Anda di halaman 1dari 22

STATUS PEMERIKSAAN PENDERITA

Oleh : Novita Eireine Kaunang

I. IDENTITAS
I.1 Identitas Penderita
Nomor register : 09.XX.XX

Nama penderita : MI

Tanggal Lahir : 08-08-2019

Usia : 7 bulan

Tempat lahir : Rumah Sakit

Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tanggal MRS : 11 Maret 2020

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
BAB cair 10 kali, Ampas (+), Lendir (+), darah (-), Demam (+) 2 hari
SMRS,

II.1 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasen datang ke RSUD Pangeran Jaya Sumitra Kotabaru diantar oleh
orang tuanya dengan keluhan BAB cair 10 kali sebelum masuk rumah sakit. BAB
cair sebanyak 10 kali dalam sehari, volume 1/4 gelas air kemasan, ada lendir,
tidak ada darah. Selain itu, pasien demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan naik turun, dengan pemberian obat penurun panas, deman
tidak turun sampai normal, kemuadian naik kembali. Demam tidak disertai
dengan menggigil dan kejang, demam juga tidak disertai dengan mimisan,
perdarahan gusi, dan bintik-bintik merah ditubuh. Pasien mengalami muntah sejak

1
1 hari sebelum masuk rumah sakit, muntah frekuensi 2 kali volume ¼ gelas air
kemasan. Muntah isi makanan dan susu yang diminum, darah tidak ada. Buang air
kecil tidak ada keluhan. Pasien tampak rewel, gelisah dan haus.

II.2 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien sebelumnya belum pernah mengalami penyakit serupa

III. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum : Tampak sakit
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tanda vital
 Nadi : 120x/m (reguler, isi cukup, kuat angkat)
 Pernapasan : 26x/m
 Suhu Badan : 37,80 C
 Saturasi oksigen dalam darah : 98%
 Antropometri
 BB : 9 kg
 PB : 75 cm
 Lingkar Kepala : 43 cm
 Status Gizi : Baik
 Kulit : warna sawo matang, lapisan lemak cukup, turgor kulit
kembali cepat, tonus eutoni, ikterik tidak ada,
efloresensi tidak ada, pigmentasi tidak ada, jaringan parut tidak
ada, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
 Kepala dan leher
Kepala : bentuk normosefali, rambut hitam, tidak mudah
Dicabut, ubun-ubun cekung
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, lensa
jernih, refleks kornea dan reflex cahaya ada pada kedua mata,
pupil bulat isokor diameter 3 mm – 3 mm, bola mata terletak
ditengah. Telinga: bentuk normal, tidak ada sekret

2
 Hidung: bentuk normal, tidak ada sekret
 Mulut: mukosa lembab, lidah tidak beslag
 Tenggorakan: tonsil T1 – T1, tidak hiperemis
 Leher: trakea letak di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
 Dada: bentuk simetris, tidak ada retraksi
 Jantung
 Periksa Pandang : iktus kordis tidak tampak
 Periksa Raba : iktus kordis tidak teraba
 Periksa Ketuk : batas kanan linea parasternalis dextra, batas
kiri linea midclavicularis sinistra, batas atas
ICS II – III.
 Periksa Dengar : frekuensi detak jantung 120x/menit, regular,
tidak ada murmur dan gallop.
 Paru-paru
 Periksa Pandang : pergerakan napas simetris kanan dan kiri
 Periksa Raba : stem fremitus kanan = kiri
 Periksa Ketuk : sonor kanan = kiri
 Periksa Dengar : suara pernapasan bronkovesikuler, kanan =
kiri, tidak ada ronki dan wheezing.
 Abdomen
 Periksa Pandang : cembung
 Periksa Dengar : bising usus ada meningkat
 Periksa Raba : datar, tidak terdapat nyeri tekan, dan turgor
kulit kembali cepat.
Hepar dan lien tidak teraba
 Periksa Ketuk : bunyi timpani
 Tulang belakang : tidak ada deformitas
 Alat kelamin : perempuan, normal
 Anggota gerak : akral hangat, CRT < 2 detik

3
 Otot - otot : eutoni
 Refleks : refleks fisiologis ada, refleks patologis tidak ada,
spastis tidak ada, klonus tidak ada
 Sensorik : kesan normal
 Motorik : kekuatan otot normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 09/03/2020
Parameter Nilai Normal Satuan Hasil
HEMATOLOGI
Leukosit 6000-16000 /uL 22.200/uL
Eritrosit 3.90-5.10 10^6/uL 4,02 10^6/uL
Hemoglobin 11.1-14.1 g/dL 9.7 g/dL
Hematokrit 30.0-38.0 % 28.0 %
Trombosit 200-550 10^3/uL 687 10^3/uL
MCH 25.0-29.0 pg 24.1 pg
MCHC 32.0-36.0 g/dL 34.6 g/dL
MCV 72.0-84.0 fL 69,7 fL
Diff
Neutrofil 50.0-70.0 % 74.7%
Limfosit 20.0-48.0 % 15.4%
Monosit 2.0-8.0 % 9.3%
Eosinofil 1.0-3.0 % 0.4%
Basofil 0.0-1.0 % 0.2%
Widal Slide Test
S typhy O <1/80 <1/80
S typhy H <1/80 <1/80
S. Paratyphi AO <1/80 <1/80
S. Paratyphi BO <1/80 <1/80

4
V. RESUME
Seorang anak laki-laki, usia 7 bulan dengan BB : 9 kg dan panjang badan
75 cm, lingkar kepala 43 cm, masuk rumah sakit tanggal 12 Maret 2019
WITA diantar oleh kedua orangtuanya dengan keluhan :
 BAB cair sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 10 kali
dengan ampas tanpa disertai darah ataupun lendir. Volume BAB
1/4 gelas air kemasan tiap BAB.
 Demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
 Muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. , muntah
frekuensi 2 kali volume ¼ gelas air kemasan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 120 kali/menit
Respirasi : 26 kali/menit
Suhu : 37.8ºC
SpO2 : 98%
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, ,
tidak terdapat mata cowong, produksi air mata
banyak serta mukosa mulut lembab, ubun-ubun
cekung.
Thorax : simetris, tidak ada retraksi
Cor : frekuensi detak jantung 120x/menit, regular
Pulmo : Sp.bronkovesikuler, Ronkhi-/-, Wheezing - /-
Abdomen :
- Periksa Pandang : datar
- Periksa Dengar : bising usus cenderung meningkat
- Periksa Raba : datar, tidak terdapat nyeri tekan, dan turgor kulit
kembali cepat.
Hepar dan lien tidak teraba

5
- Periksa Ketuk : bunyi timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit 22.200/uL, eritrosit 4.02 .
10^6/ul, hemoglobin 9.7 g/dL, hematokrit 28.0 %, trombosit 687 u/l, MCH
24.1 pg, MCHC 34.6g/dL, serta MCV 69.7 fl. Diff Neutrofil 74.7, Widal
negatif.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Diare akut dehidrasi ringan-sedang
Anemia Defisiensi Besi

VII. TERAPI
1. Pemberian cairan :
 IVFD RL 75 cc/kgBB dalam 3 jam
 Oralit 50-100 cc/ BAB cair atau muntah
2. Pemberian zink 1x20 mg selama 10 hari
3. Nutrisi tetap dilanjutkan
4. Antibiotik selektif diberikan
Cefotaxime 50mg/kgBB/8jam – 350mg/8 jam
5. L-Bio 2x1 sachet
6. Paracetamol 7cc/ 8 jam
7. Edukasi orangtua tentang higienitas dan tanda-tanda dehidrasi
Anjuran : Pemeriksaan Feses Lengkap

VIII. FOLLOW UP POST REHIDRASI

S BAB cair tidak ada, BAK ada, Demam (+)

O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis

HR: 110x/m R: 26.x/m S: 37,8oC SpO2 : 98%

6
Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya ada, mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah.
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada
Cor : murmur dan gallop tidak ada
Abdomen :
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : datar, tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit kembali cepat.
Hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
A Diare akut tanpa dehidrasi (ICD X : R19.7)

P Oralit 50-100 cc/ BAB cair atau muntah

IX. PEMANTAUAN SETELAH DIJADIKAN KASUS

Pemantauan Hari I: 20 Agusutus 2018


S BAB cair, frekuensi 4 kali sejak malam hingga pagi, volume 1/3 gelas aqua,

Muntah 3 kali, Sesak nafas tidak ada.


O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis

HR: 96x/m R: 42x/m S: 37.0oC SpO2 : 98%

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor 2mm/2mm,
refleks cahaya ada, mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah,
ubun-ubun besar datar
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada

7
Cor : murmur dan gallop tidak ada
Abdomen :
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : bising usus meningkat
- Palpasi : datar, tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit kembali cepat.
Hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
A Diare akut tanpa dehidrasi (ICD X : R19.7)

P Terapi berdasarkan 5 pilar penatalaksanaan diare :


1. Pemberian cairan :
 Oralit 50-100 cc/ BAB cair atau muntah
2. Pemberian zink 1x10 mg selama 10 hari
3. Nutrisi tetap dilanjutkan
4. Antibiotik selektif tidak diberikan
5. Edukasi orangtua tentang higienitas dan tanda-tanda dehidrasi
6. Domperidon Syrup 3x1.5ml (k/P)
Hasil Pemeriksaan Feses Lengkap dan Interpretasinya Tanggal 20 Agustus 2018

Parameter Nilai Normal Satuan Hasil


Makroskopis
Warna Kuning
Konsentrasi Lembek
Bau Asam
Cacing Negatif
Mikroskopis
Eritrosit/Benzidin Test 0-1 /LPB 0-1/LPB
Leukosit 0-1 /LPB 0-1/LPB
Epitel 0-1
Telur/ Larva Cacing Negatif Negatif
Bakteri Negatif

8
Jamur Negatif
Protozoa Negatif
Lain-lain Negatif

Pemantauan Hari Ke II: 21 Agustus 2018


S BAB cair tidak ada, muntah tidak ada

O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis

HR: 97x/m R: 32x/m S: 36.2oC SpO2 : 98%

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor 2mm/2mm,
refleks cahaya ada, mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah,
ubun-ubun besar datar
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada

Cor : murmur dan gallop tidak ada

Abdomen :
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : bising usus ada normal
- Palpasi : lemas, nyeri tekan tidak ada, turgor kulit kembali cepat.
Hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
A Post Diare akut tanpa dehidrasi

P Terapi berdasarkan 5 pilar penatalaksanaan diare :


1. Pemberian cairan :
 Oralit 50-100 cc/ BAB cair atau muntah
2. Pemberian zink 1x10 mg selama 10 hari

9
3. Nutrisi tetap dilanjutkan
4. Antibiotik selektif tidak diberikan
5. Edukasi orangtua tentang higienitas dan tanda-tanda dehidrasi

Pemantauan Hari Ke III: 22 Agustus 2018


S BAB 1x, konsistensi lembek, warna kuning, tidak ada lendir dan darah.

Muntah tidak ada


O KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis

HR: 98x/m R: 32x/m S: 36.5oC SpO2 : 98%

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor 2mm/2mm,
refleks cahaya ada, mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa mulut basah,
ubun-ubun besar datar
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada
Cor : murmur dan gallop tidak ada
Abdomen :
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : bising usus ada normal
- Palpasi : lemas, nyeri tekan tidak ada, turgor kulit kembali cepat.
Hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
A Post Diare akut tanpa dehidrasi (ICD X : R19.7)

P Terapi berdasarkan 5 pilar penatalaksanaan diare :


1. Pemberian cairan :
 Oralit 50-100 cc/ BAB cair atau muntah
2. Pemberian zink 1x10 mg selama 10 hari

10
3. Nutrisi tetap dilanjutkan
4. Antibiotik selektif tidak diberikan
5. Edukasi orangtua tentang higienitas dan tanda-tanda dehidrasi
6. Pro Rawat Jalan

X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam

XI. PEMBAHSAAN
1. DIARE

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan


mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei
kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai
penyebab kematian bayi di Indonesia.1 Sebagian besar diare akut disebabkan oleh
infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi
cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan
malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik.2
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau
menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus
dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif

11
dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat
kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan
dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan
penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.3
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan./
tanpa darah dan/atau lendir. Hampir 80% kasus diare yang terjadi pada anak
disebabkan oleh infeksi virus. Sisanya disebabkan oleh bakteri dan parasit.
Umumnya virus penyebab diare adalah rotavirus, adenovirus enteric dan virus
Norwalk. Virus penyebab lainnya yang lebih jarang yaitu calcivirus dan
astrovirus. Rotavirus merupakan penyebab pada 1/3 kasus diare, termasuk yang

rawat inap. Meskipun jauh lebih jarang dari virus, bakteri penyebab diare antara
lain Campylobacter jejuni, Salmonella sp, Shigella sp, dan spesies Eschericia
coli.4

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi

12
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atrofi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.4,5
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri. 5,6
Dari beragamnya patogenesis diare tersebut, secara garis besar terdapat 2
mekanisme dasar terjadinya diare.
1. Diare Osmotik
Didasari oleh adanya nutrient yang tidak terserap, selanjutnya
nutrient tersebut difermentasi di usus besar yang menghasilkan
asam organic dan gas. Asam organic menyebabkan peningkatan
tekanan osmotic intraluminal yang menghambat reabsorbsi air dan
elektrolit sehingga terjadi diare.5
2. Diare Sekretorik
Pada diare sekretorik terdapat infeksi bakteri yang mampu melepas
c-AMP dan c-GMP, akibatnya kapasitas sekresi sel kripte
meningkat sehingga terjadi kehilangan air dan elektrolit yang
berlebihan. Konsekuensi dari mekanisme tersebut dapat
menimbulkan :
 Dehidrasi, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam –
basa akibat dari kehilangan air dan elektrolit.5
 Apabila berlangsung lama dapat menyebabkan malabsorbsi
berat sehingga terjadi gangguan gizi dan/atau
hipoglikemik.5

13
3. Diare Inflamasi dan Invasif
Diare akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy,
inflammatory bowel disease atau akibat radiasi.5
4. Diare karena Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
Kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menuru akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.5

Klasifikasi Derajat Dehidrasi8

14
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit.
Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila
penurunan berat badan antara 5%-10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih
dari 10%.5,7
Berdasarkan konsentrasi natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu :
dehidrasi hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m – 150
mEg/L) dan dehidrasi hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi
yang terjadi adalah tipe iso – natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas
cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare hipernatremia dan 5% adalah diare
hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis
metabolik dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai
hiperkloremia. Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH
darah kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang pusat pernapasan untuk
meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan eksresi CO 2
melalui paru (pernapasan Kussmaul) Untuk pemenuhan kebutuhan kalori terjadi
pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya produksi asam
sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion
asam secara bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.9
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa ,
sehingga pada keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan
kalium juga melalui cairan tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat
koreksi asidosis dapat pula menimbulkan hipokalemia. Kelemahan otot
merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali pada otot anggota
badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian karena
kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan

15
dilatasi lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun
dengan munculnya gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan
perubahan vakuola dan epitel tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang
berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.5
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam
terapi efektif diare akut.11 Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan
berat badan yang hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan
dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku emas.12
Menurut WHO, tatalaksana yang diberikan pada pasien diare harus sesuai
dengan derajat dehidrasi yang dialaminya. Pada pasien diare tanpa dehidrasi,
umumnya dianjurkan untuk rawat jalan namun tetap diberikan cairan dan
makanan untuk menangani diare di rumah (Rencana Terapi A). Untuk diare
dengan dehidrasi ringan-sedang, pasien diberikan cairan dan makanan untuk
dehidrasi ringan-sedang (Rencana Terapi B). Sementara untuk anak dengan
dehidrasi berat biasanya memerlukan penanganan yang lebih serius (Rencana
Terapi C).
1. Diare dengan Dehidrasi Berat (Rencana Terapi C)
Anak dengan dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara
cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi
oral segera setelah anak membaik. Pada daerah yang mengalami KLB
kolera,berikan pengobatan antibiotic yang efektif terhadap kolera.
 Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus
disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa minum.
Pertama, berikan Selanjutnya berikan
30ml/kgBB dalam : 70 ml/kgBB dalam:
< 12 bulan 1 jam 5 jam
> 12 bulan 30 menit 2,5 jam
*ulangi kembali jika denyut nadi radial masih lemah atau tidak
teraba
 Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi
belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat.

16
 Juga berikan oralit (kira-kira 5 ml/kgBB/jam) segera setelah
anak mau minum. Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam
(anak) dan diberi tablet zink sesuai dengan dosis yang
dianjurkan.
 Periksa kembali pasien sesudah 6 jam atau anak setelah 3 jam.
Kemudian nilai kembali derajat dehidrasi pasien untuk
kemudian melanjutkan rencana terapi yang sesuai dengan
derajat dehidrasi pasien.
2. Dehidrasi Ringan-Sedang (Rencana Terapi B)
Pada umunya, pasien dengan dehidrasi ringan-sedang harus diberi
larutan oralit dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada
dalam pemantauan dan orangtua sebaiknya diajarkan cara menyiapkan
dan memberikan larutan oralit.
 Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan
jumlah sesuai dengan berat badan anak (atau umur anak jika
berat badan anak tidak diketahui). Jumlsh oralit yang
diperlukan = 75ml/kgBB/3-4 jam
Umur 0-4 4-12 12-24 2-5 tahun
bulan bulan bulan
Berat < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19kg
Badan
Jumlah 200- 400-700 700-900 900-1400
Cairan 400
(ml)
Periksa kembali pasien setelah 3 jam untuk memeriksa tanda
dehidrasi yang terlihat sebelumnya.
 Jika anak masih mengalami dehidrasi ringan-sedang,
ulangi terapi untuk 3 jam berikutnya dengan larutan
oralit seperti panduan diatas dan mulai beri anak
makanan, susu atau jus dan berikan ASI sesering
mungkin.
 Jika timbul tanda dehidrasi berat, lihat rencana terapi A.

17
 Tunjukkan pada orangtua cara memberikan larutan oralit pada
pasien, satu sendok teh setiap 1-2 menit jika anak berumur
dibawah 2 tahun dan pada anak yang lebih besar berikan
minuman oralit lebih sering dengan menggunakan cangkir.
 Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah :
 Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit, lalu berikan
larutan oralit lebih lambat (misalnya 1 sendok the setiap
2-3 menit)
 Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian
oralit dan beri minum air matang atau ASI.
 Berikan tablet zink selama 10 hari. Pada anak dibawah umur 6
bulan, diberikan zink 10 mg (1/2 tablet), sementara anak usia
diatas 6 bulan diberikan zink 20 mg (1 tablet).
 Edukasi orangtua untuk tetap melanjutkan pemberian
makanan yang bergizi karena merupakan suatu elemen
penting dalam tatalaksana diare. Meskipun nafsu makan
anak belum membaik, pemberian makanan tetap
diupayakan pada anak berumur 6 bulan atau lebih.
Beritahu ibu pasien untuk terus menyusui anaknya
kapan pun anaknya mau.
3. Diare tanpa dehidrasi
Anak yang menderita diare tapi tidak mengalami dehidrasi harus
mendapatkan cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya
dehidrasi. Anak harus mendapatkan diet yang sesuai dengan umur
mereka, termasuk meneruskan pemberian ASI. Pasien dengan diare
tanpa dehidrasi biasanya dianjurkan untuk rawat jalan, namun orangtua
diedukasi untuk melakukan perawatan di rumah :
 Beri cairan tambahan sebagai berikut :
 Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu pasien
untuk menyusui anaknya lebih sering dan lebih lama
pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI

18
eksklusif, beri larutan oralit atau air matang sebagai
tambahan ASI dengan menggunakan sendok. Setelah
diare berhenti, lanjutkan kembali ASI eksklusif kepada
anak sesuai dengan umur anak
 Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu
atau lebih cairan seperti larutan oralit, cairan rumah
tangga (seperti sup, air tajin dan kuah sayuran), air
matang.
 Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, edukasi orangtua untuk
memberi cairan tambahan sebanyak yang anak dapat minum:
 Untuk anak berumur < 2 tahun, beri sekitar 50-100 ml
setiap kali anak BAB
 Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih beri sekitar 100-
200 ml setiap kali anak BAB.
Edukasi juga mengenai cara memberi minum anak sacara
sedikit demi sedikit dengan menggunakan cangkir. Jika anak
muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih
lambat. Orangtua harus terus memberi cairan tambahan sampai
diare anak berhenti.
 Beri tablet zink
 Lanjutkan pemberian makanan dan ASI

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Pertiwi L, Nugraha DP, Inayah. Gambaran farmakoterapi diare akut pada anak
di Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru Periode 1 Januari – 31 Desember
2015. JOM FK;2016(1):1-18.

2. Abbas J, Pandey DC, Verma A, Kumar V. Management of acute diarrhea in


children: is the treatment guidelines is really implemented. International
Journal of Research in Medical Sciences;2018(6):539-44

3. Alam K, Poudel A, Palaian S, Korla B, Shankar PR. Role of zinc in childhood


diarrhea management : a case of Nepal. Journal of Pharmacy Practice and
Community Medicine;2017(3):34-36

4. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp


AM,Hofman JIE,Ed Rudolp?s pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice Hall
international,inc hal 1034-36

5. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta 2012

20
6. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 :
Salemba Medika hal 73-103

7. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan


ilmu Kesehatan Anak ke XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
1994

8. Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in


gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal
131-49

9. Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah. Depkes RI


2009 ; 31

10. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana


diare akut dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003

11. Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute


Gastroenteritis in Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from April
2010 to March 2013 Journal of clinical microbiology, Jan 1998,p,133-138

12. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen diare pada bayi
dan anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/

13. World Health Organization. The treatment of diarrhoea. A manual for


physicians and other senior health workers. 2005.

21
22

Anda mungkin juga menyukai