungan pengadaan yang sehat. maka berbeda, maka akan terjadi masalah prinsipal-agen
fraud dalam pengadaan barang/jasa dapat dihin- agen akan melakukan tindakan yang mengun-
dari. tungkan dirinya namum merugikan prinsipal.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Badan Hubungan prinsipal-agen terjadi apabila
Layanan Umum dikarenakan latar belakang kasus tindakan yang dilakukan seseorang memiliki dam-
adanya praktik korupsi yang terjadi di lima per- pak pada orang lain atau ketika seseorang sangat
guruan tinggi negeri sebagaimana dijelaskan di tergantung pada tindakan orang lain. Pengaruh ini
paragraf sebelumnya berkaitan dengan uang diwujudkan dalam kesepakatan-kesepakatan dalam
210
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik
struktur institusional pada berbagai tingkatan, fraud maka ketika terjadi indikasi fraud dalam
seperti norma perilaku dan konsep kontrak. Oleh institusi, maka dengan terbuka institusi tersebut
karena itu konteks permasalahan prinsipal-agen memberikan informasi terkait dengan tindakan fraud
dalam teori keagenan tidak terbatas pada yang terjadi dalam institusi tersebut. Hal itu akan
“manajemen vs pemilik” saja, melainkan bisa memberikan efek jera, dan ketika seseorang ingin
siapapun selama kedua belah pihak terikat dalam melakukan tindakan yang sama, maka akan berfikir
kontrak dan hubungan mereka bisa diposisikan ulang. Tuanokota (2007) menyatakan bahwa pence-
sebagai prinsipal dan agen. Dengan begitu konteks gahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan
hubungan prinsipal-agen relevan untuk hubungan- pengendalian internal.
hubungan antara: pemilik vs manajemen; pimpinan Tindakan fraud yang hampr sering dijumpai
puncak vs bawahan; kreditur vs manajemen; dan dalam proses pengadaan barang/jasa adalah ketidak-
pemerintah vs perusahaan (Gudono, 2012) sesuaian antara barang/jasa yang diperjanjikan
Berkaitan dengan hal di atas, maka hubungan dalam kontrak dengan kebutuhan instansi dan/
Pimpinan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dan atau masyarakat,baik dilihat dari jenis, kualitas
Unit Layanan Pengadaan (ULP) sebagai unit yang maupun kuantitas barang/jasa. Ketidaksesuaian
mengadakan proses pengadan barang/jasa terdiri antara spesifikasi teknis barang/jasa yang telah
dari pejabat pembuat komitmen, panitia penga- diselesaikan oleh penyedia barang/jasa dengan
daan, panitia pemeriksa hasil pekerjaan dapat spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam
dimasukkan dalam teori keagenan. Teori kegenan perjanjian/kontrak, ketidaksesuaian antara volume
ini dapat diterapkan dalam organsasi publik (Lane, (kuantitas) barang/jasa yang telah diselesaikan
2000 ). Hal ini juga sesuai dengan tempat penelitian oleh penyedia barang dengan jumlah yang seha-
pada layanan publik di kalangan Universitas. rusnya sesuai perjanjian/kontrak,ketidakwajaran
Seperti dikemukakan sebelumnya, antara prin- harga barang/jasa yang di sepakati dalam kon-
sipal dan agen senantiasa terjadi masalah keagenan, trak/perjanjian, keterlambatan penyelesaian pe-
hal ini juga terjadi pada kasus fraud yang terjadi kerjaan oleh rekanan dari jadwal waktu yang
pada sektor pengadaan barang/jasa. Pimpinan telah ditetapkan dalam perjanjian/kontrak (PP No
puncak (Rektor) mempunyai tujuan untuk mening- 54 Tahun 2010).
katkan pelayanan bagi pihak universitas dan beru-
saha untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu Pengembangan Hipotesis Penelitian
dengan mempergunakan anggaran dengan sebaik-
baiknya, misalnya melalui pengadaan barang/jasa. Kualitas Panitia Pengadaan Barang/Jasa
Namun, tidak semua pihak yang terkait (terutama
yang merupakan agen) baik secara langsung Thai (2001) yang didukung oleh penelitian
maupun tidak langsung mempunyai tujuan dan Jatiningtyas dan Endang (2011) mengungkapkan
kepentingan yang sama. Banyak terdapat muatan- bahwa profesionalisme atau kualitas panitia penga-
muatan kepentingan yang mengganggu tercapainya daan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi
tujuan utama pengadaan barang/jasa. Peraturan keberhasilan suatu sistem pengadaan barang/jasa
Presiden Republik Indonesia No.54 Tahun 2010 dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
dan Peraturan Presiden Republik Indonesia No Akan tetapi hal ini berbeda dengan penelitian
70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Heljapri (2015) yang menyatakan bahwa kualitas
Pemerintah mengemukakan bahwa prinsip umum penyedia pengadaan barang/jasa tidak berpe-
pengadaan barang/jasa pemerintah antara lain: ngaruh terhadap kenderungan fraud. Namun
efisien, efektif, transparan, terbuka dan bersaing, dalam laporan yang dibuat Worldbank (2001),
adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. ditemukan bahwa salah satu faktor yang menye-
babkan belum berfungsinya sistem pengadaan
Beberapa Jenis Fraud dalam barang/jasa pemerintah di Indonesia antara lain
Pengadaan Barang/Jasa adalah kurangnya kemampuan sebagian besar staf
operasional, anggota panitia lelang dan pihak-
Menurut Tuanakotta (2012) penyebab atau akar pihak berwenang yang memberi otorisasi dalam
masalah dari tindakan fraud adalah fraud by need, kegiatan pengadaan.
fraud by greed and by oppurtinity, Hal ini Berdasarkan Tool Kit Anti Korupsi yang
mengartikan bahwa ketika fraud ingin dihilangkan disusun oleh Indonesia Procurement Watch
maka hilangkanlah faktor dari penyebab fraud itu (2005), kegiatan pada segmentasi Pembentukan
sendiri. Apabila institusi terbuka dalam penyelesaian Panitia Lelang perlu diwaspadai sebagai hal yang
211
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017
menjadi sebab berkembangnya penyakit Korupsi, sistem pengadaan barang/jasa pemerintah dalam
Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang memuat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Thai,
berbagai muatan “kepentingan”, dalam proses 2001). Yanavia (2014) menyatakan bahwa sistem
pengadaan barang/jasa pemerintah. Panitia Penga- dan prosedur pengadaan barang/jasa yang baik
daan yang terbentuk akan menentukan “hitam” dapat mengurangi fraud pengadaan barang/jasa.
atau “putih”nya suatu proses pengadaan peme- Menurut Jourdain dan Balgobin (2003)
rintah mulai dari awal kegiatan pengadaan sampai sebagaimana dikutip Jatiningtyas dan Endang
dengan ditandatanganinya kontrak perjanjian (2011), sistem dan prosedur pengadaan barang /
kerja. Segmentasi ini merupakan awal berjangkit- jasa pemerintah yang baik memiliki beberapa
nya penyakit-penyakit KKN, diantaranya adalah karakteristik antara lain: transparency, economy,
tersusun atau terbentuknya Panitia Pengadaan efficiency and timeliness, fairness and equity. Sis-
yang tidak dilandasi dengan kriteria kemam- tem dan prosedur pengadaan juga harus memi-
puan teknis, kredibilitas, serta integritas yang me- liki mekanisme feedback sehingga memung-
madai dari anggotanya. Berdasarkan pernyataan di kinkan upaya perbaikan dan penyempurnaan
atas, dapat disimpulkan bahwa semakin bagus yang diperlukan. Mekanisme complaint juga per-
kualitas panitia pengadaan barang/jasa maka indi- lu diciptakan untuk memperkuat upaya untuk
kasi fraud dalam pengadaan barang/jasa dapat ber- dipatuhinya ketentuan yang digariskan. World-
kurang. Sehingga ditutunkan hipotesis pertama, Bank (2001) mengungkapkan bahwa salah satu
yaitu: penyebab belum berfungsinya sistem pengadaan
H1: Kualitas panitia pengadaan barang/jasa berhu- barang/jasa di Indonesia secara baik adalah
bungan secara negatif terhadap fraud pengadaan tidak adanya tindak lanjut terhadap berbagai
barang/jasa. protes dalam proses pengadaan, dan tidak adanya
pemantauan yang sistematik terhadap kepatuhan
Kualitas Penyedia Barang/Jasa atas peraturan dan prosedur pengadaan. Berdasar-
kan pernyataan diatas semakin bagus sistem dan
Penelitian Jatiningtyas dan Endang (2011) prosedur pengadaan barang/jasa maka indikasi
menyatakan bahwa satu faktor yang mempenga- fraud dalam pengadaan barang/jasa dapat berku-
ruhi keberhasilan sistem pengadaan barang/jasa rang. Sehingga ditutunkan hipotesis ketiga, yaitu:
adalah profesionalisme atau kualitas penyedia H3: Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa
barang/jasa. Akan tetapi hal ini berbeda dengan berhubungan secara negatif terhadap fraud
penelitian Heljapri (2015) yang menyatakan pengadaan barang/jasa.
bahwa kualitas penyedia pengadaan barang/jasa
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan fraud. Etika Pengadaan Barang/Jasa
Menurut landasan hukum Perpres No.54 Tahun
2010 dijelaskan bahwa dalam pasal 19 panitia Etika pengadaan barang/jasa juga merupakan
penyedia barang/jasa wajib memenuhi persyaratan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan
sebagai penyedia barang/jasa, sehingga ketika untuk terciptanya pengadaan barang/jasa peme-
persyaratan tersebut dipenuhi maka fraud penga- rintah yang sehat. Etika pengadaan berkaitan
daan barang/ jasa dapat bekurang. Berdasarkan dengan kelaziman dalam praktek dunia usaha
pernyataan diatas semakin bagus kualitas penyedia yang dianggap akan menciptakan sistem persai-
barang/jasa maka indikasi fraud dalam pengadaan ngan usaha yang adil. Etika dalam pengadaan
barang/jasa dapat berkurang. Dengan demikian, barang/jasa akan mencegah penyalahgunaan we-
diturunkan hipotesis kedua, yaitu: wenang atau kolusi untuk kepentingan pribadi
H2: Kualitas Penyedia Barang/Jasa diharapkan atau golongan yang secara langsung atau tidak
berhubungan secara negatif terhadap terja- langsung dapat merugikan negara.
dinya fraud dalam Pengadaan. Etika pengadaan barang/jasa yang baik perlu
diciptakan untuk mencegah terjadinya kolusi
Sistem dan Prosedur Pengadaan Barang/Jasa atau korupsi dalam pengadaan barang/jasa pe-
merintah. Tang et al. (2003) menjelaskan indi-
Aspek lain yang ikut menentukan jalannya kator dari perilaku yang menyimpang atau
sistem pengadaan barang/jasa adalah ketentuan tidak etis dalam organisasi. Perilaku ini terdiri dari
dan prosedur pengadaan barang/jasa itu sendiri. perilaku yang menyalahgunakan kedudukan/posisi
Ketentuan dan prosedur pengadaan barang/jasa (abuse position), perilaku yang menyalahgunakan
juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kekuasaan (abuse power), perilaku yang menya-
212
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik
lahgunakan sumber daya organisasi (abuse resour- kurang. Dengan demikian, diturunkan hipo-tesis
ces), serta perilaku yang tidak berbuat apa-apa (no kelima, yaitu:
action).
Jatiningtyas dan Endang (2011) menyatakan H5: Lingkungan pengadaan akan berhubungan
bahwa salah satu bentuk perilaku yang etis atau secara negatif terhadap fraud pengadaan
beretika dalam pengadaan barang/ jasa antara barang/jasa.
lain: para pengguna, penyedia, dan pihak terkait
tidak menerima, menawarkan, serta menjanjikan Penilaian Risiko
pemberian hadiah atau imbalan berupa apa saja
kepada siapa pun yang terkait dengan pengadaan Tuanokota (2007) menyatakan bahwa yang
barang/jasa. Sedangkan Yanavia (2014) menya- dapat dilakukan untuk mencegah fraud adalah
takan bahwa etika yang baik perlu diciptakan dengan menerapkan pengendalian internal yang
untuk mencegah terjadinya kolusi dan korupsi mana salah satu komponennya adalah penilaian
dalam kegiatan pengadaan barang/jasa. Selain risiko. Penilaian risiko yang dilakukan diha-rapkan
itu merujuk pada konsep yang dikembangkan mempunyai benteng-benteng yang kokoh dan sulit
oleh Associotion of Certified Fraud Examiners untuk ditembus oleh mereka yang ingin
(Kassen dan Higson, 2012) menyatakan bahwa melakukan tindakan fraud pengadaan barang/jasa.
salah satu konsep yang relevan untuk menje- Penilaian risiko pengadaan barang/jasa meru-
laskan isu pencegahan fraud adalah dengan pakan pekerjaan yang kompleks dengan maksud
menciptakan keadaan yang memungkinkan bahwa pekerjaan yang dilakukan memerlukan
pegawai tidak melakukan fraud dengan memi- teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, meng-
liki konsep pola pikir yang beretika. Berdasar- gunakan peralatan yang didesain khusus. Hal ini
kan pernyataan diatas semakin bagus etika didasari dari penelitian (Fajarina et al., 2011) yang
pengadaan barang/jasa maka indikasi fraud dalam mengatakan bahwa adanya penilaian risiko yang
pengadaan barang/jasa dapat berkurang. Dengan dilakukan oleh pihak pengadaan dengan cara
demikian, diturunkan hipotesis keempat, yaitu: mengidentifikasikan serta melakukan analisis resi-
H4: Etika pengadaan akan berhubungan secara ko maka akan mengurangi (meminimilasi) terjadi-
negatif terhadap fraud pengadaan barang/jasa. nya fraud. Hal ini didukung dengan pernyataan
Hermiyetti (2010) menyatakan bahwa penilaian
Lingkungan Pengadaan Barang/Jasa risiko merupakan bagian yang penting dalam hal
mencegah fraud agar tercipta kondisi yang baik
Sistem dan prosedur pengadaan akan selalu dalam bekerja. Berdasarkan pernyataan diatas
berinteraksi dengan lingkungan dimana sistem semakin bagus penilaian risiko pengadaan
tersebut diterapkan. Lingkungan merupakan salah barang/jasa maka indikasi fraud dalam pengadaan
satu faktor yang mempengaruhi kemampuan barang/jasa dapat berkurang. Sehingga ditutunkan
suatu sistem pengadaan barang/jasa untuk men- hipotesis keelima, yaitu:
capai tujuan yang telah ditetapkan (Thai, 2001). H6: Penilaian risiko berhubungan secara negatif
Hal ini berbeda dengan penelitian Heljapri (2015) terhadap fraud pengadaan barang/jasa.
yang didukung oleh penelitian Astuti (2016)
menyatakan bahwa lingkungan pengadaan barang/
jasa tidak memiliki pengaruh terhadap fraud METODE PENELITIAN
pengadaan barang/jasa. Hal ini berarti ada faktor
lain yang menyebabkan kondisi proses pengadaan Model Penelitian
barang/jasa masih dapat berjalan dengan profesio-
nal, yaitu adanya kondisi lingkungan yang jujur Berdasarkan perumusan hipotesis, dirumus-
dan mendapat insentif sehingga dapat mengurangi kan model penelitian yang disajikan di Gambar 1.
tingkat KKN. Namun, Jatiningtyas dan Endang
(2011) yang didukung oleh Khi V. Thai (2001) Definisi Operasional Variabel
menemukan bahwa salah satu faktor yang mem-
pengaruhi keberhasilan adalah lingkungan penga- Variabel Dependen (Fraud Pengadaan
daan barang /jasa adalah lingkungan pengadaan. Barang/Jasa)
Berdasarkan pernyataan diatas semakin bagus
lingkungan pengadaan barang/jasa maka indikasi Fraud dalam penelitian ini adalah serang-
fraud dalam pengadaan barang/jasa dapat ber- kaian ketidakberesan (irregularities) mengenai:
213
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017
214
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik
215
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017
216
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik
217
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017
218
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik
yang baik maka panitia tidak akan dengan mudah melakukan tindakan fraud. Karenanya, adanya
tergoda untuk melakukan fraud pada kegiatan kode etik terkait dengan etika penting untuk dia-
pengadaan barang/jasa. Sebaliknya, jika profe- dakan, agar kesadaran akan aspek etika ini mun-
sionalisme dan kemampuan panitia rendah, cul pada praktik pengadaan barang/jasa. Kemung-
maka dalam melaksanakan tugasnya, panitia akan kinan lain adalah kuatnya pengaruh kualitas
dengan mudah tergoda untuk melakukan fraud panitia dan penyedia barang/jasa, serta sistem dan
pada kegiatan pengadaan barang/jasa. Oleh kere- prosedur sebagaimana hasil temuan penelitian ini
na itu, dapat disimpulkan ketika seorang panitia (terdukungnya hipotesis satu, dua, dan tiga).
bertindak profesional, maka konflik kepentingan Dengan demikian, ada kemungkinan meskipun
diantara prinsipal dan agen dapat terhindari kare- etika panitia rendah namun ketika kepanitiannya
na panitia bekerja berdasarkan standar opera- berkualitas dan sistem prosedurnya juga baik,
sional tanpa ada keinginan untuk berbuat kecu- maka fraud dapat dicegah.
rangan. Hipotesis kelima penelitian ini juga tidak
Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan terdukung. Hasil ini sejalan dengan penelitian
bahwa kualitas penyedia barang/jasa berpengaruh Astuti (2016) yang menjelaskan tidak berpenga-
negatif terhadap fraud pengadaan baran/jasa. ruhnya lingkungan pengadan barang/jasa terha-
Hasil ini sejalan dengan pendapat Jatiningtyas dan dap fraud pengadan barang/jasa diduga karena
Endang (2011) yang menjelaskan bahwa kualitas lingkungan pengadaan barang/jasa yang ada
panitia merupakan salah satu elemen penting belum mempunyai pengaruh dalam pencapaian
dalam suatu sistem pengadaan barang/jasa. Jika tujuan. Hal ini bisa jadi dikarenakan tidak adanya
suatu pengadaan barang/jasa tidak diikuti dengan supervisi dalam setiap tahapan proes pengadaan
kualitas penyedia yang baik, maka akan terdapat atau tidak adanya pre-audit (menetapkan rencana
banyak kesalahpahaman/misunderstanding dian- awal dari proses pengadaan). Supervisi hanya
tara panitia dan penyedia barang/jasa yang nan- dilakukan setelah pekerjaan selesai atau hanya
tinya akan merugikan kedua belah pihak. Profe- dilakukan post-audit (evaluasi dilakukan setelah
sionalisme atau kualitas penyedia barang/jasa me- proses pengadaan selesai) saja. Kondisi ini
rupakan faktor yang ikut mempengaruhi keber- menjadikan lingkungan pengadaan barang/jasa
hasilan suatu sistem pengadaan barang/jasa dalam tidak terkendali secara ideal, dan akhirnya apa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. yang dikatakan Thai (2001) bahwa lingkungan
Dari uji hipotesis ketiga disimpulkan sistem pengadaan dipengaruhi oleh market environment
prosedur pengadaan barang/jasa juga berpenga- dan legal environment, belum mempunyai penga-
ruh negatif terhadap fraud pengadaan barang/ ruh terhadap fraud pengadaan barang/jasa.
jasa. Hasil ini sejalan dengan pendapat Thai Selanjutnya, hasil uji hipotesis keenam
(2001) yang mengungkapkan bahwa ketentuan menemukan bahwa penilaian risiko yang dilaku-
dan prosedur pengadaan barang/jasa juga berpe- kan memiliki pengaruh terhadap fraud peng-
ngaruh terhadap keberhasilan suatu sistem penga- adaan barang/jasa. Pengujian hipotesis ini sejalan
daan barang/jasa pemerintah dalam mencapai tu- dengan hasil penelitian (Fajarina et al., 2012) yang
juan yang telah ditetapkan. Selain itu, Landasan mengungkapkan bahwa apabila penilaian risiko
hukum dari sistem dan prosedur yang berlaku tidak diterapkan maka akan meningkatkan tinda-
harus cukup kuat, sehingga upaya penegakan kan fraud. Sebaliknya, adanya penilaian risiko
ketentuan yang diaturnya dapat dilakukan secara akan dapat memitigasi adanya fraud. Oleh kare-
efektif (World Bank, 2001). nanya, penilaian risiko dalam kegiatan penga-
Salah satu yang menarik dari hasil penelitian daan barang/jasa sangat penting dilakukan oleh
ini adalah tidak terdukungnya hipotesis keempat, pimpinan organisasi. Penilaian risiko oleh pimpi-
atau aspek etika terhadap fraud pengadaan nan dilakukan dengan cara mengidentifikasi serta
barang/jasa. Hasil ini justru sejalan dengan penda- melakukan analisis risiko. Sevagai contoh, dalam
pat Buckley et al. (1998) sebagaimana dikutip mempertimbangkan waktu pengumuman penga-
Wilopo (2006) yang menjelaskan bahwa perilaku daan barang/jasa, harus disesuaikan dengan
tidak etis (tidak beretika) merupakan sesuatu yang kompleksitas dari barang/jasa tersebut. Jangan
sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergan- sampai ketika proses pengadaan barang/jasa
tung pada interaksi yang kompleks antara situasi tersebut mempunyai kompleksitas yang tinggi,
serta karateristik pribadi pelakunya. Tidak ter- namun waktu pengumumannya tidak relevan,
dukungnya hipotesis keempat ini diduga karena sehingga risiko yang diterima menjadi lebih besar
ketidaksadaran panitia akan aspek etis dalam daripada ketika waktu pengumuman direnca-
219
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18 (2), 209-221: Juli 2017
nakan sesuai dengan kompleksitas pengadaan ngembangkan model penelitian dengan metode
barang/jasa tersebut. Kompleksitas yang dimak- lain, seperti eksperimen atau investigatif. Ter-
sud disini adalah pengadaan yang mempunyai akhir, penelitian ini tdak melibatkan responden
nilai lebih besar tentunya kompleksitsnya berbeda dari penyedia barang/jasa. Sehingga, untuk pene-
dengan pengadaan barang/jasa yang nilainya lebih litian mendatang disarankan sebaiknya melaku-
kecil, sehingga dari mekanisme waktu pengumu- kan sebuah penelitian dengan melibatkan pihak
man menjadi berbeda tergantung dari nilai penga- penyedia barang/jasa agar dapat menemukan
daan tersebut. Oleh karena itu, semakin baik temuan dari persepsi yang berbeda.
penilaian risiko yang diterapkan maka akan
meminimalisasi terjadinya fraud.
DAFTAR PUSTAKA
220
Nurharjanti - Fraud Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Publik
221